Date A Live (Indonesia):Encore Bab 3

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Yoshino Fireworks.jpg

Pemalu dan sedikit pendiam.

Meskipun dia adalah spirit yang lebih lembut dari pada kebanyakan manusia——Yoshino.

"Shidou-san...... Aku, Aku, mempunyai sebuah...... tempat yang ingin...... kudatangi."

Dia mengumpulkan keberaniannya dan meminta [hak untuk berkencan] dengan Shidou.

Keduanya berangkat untuk melihat kembang api, Namun......





Pada sebuah malam di musim panas.

Itsuka Shidou sedang menyiapkan makan malam di dapur seperti biasa.

"Shido, ada makanan apa untuk makan malam ini?"

Suara seorang gadis terdengar dari ruang tamu.

Berbalik dan melihat ke arah itu, dia menemukan gadis yang rambutnya hitam panjang seperti langit malam dan juga mata bagaikan kristal——Tohka saat ini sedang berbaring di atas bola yoga dan melihat ke dapur. Meskipun dia tinggal di apartemen sebelah, dia terkadang memasuki kediaman Itsuka untuk bergabung dengan mereka demi makan.

"Nn, hari ini agak panas. Kalau begitu aku akan membuat soba dingin."

"Oooh!"

Ketika Shidou baru menyelesaikan kalimatnya, mata Tohka mulai berkelap-kelip. Setelah menempatkan semua berat badannya ke bola yoga, dia memanfaatkan efek pantulannya untuk berdiri.

"Apa, apa ada mie warna pink?"

"Ada. Dan ada warna hijau juga."

"Ap, apa yang kau katakan......"

Tohka menunjukan ekspresi seolah-olah dia adalah seorang pendeta yang telah menerima pesan dari surga, kedua tangannya gemetar.

Sungguh seseorang yang emosional. Shidou menunjukkan sedikit senyuman sambil melanjutkan.

"Jadi, bisakah kau membersihkan meja untukku dulu?"

"Nn, nn! Serahkan padaku!"

Tohka membalasnya dengan antusias, setelah itu dia dengan tergesa-gesa merapikan koran dan majalah yang menutupi meja.

Kelihatannya dia telah menemukan sesuatu saat tengah bersih-bersih, "Nn?", bersuara dengan curiga, tangannya juga berhenti.

"Nn? Ada apa?"

"Umm, Shido, apa ini?"

Setelah itu, Tohka membuka sebuah pamflet. Diatasnya tercetak sebuah gambar kembang api besar dan informasi terkait Festival Kembang Api yang diadakan dalam waktu dekat.

"Itu adalah festival kembang api. Ternyata waktunya sudah tiba yah."

"Kembang api?"

Tohka melebarkan matanya dan memiringkan kepalanya ke satu sisi.

Di waktu yang sama saat Tohka membuat sikap itu, pintu ruang tamu tiba-tiba terbuka, diikuti dengan sosok mungil berjalan masuk.

Sejak dia satu-satunya orang yang masuk tanpa menekan bel pintu, selain Tohka dan orang tuanya yang bekerja diluar negeri, adalah adik perempuannya Kotori. Shidou berbicara sambil memotong bawang dengan beraturan.

"Jadi kamu akhirnya pulang. Makan malam akan segera siap jadi kamu harus cepat dan berganti ——"

Shidou berhenti berbicara setelah berbalik.

Gadis yang berjalan masuk ke ruangan, berbeda dari yang Shidou duga.

Dia tampaknya hanya sekitar sepuluh tahun. Sebuah baju one-piece berwarna cerah menyelimuti kulit putih saljunya, dia menyembunyikan rambut birunya menggunakan pinggiran lebar dari topi bundarnya. Sebuah desain boneka kelinci yang aneh dikenakan di tangannya.

"Yoshino?"

Setelah Shidou memanggil namanya, Yoshino memperlihatkan matanya yang seperti berlian di balik topinya, seolah mencoba untuk memastikan keberadaan Shidou padanya.

Sepasang mata indah yang tak mungkin bisa dimiliki seorang manusia.

Itu benar. Dia —— sama seperti Tohka, intinya, bukanlah manusia. Mereka adalah makhluk hidup yang dikenal sebagai [Spirit] yang khususnya membuat bencana.

Meski demikian, kekuatan mereka saat ini telah disegel melalui suatu cara, sebagai hasilnya mereka tidak lagi berbahaya. Sebenarnya, Yoshino yang mana sedang dibawah perlindungan <Ratatoskr>, saat ini bertempat tinggal di atas pesawat di kamar, mempelajari informasi penting demi suksesnya integrasi ke dalam masyarakat.

"Se, selamat malam...... Shidou-san, Tohka-san."

[Aha— lama tak berjumpa Shidou-kun. Bagaimana keadaanmu? Apakah kamu terus menerus tak bisa tidur sambil menghabiskan waktu sendirian memikirkan tentang Yoshino?]

Setelah Yoshino menundukkan kepalanya dengan hormat, boneka yang dikenakan di tangan kirinya ——[Yoshinon] membuka mulutnya dan memberi suara bersemangat.

Karena perbedaan nada bicara dan kepribadian mereka, Shidou hanya bisa sedikit tersenyum.

Meskipun kelihatannya seperti suara perut......tapi sebenarnya bukan itu masalahnya. [Yoshinon] adalah kepribadian kedua yang tinggal dalam diri Yoshino, apa yang [Yoshinon] katakan bagaimanapun tidak dikendalikan oleh kemauan Yoshino.

Nyatanya, saat ini, Yoshino juga sedang menutup mulut [Yoshinon] yang baru saja mengucapkan kata-kata itu dengan wajah memerah.

"Maafkan...... Aku, aku......"

[Mm——! Mm——!]

Yoshino meminta maaf sambil menundukkan kepalanya sekali lagi, [Yoshinon] di sisi lain sedang berusaha membebaskan diri. Sungguh menyenangkan melihat mereka seperti itu, Shidou hanya bisa tertawa.

"Tidak apa-apa...... kamu butuh sesuatu, Yoshino?"

Shidou bertanya, Yoshino di sisi lain langsung terlonjak.

"T, tentang...... itu adalah......"

Yoshino tampaknya ragu-ragu untuk membicarakannya, membiarkan matanya melihat-lihat disekitar, namun tampaknya dia sudah mengambil keputusan seraya membuka mulut.

"K, kamu masih seorang...... pecundang seperti yang kulihat, Shidou...... kamu seharusnya, merasa bangga...... lihatlah dirimu, orang yang miskin, rendahan, lugu dan tak berguna...... Aku akan memberimu...... alasan untuk hidup. Besok malam...... bawa aku...... ke Festival Kembang Api. Tu, tugas seperti itu...... bahkan seekor kutu yang telah berevolusi ke tingkatan kemanusiaan...... pasti bisa melakukannya kan?"

Yoshino terbata, mengucapkan kata-kata yang biasanya tak pernah dia katakan.

"Ap......ap, ada apa, Yoshino?"

Tohka cemberut dalam kebingungan juga, keringat menetes di pipinya.

Namun Shidou bertingkah berbeda. Setelah wajahnya mengejang, dengan lambat ia mengangkat kepalanya.

"............ Hei, kau sialan."

"......! Ma, maaf, maaf, maaf......! T, Tapi......"

Yoshino menundukkan kepalanya untuk menunjukkan permintaan maaf dari hati yang terdalamnya.

Tapi Shidou tidak menyalahkan Yoshino sama sekali. Dia melihat sekilas ke belakangnya —— ke pintu yang Yoshino buka sebelumnya. Seperti yang diduga, Kotori yang gemetaran berusaha mengendalikan tawaannya sedang berdiri disana mengamati kejadian itu.

"Kotori! Apa yang sedang kamu coba tambahkan ke dalam lubuk hatiku!"



"...... jadi kamu mencoba untuk mengatakan, kalau kamu ingin pergi melihat Festival Kembang Api?"

