Tate no Yuusha Jilid 2 Bab 8 (Indonesia)

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Bab 33 : Berdagang[edit]

Bagian 1[edit]

Di hari berikutnya, saat kami memasuki toko pakaian, otaku itu menyambut kami dengan senyumnya.


“Ya, sudah selesai. Pakaiannya sudah selesai dibuat. Aku sampai mengerjakan semalaman untuk menyelesaikannya.”


Keadaan penjahit itu terlihat kurang sehat, matanya berwarna kemerahan dan terlihat tertekan[1]. Lalu dia membawakan pakaian untuk Filo yang disimpan di bagian belakang toko.

Warna putih menjadi warna utama gaunnya. Warna biru di sana terlihat mencolok di beberapa bagian, dan sebuah pita besar dengan warna biru yang sama, menghiasi bagian tengahnya.

Model pakaiannya terlihat lawas, tapi tetap saja terlihat indah.


“Tuan, apa aku akan memakai gaun ini?”

“Yah.”

“Yey!”


Filo, yang sedang mengenakan jubah untuk menutupi dirinya selama ini, langsung melepasnya di tempat.


“Filo, jangan!”

“Eh--?”


Saat Raphtalia masih menyuruh Filo untuk berhenti, aku membawa mereka berdua ke ruangan belakang toko. Di sini, aku akan menunggu Filo berganti pakaian...


“Baiklah, berubahlah menjadi wujud monster-mu.”


Aku bisa mendengar ucapan si penjahit yang berada di ruang ganti itu.


“Kenapa~?”

“Kalau kau memakai pita ini, akan aku berikan daging untukmu.”

“Yey!”


Jangan katakan hal menakutkan seperti itu.


“Aku mengerti~”


Aku bisa mendengar suara perubahan wujud Filo.


“Yah. Sesuai perkiraanku, kau terlihat manis saat memakai gaun ini...”


Pujiannya itu pun bisa terdengar olehku.


“Baiklah, ayo kita keluar.”

“Baik!”


Kedua perempuan itu pun keluar dari ruang ganti.

Baiklah, Filo sendiri memang sudah mirip sesosok malaikat, dan penampilannya menjadi lebih menawan. Sayap putihnya terlihat serasi dengan gaun one-piece putih yang dikenakannya sekarang... Dan sebuah pita biru di gaun bagian dadanya... Mirip seperti siapa, ya?

Itu benar, dia terlihat mirip seorang heroine dari dunia 2D.


“Tuan~”

“Hm?”

“Apa gaun ini cocok untukku?”

“Yah, gaun itu cocok untukmu.”

“Ehehe~”


Filo yang tersipu malu, kemudian tertawa sambil menggoyangkan pakaian barunya.

Penjahit otaku ini bisa sepenuhnya memanfaatkan kelebihan dari penampilan Filo, dan membuat pakaian yang cocok untuknya. Bakatnya sungguh luar biasa. Tapi... yang benar saja, pengeluaran kami kali ini benar-benar banyak.

Aku pun membiarkan Filo menarik gerobak dalam perjalanan kami kembali ke desa Riyuuto.

Saat Filo kembali ke wujud monster-nya, pakaiannya langsung lenyap, dan pitanya berubah menjadi kalung di lehernya. Kegunaannya sangat praktis.


“Oh, ada Tuan Pahlawan.”


Sebelum kami menginggalkan kota, kami kebetulan bertemu dengan wanita dari toko sihir.


“Apa kalian akan pergi ke desa Riyuuto?”

“Yah.”

“Saya kebetulan ada urusan juga di sana. Apa boleh saya ikut dengan kalian?”


Wanita dari toko sihir itu bertanya sambil tersenyum. Oh, baiklah, aku pun tidak akan menolaknya, karena dia sudah membantu kami dalam banyak hal.


“Aku tidak bisa menjamin perjalanannya akan terasa nyaman, kau sendiri apa tidak akan keberatan?”

“Yah, tidak apa-apa.”


Raphtalia pun pindah ke bagian depan gerobak, dan mulai berjuang melawan mabuk daratnya.


