Editing
Oregairu (Indonesia):Jilid 3 Bab 5
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===5-9=== Kartu-kartu untuk ronde kelima sekarang sudah dibagikan. Aku hanya mempunyai sisa satu nyawa dalam permainan ini: celana dalamku. Dengan kata lain, ini adalah sebuah pertempuran yang sudah pasti aku tidak boleh kalah. Itu sama sekali tidak seperti pertempuran-pertempuran di televisi di mana mereka berkata “Aku pasti tidak akan kalah”, tapi kemudian, untuk beberapa alasan, mereka hampir selalu kalah. “Baiklah… Aku harus memenangkan ini…” Tentu saja, aku menegang. Aku dapat merasakan tekad <!--determination-->itu mengalir mengelilingi tubuhku. “Buahahaha! Orang ini mencoba bertingkah keren mengenakan celana dalamnya!” Zaimokuza tertawa terbahak-bahak padaku. Ketika aku melihat-lihat ruangan itu, anggota Klub UG dan Yuigahama juga mati-matian menahan tawa mereka. Setelah melihat lebih dekat, bahkan bahu Yukinoshita bergetar sedikit. Jahat, mereka semua. Amarah meluap<!--swell up--> dalam diriku, seperti yang bisa kalian duga. “Oi, Zaimokuza…” Aku memanggil namanya, sudut mulutku berkedut. Segera setelah aku melakukan itu, Zaimokuza membuat sebuah batuk yang tidak alamiah seakan dia juga telah menyadari betapa geram diriku. “Tenang, Hachiman, temanku. Permainan itu dimaksudkan untuk dinikmati. Jangan begitu serius<!--uptight-->.” “Oi, Zaimokuza…” ''Jangan kamu coba-coba mengutarakan omong-kosong munafik itu padaku, bajingan…'' Aku baru saja mau memberinya sepotong – tidak, lima potong – omelanku ketika sebuah helaan memotongku. “Oh, begitu. Jadi itu apa yang kamu rasakan tentangnya.” Itu memakanku sedikit waktu sebelum aku menyadari itu adalah suara Hatano. Suaranya jelas sekali berbeda dari suara gugup dan belum dibilang terdengar-lemah yang dipakainya sampai barusan tadi – kamu bisa melihat nada agresifnya keluar.<!--coming through--> “Jadi itu – bagaimana kamu mengatakannya? – sudut pandang si pemain,” potong Sagami. “Yah, tidak seperti itu suatu hal yang buruk, tapi jika kamu terus seperti itu sampai akhir, kamu sudah agak gawat<!--kind of screwed-->.” Itu adalah jenis suara angkuh dan meremehkan yang membuatmu berpikir pemiliknya sedikit terlalu suka mendengarnya. “Urk…” Zaimokuza baru saja akan mengatakan sesuatu pada mereka, tapi segera setelah dia menangkap pandangan wajah mereka seklias dia berhenti. Ekspresi mereka dicampur dengan rasa menghina yang jelas. Hatano mendengus. “Yah, terserahlah. Omong-omong, inilah akhirnya<!--this is the end of the line-->.” “Ayo kita mulai,” kata Sagami. “Ini adalah pertempuran terakhir<!--final showdown-->.” “Oh, oke.” Masing-masing dari kami berdiri dalam medan pertempurannya atas apa yang dikatakan Sagami<!--in deference to what Sagami said.-->. Zaimokuza mendapat giliran pertamanya. Pertama-tama, dia harus bertukar kartu dengan Klub UG. Kelihatannya Hatano sedang mencari kata-kata untuk diutarakan<!--throw around--> pada saat yang sama dia sedang mengambil kartunya. Tangannya turun pada dua kartu dan dia melemparkannya. Persis saat Zaimokuza mengulurkan telapak tangannya untuk menambah kartu tersebut ke kartu di tangannya, suara Hatano menerjangnya. “…Tuan Pendekar Ulung, mengapa kamu ingin membuat sebuah game?” Kelihatannya Tuan Pendekar Ulung adalah nama yang dipakai Zaimokuza di ''arcade''. Tidak salah lagi<!--No two ways about it--> – dia benar-benar memanggil dirinya Tuan Pendekar Ulung (lol). Zaimokuza lupa memungut dua kartu yang dilemparkan padanya, dan dua kartu itu terselip dari tangannya dan jatuh ke atas meja. “Hmph. Karena aku suka game. Aku percaya berkarir akan sesuatu yang kamu nikmati itu merupakan suatu alur pikir yang jelas. Dan jika aku itu seorang pegawai penuh di sebuah perusahaan game, aku akan memiliki pendapatan yang stabil,” jawab Zaimokuza dengan sikap yang terlihat tenang, walaupun perasaan aslinya terlihat jelas di akhir.<!--transparent at the end there.--> “Oh, jadi karena kamu suka game, huh? Tipe-tipe itu tentu tiba-tiba banyak bermunculan akhir-akhir ini – mereka yang hanya suka game dan tidak bisa melakukan apapun<!