Difference between revisions of "Oregairu (Indonesia):Jilid 7 Bab 7"

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
(Created page with "==Bab 7: Tidak terduganya, Miura Yumiko sedang mengawasi dengan sangat dekat== Itu adalah hari kedua dari karya wisatanya. Hari ini adalah hari dimana orang-orang akan berge...")
 
Line 11: Line 11:
 
Kartu bus sepanjang harinya merupakan sekutu yang hebat untuk semua murid dan turis yang berkunjung. Cukup dengan biaya lima ratus yen, kamu dapat menaiki bus kotanya sebanyak yang kamu inginkan. Itu benar-benar merupakan kartu bebas dari mimpimu. Terutama, karena jaringan busnya cukup luas, secara harfiah kamu dapat pergi ke hampir semua model atraksi turis di kota.
 
Kartu bus sepanjang harinya merupakan sekutu yang hebat untuk semua murid dan turis yang berkunjung. Cukup dengan biaya lima ratus yen, kamu dapat menaiki bus kotanya sebanyak yang kamu inginkan. Itu benar-benar merupakan kartu bebas dari mimpimu. Terutama, karena jaringan busnya cukup luas, secara harfiah kamu dapat pergi ke hampir semua model atraksi turis di kota.
   
Namun, ada sebuah aspek buruk dari semua ini.
+
Namun, ada sebuah aspek buruk yang tak terpikir dari semua ini.
   
 
Dengan musim semi masih dalam puncaknya, bus-busnya sangatlah padat. Peluang untuk menaiki bus sekitar seratus lima puluh persen, bisa kubilang. Karena bus begitu ekonomis dan praktis, banyak turis akan memilih untuk menggunakannya. Hatiku sedang diambang kehancuran melihat kepadatan manusia saat jam pulang-pergi pekerja. Aku tidak akan bekerja. Tidak, aku tidak akan…
 
Dengan musim semi masih dalam puncaknya, bus-busnya sangatlah padat. Peluang untuk menaiki bus sekitar seratus lima puluh persen, bisa kubilang. Karena bus begitu ekonomis dan praktis, banyak turis akan memilih untuk menggunakannya. Hatiku sedang diambang kehancuran melihat kepadatan manusia saat jam pulang-pergi pekerja. Aku tidak akan bekerja. Tidak, aku tidak akan…
   
 
Jika aku harus berhadapan dengan perasaan mengerikan ini setiap kalinya, persetan sana kerja!
 
Jika aku harus berhadapan dengan perasaan mengerikan ini setiap kalinya, persetan sana kerja!
  +
  +
Di dalam kepadatan yang menggelikan ini, itu membuatku khawatir akan gadis lemah dan sayu serta Totsuka; semua pria yang tidak tahan akannya.
  +
  +
Tapi, karena tingkah menyesakkan Miura dan Kawasaki di pihak para gadis, daerah di sekeliling mereka berubah menjadi sebuah ''hot zone''<ref> Daerah karantina </ref> yang pada akhirnya melindungi baik Ebina maupun Yuigahama. Ya, yah, mereka berdua memang menakutkan…
  +
  +
Kalau Totsuka, dia telah berpindah ke dalam tempat yang aman.
  +
  +
“Ha-Hachiman, apa kamu baik-baik saja? Sori?”
  +
  +
Dia membuat tampang menyesal saat dia berdiri di antara lenganku.
  +
  +
“Bukan masalah besar. Selain semua siku yang menyikutku dan semua orang yang menginjakku, itu bukanlah masalah besar.”
  +
  +
“Salahku! Hikitani, salahku! Tapi ente tahu, tidak banyak yang bisa kulakukan disini? Jaaaaauh terlampau padat disini, beneran.”
  +
  +
Terkutuk kamu, Tobe… Atau begitulah yang kupikir, tapi Tobe telah entah bagaimana berhasil mempertahankan postur berdirinya meski didorong daeri samping dan diinjak dari belakang. Jadi aku tidak bisa benar-benar marah pada pria itu karena hanya sikunya yang menyikutku.
  +
  +
“Jangan lupa kita akan turun di pemberhentian selanjutnya.”
  +
  +
Hayama meneriakannya. Dia itu agaknya pria yang cukup santai untuk mengkhawatirkan orang lain dalam kekacacauan ini.
  +
  +
Akhirnya, bus itu berhenti di depan Desa Film Uzumasa.
  +
  +
Kami dan murid berkunjung lain serta para turis menggeliat keluar dari busnya seakan sedang diludahkan keluar dari pintu masuknya.
  +
  +
Kami sudah hancur lebur bahkan sebelum kami berkesempatan untuk bersenang-senang di dalam desa film ini.
  +
  +
Dalam kondisi ini, aku akan menyambut untuk menyantap cepat ''cinnamon whirl'' di Komeda Coffee terdekat sambil beristirahat, tapi Tobe sudah menerjang maju ke depan untuk mempersiapkan beberapa tiket.
  +
  +
“Here ya go, Ebina.”
  +
  +
“Terima kasih banyak.”
  +
  +
Oh, begitu. Kamu berlari kesana untuk membeli tiketnya hanya agar kamu bisa menyodorkan tiket kepadanya. Saat aku berdiri disana melamun, Hayama dan yang lain juga membeli tiketnya.
  +
  +
“Oh, ini satu buat ente, Hikitani.”
  +
  +
“…Ya.”
  +
  +
Yah, pria ini kelihatannya super termotivasi, jadi aku sendiri juga akan mencoba sedikit lebih termotivasi.
  +
  +
Kami pergi maju dan memasuki desa filmnya. Pada saat kami melewati gerbang besarnya, Pretty Cure telah memasuki lapangan pandangku, tapi sedewasa diriku ini, aku cukup hanya dengan melihat sekeliling di dalam interior taman ini; aku akan mengecek Pretty Cure lain kali aku datang ke sini sendirian.
  +
   
   

Revision as of 06:31, 18 September 2014

Bab 7: Tidak terduganya, Miura Yumiko sedang mengawasi dengan sangat dekat

Itu adalah hari kedua dari karya wisatanya.

