Editing
Oregairu (Indonesia):Jilid 3 Bab 5
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===5-10=== Permainannya sudah mendekati babak akhirnya. Klub UG memiliki sisa enam<!--lima--> kartu di tangan mereka, sementara tim Yukinoshita memiliki enam kartu dan tim kami memiliki delapan. Permainannya sudah mendekati akhir dari jumlah kartunya, tapi kenyataannya, bukan begitu kalau kamu menilainya dari isi kartu yang kami pegang. Klub UG memiliki Joker yang kami berikan pada mereka. Lebih mendekati babak akhirnya itu, lebih jelas juga perbedaan dalam parameter awal kami yang akan tercermin dalam taktik kami.<!--the more overtly the differences in our initial parameters would be reflected in our tactics.--> Yuigahama pastilah menilai saat ini sebagai saat yang menguntungkan untuk melancarkan serangannya, karena untuk sesaat dia bertukar isyarat mata dengan Yukinoshita sebelum memainkan tiga kartu. Seperti yang bisa kamu duga dari timing mereka, tidak ada orang yang bisa melawannya. <!--counter--> Yukinoshita mengambil kartunya dan duduk di kursinya. “Aku sudah mendengar diskusi dari kedua sisi dan kelihatannya Klub UG memiliki pendapat yang terdengar lebih logis. Hikigaya-kun, jika kamu sedang memikirkan tentang, erm, Zai… Zai… ''dia'', kamu patut menunjukkannya jalan yang benar.” Selagi Yukinoshita mengeluarkan kartu lain, seberkas senyuman bermain di wajahnya seakan dia sedang mengujiku. Klub UG mengikutinya dengan kartu mereka sendiri. Yah, Yukinoshita memang ada benarnya. Jika Zaimokuza benar-benar bercita-cita menjadi seorang penulis game atau pengarang novel ringan, dia perlu benar-benar<!--real effort--> berusaha keras untuk meraih tujuannya itu. Dia bisa berhasil jika dia mempelajari teknik-teknik menulis naskah Hollywood dan karya-karya yang diakui daripada hanya mencorat-coret garis besar untuk “novel mahakarya” kesenangannya sendiri<!--self-indulgent-->. Aku memang berpikir bahwa Hatano dan Sagami patut dipuji akan kerja keras mereka dan bahwa Zaimokuza seharusnya dikritik dan ditegur akan cara setengah-setengahnya dalam melakukan sesuatu. …tapi itu saja bukanlah cara melakukan sesuatu yang benar. Cara yang benar untuk melakukan sesuatu adalah cara yang suka-suka hati seseorang untuk melakukan sesuatu, dan itu apa yang membuatnya menjadi manja<!--self-indulgent-->, pikirku. Mengikuti isi buku cetaknya, taat pada kurikulumnya, menyelesaikan tugasnya… Tidakkah itu bukan satu-satunya cara tradisional untuk sukses sampai sekarang? Bergantung pada harta warisan dan mengandalkan orang-orang berkuasa, bukankah begitu banyak orang sekarang ini melumuri diri mereka dengan tingkah laku itu sampai mengeras dan menempel ke dalam lubuk jiwa mereka? Untuk benarnya, seseorang harus menggantungkan dirinya pada pandangannya sendiri mengenai apa yang benar. “Itu tidak seperti sudah pasti cara Klub UG melakukan sesuatu itu benar… oh, dan itu salah untuk mengecap bahwa aku mengatakan itu karena aku prihatin dengan Zaimokuza.” “Baguslah kalau begitu,” kata Yukinoshita. “Itu tentu menunjukkan betapa kamu perduli akan temanmu.” “Um, dia bukanlah temanku.” Jika dia ''itu'' temanku, aku mungkin akan membelanya<!--stick up--> pada saat-saat seperti ini. Namun, aku masih tidak tahu bagaimana si tolol ini bisa membuat masalah yang begitu parah<!--dig his own grave so deep-->. Tidak ada gunanya apa yang aku katakan padanya.<!