Setelah Kotori keluar dari tempat mengintipnya di belakang pintu, Shidou berbicara sambil menghela.

Shidou diberi tahu kalau Yoshino begitu ingin melihat [Kembang Api] yang dia baca di buku dengan matanya sendiri. —— dia ingin mengambil kesempatan itu dan menggunakan [Hak Kencan]-nya dengan Shidou, berkonsultasi dengan Kotori tentang masalah itu.

"Itu benar. Aku ingat kalau ada Festival Kembang Api di Tenbagawa besok? Kau harus membawanya kesana."

Gadis yang rambut panjangnya diikat menggunakan pita hitam ——Kotori berbicara sambil duduk di atas sofa dengan sikap angkuh.

Menjelaskan yang disebut [Hak Kencan], maksudnya hak untuk memiliki Shidou selama seharian penuh, Yoshino memperolehnya dari sebuah kompetisi tertentu. Tentu saja jika Shidou memprotes akan di abaikan...... Tapi yang lebih penting karena situasinya bisa saja memanas jika hak itu diberikan kepada orang lain selain Yoshino karena protesnya, jadi tidak ada pilihan lain selain setuju sambil diam.

"Kalau itu masalahnya lalu tidak bisakah kamu membiarkannya berkata dengan biasa. Apa yang sedang kamu coba untuk Yoshino lakukan?"

"Yah, jika kami tidak membiarkannya seperti itu, maka tidak akan berguna terhadap Shidou yang sekeras bongkahan kayu...... Jadi apa jawabanmu?"

"Aku tidak benar-benar berlawanan atau apapun......"

Shidou melirik Tohka yang duduk disamping. Karena dia orang yang paling tertarik dengan aktivitas ini.

Setelah mendengarkan Kotori membicarakan Festival Kembang Api, pipinya sedikit tersipu, dan mengepalkan kedua tangannya yang bergetaran.

...... dengan kata lain, dia sedang mengendalikan dirinya.

"Ha......!"

Pada saat itu, tampaknya Tohka memperhatikan tatapan Shidou, bahu Tohka tersentak.

"Bu, bukankah itu ba, bagus? Kesempatan langka itu...... Kalian berdua harus menikmatinya sepenuhnya."

Meskipun Tohka mengatakannya. Air mata jelas bisa terlihat di sudut matanya, jelas sekali dia sedang menahan diri.

Wajah Shidou mulai berkeringat, dan ia berbalik ke Yoshino. Yoshino pun juga berekspresi sama.

"Umm...... Tohka-san, jika kamu mau...... apa kamu ingin ikut dengan kami?"

"! Su, sungguh!?"

Setelah Yoshino mengatakannya, Tohka hanya bisa berdiri —— tapi dengan cepat dia menggelengkan kepalanya dengan tegas bermaksud membujuk diri sendiri.

"Tidak...... aku tidak bisa. Kencan ini milik Yoshino yang menang. Jika aku bergabung dengan kalian, maka ini tidak benar."

Tohka memutar-mutar jarinya sambil bicara.

Melihat kondisi Tohka yang menyedihkan, Kotori hanya bisa mengangkat bahu.

"Baiklah baiklah, kami akan membiarkan Reine membawa Tohka kesana. Tidak ada masalah selama kalian berdua berjalan terpisah kan?"

Saat Kotori selesai bicara, ekspresi Tohka langsung ceria dalam sekejap.

"! Uu...... baiklah, jika kalian benar-benar mau aku pergi, kurasa aku tidak bisa menolaknya!"

Melihat Tohka, Shidou dan Yoshino menatap satu sama lain dan sedikit tersenyum.



?


Hari selanjutnya, Shidou menunggu Yoshino dekat patung yang mana bentuknya masih tergantung pada imajinasi setiap orang untuk dibayangkan di stasiun terdekat dari Festival Kembang Api.

Sekarang masih belum jam 6 sore. Masih ada sekitar satu jam sampai Festival dimulai, namun jumlah dari wisatawan sudah memenuhi diluar stasiun. Diantara mereka adalah wisatawan yang berniat mengelilingi Game Station, ada beberapa orang membawa paket berisi takoyaki atau bola yo-yo yang sedang memasuki stasiun.

"Meskipun aku sudah menduga ini...... tapi tentu banyak orang disini."

"Mengapa kau masih berdiam diri. Kami baru saja mengirim Yoshino kesana, dia seharusnya akan segera sampai, kalian berdua sebaiknya berhasil bertemu oke?."

Seolah-olah menjawab percakapan Shidou, suara Kotori terdengar di telinga kanan Shidou.

Meskipun mental Yoshino stabil, Shidou masih memakai alat pendengar atas permintaan <Ratatoskr> untuk berjaga-jaga.

"—— menurut peraturan, kami tidak akan memberikanmu instruksi apa-apa hari ini, tapi ada anggota kru <Ratatoskr> di lokasi juga. Jadi jangan ragu untuk bertanya jika terjadi sesuatu."

"Aku mengerti."

"Baiklah kalau begitu, kami serahkan Yoshino padamu."

Setelah itu, percakapan dengan Kotori diakhiri.

Setelah menegaskan fakta ini, Shidou mulai melihat-lihat untuk mencari Yoshino.

Dan kemudian.

"Aku, Aku telah membuatmu...... menunggu."

[Ooh—, kami telah membuatmu menunggu Shidou-kun.]

Sebuah suara tak asing terdengar entah dari mana di dekatnya, Shidou membalikkan tatapannya ke bawah.

"......!"

Shidou tanpa sadar melebarkan matanya karena melihat kejadian yang benar-benar melebihi dugaannya.

Yoshino tidak mengenakan pakaian one-piece seperti biasa, melainkan kimono biru muda. Dia juga tidak memakai topi bundarnya, sebagai gantinya dia menggunakan jepit rambut untuk menahan rambut indahnya di tempat.

Semua itu dilengkapi juga dengan fitur boneka Yoshino, memancarkan kecantikan tiada banding. Shidou tidak bisa berkata apa-apa, melihat sosoknya.

"Shidou...... san?"

"! Ah, maaf tentang itu."

Kembali ke kenyataan setelah mendengar suara pemalu Yoshino, Shidou melihat-lihat ke sekitar sebagai alasan untuk tingkah lakunya saat ini. Akan tetapi [Yoshinon] yang memiliki jepitan rambut yang sama mulai terkikih.

[Ayaya——?Jangan katakan padaku kalau kau gugup dengan kimono Yoshino? Ah ——, bukankah itu bagus Yoshino. Tidak sia-sia kan dibantu Reine.]

"Gu......"

"Yo, Yoshinon......! Kamu, kamu seharusnya tidak mengatakan hal itu. Shidou-san, ti, tidak akan......"

Yoshino dengan tergesa-gesa menahan mulut [Yoshinon], dan berbalik melihat Shidou.

"Yah...... aku berpikir kalau kamu cantik."

Ketika Shidou mengatakan yang sebenarnya, wajah Yoshino langsung berubah merah merona.

"It, itu, itu......"

Kemungkinan dia tidak menduga benar-benar dipuji oleh Shidou, Yoshino melambaikan tangan kanannya dengan panik, berusaha untuk menyembunyikan ekspresinya dengan pinggiran topinya.

Namun apa yang ada di kepalanya bukanlah topi matahari, tapi jepit rambut berbentuk bunga. Yoshino menggunakan tangannya untuk menutupi wajahnya sebelum melepasnya dan mengulanginya beberapa kali, sebelum menundukkan kepalanya dengan kebingungan sambil memikirkan ekspresi apa yang harus ia buat.

Mereka berdua bertatapan dengan diam-diam satu sama lain dengan wajah memerah, dan meskipun ini kesempatan sempurna untuk mengganggu, [Yoshinon] memilih untuk berdiam sambil menyeringai.


"Ba, bababaiklah kalau begitu...... ayo jangan berdiri saja disini, ayo kita pergi?"

