Tate no Yuusha Jilid 3 Bab 25 (Indonesia)
Bab 75 : Ceramah
Bagian 1
Dalam perjalanan menuju istana, kami menaiki kereta yang ditarik Filo, dan sang ratu telah memberitahukan keadaan sebenarnya pada ketiga pahlawan yang lain.
Kabar kematian Uskup masih belum menyebar di ibukota yang membuat organisasi Gereja Tiga Pahlawan masih aktif, sang ratu sendiri telah mengambil tindakan untuk mencegah adanya kepanikan di dalam kota.
Semua yang berpihak pada Uskup, sekarang telah tertangkap dan digiring ke kota...
Setelah kami tiba dan memasuki ruangan aula istana...
“Oh! Malty dan Melty, kedua puteriku tersayang! Baguslah kalian bisa mengalahkan si perisai dan kembali ke istana... Kenapa Malty diikat dan disumpal mulutnya?”
Sang ratu memasuki istana bersama Melty dan si Jalang untuk mengarahkan perintah. Kemudian ketiga Pahlawan mengikutinya di belakang.
Mereka bertiga sepertinya tidak suka melihatku berjalan duluan di depan mereka. Meski begitu, mereka tidak berhak mengeluh, karena sang ratu dengan lantang telah mengumumkan, bahwa akulah yang paling banyak berjasa dalam "misi" sebelumnya.
“Sungguh berisik saat kau berbicara. Bisakah kau diam?”
Seru sang ratu, seiring dirinya bergegas memasuki ruangan. Dari sini, aku bisa mendengar nada amarah dari ucapannya.
Segera setelah aku tiba di belakang sang ratu, wajah si sampah seketika berubah menjadi marah.
“Kenapa dia ada di sini!? Cepat hukum mati dia!”
“Tidak akan kubiarkan kau melakukannya!”
Kekuasaan sang ratu berada di atas kekuasaan si sampah, jadi para penjaga kerajaan tetap tidak bergerak.
“Grr... Dia hanyalah ratu palsu! Tangkap mereka!”
“Kau... Sampai menuduhku seperti ini... Kalau begitu, tidak ada pilihan lain; Aku adalah Ratu yang memerintah inti dari kekuatan-”
“Apa!? Rapalan mantra ini-”
“Aku telah membaca dan memahami satu hukum alam. Kurung dia dengan elemen es!”
Seluruh badan si sampah langsung membeku di dalam kurungan es.
Dia mencoba berbicara pada sang ratu, namun suaranya tidak bisa melewati kurungan es tersebut.
"Yang benar saja... Sejak kapan kau menjadi sebodoh ini?"
Saat sang ratu menutup kipas lipatnya, kurungan es itu segera menghilang.
"Besar dan kuatnya energi sihir itu, kau benar-benar istriku! Apa yang terjadi hingga kau datang ke mari!?"
Si sampah bertanya pada sang ratu, dan masih tidak percaya akan kehadirannya di istana.
"Mungkinkah si perisai-!?"
Apa kau akan menuduhkan semua hal buruk yang kau alami padaku!? Lebih baik hentikan saja.
Inilah kenapa aku tidak ingin datang ke istana...
"Bukan begitu. Sungguh... Apa kau benar-benar percaya, Tuan Pahlawan Perisai memiliki kekuatan semacam itu...? Sungguh bodoh."
Sang ratu menghampiri si sampah dan...
*PLAK!*
Menampar pipinya.
Kebingungan, si sampah mundur beberapa langkah dengan badannya yang gemetar, dan entah kenapa dia memelototiku.
“Ini bukan kesalahan Tuan Iwatani, aku sudah mengatakan ini sebelumnya.”
“--”
*PLAK!*
“Urgh!”
Tepat sebelum si sampah mencoba menyangkalnya, sang ratu menamparnya lagi.
“Dengarkan aku, beraninya kau tidak mematuhi perintahku dengan menyalahgunakan kekuasaanmu, dan membedakan perlakuanmu pada Pahlawan Perisai saat aku berada di luar negeri!? Kau ingin memicu peperangan antar negara!?”
“Tapi... Tapi dia-”
“Tidak ada tapi-tapi! Kita semua harus bekerja sama untuk persiapan melawan Gelombang Bencana, dan harusnya kau ikut membantu semua Pahlawan!”