--It didn’t matter what I said to him--> Kamu bahkan bisa menemukan orang di kelasnya yang sudah menyerah dengan dirinya karena dia begitu tidak bisa apa-apa<!--incompetent-->. Kamu bisa bilang mereka bahkan sudah sepenuhnya membuang pemikiran untuk memukulinya. Yuigahama membuka mulutnya dengan ragu-ragu. “Kamu tahu…” katanya deengan sedikit bimbang. “Aku tidak benar-benar mengerti game dan semacamnya, tidak secara detil, tapi…” Selain Yuigahama, tidak ada yang meninggikan suara mereka untuk menyela. Itu hanya bahwa ekspresi serius, tenang dan berhati-hatinya menarik pandangan semua orang padanya. Aku menunggu Yuigahama untuk terus berbicara. Yuigahama, yang terus memusatkan pandangannya pada kartu-kartunya, tiba-tiba mendongakkan kepalanya. Kemudian dia melihat tepat ke mataku. “Meskipun ada sesuatu yang menghalangi dan kamu tidak bisa sukses di awal<!--get off to a good start-->, selama itu bukanlah suatu kebohongan ataupun palsu, cinta itu tidaklah salah… kurasa.” Aku heran pada siapa kata-kata itu tertuju. Persis saat pemikiran itu melintasi pikiranku, ada suara <!--thump-->seseorang menginjak lantai. “…ya. Itu persis seperti yang kamu katakan… kamu benar bahwa aku tidak ada sesuatu yang bisa dibanggakan.” Hilang sudah cara bicara yang dibuat-buat itu. Suara itu begitu bergetarsampai itu menyedihkan, dan walau kata-kata yang keluar tergagap-gagap, kata-kata itu terus keluar tanpa berhenti untuk bernafas. “Jadi aku akan bertaruh dalam hal ini: bahwa itu aneh kalau aku tidak berguna! Bahwa kalian itu salah!” Zaimokuza meratap, ingus bercucuran ke wajahnya dan bahunya bergetar dengan hebat. Tidak peduli bagaimana kamu melihatnya selagi dia berdesah berat dan menatap tajam pada kami semua, penampilan berlinang-linangnya itu adalah penampilan seorang pecundang. Hatano dan Sagami melihat ke arah tingkah menderita Zaimokuza dengan mata yang penuh dengan kejijikan. Tidak, mereka mungkin tidak sedang melihat pada Zaimokuza, tapi sebenarnya mereka melihat kepedihan masa lalu mereka sendiri melalui dirinya. …Aku yakin bahkan mereka juga pernah mencintai game. Dan bahwa pada suatu ketika, mereka juga terselimuti dalam impian mereka.<!--once upon a time--> Tapi impian itu terlalu berat bagi satu orang untuk terus memikulnya sendirian. Setelah kamu beranjak dewasa, kamu mulai melihat ke arah masa depan yang realistis, dan itu hanyalah impian kosong sehingga kamu berhenti untuk mampu mengejarnya<!--it’s only the pipe dreams that you stop being able to chase.--> Gaji yang tidak bisa lebih tinggi dari upah minimum 200,000 yen, tingkat kerja tamatan dari universitas terkenal yang menyedihkan, tingkat bunuh diri, pajak yang meninggi, dan kemudian yang paling buruknya lagi gaji pensiunan yang mengenaskan.<!--to top it off--> Kamu baru mengetahui tentang hal-hal semacam itu. Seorang anak SMA, yang sudah setengah dewasa, bisa mengerti sebanyak itu.<!--only come to know--> Semua orang bercanda bahwa untuk bekerja itu berarti kalah pada sistem, tapi itu tidaklah pasti tidak benar. Di dalam dunia seperti dunia ini, suatu kehidupan dimana kamu hanya mengejar mimpimu saja itu pahit dan menyakitkan, dan hanya memikirkan itu membuat aku menghela.<!--a life where you only chase after your dream is bitter and painful--> Itu salah untuk menyerah pada hal itu<!--submit yourself to that--> hanya karena kamu mencintai sesuatu. Itulah mengapa mereka menebusnya<!