"!Y, ya......! Lalu aku akan ada dalam...... penjagaanmu."

Setelah Shidou berbicara, Yoshino dengan hormat menundukkan kepalanya menunjukkan ekspresi yang sangat panik.

"Nn, ayo jalan kesini."

Setelah itu, Shidou mulai berjalan ke arah sungai, namun suara [Yoshinon] memanggilnya.

[Oi oi Shidou-kun. Ada banyak orang disini dan kau mau berjalan terus ke depan?]

"Eh?"

Setelah berbalik melihat, dia akhirnya menyadari apa yang terjadi. Bukan hanya karena saat ini Yoshino mengenakan kimono, dia juga mengenakan sandal kayu yang tidak biasa dipakainya.

"Kau benar, Maafkan aku. Karena kita masih punya waktu, ayo jalan dengan perlahan-lahan."

[Tsk tsk tsk. Bukan itu masalahnya Shidou-kun.]

"Eh?"

[Cepatlah, Yoshino.]

Setelah itu, [Yoshinon] dengan pelan memeluk pipi Yoshino yang memerah.

Yoshino menggertakan giginya sambil terlihat kepanikan di wajahnya, dan berkata setelah keputusannya ditetapkan.

"U, um, Shidou-san."

"Ada apa?"

"Aku...... hari ini, menggunakan hak kencan...... dengan Shidou-san."

"Nn, itu benar."

"Jadi...... hari ini adalah, adalah, adalah kencan yang aku miliki dengan, Shidou-san......"

"Yah, begitulah."

"Itu, jadi, tentang itu...... tidak apa jika kamu menolak...... jika kamu tidak ingin."

Yoshino dengan malu-malu mengulurkan tangan kanannya.

"Bi, bisa tolong...... pegang tanganku?"

Setelah itu, dia melihat wajah Shidou. Tampaknya Yoshino telah membuat sebuah resolusi yang sangat besar ketika ia mengatakan itu, di sudut matanya sedikit basah, bibirnya juga bergetar.

"Oh. Tentu saja kita bisa."

Shidou yang tergerak untuk beberapa saat, setelah memasang ekspresi tenang, acuh tak acuh, dia memegang tangan kecil Yoshino.

Kemungkinan dia ketakutan karena sentuhan tiba-tiba, bahu Yoshino tersentak.

"! Maafkan aku, apakah aku menakutimu?"

"T, tidak...... aku baik-baik saja."

"B, begitukah. Baik kalau begitu —— ayo pergi."

"Baiklah......"

Yoshino menyembunyikan ekspresi kakunya sambil dengan bersungguh-sungguh menganggukkan kepalanya. Di sisi lain, [Yoshinon] mengatakan, [Bagus. Itu baru gadis baik.] sambil membelai kepalanya.

Meskipun ini bukan pertama kalinya Shidou memegang tangan seorang perempuan...... Tapi dia merasa sangat gugup untuk beberapa alasan.

Pada saat itu ——

"......!?"

Ia tiba-tiba merasa mereka sedang diawasi entah dari mana, Shidou berbalik dan melihat sekitarnya.

"Shidou-san......? Apakah...... ada sesuatu yang salah?"

"Tidak ada...... sepertinya aku hanya berhalusinasi."

Ini bisa saja terjadi karena faktanya dia sedang berpegangan tangan dengan seorang gadis cantik, Shidou telah menarik tatapan iri dari orang yang lewat.

Setelah mengambil nafas dalam-dalam, dengan lembut Shidou memegang jari Yoshino seolah mereka akan hancur dibawah sedikit tekanan, dengan lambat melangkah maju.





Setelah mengikuti arus keramaian selama lima belas menit, mereka bisa melihat bermacam-macam cahaya kios pada kedua sisi jalan.

Selain yakisoba, takoyaki, permen kapas dan bermacam makanan yang ada di kios-kios, ada kios yang memajang balon air, permainan menangkap ikan mas, galeri menembak, ukiran kecil dan hadiah dari lotere. Meskipun tidak ada banyak perbedaan di antara kios-kios tersebut, bisnis sedang booming.

"Waah......"

Yoshino melebarkan matanya, berseru heran.

"Ini sungguh......menakjubkan."

[Ramai sekali di sini —— dan lagi, tempat apa ini? Bisakah kita membeli kembang api disini? Dan bisakah kita menyalakannya dan membiarkannya terbang?]

[Yoshinon] memiringkan kepalanya sambil kebingungan, di sisi lain Shidou hanya bisa merespon dengan senyuman masam. Jika semua orang disini menyalakan sebuah kembang api besar mereka masing-masing, pastinya akan menjadi sebuah pemandangan yang menakjubkan.

"Itu tidak benar, mereka akan menyalakan kembang api di sisi lain dari sungai. Mereka hanya menjual makanan dan mainan di sini."

[Eh? Apa hubungan itu dengan Festival Kembang Api?]

"Uuuh...... Aku, aku sendiri tidak tahu......"

[Hn—— Kelihatannya disana tampak beberapa persoalan filosofis kehidupan sulit yang tersembunyi dibalik semua ini —]

[Yoshinon] tampaknya telah mengerti sesuatu sambil dia mengangguk dengan tangan yang dilipat.

Wajah Shidou menunjukkan senyuman kaku, dan berbalik melihat ke Yoshino.

"Apakah ini pertama kalinya Yoshino melihat kios-kios ini juga?"

Setelah Shidou bertanya, Yoshino menganggukkan kepalanya dengan agak semangat.

"Aku telah, melihat mereka di dalam, buku-buku sebelumnya...... tapi ini, pertama kalinya aku melihat yang aslinya."

"Begitukah."

Yoshino berekspresi gembira di wajahnya, ada untungnya juga membawanya untuk menonton festival. Shidou tersenyum sambil memeriksa waktu di telepon genggamnya.

"Masih ada waktu sampai mereka melepaskan kembang apinya, ayo jalan-jalan."

"! Bolehkah......?"

"Tentu saja, ini juga merupakan bagian dari Festival Kembang Api. Apakah kamu mempunyai sesuatu yang ingin kamu makan atau miliki? Biar kutraktir.”

"B, baiklah......"


Yoshino melihat-lihat, dengan panik melirik ke kios-kios di sekitarnya.

"Ahaha...... Maafkan aku. Ayo keliling dan melihat-lihat dulu."

"Ah, ba, baiklah. Sungguh maafkan aku......"

Yoshino menganggukkan kepalanya, dan dengan erat memegang tangan Shidou.

Saat berjalan melewati keramaian, Yoshino tiba-tiba berhenti.

"Nn? Ada apa Yoshino?"

"Shidou-san...... Apa, itu?"

Setelah itu, Shidou berbalik ke kiri.

"............"

Kemudian, Shidou terdiam tanpa kata di tempat.

Di arah itu terdapat sebuah tempat galeri menembak. Terdapat sepuluh senjata yang menembakkan sumbat botol, di dalam galeri ada beberapa target ditempatkan di sana.

Tidak masalah jika hanya itu hal yang mereka lihat. Itu adalah sebuah galeri menembak yang tidak terlalu berbeda dengan yang lainnya.

Namun hal itu hanya berlaku apabila target menembak itu bukan seorang pria setengah telanjang mengenakan topeng yang tampaknya sangat tidak asing.

"Aaah...... Cepat! Seseorang cepatlah tembak aku!"

"Tutup mulutmu Kannazuki. Ini karena kesalahan menjijikanmu semua orang menjauh dari sini. Jika kau sungguh ingin seseorang meledakkanmu menjadi potongan-potongan maka tutup mulutmu dan diam disana. Atau jangan katakan padaku kau tidak bisa melaksanakannya? Kelihatannya menggantimu dengan sebuah boneka sebagai target akan menjadi pilihan yang lebih baik huh?"

Pemilik kios dengan tegas menegur. Bukankah pemiliknya sedikit terlalu muda untuk menjaga sebuah kios...... Setelah melihat lebih dekat, bukankah itu Kotori yang sedang menyamar?