Sang ratu memarahi si sampah dengan keras, hingga si sampah tidak diberi kesempatan untuk protes.
Tujuan dari tindakan sang ratu ini, adalah untuk menunjukkan bahwa semua Pahlawan kedudukannya setara.
“Baiklah, aku akan memperkenalkan diri lagi. Aku adalah Ratu Melromarc, namaku Mirelia.Q.Melromarc. Aku harap kalian bisa bekerja sama denganku.”
“Ah... Yah.”
“Sama... mohon kerja samanya.”
“Wow... menakjubkan.”
Itsuki, Ren, dan Motoyasu, wajah kesemuanya menunjukkan apa yang mereka pikirkan. Dan sekarang mereka menjadi kebingungan.
“Tuan Pahlawan Perisai, aku ingin meminta sedikit waktumu hari ini.”
“Untuk apa?”
“Mari kita berbincang-bincang dalam jamuan makan. Semua Tuan Pahlawan - kecuali Tuan Iwatani - silahkan beristirahat di ruangan tidur untuk tamu.”
“Bagaimana dengan Mein?”
Motoyasu bertanya sembari memperhatikan si jalang dengan khawatir, namun si jalang telah terikat dan tidak dapat berbicara.
“Kami akan mengadakan sedikit perbincangan tentang posisi-nya nanti di negeri ini. Tergantung dari situasi nanti, mungkin kau akan mendapat rekan yang baru, karena itu persiapkanlah segalanya dengan baik.”
“B-Baik…”
Berkat keputusan sang ratu, ketiga pahlawan itu telah “disingkirkan” dari ruangan singgasana.
Yang masih berada di ruangan ini adalah aku, Raphtalia, Filo, dan Melty.
“Fiuh…”
Bagian 2
Si sampah menghembuskan napas lega, karena sebelumnya dia telah menunjukkan pemandangan yang memalukan pada ketiga pahlawan tadi.
“Apa-apaan dengan ‘Fiuh…’ mu itu, hah!? Pembicaraan kita belum selesai!”
“Diriku tidak bersalah! Semua ini adalah salah si perisai!”
“Itu benar!”
Setelah ikatan pada si jalang dilepaskan, dia ikut membela si sampah.
Berisik sekali.
“Mama! Aku telah diperkosa oleh iblis itu!”
“Lalu apa salahnya dengan itu?”
“Apa salahnya!? Mama, itu adalah saat pertama yang berharga bagiku! Apa itu tidak berarti apa-apa bagimu!?”
“Memangnya kau masih perawan? Kau pikir aku tidak tahu? Kau sudah lama kehilangan keperawananmu.”
Oh, jadi sedari awal si jalang itu sudah tidak perawan?
Saat kupikir lagi, dia menuduhku telah memerkosanya sembari berpura-pura menjadi petualang yang tidak berdaya, bahkan jika dia sebagai ‘puteri kerajaan’ mengaku sudah diperkosa...
Karena Pahlawan Tombak menyelamatkannya, tindakan si jalang pun berubah menjadi keputusan yang terbaik. Namun rumor buruk tentang diriku telah menyebar luas.
"Petualang wanita" tersebut telah Pahlawan Tombak selamatkan, tapi tidakkah Motoyasu sadar kalau wanita itu diperlakukan bak tuan puteri dalam lingkungan sosial-nya? Meski begitu, sifat si jalang akhirnya menjadi seperti pelacur yang memalukan.
Mungkin inilah hukuman yang terbaik.
“K-Kenapa Mama bisa tahu!?”
“Kau pikir bisa menyembunyikan hubungan gelapmu dariku? Sikap meremehkanmu itu tidak tahu diri. Sejak awal, kalau kau memang mempunyai hubungan dengan Tuan Iwatani sang Pahlawan Perisai, mungkin nasibmu masih bisa diselamatkan…”
Sang ratu langsung mengalihkan pandangannya padaku.
Aku? Dengan si jalang ini?
“Jangan bercanda!”
“Kalau begitu, aku pun takkan memaksamu, Tuan Iwatani. Namun aku harap kau bisa melakukannya dengan Melty.”
Seolah pengaman sebuah bom telah dilepaskan.
“Kau ini bicara apa!? Melty yang manis masih terlalu muda!”
“Itu benar!”