--can't do squat-->. Apa kamu salah satu tipe itu juga, Tuan Pendekar Ulung?” “Apa yang sedang kamu coba katakan?” Mereka pastilah sudah membuatnya geram<!--strike a nerve-->, karena Zaimokuza dengan jengkel<!--irritation--> menghantamkan dua kartu yang dimainkannya ke atas meja. Dan kemudian selagi meja dan kursinya bergetar dengan suara yang terdengar kasar, dia mengoperkanku kartunya. Yukinoshita, yang mendapat giliran selanjutnya<!--whose turn it was next-->, memainkan sepasang kartu di atas itu<!--follow that up-->. “Kamu hanya memakai impianmu sebagai sebuah alasan untuk melarikan diri dari kenyataan…” “A-Atas dasar apa kamu mengatakan <!--i-W-what are you basing that o-,-->?” Hanya itu yang dihimpun Zaimokuza sebelum dia berhenti berbicara.<!--coming to a stop--> Sagami melemparkan beberapa kartu untuk mengisi keheningan yang mengikuti. Aku menyebarkan kartu di tanganku. Jika aku melanjutkannya dengan pasangan kartu, itu akan menjadi kesempatanku untuk mengurangi kartuku dari awal ronde. Dengan itu di pikiranku, aku melihat ke arah empat belas kartu di tanganku. …empat belas? Menyadari bahwa tidak ada cukup kartu, aku melirik ke bawah meja untuk melihat apa ada yang jatuh. Dan memang<!--sure enough-->, dua kartu ada di bawah sana. Walau Zaimokuza mungkin sudah lupa menambahkannya ke kartu di tangannya, kelihatannya kartu itu baru jatuh tadi ketika dia membuat mejanya bergetar saat berdiri<!--from standing up-->. Aku memungutnya dan menambahkannya ke kartu di tanganku. Dan maka aku mendapatkan kartu Empat Wajik. Kartu yang satu lagi adalah kartu Enam keempat… Aku bisa membuat Revolusi dengan ini. Namun aku tidak ada pilihan selain menyimpannya untuk nanti. Jika aku mau memainkannya, itu hanya bisa setelah aku menjadi si bandar di tengah permainan. Selagi aku sedang membuat perhitungan samar di kepalaku, aku meletakkan dua kartu dengan nilai yang lebih tinggi ke dalam tumpukan<!--in play-->. Ketika aku melakukannya, Yuigahama dan Hatano keduanya memainkan kartu-kartu ke atasnya. Dua As, huh… kelihatannya tidak ada orang yang ingin memainkan kartu di atasnya<!--to top that-->. Aku ''pass'', dan setelah pertukaran pemainnya Sagami meletakkan selembar kartu. “Tuan Pendekar Ulung, kamu begitu dangkal. Ini bukan agak pada apa yang kamu katakan sebelumnya, tapi ini tentang bagaimana pendapatmu itu hanya berarti sesuatu untuk dirimu saja dan semacamnya. Aku hanya bisa tertawa pada para pembuat game yang membosankan dan orang-orang pemimpi itu.” Wow, itu penilaian yang hebat. Teruskan itu.<!--that was some sharp insight. Keep it coming.--> Setengah dari diriku merasa ingin menyemangati Sagami. Belum disebut Yukinoshita sedang mengangguk dengan sungguh-sungguh dalam persetujuan bisu. “Uuuuuurk.” Zaimokuza mengoperkanku kartunya, seakan sedang mencoba menahan dirinya secara fisik. Telah mengambil kartu-kartunya dari dia, aku memainkan kartu berikut yang sesuai<!--in sequence--> tanpa tingkah berlebihan apapun. Zaimokuza sudah mengecilkan efek suara ''Yu-Gi-Oh!'' yang sudah dilakukannya sampai barusan tadi, mungkin karena semangatnya agak sedikit mengendur. Yukinoshita giliran selanjutnya<!--went next-->. Hatano melihat menyamping pada kartu yang diletakkannya dan suatu senyuman sinis bermain di bibirnya. “Kamu harus menertawai seseorang yang ingin membuat sebuah game ketika dia tidak tahu apapun mengenainya. Kamu tahu, ada banyak pembuat game cacad belakangan ini. Orang yang membuat game ketika mereka hanya pernah memainkan game konsol di rumah. Mereka hanya terobsesi pada satu hal dan tidak bisa membuat sesuatu yang inovatif. Mereka memperkecil tanah yang melahirkan ide-ide baru. Tidak mungkin kamu bisa membuat sesuatu hanya karena kamu mengatakan kamu menyukainya.” Dia memainkan selembar kartu, seakan menghantamkannya pada meja, dengan intensitas yang hampir terlalu kuat<!