"Ku, Kuuuuu, tapi ini sungguh membuatku tidak sabar......!"

Seorang pria bersuara kecewa sementara masih diikat ke rak. ......tidak peduli bagaimana kau melihatnya, dia adalah Wakil Komandan <Ratatoskr> juga sebagai Wakil Kapten kapal udara <Fraxinus>——Kannazuki Kyohei.

Orang-orang di sekitar menjaga jarak mereka, setiap kios melakukannya dengan baik kecuali yang satu ini.

Shidou memegang kepalanya. Meskipun dia sudah mendengar bahwa seseorang dari organisasi telah menyusup, namun......

"Mengapa seperti ini!?"

"......!?"

Ketakutan karena teriakkan Shidou yang mendadak, Yoshino langsung melompat.

"Ah, ma, maaf tentang itu."

"Ini, tak apa......, tapi, itu...... Shidou-san, ada apa?"

"Yoshino, ayo pergi ke kios lain."

"Eh, tapi......"

Shidou memaksa Yoshino untuk pergi dengannya tanpa mengucapkan kata-kata lain. Bukan hanya karena Shidou tidak ingin membiarkan Yoshino terus-terusan menonton kejadian itu...... tapi akan menjadi bencana jika Yoshino tercemar oleh pengaruh buruk mereka.

Pada saat itu, Yoshino tampaknya telah menemukan objek lain yang didapatinya dengan penasaran. Dia berhenti berjalan dan bertanya pada Shidou.

"Um, lalu, Shidou-san, apa...... itu?"

"Hm?"

Apa yang telah Yoshino lihat, adalah kios yang menjual es serut. Banyak sekali butiran-butiran es yang berkilau keluar dari mesin yang besar itu.

"Indahnya......"

"Ya, itu adalah es serut. Sebuah balok es diserut menjadi potongan-potongan kecil sebelum dimakan dengan sirup yang ditambahkan ke dalamnya."

"Apakah itu, makanan?"

Yoshino melebarkan matanya dengan terkejut. Ahh, jika orang yang melihatnya tanpa pengetahuan pun, akan menjadi terlalu indah untuk menyebut es serut sebagai makanan.

"Benar, itu enak lho. Maukah kamu mencobanya?"

"......!"

Setelah Shidou bertanya, Yoshino menganggukkan kepalanya dengan setuju.

"Lalu...... rasa apa yang kamu suka?"

Shidou memegang tangan Yoshino dan berjalan ke toko, bertanya padanya setelah melihat di papan yang mana memiliki rasa stroberi, melon dan rasa lainnya yang tertera disitu.

"Aku serahkan padamu."

"Eh? Kalau begitu, aku mau......"

Disaat yang sama saat Shidou melihat menu, dia melihat seseorang yang menjaga kiosnya.

...... entah mengapa, dia tampaknya melihat pria ini di kapal <Fraxinus>, pada akhirnya Shidou memilih untuk mengabaikan masalah tersebut. Sepengetahuannya, hampir setiap kios di festival dijaga oleh anggota staf <Ratatoskr>.

Sebuah misi yang terlalu ketat dan di dukung berlebihan seperti biasa.

"Permisi, tolong satu Blue Hawaii."

"Segera datang!"

Pria itu menggunakan gerakan terlatih untuk membuat gunung es di gelas, dan menyerahkannya setelah mewarnainya dengan lapisan sirup biru.

Shidou tidak memesan Blue Hawaii karena direkomendasikan (Kurang lebih seperti itu, bahkan Shidou tidak tahu betul sebenarnya rasa apa ini), Shidou hanya berpikir warna biru berkilauan itu sangat cocok dengan Yoshino.

Shidou mengambil cangkir itu setelah membayar, dan menyerahkannya pada Yoshino.

"Ini untukmu Yoshino."

"Te, terima kasih banyak......"

Yoshino meminta [Yoshinon] untuk membantu memegang cangkirnya, dan menggunakan sebuah sendok plastik untuk mengeruk es biru itu, setelah menelitinya untuk beberapa saat, ia menaruhnya ke mulutnya.

"—————!!"

Matanya melebar sambil terkejut, setelah menengok ke kiri dan kanan dia mendongak ke wajah Shidou, menepuk badannya dengan ekspresi gembira.

Namun bahunya langsung tersentak, menunjukkan sebuah ekspresi penuh permintaan maaf.

"Maafkan, aku, aku sedikit......"

"Haha, apakah kamu menyukainya?"

Saat Shidou bertanya, Yoshino dengan bersemangat menganggukkan kepalanya.

"Ini dingin, dan manis juga...... Tapi ini berbeda dari es krim...... menakjubkan. Ini adalah sebuah rasa yang, luar biasa......"

Setelah itu, Yoshino melanjutkan memakan es serut itu dengan kedukan besar.

"Ah, tunggu. Jika kamu memakannya terlalu cepat......"

".................. nn."

Terlambat. Yoshino berekspresi kaku di wajahnya sambil mengusap dahinya.

"Ada, rasa pening di kepalaku......"

"Memakan makanan dingin terlalu cepat akan menyebabkan itu. Ini disebut pembeku otak."

"Sakit kepala ini, mempunyai, sebuah nama yang enak......"

Yoshino mengeluarkan kata-katanya sambil menutup matanya dengan rapat.

Di saat yang sama suara yang keras terdengar dari dalam keramaian.

"——Oooh! Reine, Aku ingin makan yang selanjutnya! Apa itu!?"

"...... sayangnya, ikan mas tidak bisa dimakan."

"Hm, begitukah? Aku pikir mereka juga bisa dimakan mentah-mentah......"

Suara yang pernah mereka dengar sebelumnya. Shidou, Yoshino juga [Yoshinon] menolehkan kepala mereka disaat bersamaan.

"Eh, itu kan......"

"Tohka...... san?"

[Sepertinya ——]

Itu benar. Yang berdiri disana adalah Tohka dengan kimono bersama dengan Reine yang mengajaknya keluar untuk bermain sambil mengenakan sebuah kimono juga.

Ngomong-ngomong, tangan kanan Tohka sedang memegang stik permen kapas yang besar, di antara jari-jari tangan kirinya ada gula-gula apel, pisang cokelat, cumi kering dan makanan lainnya. Ditambah lagi kedua pergelangan tangannya mengenakan gelang yang bersinar dan di samping kepalanya ada topeng pahlawan. Seseorang bisa berkata bahwa dia sepenuhnya memperlihatkan dirinya sedang menikmati festival ini.

Kimono milik Tohka setara dengan Yoshino...... namun karena penampilannya yang lucu, Shidou hanya bisa tertawa.

"Hei ——, Tohka ——"

Shidou memanggil nama Tohka, Tohka di sisi lain menaikkan alisnya dengan terkejut sambil dia melihat ke Shidou dan teman-teman.

"Hm? ohh...... bukankah itu Shidou dan Yoshino...... huh——"

Tohka yang hampir melambaikan tangannya ke mereka, tiba-tiba tersentak, dan dengan cepat bersembunyi di belakang Reine.

"......? Ap, ada apa dengannya......"

[Hm— Aku pikir Tohka-chan tidak ingin membiarkan Shidou-kun melihat penampilannya saat ini?]

"Gh...... siapa tahu."

Tampaknya Tohka bukan semacam orang yang peduli akan rincian seperti itu. Shidou memiringkan kepalanya sambil kebingungan, dan memimpin Yoshino mendekati Reine.

"Selamat malam, Reine-san. Ada apa dengan Tohka?"

"...... tentang dia huh,"

Reine menggeser sedikit badannya, memperlihatkan Tohka yang sedang bersembunyi di belakangnya.

Bahu Tohka tersentak sambil dia kepanikan, dan memakan permen kapas di tangannya dalam satu gigitan, dia menggunakan tangan kanannya yang bebas untuk memasang topeng di wajahnya.

"Apa yang kamu lakukan, Tohka......"