Memuakkan rasanya memiliki pendapat yang sama dengan si sampah, tapi jika harus membangun hubungan seperti itu dengan Melty, bagiku terasa sedikit...
Aku belum menyimpang sejauh iu, seperti memiliki hubungan kekasih dengan seorang gadis kecil...
“Itu benar! Kenapa Ibunda berkata begitu!?”
“Kalian ini sedang membicarakan apa~?“
“Filo tidak perlu tahu!”
Yah, aku tidak mau merepotkan diri dengan perdebatan ini.
“Gugatan ditolak! Sudah kuputuskan, Melty akan menikahi Tuan Iwatani sang Pahlawan Perisai.”
“Apa kau bilang…!”
“Kau ini masih tidak mengerti juga? Adanya kesempatan terbaik seperti berteman dengan musuh lama, sangat jarang kemunculannya. Lalu apa yang akan kau lakukan, jika kesempatan itu muncul di depan matamu?”
“Apa maksudmu?”
Di samping tidak pahamnya si sampah, bahkan aku sendiri bisa memahami maksud sang ratu.
Mungkin Silt Welt menaruh kepercayaan mereka pada sosok Pahlawan Perisai. Dengan begitu, perlakuan buruk negeri Melromac padaku, akan membuat Silt Welt sangat memusuhi negeri ini.
Jika sosok tokoh yang mereka percaya, yaitu Pahlawan Perisai yang sekaligus menyandang gelar Pahlawan Perisai, menikahi seorang wanita dari negeri ini, maka itu akan memberi dampak positif yang besar terhadap hubungan antar kedua negara tersebut.
Bahkan mereka bisa menjadi sekutu, situasi-nya akan menjadi lebih sempurna jika Pahlawan Perisai memiliki seorang anak dari pernikahan tersebut.
Setelah semua peristiwa itu terjadi, tidak mungkin negeri Silt Welt dan Melromarc tetap bermusuhan.
"Sayangnya, rencana anda untuk menikahkan puteri anda denganku, sudah terlambat."
"Begitu kah...? Melty, berjuanglah untuk mendapatkan Tuan Iwatani sang Pahlawan Perisai."
"T-tidak!"
Setelah pernikahan politik itu "ditentukan" oleh sang ratu, Melty menolaknya, namun wajahnya menjadi merah padam.
Yah, memang takkan mengenakkan rasanya, harus menikah untuk kepentingan politik di usianya yang masih belia. Tentu saja, aku takkan mengambil tindakan yang akan memajukan kemakmuran negeri ini.
Sudahlah, jangan memaksakan rencana pernikahan ini.
"Oh? Tapi Shadow memberitahuku, kalau Melty masih memiliki kesempatan untuk mendapatkanmu."
"Berarti prediksi Shadow itu kurang bisa dipercaya."
"Mu..."
"Apa...? Oh, apa kau tidak suka dianggap sebagai anak kecil?"
Gadis seusia Melty sungguh merepotkan.
"Nampaknya Melty masih memiliki kesempatan. Bagaimana? Melty akan menjadi ratu di kemudian hari. Bukankah rencana bagus, jika kau merusak negeri ini dari dalam dengan menempatkan seorang ratu boneka?"
"Kalau begitu, dari dulu sudah kubuat kau menjadi ratu boneka. Aku tidak ingin terus tinggal di dunia ini, lebih dari apapun."
"Itu tidak jadi masalah... Kau hanya perlu menghamili Melty dan memberinya anak darimu, Tuan Iwatani."
... Sungguh kalimat yang kurang pantas untuk dikatakan seorang ratu. Tentu saja, rencana itu akan sangat efektif untuk urusan diplomasi.
Sebenarnya rencana itu sangat brilian. Memangnya kita sedang di dalam manga?
"Semua pengganjal dari mempunyai puteri dan suami yang tidak cakap telah dihilangkan. Baguslah Tuan Iwatani masih lajang. Dengan ini, kau bisa mendapatkan sekutu yang kuat. Jika kau meluluhkan hati Melty, maka ratu Melromarc yang selanjutnya sudah ada di dalam gengaman tanganmu."
"Siapa juga yang mau menikahi seorang yang jelek sepertinya!"
Kali ini maumu apa, jalang?
Kenapa kalian tidak juga mengerti apa yang kuinginkan-
"Dia tidak jelek!!!"