“Kalau begitu, ayo kita pergi.”


Bibi dari toko sihir kemudian menaiki gerobak kami.


“Bagus. Filo, jangan lari terlalu cepat.”

“Baik~”


Orang-orang yang kami lewati sepanjang perjalanan, melihat ke arah Filo dengan terkejut. Monster yang bisa bicara memang cukup langka.

Gerobak kami pun bergerak dibarengi suara “ketipak-ketipuk”nya Filo. Rasanya beberapa hari ini, aku menjadi sangat sibuk. Sebenarnya, biasanya juga aku sudah sibuk, tapi akhir-akhir ini aku merasa lebih sibuk lagi. Semua itu bisa disimpulkan dari keadaan Filo sekarang...


“Jadi, sudah sejauh mana anda mempelajari sihir?”

“Uh...”


Bibi dari toko sihir menanyakan hal yang kukhawatirkan. Sejujurnya, untuk belajar sihir, aku tidak ada kemajuan sama sekali. Haruskah aku menjawabnya dengan “harusnya kau memberiku sebuah bola kristal”?

Tidak, dia sudah membantu membuatkan benang untuk pakaian Filo dan dan bahkan memberi diskon juga, harusnya aku tidak mengeluh lebih banyak padanya.


“Karena aku datang dari dunia lain, aku tidak bisa membaca tulisan di dunia ini.”

“Oh... Saya minta maaf.”


Aku merasa bersalah saat melihatnya meminta maaf begitu. Aku menyesal karena masih kurang banyak belajar. Aku malah membalas niat baiknya dengan membuatnya kecewa seperti ini. Meski begitu, aku ingin membalas kebaikan bibi ini atas bantuannya untukku. Aku harus mempelajari tulisan di dunia ini secepat mungkin.

Aku tidak mendapatkan bantuan apapun, tidak seperti para Pahlawan brengsek itu. Karena itu lah aku harus berusaha keras dalam belajar. Dan juga, aku harus mendapatkan perlengkapan yang lebih baik, agar bisa bertahan di gelombang bencana selanjutnya. Belum lagi, aku harus menerjemahkan buku resep obat yang diberikan pemilik toko farmasi padaku.

Meski butuh waktu cukup lama, aku memutuskan untuk mempelajari huruf-hurufnya dulu.


“Fuaah... ini lebih ringan.”


Filo menguap sambil menarik gerobaknya.

Kau bilang gerobak berisi 3 orang ini ringan?

Itu bagus. Aku juga sudah punya rencana. Dan rencana ini takkan bisa dilakukan tanpa Filo.

Bibi dari toko sihir memberiku 25 koin perunggu saat kami tiba di desa Riyuuto.


“Untuk apa uang ini?”

“Untuk biaya perjalanannya.”

“Oh, aku mengerti.”


Uang ini bisa aku gunakan nanti.

Bagian 2[edit]

Keadaan desa Riyuuto sudah semakin membaik sekarang. Seorang penjaga toko di desa menyambut kami dengan ramah. Sebelumnya, aku sudah minta maaf pada para penduduk desa tentang kasus daging Chimera-nya. Padahal menyimpan daging itu adalah ide-ku sendiri.


“Baiklah, Raphtalia... ayo kita berlatih untuk menghilangkan mabuk perjalananmu.”


Aku sudah berjanji akan membantu pembangunan desa, untuk menggantikan daging yang telah Filo habiskan. Walau aku hanya bisa sedikit membantu, tetap saja aku harus mencoba mengganti kerugiannya.


“Eh!?”


Raphtalia menunjukkan ekspresi keberatannya. Oh budakku sayang, akan merepotkan kalau kau tidak terbiasa dengan hal ini.


“Mulai sekarang, kita akan bepergian dengan menaiki gerobak yang ditarik Filo, jadi kau harus terbiasa dengan itu.”

“B-baik.”

“Baik~!”


“Filo, tarik gerobaknya.”

“Iya!”


Filolial benar-benar merasa senang saat menarik gerobak. Mata Filo terlihat berbinar-binar.