"Ha, hahahaha! Tohka! Siapa itu? Namaku adalah Daizu Anpanman! Aku adalah pahlawan super yang memberikan semua anak-anak yang kelaparan di dunia roti kedelai yang lezat!"

Sungguh karakter pahlawan yang membingungkan pastinya.

Reine membelai kepala Tohka sambil dia berbicara.

"...... baiklah, aku pikir dia mungkin ingin menghindari mengganggu kencanmu dengan caranya sendiri."

"Ahh......Jadi begitu."

Shidou dan Yoshino melihat satu sama lain untuk sementara, dan menganggukan kepala mereka.

Meskipun Shidou dan Yoshino tidak memikirkannya, tapi mereka sangat tidak bisa membiarkan niat baik Tohka terbuang.

"Kalau begitu kami akan jalan dulu. —— kami serahkan kedamaian dunia padamu kalau begitu."

"Ah, Shidou......"

Saat Shidou akan pergi, Tohka bersuara seolah-olah dia tidak ingin Shidou meninggalkannya.

"Hm?"

"! Aku, tidak apa-apa! Serahkan padaku!"




"Haa...... aku hampir saja terlihat. Untungnya barusan aku membawa topeng."

Tohka menempatkan topeng pahlawan itu ke satu sisi, dan menghembuskan nafas lega.

Barusan itu sungguh berbahaya. Jika saja Tohka tidak mempunyai alasan mendadak, dia pasti akan mengganggu kencan Shidou dan Yoshino.

Meskipun Tohka ingin sekali kencan dengan Shidou, dan melihat kembang api bersama. Akan tetapi, dia merasa bahwa sebaiknya dia ingin Yoshino yang lebih berhak karena mengalahkan Tohka dan Origami.

Sebagai tambahan, Tohka tahu benar sakitnya ketika orang lain ikut campur dalam kencan seseorang. Itulah mengapa dia membuat keputusannya; dia pastinya tidak akan mengganggu kencan Shidou dan Yoshino hari ini.

"...... hmm?"

Baru saja saat ini, Tohka tiba-tiba mengerutkan wajahnya.

Alasannya sederhana. Itu karena gadis yang dikenalnya telah muncul di keramaian.

Menggunakan selempang ungu muda untuk mengatur kimono putihnya, dia adalah gadis yang ramping. Dengan rambut yang sedikit menyentuh pundaknya, dan wajah tanpa emosi. Bukankah itu ——

"Tobiichi Origami......? Me, mengapa dia disini?"

Itu benar. Tobiichi Origami adalah teman sekelas Tohka dan Shidou serta musuh biasa Tohka.

Tohka menyipitkan matanya sambil curiga, dan memperhatikan kalau Origami sedang melihat punggung Shidou dan Yoshino, dan mempercepat langkahnya dengan maksud mengikuti mereka.

"! Kau, berhenti disana!"

Tohka berteriak, dan menggunakan tangan kanannya untuk memegang bahu Origami. Jika saja Tohka membiarkan Origami berkelakuan semaunya, kencan itu pasti akan rusak.

"......, Yatogami Tohka. Mengapa kau disini."

Origami berbalik, menatap Tohka dengan tidak senang.

"Itu yang ingin kutanyakan! Apa yang sedang kau coba lakukan!"

"Itu bukanlah urusanmu. Lepaskan aku."

"Aku tidak akan melepaskanmu! Aku tidak akan membiarkanmu menghancurkan kencan mereka!"

Tohka berteriak, alis Origami mengejang.

"Sebuah kencan. Jadi mereka berkencan?"

"Ya. Jadi kau seharusnya tidak mengganggu mereka. Karena kau tahu itu maka sekarang kau seharusnya —— tidak mengabaikanku!"

Tohka menyadari kalau tangannya dikesampingkan, dengan cepat dia berlari ke depan Origami.

"Minggir. Aku tidak tahan melihat Shidou jatuh ke dalam cengkeraman jahat seorang Spirit."

"Cengkeraman? Yoshino adalah gadis yang baik. Bagaimana bisa kau ——"

"Kau tidak tahu apa-apa. Seorang gadis sepertinya adalah yang paling mengerikan dari mereka semua. Di balik wajah penurut miliknya tersembunyi sifat yang sangat mesum. Dengan bertingkah polos dan lemah, dia memicu dorongan laki-laki untuk melindunginya; dan lalu gadis itu akan melahapnya setelah berhasil menipu Shidou di sisinya. Dia adalah perempuan yang sama menakutkannya dengan ikan di lautan dalam atau rafflesia."

"O, omong kosong apa yang kau katakan. Yoshino tidak akan pernah melakukan hal seperti itu!"

"Tidak ada gunanya mencoba menjelaskannya padamu. Minggirlah. Jika aku membiarkan mereka kabur ke dalam kegelapan, maka kesucian Shidou akan dalam bahaya."

Setiap kali Origami mencoba melewati samping Tohka, dia akan dihambat oleh Tohka. Mereka berdua terkunci dalam keadaan seperti itulah, dan menatap satu sama lain seperti itu.

"...... nona-nona. Apa yang akan kalian berdua katakan jika aku mengusulkan kalian untuk menyelesaikannya lewat pertandingan?"

Suara Reine terdengar dari belakang.

"Hm?"

"...... Murasame-sensei?"

Origami mengerut sambil curiga.

Akan tetapi Reine tidak mempedulikannya, dengan lambat dia menunjuk ke kios sebelah.

Tampak seperti sebuah galeri menembak. Tidak ada tanda dari pemiliknya di manapun, hanya ada sebuah pemberitahuan dengan kalimat [Aku akan segera kembali. Pergunakanlah semaumu. Pemilik toko].

"...... kalian berdua masing-masing menggunakan 30 peluru, yang memiliki point tertinggi dialah pemenangnya. Yang kalah akan mematuhi pemenangnya...... Bagaimana dengan peraturannya? Cukup jelas?"

"Hm...... Baiklah, aku akan menanganinya!"

Ini memang mudah untuk dimengerti, Tohka menganggukan kepalanya dengan setuju.

"Bagiku ini tidak berguna sama sekali. Aku tidak punya waktu untuk ini."

Akan tetapi Origami tampaknya tidak setuju, dia berbalik dan mencoba untuk pergi. Namun Tohka berdiri di tempatnya sekali lagi.

"...... kau ingin menyelesaikan urusan ini secepat mungkin kan? Tohka akan mematuhimu selama kau memenangkan pertandingannya. —— atau kau bilang kalau, kau tidak memiliki keyakinan untuk menang terhadap Tohka?"

Reine memprovokasi Origami. Setelah mendengar itu, Origami menyipitkan matanya.

"Apa ini, dan aku ingin tahu mengapa kau tidak menyetujui pertandingannya, jadi begitu."

Tohka menganggukkan kepalanya dengan ekspresi paham, Origami di sisi lain berjalan melewati Tohka, dan mengambil senapan angin dari galeri menembak.

"Dimana targetnya?"

"Hm, kenapa kau sangat bersemangat sekarang?"

Melihat Origami memasuki ke keadaan pertempuran, Tohka memakan permen apel, pisang cokelat dan cumi-cumi di tangan kirinya dalam satu lahapan. ...... bau dari cumi-cumi bercampur aduk dengan rasa manis, tidak enak sama sekali.

Namun dia tidak memiliki waktu untuk memedulikannya. Meninggalkan sampahnya ke Reine, Tohka berdiri di samping Origami dan mengangkat senjatanya.

"Tidak apa-apa selama aku menggunakan ini huh? Baiklah kalau begitu, ayo mulai ——"

Akan tetapi setelah melihat target di dalam kios, Tohka terdiam.

Entah mengapa di sana ada pria setengah telanjang yang mengenakan sebuah topeng dan diikat di rak, beberapa bulatan target yang kelihatan digambarkan pada badannya. Ngomong-ngomong, tempat yang memiliki poin tertinggi 100 ada di cawatnya.

"In, ini......"