"Dia tidak jelek!!!"
"Dia tidak jelek!!!"
Raphtalia, Filo, dan Melty membantah si jalang dengan bersamaan.
Sekarang malah kalian bertiga yang bersikap aneh...
Bagian 3
"Apa? Aku hanya mengatakan yang sebenarnya. Kalau kalian membantah dan marah seperti itu, berarti yang kukatakan memang benar."
"Biar kita tegaskan lagi. Kenyataan bahwa kau sudah tidak perawan pun sudah tidak terbantahkan."
"Tidak ada satupun bukti tentang itu. Tanya saja Tuan Motoyasu, aku ini masih perawan."
"Tidak perlu. Aku sudah lama tahu tentang kebohonganmu. Cara bicara dan sikapmu sama sekali tidak sesuai. Malty, jika kau ingin berbohong, setidaknya buatlah kebohonganmu lebih bisa dipercaya. Meski kau sanggup menipu Tuan Pahlawan Tombak, kau takkan bisa menipuku... Sejak awal, sudah lama kau 'menggunakan' tubuhmu demi mendapatkan apapun yang kau inginkan..."
Dan begitulah dimulainya ceramah sang ratu terhadap si jalang.
Meski begitu, terlihat jelas kalau si jalang tidak memperhatikan perkataannya; nyatanya tidak ada seorangpun yang memperhatikan ceramahnya.
Sepertinya tindakan sang ratu ini sudah menjadi kebiasaan baginya.
"Saat adikmu terlibat dalam sebuah konspirasi, kau tidak hanya memanfaatkan kejadian itu tanpa mencoba melindunginya, bahkan kau mencoba melenyapkannya dengan bantuan dari pihak gereja."
Eh?
Jadi si jalang tidak diperalat oleh pihak gereja? Apa si sampah yang mereka peralat? Mungkin mereka berdua sama-sama telah ditipu oleh mereka...
"Mungkin kau mengira akan menjadi ratu selanjutnya juga."
"T-tidak! Itu tidak benar, Mama!"
Yah... dilihat dari rapalan mantranya saja, sudah jelas kalau si jalang menginginkannya. Dalam rapalan sihirnya, jelas-jelas dia menyebutkan dirinya sebagai ratu.
Di luar dugaan si jalang, sang ratu menyatakan bahwa ratu selanjutnya adalah Melty, dan bukan dirinya. Setelah mendengar keputusan sang ratu, aku kehabisan kata-kata.
"Ini pasti bohong!"
"Ini adalah kenyataan yang tidak bisa dibantah lagi."
"... hal sepele seperti ini, harusnya tidak perlu dipermasalahkan juga."
Wow... Aku baru bisa menebaknya.
Meski kalian adalah penguasa korup, tapi tetap saja kalian ini satu keluarga. Sang ratu terlihat tetap bisa mengendalikan emosi-nya.
"Selanjutnya, Aultcray."
Setelah ditatap oleh sang ratu, si sampah tersentak hingga sedikit terdorong ke belakang.
"Apa yang kau lakukan? Membuang Pahlawan Perisai tanpa menyelidiki dulu kasus yang dituduhkan padanya, dan seharusnya dialah yang paling diutamakan untuk negeri ini lindungi... Aku benar-benar merasa sudah dipermalukan. Ke mana perginya sifat murah hatimu, yang dulu telah membuatku jatuh cinta padamu...?"
"I-Itu karena si iblis perisai adalah makhluk jahat!"
"Malty tidak diperkosa olehnya. Itu hanyalah rumor palsu. Sekarang... alasan apa lagi yang akan kau gunakan?"
"Grr... Si iblis perisai itu makhluk terkutuk!"
Kelihatannya apapun kebenaran yang dikatakan padanya, si sampah akan tetap menganggapku sebagai sosok yang jahat. Dalam situasi seperti ini, menjelaskan kejadian sebenarnya, sama saja dengan menyiramkan minyak ke dalam api.
"Ya ampun... Ke mana hilangnya semua kebijaksanaanmu...? Kau benar-benar telah berubah!"
Urat di wajah sang ratu kembali muncul pada keningnya yang dia sentuh.
"Nampaknya tidak ada lagi pembelaan diri yang akan kalian lakukan."