--compensate for it-->. Mereka membangun pengetahuan mereka dan menginspirasi diri mereka sendiri dengan melihat mereka-mereka yang hanya bermimpi. …karena tidak mungkin mereka mau berhenti. Tidak peduli sebanyak apapun mereka menyangkalnya. “…kamu tidak tahu apa-apa bagaimana dunia ini bekerja. Idealisme dan kenyataan itu berbeda,” ujar mereka. “Aku sudah lama sekali tahu itu!<!--for ages--> Ketika mereka menjadi penulis, rekanku dari ''arcade'' terus mengirimkan naskah selagi mereka pergi bekerja<!--work jobs(mencari pekerjaan)-->! Mereka yang membanggakan tentang melompati pilihan kedua mereka itu adalah para NEET! Aku terlalu paham semua itu<!--all too well-->…” tinju Zaimokuza mengepalkan udaranya. Dia melakukannya dengan seluruh tenaganya, sebegitu kuatnya sampai kukunya hampir menembus kulitnya. “Aku ''tahu'' bahwa ketika aku bilang aku akan menjadi seorang pengarang novel ringan, sembilan puluh sembilan persen orang akan tertawa terbahak-bahak dan berpikir, ‘Sungguh impian yang tolol!’ atau ‘Jangan bertingkah seperti anak kecil<!--don't be such a kid-->! Hadapi kenyataan!’ Meskipun begitu…” …dia benar. Kami tahu bagaimana kenyataan itu bekerja. Kami tahu bahwa para teroris tidak akan tiba-tiba menyerang kami di dalam ruang kelas dan bahwa kota tidak akan dikerumuni oleh zombie, dan memaksa kami untuk bersembunyi di toko-toko.<!--Home center--> Jika ada orang biasa yang mendengar kamu berkata bahwa kamu ingin menjadi seorang penulis game atau pengarang novel ringan, mereka akan memikirkan impian itu sebagai suatu impian yang gila yang setara dengan angan-angan dungu lain itu. Tidak ada orang yang akan benar-benar mendukung mereka atau benar-benar menghentikan mereka. Bahkan jika kamu menyatakannya dengan serius bahwa itu adalah impianmu, tidak akan ada orang yang akan memandangmu<!--take you seriously--> dengan serius. Dan jadi sebelum kamu menyadarinya, kamu akhirnya berhenti, dan kemudian kamu, yang dulu pernah menjadi seorang pemimpi, sekarang ingin tertawa pada pemimpi-pemimpi lain. Kamu ingin tertawa dan berbohong pada dirimu sendiri. Berhadapan dengan semua itu, aku heran persisnya bagaimana orang ini bisa mengumumkan impiannya – bahkan selagi dia menangis<!--break down crying-->, bahkan selagi ingus bercucuran di wajahnya, bahkan selagi suaranya bergetar. “Sekarang ini, aku percaya dengan segenap hatiku. Meskipun aku tidak akan pernah bisa menjadi seorang pengarang atau penulis, aku masih bisa terus menulis. Aku tidak cinta menulis karena aku ingin menjadi seorang penulis! …Aku menulis karena aku mencintainya.” Jujur saja, aku merasa iri padanya. Dengan frasa tunggal “karena aku mencintainya” itu, dia memutuskan nasibnya dengan kejujuran tanpa akal bulus, tanpa keraguan ataupun kesinisan apapun yang merembet ke dalamnya. Kebodohannya itu menyilaukan dalam beberapa artian<!--in more ways than one-->. Kekuatan yang dibutuhkan untuk dengan jujur mengatakan “karena aku mencintainya” membuat mataku mengernyit. Mungkin itu karena aku sudah mengunci<!--locked away--> kepolosan untuk mengatakan sesuatu dari dalam hatiku tanpa kesombongan atau bersikap ironis. Itulah mengapa aku menjadi berpikir<!