“Uhm...... Apa kau sedang memikirkan sesuatu?”

“Yah, kupikir kita harus mulai berdagang.”

“Berdagang? Kenapa?”

“Meski sekarang kita tidak punya banyak barang, nanti aku ingin menyimpan persediaan obat-obatan.”

“Ugh......”


Kelihatannya Raphtalia tidak tertarik dengan rencanaku itu.

Ya ampun, apa rencanaku ini terlalu merepotkan? Meski begitu, akan sia-sia saja kalau kita tidak memanfaatkan gerobak berharga ini.


“Dan saat kau sudah tidak lagi terkena mabuk perjalanan, Filo bisa menarik gerobak ini ke manapun dengan kecepatan tinggi.”

“Aku mengerti...”

“Aku tahu ‘tempat’ agar kau tidak gampang mual. Kau pasti bisa terbiasa di sana.”

“Apa ada tempat yang seperti itu?”

“Yah.”


Sebelum memulai kegiatan hari ini, kami berangkat dengan menunjukkan “tempat” yang kubilang tidak akan mudah terkena rasa mual.

Aku menyuruh Raphtalia untuk menaiki Filo.


“Aku tidak keberatan kalau menggendong Tuan, tapi kenapa kakak Raphtalia yang harus kugendong?”


Filo bergumam saat Raphtalia naik ke punggungnya.


“Aku juga sama. Ini rasanya memalukan.”


Terasa aneh juga saat melihat Raphtalia dengan posisi setengah-merangkaknya, sedang digendong di atas badan Filo yang berwujud burung hantu itu.


“Apa kau merasa berat?”

“Tidak, ini terasa ringan.”


Kelihatannya Filo tidak kesulitan sama sekali.


“Kalau begitu, ayo kita teruskan perjalanannya.”

“Baik!”


Filo pun menarik gerobak sambil membawa Raphtalia di punggungnya. Harusnya badan Raphtalia tidak terlalu berat untuk digendong.

Di saat yang sama, aku mencoba menerjemahkan buku Resep Obat Tingkat Menengah sambil mempelajari tulisannya.

*Trek*
*Trek*

Sulit rasanya berkonsentrasi dengan suara roda gerobak ini sebagai “musik latar”nya.


“Uhmm...”

*Trek*

“Uh-Uhmm...”


Hm?

Saat aku melihat Filo, sekarang dia sedang berada di wujud manusia, sambil menggendong Raphtalia di punggungnya. Raphtalia terlihat gelisah dan mencoba memanggilku, saat orang-orang yang kami lewati di jalan saling berbisik dan menunjuk-nunjuk ke arah kami.


“Kalau begini terus, rumor aneh lainnya tentangku bisa menyebar!”


Nama baikku akan terus memburuk kalau ada rumor yan beredar, tentang aku yang memaksa seorang gadis budak melakukan pekerjaan kasar, dengan menarik gerobak sambil menggendong seseorang.


“Baiklah... Filo, saat kau menarik gerobak, jangan berubah ke wujud manusiamu.”

“Baik.”


Filo pun mengangguk, dan terlihat tidak senang karena harus berubah ke wujud monster-nya.

Aku mulai bosan. Dan Raphtalia juga masih belum menunjukkan gejala mabuk daratnya. Mungkin tidak apa-apa kalau sekarang kita bergerak lebih cepat.


“Baiklah Filo, lari lebih cepat!”

“Baik~!”


Filo pun mengangguk dan mulai berlari dengan bersemangat.

*Trek Trek Trek!*

Roda gerobaknya semakin mengeluarkan suara berisik.


“Waa!”


Setelah tiba-tiba dikagetkan begitu, Raphtalia terus memeluk punggung Filo erat-erat.

Dengan begitu, hari ini kami bisa sampai ke tempat tujuan kami.

Referensi :[edit]

  1. ”Mata kemerahan” atau “tatapan mata merah” adalah istilah pengganti untuk “gingin” untuk menggambarkan sebuah tatapan lelah dengan mata yang merah. (keterangan dari sumber terjemahan)