Setelah mendengar ucapan sang ratu, si Jalang dan si Sampah sama-sama memalingkan muka. Yah, aku mengerti mereka takkan mau meminta maaf padaku. Sudah kuduga.
Kenapa sang ratu menunjukkan pemandangan ini padaku? Mereka berdua juga tidak akan merenungi tindakan yang telah mereka lakukan.
"Hanya ada satu cara untuk menyelesaikan masalah ini, dan seharusnya sudah bisa dipahami tanpa harus kukatakan lebih dulu."
Sembari menyerukan itu, sang ratu menutup kipas lipatnya, lalu menggunakannya untuk menunjuk ke arah si jalang dan si sampah.
"Akan aku copot semua kewenangan kalian berdua sebagai keluarga kerajaan, selamanya."
"Apa!?"
"Ehh!?"
Si sampah dan si jalang memekik bersamaan dengan terkejut. Sepertinya mereka berdua masih belum mengerti, seberapa besar kejahatan yang telah mereka lakukan. Ini cukup masuk akal.
Ah... sungguh pertunjukkan yang menyegarkan. Aku ingin melihatnya lebih jauh lagi.
"Tuan Naofumi... apa yang sedang kau tertawakan?"
"Kau masih belum mengerti, Raphtalia?"
"Bukannya aku tidak mengerti, tapi rasanya sikapmu itu kurang pantas..."
"Ibunda... sedang serius."
"Hm~?"
Filo memiringkan kepalanya. Dia benar-benar tidak mengerti semua yang terjadi sekarang.
Yah, lagipula dia ini hanya seekor burung. Hal yang dia pikirkan hanyalah kereta dan makanannya.
"Kenapa!?"
"Karena semua tindakanmu itu, melenceng jauh dari kewenangan yang diberikan padamu. Kalau kau sungguh-sungguh menyesal, bagaimana pun caranya, memohon maaflah pada Tuan Iwatani..."
"Dengan begitu, kau akan memaafkanku?"
"Mungkin beberapa hukuman bisa membuatmu mempertimbangkan kembali keputusanmu."
Hukuman, huh... Terdengar menarik bagiku, hari ini terasa semakin indah saja.
"Jika aku tidak lagi dianggap keluarga kerajaan, bagaimana dengan nasib negeri ini?"
"Masih ada Melty. Dia jauh lebih cakap dibanding dirimu, dan karenanya negeri ini akan berkembang."
Yah, sudah jelas Melty yang akan mewarisi posisi ratu dibanding si jalang.
Nampaknya Melty telah banyak belajar, dari kejadian yang kami alami bersama sebelumnya.
"Jika diri ini tidak lagi menjadi raja, semua sekutu kami takkan tinggal diam."
"Aku telah membungkam mereka semua; Kau pikir selama 3 bulan ini aku tidak melakukan apa-apa? Anggapanmu itu sungguh suatu kesalahan yang besar."
"Apa-"
Si sampah begitu terkejut hingga tidak mampu berkata-kata. Mulutnya menganga terperangah, dan tidak lama menutup kembali.
"Sejak awal, siapa yang memberimu hak untuk memanggil keempat Pahlawan? Sudahi bantahanmu sampai di sini."
"Apa maksud anda?"
"Apa sebelumnya Tuan Naofumi tidak merasa curiga? Kenapa aku, yang memiliki kekuasaan tertinggi di negeri ini, tidak hadir saat pemanggilan Pahlawan? Aku sedang mengunjungi negeri lain untuk meningkatkan hubungan dengan negeri lain."
Jika wanita ini yang bertanggung jawab atas pemanggilan keempat Pahlawan, maka semuanya akan berjalan jauh lebih lancar. Kami akan "diarahkan" dan semua potensi kami akan bisa dimanfaatkan olehnya. Setidaknya, saat aku baru datang ke dunia ini, aku yakin bisa "digiring" dengan mudah.
Mungkin sang ratu akan menitipkan Melty sang puteri kedua padaku, dan mungkin akan diadakan sebuah pernikahan politik berkedok "pernikahan atas dasar cinta".
"Pertama, ada sebuah masalah di negeri ini yang harus aku singgung. Negeri ini... mendapat posisi giliran ke-4 untuk memanggil keempat Pahlawan, sesuai dengan yang tercantum dalam perjanjian para penguasa di dunia ini."