--bordered on the overpowering-->. “Uuuuuuurk.” Erangan Zaimokuza bergema dari langit-langit. Sejumlah putaran berlalu selagi Klub UG mendapat posisi menguntungkannya. Ketika sudah sampai giliran Zaimokuza, Sagami memanggil Zaimokuza selagi dia sedang bersusah payah untuk memilih kartunya. “Tuan Pendekar Ulung, kamu tidak ada kemampuan atau pencapaian yang bisa kamu banggakan bukan? Itulah mengapa kamu hanya berpegangan pada game dan hal-hal semacam itu.” Dihadapkan dengan suara yang bercampur dengan tawa mencemooh itu, Zaimokuza tidak mampu membentuk sebuah jawaban dan mengoperkanku kartunya dengan keenganan berat. Itu kurang lebih mengatakan ''pass'' tanpa mengutarakan kata-katanya. Setelah mengambil kartu-kartunya dari dia, aku mengambil tempat dudukku. Kata-kata Sagami masih berdengung di dalam telingaku. Dengan itu, aku maksud melihat seseorang begitu terang-terangannya gembira mengejek chuunibyou itu amat menghilangkan semangat – tidak ada cara lain untuk mengatakan itu. Memberitahu seorang laki-laki yang ketakutan<!--wide eyed--> akan kekejaman dunia nyata itu membuatmu terlihat seperti orang dewasa yang lelah terus gelisah akan kekecewaan dalam kehidupannya – jenis penderitaan itu sangat ada <!--very much present-->di sini. Karena semua orang ''pass'', Klub UG menjadi bandarnya. Hatano memainkan tiga kartu dengan laju yang benar-benar malas: satu, dua, tiga Raja. Tentu saja, tidak mungkin tim kami, yang baru saja ''pass'', bisa memainkan apapun. Yukinoshita juga ''pass''. “Omong-omong, Tuan Pendekar Ulung, apa film favoritmu?” “…hmph, mari kupikir. ''Mahou''-” “Selain anime, maksudku.” “Apa kamu bilang?!” Pada saat anime dikeluarkan dari daftarnya<!--take out from equation-->, Zaimokuza menggelepar dengan hening. Oho, apa yang kita dapat di sini? Dia benar-benar dicerca… tapi tidak seperti aku ada film favorit khusus juga setelah kamu mengeluarkan anime. Jika didesak, aku akan mengatakan ''Léon: The Professional''. Aku juga ingin menerima gadis muda sebagai muridku<!--protege--> juga. Mencemooh Zaimokuza yang membisu, Sagami menyapu kartu-kartu King itu ke samping dan memulai dengan selembar kartu baru. “Lihat, dia benar-benar tidak bisa menyebutkan apapun. Jadi apa novel favoritmu?” “…hmph, akhir-akhir ini aku sedang asyik dengan<!--get into--> ''Ore no Kano''-” “Selain novel ringan.” “Urk!” Zaimokuza tergagap<!--stumbled over--> akan kata-kata spektakulernya<!--his words big time--> berkat dihentikan dengan begitu tiba-tiba. Dia menghempaskan kepalanya ke belakang dengan berlebih-lebihan, tidak mampu pulih. Itu seperti dia baru saja menerima sebuah pukulan ke atas yang keras. Zaimokuza sedang gemetar dengan begitu hebatnya sampai dia hampir tidak bisa berdiri, sebuah ekspresi kesengsaraan yang mendalam terukir di wajahnya. Apa dia salah satu tipe-tipe ''itu'' – salah satu si cengeng dari generasi muda itu yang hanya tidak mampu menahan cercaan<!--take a hit-->? Itulah si Zaimokuza yang dilihat dua anggota Klub UG itu dengan mata sinis mereka. “Jadi pada akhirnya, kamu hanyalah si palsu<!--phony-->,” kata Hatano. “Kamu bahkan tidak mengerti kenyataan dari dunia hiburan. Kami sudah mengerjakan PR kami tentang industri game dan hiburan. Ketika orang dungu seperti kamu keluar dan berkata dia akan membuat sebuah game dan semacamnya, itu memalukan untuk ditonton.” Persis seperti yang dia bilang, ruangan ini benar-benar berlimpah-limpah dengan game. Ketika aku melihat bagaimana semua permainan papan itu dikemas dalam kotak-kotak dan disusun dalam tumpukan, juga bagaimana dadu-dadu itu (mungkin dipakai untuk RPG meja) tersebar disana-sini, aku bisa dengan mudah membayangkan betapa terbenamnya dua anggota Klub UG itu ke dalam game. Zaimokuza, di sisi lain, tidak seperti itu sama sekali – dia hanya tergila-gila akan karakter-karakter imut… Dengan keadaannya sekarang ini, tidak mungkin Zaimokuza ada peluang apapun untuk menang. Itu jelas dia akan kalah, dan tentu saja dia akan menahan rasa malu yang mengikutinya. Tapi itu agak membuatku jengkel sedikit. Aku tidak benar-benar keberatan jika seseorang membuat Zaimokuza terlihat bodoh – dan aku tidak merasa ada yang berbeda entahkah impiannya dihancurkan ataupun tidak. Namun, apa yang orang-orang ini katakan sudah pasti datang dari arah yang salah<!--definitely coming from the wrong place.--> Aku hanya tidak tahu apa alasannya kenapa aku begitu jengkel. <br /> <center>× × ×</center> <br />
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information