Keringat dingin mulai terbentuk di wajah Tohka, ditambah dengan dia melihat sebuah sosok kecil di dalam kios.

"Hm?"

Ia mengintip lebih lanjut ke dalam karena rasa penasarannya. Pada akhirnya dia menemukan Kotori yang sedang mengenakan kimono dan bersembunyi di bawah sebuah futon.

"Kotori......? Apa yang sedang kamu lakukan di sini?"

"! Aaah......Tohka. Um, Aku sungguh tidak ingin melihatnya sekarang......"

Setelah itu Kotori mengintip ke Origami yang saat ini sedang membidik targetnya.

"Hm?"

Pada saat Tohka memiringkan kepalanya sambil curiga, Origami mempersiapkan senapannya, dengan tenang menekan pelatuk dengan tangan terlatihnya.

"—— aha!?"

Penutup botol terbang keluar dari tong dan mengenai tepat di cawatnya. Targetnya kesakitan tapi menangis bahagia.

"...... nilai 100 pada percobaan pertama huh. —— hm, ambil sesuatu dari hadiah 100 poin yang pantas kalau begitu."

"Bolehkah aku mengambilnya seperti itu?"

"...... ya, pemilik toko ini adalah teman lamaku. Aku diminta untuk menjaga kios ini sekarang."

"Begitukah."

Setelah itu, Origami menghela dengan ekspresi santai.

"Guu......"

Tohka mengerut, dan kembali ke kios setelah berpisah dari Kotori.

Meniru Origami, dia mempersiapkan senapannya dan menekan pelatuknya. Setelah mengeluarkan suara [Pon!], pelurunya mengenai dada target.

"Aha!"

"...... hm, puting kanan adalah —— 20 poin huh. Hadiahnya adalah satu set kembang api untuk anak-anak."

Setelah itu, Reine memasuki kios dan mengeluarkan sebuah kotak persegi datar yang tampaknya benar-benar berbeda dari [kembang api] yang kebanyakan pernah ia dengar.

Namun, itu tidak berarti bagi Tohka sekarang. Pada saat ini, dia merasa sangat frustasi pada dirinya karena mendapat skor lebih rendah dari pada Tobiichi Origami.

"Uoh......"

Baru saja Tohka menggertakkan gigi sambil frustasi, targetnya mengeluarkan teriakan aneh lainnya. Dan tampaknya Origami memiliki skor 100 poin sekali lagi.

"Bagaimana...... bagaimana bisa aku kalah!"

Tohka mempersiapkan senapannya sekali lagi, dan menekan pelatuknya setelah membidik.




Sekarang jam 18.50.

Masih ada cahaya ketika mereka berada di stasiun saat ini, tapi sekarang ini sudah gelap gulita.

Udara yang dingin, suara samar-samar serangga serta langit malam berbintang yang tidak akan pernah bisa dilihat seseorang di kota, bisa di katakan itu adalah tempat yang indah untuk melihat kembang api.

Masih ada 10 menit sampai mereka mulai menembakkan kembang apinya. Shidou dan Yoshino berjalan disekitar kios dengan maksud menemukan tempat yang nyaman untuk melihat, dan berjalan menuju sungai.

"Apakah, kamu baik-baik saja, Yoshino?"

Shidou bersuara sambil memegang erat tangan Yoshino. Itu benar, itu karena kembang apinya akan diluncurkan, jumlah kepadatan orang-orang yang datang di lokasi meningkat secara signifikan. Situasi ini sama seperti penjualan besar-besaran pada tahun baru atau jam-jam sibuk pada pagi hari.

"Aku, baik-baik...... saja."

[Aha, ka-mi-betul-betul-se-dang-ter-je-pit-di-si-ni.]

Mendengarkan suara Yoshino dan [Yoshinon], dia mengikuti arus keramaian ke tepi sungai yang luas.

"Aha......ramai sekali disini."

"It, itu benar......"

[Ya ampun——. Ini pertama kalinya sejak Kotori-chan menempatkanku ke dalam mesin cuci dan merasa kacau begini——]

Shidou perlahan meregangkan dirinya sambil melihat ke langit. Karena awan menghalangi bulan, langitnya pun menjadi gelap gulita. Ini adalah hari yang sempurna untuk menyalakan kembang api.

Shidou menepuk bahu Yoshino, dan menunjuk ke arah tepi sungai.

"Lihat, mereka akan menyalakan kembang api dari sana."

"Da, dari seberang......sana?"

[Eh—, dimana—?]

Setelah itu, [Yoshinon] melihat keluar.

"Itu tepat disana. Lihat, itu——"

Setelah itu, Shidou tiba-tiba merasakan perasaan ketakutan.



——Di lengan baju kimono Yoshino, tangan kiri Yoshino bisa terlihat.



"Eh......?"

Shidou mengucek matanya, melihat ke Yoshino sekali lagi. Tapi itu bukanlah bayangannya saja.

"......? Apa, ada suatu masalah?"

[Ada apa ——. Ah, jangan katakan padaku kau ingin pergi ke toilet? Bagaimana bisa kau Shidou-kun, kau seharusnya sudah pergi sebelumnya ——]

Yoshino mengangkat kepalanya, diikuti gerakannya, tangan kirinya ke atas juga.

Itu benar, tempat dimana seharusnya [Yoshinon] berada, namun tidak ada tanda dari boneka itu sama sekali.

Shidou melebarkan matanya. Kemungkinan [Yoshinon] baru saja terjepit dalam keramaian.

Sebenarnya, [Yoshinon] bukanlah boneka yang berbicara melainkan kepribadian lain di dalam diri Yoshino. Jika Yoshino percaya bahwa ia masih mengenakan bonekanya, apa dia sadar bonekanya sudah terjatuh?

Akan tetapi Yoshino mengikuti tatapan Shidou yang tertuju pada tangan kirinya ——

"Ha......"

Yoshino mulai panik, seolah-olah tenggorokannya tersumbat sesuatu di dalamnya.

"......! ......!"

Yoshino mengeluarkan jeritan kecil, dia dengan sangat ketakutan melihat sekitarnya. Akan tetapi tidak ada tanda dari [Yoshinon] dimanapun.

Wajah Yoshino berubah menjadi pucat, air mata mulai menetes sambil berekspresi putus asa.

Itu benar, Yoshino adalah seseorang yang biasanya pemalu serta sedikit takut kepada manusia, jika dia tidak memiliki sahabatnya [Yoshinon] di sampingnya, pasti mentalnya akan hancur karena terlalu stres.

Jika keadaan mental seorang Spirit tidak stabil maka ——

Tiba-tiba, suara peringatan terdengar di telinga Shidou. Diikuti dengan suara Kotori sesudahnya.

"Shidou? keadaan mental Yoshino menjadi kacau balau. Apa yang sedang terjadi!?"

"Ah, aaah —— Sebenarnya Yoshino telah ——"

Akan tetapi tidak ada waktu untuk menjelaskannya, isak tangis Yoshino terdengar di telinga lain Shidou.

"Uu, ah, ah......"

"Be, bertahanlah! Tenang, Yoshino!"

"Uwaaaa, aa, aaaaaah......!"

Teriakan Shidou tidak menyelesaikan masalah, tangisan dengan derasnya bercucuran dari mata Yoshino.

Dan di saat yang sama.

—— tempat di mana Festival Kembang Api diadakan, hujan deras yang sangat besar mulai berjatuhan.



?



"Aku, sangat...... menyesal, Shidou-san......"

Di dalam kuil dekat sungai, dengan samar Yoshino bersuara sedih.

Rambutnya yang diikat rapi sekarang basah kuyup karena hujan, kimono basahnya dengan erat menempel ke kulit Yoshino. Kulit putih saljunya yang samar-samar bisa terlihat di kimono, membuatnya tampak sangat menggairahkan.

"Kamu tidak perlu memikirkannya!"

