Difference between revisions of "Oregairu (Indonesia):Jilid 1 Prolog"

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
Line 3: Line 3:
 
'''"Menilik Kembali Masa-Masa di SMA"'''
 
'''"Menilik Kembali Masa-Masa di SMA"'''
   
karya Hachiman Hikigaya, Kelas 2-F
+
Karya Hachiman Hikigaya, Kelas 2-F
   
 
[[Image:YahariLoveCom v1-011.png|thumbnail]]
 
[[Image:YahariLoveCom v1-011.png|thumbnail]]
Line 10: Line 10:
 
Masa remaja tak lain hanyalah sebuah kebohongan — sesuatu yang jahat.
 
Masa remaja tak lain hanyalah sebuah kebohongan — sesuatu yang jahat.
   
Mereka yang terpersona olehnya senantiasa tertipu akan diri mereka sendiri maupun orang-orang di sekitarnya. Mereka membenamkan diri mereka sendiri dalam keramaian, lalu berkubang dalam "pengakuan" orang lain. Bahkan, parahnya sebuah kegagalan atau hal semacamnya, justru dianggap sebagai salah satu penanda dari "masa remaja" itu — yang kesemuanya membekas ke dalam lembar kenangan masing-masing dari mereka.
+
Mereka yang terpersona olehnya senantiasa tertipu akan diri mereka sendiri maupun orang-orang di sekitarnya. Mereka membenamkan diri mereka sendiri dalam keramaian, lalu berkubang dalam "pengakuan" orang lain. Bahkan, parahnya sebuah kegagalan atau hal semacamnya, justru dianggap sebagai salah satu "penanda" dari masa remaja — yang seluruhnya membekas ke dalam lembar kenangan masing-masing dari mereka.
   
 
Salah satu dari sekian contoh.
 
Salah satu dari sekian contoh.
   
Kegiatan yang terkait dengan masa remaja, sebut saja, mengutil ataupun kerusuhan yang bersifat massal, hanya dicap sebagai "kenakalan remaja".
+
Kegiatan yang terkait dengan masa remaja, sebut saja, tindak kriminal seperti mengutil ataupun kerusuhan yang bersifat massal, hanya akan dicap sebagai "kenakalan remaja".
   
Setelah gagal saat ujian di sekolah pun, mereka biasanya hanya akan menyangkal dengan ucapan, "sekolah tak lebih dari sekadar tempat untuk belajar".
+
Kegagalan yang mereka alami saat ujian sekolah, hanya akan disangkal dengan ucapan, "sekolah tak lebih dari sekadar tempat untuk belajar".
   
Dengan mengatasnamakan "masa remaja", mereka mampu memutarbalikkan segala bentuk norma atau hal yang sudah berlaku di masyarakat. Bagi mereka, berbagai kebohongan, rahasia, kejahatan, bahkan kegagalan sekalipun, mereka anggap sebagai "bumbu penyedap" dari "masa remaja" itu. Segala kecacatan maupun keburukan dari perbuatan tersebut, mereka cap sebagai pengecualian semata. Sementara itu, kumpulan dari setiap kegagalan tersebut pun menggumpal memenuhi kehidupan masa remaja mereka, dan mereka mencap segala yang bukan "hasil" dari masa remaja tersebut, tak lain sebagai "kegagalan" itu sendiri.
+
Dengan mengatasnamakan "masa remaja", mereka mampu memutarbalikkan segala bentuk norma atau hal yang sudah berlaku di masyarakat. Bagi mereka, berbagai kebohongan, rahasia, kejahatan, bahkan kegagalan sekalipun, mereka anggap sebagai "bumbu penyedap" dari "masa remaja". Segala kecacatan maupun keburukan dari perbuatan tersebut, mereka cap sebagai pengecualian semata. Sedangkan, Kumpulan dari setiap kegagalan itu mereka anggap sebagai bagian dari indahnya masa remaja, dan mereka mencap segala yang bukan "hasil" dari masa remaja tersebut, tak lain sebagai "kegagalan" itu sendiri.
   
 
"Kegagalan" yang menjadi penanda dari masa remaja itu, bukankah bisa dianggap juga sebagai "esensi masa remaja" bagi "mereka yang tak bisa berteman"? Kesemuanya itu penuh dengan standar ganda.<ref>Standar yang perlakuannya berbeda, tergantung pihak yang dikenainya. Contoh: Perempuan dianggap layaknya perhiasan yang terjaga apabila ia masih perawan, tetapi akan berbeda anggapannya jika terhadap laki-laki yang masih perjaka (biasanya malah dianggap cemen).</ref>
 
"Kegagalan" yang menjadi penanda dari masa remaja itu, bukankah bisa dianggap juga sebagai "esensi masa remaja" bagi "mereka yang tak bisa berteman"? Kesemuanya itu penuh dengan standar ganda.<ref>Standar yang perlakuannya berbeda, tergantung pihak yang dikenainya. Contoh: Perempuan dianggap layaknya perhiasan yang terjaga apabila ia masih perawan, tetapi akan berbeda anggapannya jika terhadap laki-laki yang masih perjaka (biasanya malah dianggap cemen).</ref>
   
Oleh karenanya, semua ini adalah penipuan. Kebohongan, dusta, hal yang disembunyikan, serta kecurangan yang pantas untuk dikutuk.
+
Oleh karenanya, hal tersebut hanyalah omong kosong. Sebuah kebohongan, dusta, hal yang ditutup-tutupi, serta kecurangan yang pantas untuk dikutuk.
   