Hari ini adalah hari dimana orang-orang akan bergerak bersama dalam kelompok mereka masing-masing dan rencananya adalah untuk mengunjungi Uzumasa sampai ke area Rakusei[1].

Tujuan paling awal pada hari ini adalah Desa Film Uzumasa. Desa itu merupakan taman hiburan yang dibangun dengan mendetil dan sering dipakai sebagai lokasi pemfilman untuk sandiwara historis. Sebagai sebuah tujuan turis yang terkenal, tidak hanya tempat itu mereplikasi jalanan Yoshiwara dan Ikedaya, tempat itu juga membanggakan sejumlah besar atraksi yang menyenangkan, ditujukan pada turis seperti rumah hantu dan mansion ninja yang memperbolehkanmu merasakan sejarah secara langsung melalui cosplay.

Kita berpindah ke Uzumasa dari penginapannya lewat jalur bus kota.

Kartu bus sepanjang harinya merupakan sekutu yang hebat untuk semua murid dan turis yang berkunjung. Cukup dengan biaya lima ratus yen, kamu dapat menaiki bus kotanya sebanyak yang kamu inginkan. Itu benar-benar merupakan kartu bebas dari mimpimu. Terutama, karena jaringan busnya cukup luas, secara harfiah kamu dapat pergi ke hampir semua model atraksi turis di kota.

Namun, ada sebuah aspek buruk yang tak terpikir dari semua ini.

Dengan musim semi masih dalam puncaknya, bus-busnya sangatlah padat. Peluang untuk menaiki bus sekitar seratus lima puluh persen, bisa kubilang. Karena bus begitu ekonomis dan praktis, banyak turis akan memilih untuk menggunakannya. Hatiku sedang diambang kehancuran melihat kepadatan manusia saat jam pulang-pergi pekerja. Aku tidak akan bekerja. Tidak, aku tidak akan…

Jika aku harus berhadapan dengan perasaan mengerikan ini setiap kalinya, persetan sana kerja!

Di dalam kepadatan yang menggelikan ini, itu membuatku khawatir akan gadis lemah dan sayu serta Totsuka; semua pria yang tidak tahan akannya.

Tapi, karena tingkah menyesakkan Miura dan Kawasaki di pihak para gadis, daerah di sekeliling mereka berubah menjadi sebuah hot zone[2] yang pada akhirnya melindungi baik Ebina maupun Yuigahama. Ya, yah, mereka berdua memang menakutkan…

Kalau Totsuka, dia telah berpindah ke dalam tempat yang aman.

“Ha-Hachiman, apa kamu baik-baik saja? Sori?”

Dia membuat tampang menyesal saat dia berdiri di antara lenganku.

“Bukan masalah besar. Selain semua siku yang menyikutku dan semua orang yang menginjakku, itu bukanlah masalah besar.”

“Salahku! Hikitani, salahku! Tapi ente tahu, tidak banyak yang bisa kulakukan disini? Jaaaaauh terlampau padat disini, beneran.”

Terkutuk kamu, Tobe… Atau begitulah yang kupikir, tapi Tobe telah entah bagaimana berhasil mempertahankan postur berdirinya meski didorong daeri samping dan diinjak dari belakang. Jadi aku tidak bisa benar-benar marah pada pria itu karena hanya sikunya yang menyikutku.

“Jangan lupa kita akan turun di pemberhentian selanjutnya.”

Hayama meneriakannya. Dia itu agaknya pria yang cukup santai untuk mengkhawatirkan orang lain dalam kekacacauan ini.

Akhirnya, bus itu berhenti di depan Desa Film Uzumasa.

Kami dan murid berkunjung lain serta para turis menggeliat keluar dari busnya seakan sedang diludahkan keluar dari pintu masuknya.

Kami sudah hancur lebur bahkan sebelum kami berkesempatan untuk bersenang-senang di dalam desa film ini.

Dalam kondisi ini, aku akan menyambut untuk menyantap cepat cinnamon whirl di Komeda Coffee terdekat sambil beristirahat, tapi Tobe sudah menerjang maju ke depan untuk mempersiapkan beberapa tiket.

“Here ya go, Ebina.”

“Terima kasih banyak.”

Oh, begitu. Kamu berlari kesana untuk membeli tiketnya hanya agar kamu bisa menyodorkan tiket kepadanya. Saat aku berdiri disana melamun, Hayama dan yang lain juga membeli tiketnya.

“Oh, ini satu buat ente, Hikitani.”

“…Ya.”

Yah, pria ini kelihatannya super termotivasi, jadi aku sendiri juga akan mencoba sedikit lebih termotivasi.

Kami pergi maju dan memasuki desa filmnya. Pada saat kami melewati gerbang besarnya, Pretty Cure telah memasuki lapangan pandangku, tapi sedewasa diriku ini, aku cukup hanya dengan melihat sekeliling di dalam interior taman ini; aku akan mengecek Pretty Cure lain kali aku datang ke sini sendirian.



Translation Notes

  1. Kyoto Barat
  2. Daerah karantina