[Itu benar ——, Yoshino tidak melakukan kesalahan apa-apa. Ini salah Yoshinon karena terlalu banyak bercanda. Aku telah membuatmu khawatir —, aku sungguh menyesal.]

Setelah itu, boneka di tangan kiri Yoshino membelai kepala Yoshino.

Mereka beruntung, di bawah bantuan anggota staf dari <Ratatoskr>, mereka dengan cepat menemukan lokasi [Yoshinon]. Dia tadi terjatuh di tanah karena pergerakan dari keramaian, masih ada jejak kaki di wajahnya tapi ini adalah hal baik karena pada dirinya tidak ada kerusakan ditemukan.

Namun karena hujan barusan, Festival Kembang Api tidak punya pilihan lain selain ditunda.

Yoshino sebenarnya seorang Spirit yang mengendalikan air dan udara dingin. Ketika kekuatannya ditunjukkan, selama dia muncul, pasti akan turun hujan.

Meskipun, dengan kekuatannya yang tersegel, dia sekarang bisa hidup secara normal —— tapi selama keadaan mentalnya menjadi tidak stabil, kekuatan tersegelnya akan kembali lagi kepadanya.

Hasilnya...... akan menjadi seperti ini.

Karena fakta bahwa [Yoshinon] telah berhasil ditemukan, hujannya berhenti, namun masih belum jelas apakah kembang apinya akan dinyalakan. Yoshino merasa sangat bersalah karena masalah yang dia sebabkan kepada semua orang, bahunya menurun.

"Aku sungguh...... minta maaf......"

"Aku sudah mengatakannya, kamu tidak perlu memikirkannya."

Meskipun mengatakan itu, Yoshino masih menundukkan kepalanya sambil merasa bersalah.

Pada saat itu, [Yoshinon] menepukkan tangannya seolah-olah baru memikirkan sesuatu.

[Yang benar saja —. Ini semua hancur berkat Yoshino —. Kau melihat wajah kekecewaan dari semua orang kan —.]

"Ah, auuuu......"

"Hei, kamu tidak perlu ——"

Namun [Yoshinon] mengabaikan Shidou dan melanjutkan.

[Yoshino ——, Kotori-chan mengajarimu sebelumnya kan. Apa yang seharusnya anak nakal lakukan?]

"Eh......?"

[Anak-anak yang melakukan hal buruk harus ——?]

"Itu......harus, ditampar bokongnya......"

[Itu benar. Menampar bokongmu akan membuatmu berpikir kembali, jadi dengan begitu kamu tidak akan melakukan kesalahan yang sama kedepannya —]

"Nn...... nn."

Setelah Yoshino menjawab, [Yoshinon] dengan cepat memutar kepalanya.

[Jadi begitulah. Shidou-kun, kau akan menampar bokong Yoshino!]

"Ha...... Haa!?"

Shidou hanya bisa berteriak, dengan sangat ketakutan melambaikan tangannya dengan protes.

"Tidak tidak tidak. Meskipun orang-orang sering mengatakan itu, tapi tidak ada seorang pun yang benar-benar melakukannya kan?"

[Eh—. Tapi Kotori-chan sering menampar Kannazuki ketika dia melakukan kesalahan kan? Dia menggunakan cambuk juga.]

Itu mudah dibayangkan. Wajah Shidou mengejang, dan menaruh tangannya di dahinya.

[Itulah mengapa. Yoshino juga sama. Jika kita membiarkannya dengan mudah, dia akan membuat kesalahan yang sama lagi dan lagi ——. Apakah itu tidak apa-apa buatmu ——?]

"......, yah......"

Yoshino menggigit bibirnya, berdiri dan menggunakan tangannya untuk membantunya berpegangan di pilar terdekat.

"Aku, Aku mohon padamu. Aku...... tidak ingin, untuk membiarkan Yoshinon, dan Shidou-san merasa bermasalah...... lagi."

Yoshino mengatakannya dengan wajah panik, dan membelakangi Shidou.

"B, Bahkan jika kalian berdua benar......"

[Kami akan terus seperti ini jika Shidou tidak bergegas ——]

Sambil Shidou ragu-ragu, [Yoshinon] menyeringai dan berbicara. Yoshino menganggukkan kepalanya serta seolah dia membuat keputusannya.

"Ugu......"

Ini sudah terlanjur sampai sini, Shidou tidak memiliki cara lain untuk menolak mereka. Shidou berjalan ke belakang Yoshino, dan mengangkat tangannya tinggi-tinggi.

[Ah—, tunggu sebentar.]

Baru saja saat Shidou dengan pelan-pelan......mengayunkan tangannya ke bawah, [Yoshinon] menghentikannya.

Shidou di sisi lain menghela napas lega. Kelihatannya [Yoshinon] tidak sungguh-sungguh menginginkannya untuk menampar bokongnya, tapi dia hanya ingin Yoshino untuk mengambil kesempatan untuk sedikit lebih berani.

—— Akan tetapi. Shidou dengan cepat menyadari betapa naif pikirannya.

[Kau —— tidak bisa ——. Kau harus menampar tepat di bokongnya.]

Setelah itu, [Yoshinon] menggulung pojokan kimono dari Yoshino, dan menunjukkan bokongnya pada Shidou.

Dan untuk beberapa alasan Yoshino sedang tidak mengenakan pakaian dalam apapun di balik kimononya.

"Ap!?"

"......!"

Shidou melototinya penuh kemarahan, Yoshino di sisi lain gemetaran seolah-olah dia sedang disekap.

"Me, mengapa kamu tidak mengenakan pakaian dalam apapun!"

"Itu karena...... Re, Reine-san bilang...... kimono itu seharusnya dikenakan seperti ini...... Tohka-san juga......"

"Tohka juga!?"

Yoshino Fireworks2.jpg

Meskipun Shidou berteriak, [Yoshinon] tidak memperhatikannya sama sekali, dan mulai membuat ritme sambil bertepuk tangan.

[Ayolah, biarkan tamparan pertamamu terbang!]

"Shidou......san. Posisi ini, memalukan...... jadi tolong cepatlah......"

"! Aaah...... Aku tidak peduli lagi!"

Shidou meminta maaf kepada dewa yang berada di dalam kuil sambil mengayunkan tangannya.

'Pata!' Suara yang jelas bergema di dalam keheningan kuil.

"Kya......!"

[Sekali lagi!]

'Pata!"

"Aah…………"

[Dan yang terakhir!]

'Pata!'

"Aaah......!!"

Setelah total 3 tamparan, badan Yoshino gemetaran, dia bernapas cepat dalam singkat. Meskipun Shidou tidak terlalu mengerahkan banyak tenaga, karena kulitnya yang putih, terlihat jelas perubahan warna pada kulitnya.

"Ap, apakah kamu baik-baik saja, Yoshino......"

"I, iya......"

Yoshino dengan lemah menjawab Shidou, dengan tergesa-gesa dia menyusun kembali kimononya.

"Tentang itu...... aku sungguh...... berterimakasih. Aku,aku akan lebih berhati-hati kedepannya."

"Oh, um......"

Sebuah perasaan bersalah yang misterius terasa seperti merasukinya, Shidou dengan canggung menjawab sambil mengusap wajahnya.

Tampaknya Yoshino seperti sudah memahami betul tentang ini. ......Yah, bahkan jika dia tidak ditampar, cepat atau lambat pasti dia akan menyadari kesalahannya.

Namun —— jika perasaan kekecewaannya belum hilang...... Tampaknya belum. Wajah Yoshino masih menunjukkan raut menyesal.

Baru saja Shidou berpikir serius, dia tiba-tiba berteriak.

"Yoshino, Yoshinon. Aku akan segera kembali, bisakah kalian menungguku disini?"

"......? Ba, baiklah, aku mengerti......"

[Hm —— Kemana kau pergi Shidou-kun? Ah, jangan katakan padaku kau sungguh ingin pergi ke toilet kali ini?]

"Yah, bisa jadi."