 
MEREKA sesuatu yang jahat.
 
MEREKA sesuatu yang jahat.
Line 31: Line 31:
   
   
'''''RIAJUU'', HARUSNYA KAU MELEDAK SAJA.'''<ref>Semacam sindiran yang beredar di internet berdasarkan lagu yang dibawakan Hatsune Miku (Vocaloid), kurang lebih isinya sama seperti, "MATI AJE LOE".[http://www.youtube.com/watch?v=F8oCoObsxGg]</ref>
+
'''''RIAJUU''<ref>Istilah yang dipakai sang penulis untuk menggambarkan orang-orang yang diberkahi oleh sempurnanya kehidupan remaja mereka.</ref>, MELEDAK SAJA KAU SANA.'''<ref>Semacam sindiran yang beredar di internet - ''Riajuu, bakuhatsu shirou!'' - berdasarkan lagu yang dibawakan Hatsune Miku (Vocaloid), kurang lebih isinya sama seperti, "MATI AJE LOE".[http://www.youtube.com/watch?v=F8oCoObsxGg]</ref>
   
 
<noinclude>
 
<noinclude>

Revision as of 11:02, 2 August 2013

Prolog

"Menilik Kembali Masa-Masa di SMA"

Karya Hachiman Hikigaya, Kelas 2-F

YahariLoveCom v1-011.png


Masa remaja tak lain hanyalah sebuah kebohongan — sesuatu yang jahat.

Mereka yang terpersona olehnya senantiasa tertipu akan diri mereka sendiri maupun orang-orang di sekitarnya. Mereka membenamkan diri mereka sendiri dalam keramaian, lalu berkubang dalam "pengakuan" orang lain. Bahkan, parahnya sebuah kegagalan atau hal semacamnya, justru dianggap sebagai salah satu "penanda" dari masa remaja — yang seluruhnya membekas ke dalam lembar kenangan masing-masing dari mereka.

Salah satu dari sekian contoh.

Kegiatan yang terkait dengan masa remaja, sebut saja, tindak kriminal seperti mengutil ataupun kerusuhan yang bersifat massal, hanya akan dicap sebagai "kenakalan remaja".

Kegagalan yang mereka alami saat ujian sekolah, hanya akan disangkal dengan ucapan, "sekolah tak lebih dari sekadar tempat untuk belajar".

Dengan mengatasnamakan "masa remaja", mereka mampu memutarbalikkan segala bentuk norma atau hal yang sudah berlaku di masyarakat. Bagi mereka, berbagai kebohongan, rahasia, kejahatan, bahkan kegagalan sekalipun, mereka anggap sebagai "bumbu penyedap" dari "masa remaja". Segala kecacatan maupun keburukan dari perbuatan tersebut, mereka cap sebagai pengecualian semata. Sedangkan, Kumpulan dari setiap kegagalan itu mereka anggap sebagai bagian dari indahnya masa remaja, dan mereka mencap segala yang bukan "hasil" dari masa remaja tersebut, tak lain sebagai "kegagalan" itu sendiri.

"Kegagalan" yang menjadi penanda dari masa remaja itu, bukankah bisa dianggap juga sebagai "esensi masa remaja" bagi "mereka yang tak bisa berteman"? Kesemuanya itu penuh dengan standar ganda.[1]

Oleh karenanya, hal tersebut hanyalah omong kosong. Sebuah kebohongan, dusta, hal yang ditutup-tutupi, serta kecurangan yang pantas untuk dikutuk.

MEREKA sesuatu yang jahat.

Oleh karenanya, tersembunyi keadilan sejati, yang sifatnya paradoks[2], bagi mereka yang menghindari "masa remaja".

Kesimpulan yang bisa kutarik:


RIAJUU[3], MELEDAK SAJA KAU SANA.[4]


Catatan Penerjemah

  1. Standar yang perlakuannya berbeda, tergantung pihak yang dikenainya. Contoh: Perempuan dianggap layaknya perhiasan yang terjaga apabila ia masih perawan, tetapi akan berbeda anggapannya jika terhadap laki-laki yang masih perjaka (biasanya malah dianggap cemen).
  2. Pernyataan yang seolah-olah bertentangan/berlawanan dengan pendapat umum atau kebenaran, tetapi kenyataannya mengandung kebenaran.
  3. Istilah yang dipakai sang penulis untuk menggambarkan orang-orang yang diberkahi oleh sempurnanya kehidupan remaja mereka.
  4. Semacam sindiran yang beredar di internet - Riajuu, bakuhatsu shirou! - berdasarkan lagu yang dibawakan Hatsune Miku (Vocaloid), kurang lebih isinya sama seperti, "MATI AJE LOE".[1]
Kembali ke Halaman Utama Lanjut ke Bab 1