--got to thinking-->. Mungkin, mungkin saja pertandingan ini bisa menentukannya. Jika Zaimokuza – tidak, kami – menang, kalau begitu mungkin aku bisa mengizinkan diriku untuk percaya. (Walau tidak kalau aku kalah.) “…Zaimokuza. Giliranmu.” Aku mendorongkan kartuku pada tinju Zaimokuza, yang sedang terkepal pada dadanya. Zaimokuza menekankan tangannya pada dadanya seakan untuk memeriksa detak jantungnya sebelum menerima kartunya dariku dan mengambil satu langkah menuju kursinya. “…apapun yang dikatakan orang padaku sekarang tidak akan bisa membuatku berhenti,” bisiknya selagi dia melewatiku. Suaranya sudah agak menurun dan itu terdengar agak keren. ''Hentikan suara keren itu – itu akan melekat dalam kepalaku.'' Zaimokuza mengambil nafas yang panjang dan dalam, menghimpun kendali akan suara tangisan dan bergetarnya itu. “…oho, maaf untuk membuat kalian menunggu. Mari kita selesaikan duel ini sekarang<!--Shall we not end this duel now-->…?” Kami memiliki delapan kartu lagi di tangan kami. Kartu Jack Sekop, kartu Delapan Keriting, kartu Tiga Hati dan kartu Empat Wajik. Dan kemudian set empat kartu Enam itu. “Makan ini! ''Infinity Clincher''!” Dengan suara ''shfff'', Zaimokuza menarik keluar selembar kartu dan kemudian – WHAM! Dia membuat efek suaranya sendiri selagi dia menghantamkan kartunya ke dalam tumpukan. Oke, aku bisa mengerti bahwa ''infinity'' itu angka delapan yang diputar menyamping, dan karena peraturannya dipanggil Delapan Penghabisan, aku rasa bagian ''clincher''nya merujuk pada itu, kurasa? “Hachiman.” Dengan kendali penuh akan dirinya sendiri sekarang, Zaimokuza melontarkan namaku seperti dia melontarkan tangannya. Jangan katakan itu pada ''semuanya''. Aku mendengarmu dengan jelas dan nyaring. Aku mengambil tempat dudukku dan menyebarkan kartuku. Jika aku akan menggunakannya, sekaranglah saatnya. Itu ''karena'' kami sudah terus kalah selama ini<!--all of this time--> – karena kami telah selalu lemah dan namun gagal untuk mundur – sehingga kami bisa menggunakannya sekarang. Apa itu tekad baja? Kegigihan? Keteguhan? Biar lamban asal menang?<ref> Ori : Slow and steady wins the race. Harusnya kan biar lamban asal selamat, tapi kuganti jadi menang biar agak cocok dengan konteks. </ref> Tidak, aku sudah mengincar saat ini dari awal. Maka, kekalahannya sampai sekarang ini bukanlah kekalahan. Aku kalah dalam pertempurannya tapi aku memenangkan perangnya. Kekalahan bukanlah kekalahan sampai kamu mengakui kekalahanmu. Aku yakin pria yang berdiri di belakangku tidak akan mengakui kekalahannya bahkan sampai nafas terakhirnya, tidak peduli sesering apapun dia kalah atau sesalah apapun dia. Dengan begitu, dia adalah pria yang terdekat dengan kemenangan. Bahkan setelah sepenuhnya dibungkamkan dan setelah harapan dan mimpinya dianggap remeh – Bahkan sekarang, untuk bisa terus meraung dengan segenap kekuatanmu<!--all your might-->. Tidak mengandalkan apapun selain kekuatan tekadnya saja, mendukung impiannya.<!--standing up for one's cause--> Ketika kamu mengatakannya seperti itu, kamu bisa melakukannya dan memanggilnya sebuah impian. Tidak peduli siapa dirimu, itu adalah sebuah ilusi yang sulit untuk dipikul, seberharga apapun itu<!--as much as it was a precious one-->. Dan jadi hanya segelintir orang yang bisa melakukannya. Jarang impian bisa menjadi kenyataan di dunia ini. Sebelum aku menyadarinya, waktunya sudah tiba. Apa perasaan klimaks ini? Tanpa kusadari, kata-kata yang begitu kukagumi tumpah keluar.<!--spilling out.--> “Aku tidak akan…” “Tidak, kami tidak akan.” Kami berdua berdiri dengan punggung kami menekan satu sama lain selagi kami mengutarakan kalimat itu.<!--the answering lines--> “''Kami'' tidak akan kalah!” [[Image:YahariLoveCom v3-221.jpg|thumb|200px]] <br /> <center>× × ×</center> <br />
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information