Mengenai pertanyaan [Yoshinon], Shidou melambaikan tangannya dan menjawab, dengan ringan berlari-lari kecil ke lokasi dimana semua kios berada.

Meskipun disana masih ada beberapa orang, tapi sebagian dari pengunjung pulang lebih awal karena hujan yang tiba-tiba, menyebabkan tempat itu jadi lebih mudah untuk berjalan. Shidou melihat ke kiri dan kanan, mencari benda spesifik itu.

"Gah...... jadi bukan disini huh. Tampaknya aku harus pergi ke toko serba ada......"

Baru saja Shidou menggaruk belakang kepalanya.

"Hey kau! Itu tadi pasti curang! Kau harus mengikuti peraturannya!"

"Aku tidak curang. Peraturannya tidak mengatakan bahwa kita hanya bisa menggunakan satu senapan. Ditambah lagi skorku saat ini 10 kali lebih tinggi dari pada milikmu, tidak ada gunanya bagiku untuk curang."

"Kau, apa yang kau katakan!?"

Pertengkaran yang tidak asing terdengar dari arah galeri menembak.

Shidou berbalik ke arah itu, dan dia menemukan Tohka dan Origami sedang menembak satu sama lain dengan senapan angin. Terdapat bulatan target di perut mereka. ...... entah mengapa, ini sedikit berbeda dari apa yang Shidou ketahui tentang galeri menembak.

"Tohka...... dan Origami. Apa yang kalian berdua lakukan?"

"Hm?"

"—— Shidou."

Setelah Shidou berbicara, Tohka dan Origami membalikkan kepala mereka ke Shidou pada saat yang sama.

Tohka dengan tergesa-gesa berniat menggunakan topeng untuk menyembunyikan wajahnya, tetapi dia langsung menyadari kalau Yoshino tidak berada disampingnya, dia memiringkan kepalanya dengan heran.

"Shido? Dimana Yoshino?"

"Aaah...... dia punya sesuatu yang harus dilakukan."

Shidou meresponnya dengan setengah-hati, dan mengalihkan tatapannya kemana-mana. Dia segera menyadari ada segunung kecil permen dan mainan menumpuk di kaki Tohka dan Origami.

"...... apa-apaan semua ini?"

"Hm? Aaah, ini. Ini semua adalah hadiah dari galeri. Hebat bukan! Tidak ada lagi hadiah, jadi kami harus menyelesaikan ini dengan pertempuran secara langsung.”

"Kau hanya memiliki sebagian kecil dari hadiahnya. Delapan puluh persen dari semua ini milikku."

"Ap, apa yang kau katakan!?"

Setelah itu, mereka berdua memasuki pertempuran sekali lagi, (seperti yang dikatakan, tapi mereka harus mengisi ulang amunisi mereka setiap kali menembak, jadi ini masih dianggap damai).

Shidou sedikit tersenyum sambil dia menyaksikan kejadian itu ——tapi dia memperhatikan sesuatu diantara hadiah-hadiah yang Tohka menangkan, lalu Shidou memanggilnya.

"Um, Tohka."

"Nn? Ada apa?"

"Aku punya permintaan padamu......"



?



"Ada apa dengannya...... Shidou-san."

[Hm ——, itu benar ——. Ini seharusnya karena itu kan? Karena dia melihat Yoshino yang basah kuyup dan tidak dapat mengontrol hasratnya lagi? Dia tidak harus pergi dan menyelesaikannya, sebab Yoshino disini sudah siap ——.]

"Yo, Yoshinon......"

Mendengar suara [Yoshinon], dia mengangkat wajahnya ke langit.

Pada saat ini, langit malam yang gelap gulita memasuki penglihatannya. —— Jika saja ada kembang api yang meledak di seberang langit saat ini, pasti akan menjadi pemandangan yang indah..

"Aku ingin untuk......melihat kembang api bersama, dengan Shidou-san......"

Dia melihat ke bintang-bintang dan bergumam sendiri. Suara langkah datang dari depannya seolah merespon perkataannya.

"Hei, Yoshino."

"! Shidou-san......"

Bahu Yoshino sedikit tersentak, dan melihat kedepannya. "Kata-kata yang kukatakan barusan, apa dia mendengarnya?" dia memberi tatapan bertanya pada [Yoshinon], [Yoshinon] mengangkat bahunya seolah berkata [Siapa tahu?].

"Maaf, aku membuatmu menunggu."

"Tidak apa-apa......tapi......kemana kamu pergi?"

Yoshino bertanya dengan heran, Shidou tersenyum sambil mengambil benda di tangannya.

"Lihat, ini."

"Perlengkapan kembang api...... untuk anak-anak. ——"

"Kembang api?"

Yoshino melebarkan matanya. Itu benar. Kotak persegi di tangan Shidou tertulis kata-kata itu.

"Tunggu sebentar."

Setelah itu, Shidou membuka kotak plastik, dan mengambil sesuatu yang mirip dengan tongkat kertas, dan memberikan satu pada Yoshino.

"Ini adalah......"

"Yah, kamu akan segera mengetahuinya. ...... gah, aku ingat kalau aku menaruhnya entah dimana......"

Shidou mengeluarkan sebuah korek api di kantongnya, dan menyalakan tongkat kertas Yoshino.

"Eh......?"

Yoshino yang tidak mengerti tentang apa yang Shidou lakukan —— dengan cepat melebarkan matanya dengan kaget.

Ujung dimana Shidou menyalakan apinya, mulai memancarkan kembang api keemasan dengan suara kertak-kertik.

Ini berbeda dari apa yang Yoshino baca di buku, ini adalah cahaya yang kecil. Meskipun begitu mereka masih tetap kembang api.

"Indahnya......"

[Oh ——, pastinya ——]

"Benar kan? Ini disebut sebagai tongkat kembang api. Yah......meski begitu mereka tidak bisa dibandingkan dengan ada yang di langit."

Haha, kata Shidou sambil tertawa. Yoshino di sisi lain dengan semangat menganggukkan kepalanya.

"Itu...... tidak benar. Yang satu ini...... indah."

Dan kemudian, dari depan —— arah dari mana Shidou datang, langkah kaki terdengar sekali lagi.

"Shidou! Yoshino!"

Pemilik langkah kaki itu adalah Tohka. Dia bahkan lupa untuk menyamarkan dirinya sambil dia tergesa-gesa berlari kemari.

"Oh, Tohka. Terima kasih atas kembang apimu. Yoshino sangat menyukainya."

"Baguslah kalau begitu. —— tapi, aku mendapat berita bagus. Tampaknya mereka akan mengulangi kembali pertunjukkan kembang apinya!"

"Eh......?"

Yoshino bersuara seketika.

Sebuah suara siulan bergema entah dimana......seolah arah datangnya dari peluit ——

Diikuti dengan suara ledakan, sebuah kembang api besar mekar di langit.

"Oooh! Sudah dimulai! Aku harus pergi. Aku telah memberitahukan pesannya padamu!"

Setelah itu, Tohka meninggalkan mereka dengan buru-buru. Tampak sepertinya dia hanya datang kemari untuk memberitahukan pesan itu.

"Haha......Sibuk sekali dia."

Shidou tersenyum, dan berbalik melihat Yoshino.

"Bukankah itu bagus, Yoshino. Baiklah kalau begitu, ayo jalan ke sungai. Kita akan bisa melihatnya lebih jelas dari sana."

Setelah itu, Shidou berusaha berdiri.

Namun, Yoshino menggelengkan kepalanya.

"Disini, lebih baik."

“Eh?"

Shidou berekspresi terkejut. Lalu Yoshino melanjutkan untuk melihat tongkat kembang api yang mengeluarkan suara kertak-kertik itu sambil membuka mulutnya dan berbicara.

"Aku......lebih suka kembang api yang ada disini."

Setelah itu, pipi Yoshino berubah merah. Wajah [Yoshinon]——dengan lambat berubah menjadi merah juga, tapi ini tidak jelas apakah ini karena cahaya dari kembang api atau bukan.

Selesai.