Editing
A Simple Survey (Indonesia):Jilid 1 Akhir1
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
==Part 1== “Hahh. Hasilmu sama denganku,” kata Harumi dengan mata terbelalak. Mereka ngobrol sambil meninggalkan auditorium dan berjalan melalui kampus universitas malam hari. “Apakah artinya jalan pikiran kita sama? Profesor itu bilang sesuatu tentang menyelidiki isi hati kita, jadi ini mungkin berarti kita cocok.” “Setidaknya,” kata Anzai yang memotong komentarnya . Hal ini sama seperti yang Aisu katakan. Dia dapat mengerti bagaimana dia juga akan kehilangan rasa jarak emosionalnya jika dia terjebak di dalam kata-kata manis Harumi. “Itu adalah peristiwa yang aneh. Semua tentang hal itu aneh. Tapi yang teraneh dari semuanya adalah…” “Oh, oh, oh!” Harumi mengacungkan tangannya dengan gembira. “Peserta survei yang adalah semua orang yang belum pernah kulihat sebelumnya itu membuatnya aneh.” “?” “Semua peserta survei yang lain. Aku telah berada di sini lebih dari setengah tahun, tapi aku belum pernah bertemu orang lain yang ada di sana.” “Universitas itu adalah tempat yang besar. Itu adalah kumpulan dari mahasiswa bermasalah, jadi tak terlalu mengejutkan kan kalau isinya dipenuhi oleh orang yang kau tak kenal? Maksudku, Aku belum pernah bertemu dengan salah satu dari kalian sebelumnya.” “Tapi aku pernah melihatmu sebelumnya.” “Hah?” “Aku pernah melihatmu secara sekilas di restoran keluarga kampus. Kau selalu memakai kalung yang sama kan? Itulah mengapa aku mengingatmu.” Anzai mulai batuk. Di sana terdapat cukup banyak ruang untuk kesalahpahaman dan dia dapat melihat gadis klub kabaret yang bernama Aisu nyengir. Menyadari semua itu, Harumi melanjutkan. “Tapi aku tak ingat pernah melihat orang lain yang mengikuti survei meskipun cuma sekilas. Profesor itu pergi tepat setelah survei berakhir dan hal selanjutnya yang aku tahu, semua peserta yang lain menghilang. Kenapa ya? Aku punya perasaan kalau aku takkan pernah melihat orang-orang itu lagi yang minggat untuk pergi ke tempat lain.” “Itu gila.” “Ah ha ha. Aku tahu. Tapi saat aku melihatmu tidur di dalam auditorium, Aku teringat akan suatu balon. Suatu balon yang terjebak di cabang pohon. Aku merasa seperti kau akan hanyut ke suatu tempat jika aku tidak memanggilmu.” Tempat-tempat seperti toserba dan restoran keluarga di kampus berada di bangunan khusus, bukannya menjadi bagian dari bangunan fakultas. Sama halnya dengan kedai kopi itu. Para dosen dan mahasiswa sama-sama merasa sebal karena harus pergi ke luar untuk ke sana pada saat hujan dan bagaimanapun mungkin juga tidak ada di kampus kalau mereka harus berjalan sepanjang jalan melintasi kampus. Ketika mereka sampai di kedai kopi, Aisu memberikan senyuman kejam. “Oh, manajer di belakang baru saja mendecakkan lidahnya.” “Tentu saja dia melakukannya. Dia baru saja kehilangan kesempatannya untuk menutup kedai ini lebih awal pada jam 8.” “Tidak ada orang lain selain kita di sini, tapi aku akan pergi mendapatkan meja untuk kita.” “Hotaru-san, katakan saja apa yang kau inginkan.” Setiap saat mereka melakukan sesuatu, Anzai teringat mengenai kelengkapan lingkaran pertemanan grup para gadis itu. Dia harus bertanya-tanya kenapa mereka mengajak dia jika lingkaran pertemanan mereka sudah begitu lengkap. Ketika dia sedang bertanya-tanya mengenai apa yang harus dilakukan, Harumi berbicara kepadnya dari samping. “Peran pria itu adalah membawa minuman-minuman itu ke meja.” “Aku hanya akan menganggap diriku beruntung karena kau tidak mengharapkanku untuk membayar.” Setelah minumannya sudah siap, Anzai membawa baki plastik ke meja ketika bersungut-sungut tentang 4 atau 5 cangkir kertas tidak masalah sama sekali. “Apa itu, Harumi? Apa kau memesan kumpulan kayu manis?” “Menurutku pribadi, aku tak mengerti bagaimana siapapun bisa memesan kopi hitam. Itu hanya menusuk lidahmu.” “Kau sama seperti biasanya, Hotaru-san. Kau tak peduli apa yang kau dapat, jadi kau selalu memesan minuman baru atau minuman spesial musiman.” “Yah, kau memesan kopi jeli setiap saat kau datang ke sini. Seharusnya kau memesan minuman di sini, kau tahu?” Keempat gadis itu kemudian menengok ke Anzai seolah-olah untuk berkata “Jadi apa yang kau pesan?” Menjadi pusat fokus bagi kelompok orang asing seperti itu terasa tak begitu nyaman, jadi dia segera menjawabnya. “Brendi.” “Kau memesan sesuatu yang beralkohol!? Aku tak tahu kalau mereka menyediakan alkohol di sini.” “Kadar alkoholnya 80 proof. Apa kau sungguh-sungguh akan meminum itu?” “Kalau begitu, kau pasti tidak mengemudi ke rumah. Dan karena kau setuju untuk mengobrol yang bisa berlangsung bagi siapapun yang tahu berapa lama waktunya, kau juga tidak usah takut mengenai mendapatkan kereta terakhir. Area di sekitar sini cukup mahal, jadi tidak ada apartemen pelajar. Dari hal itu, kelihatannya kau tinggal di asrama.” “Inilah dia!! Deduksi penguntit gigihnya!! Aku selalu beranya-tanya kenapa dia tak dapat menggunakan hal itu untuk sesuatu yang lebih aman seperti investigasi kriminal!” Godaan berlanjut itu sepertinya telah mengenainya karena Kozue mulai memercikan suatu cairan kental ke Aisu dari belakang tutup botol ke tempat sirup permen karet yang dia digunakan. Kemudian gadis klub kabaret itu memuntahkan penghinaan yang mengakibatkan imej nya sebagai wanita menjadi hancur Mengabaikan semua itu, Harumi berbicara ke Anzai. “Bagaimanapun juga, aku sedang berbicara tentang bagaimana aku belum pernah peserta yang lain di sekitar kampus, kan?” “Kau belum selesai?” “Untuk beberapa alasan hal itu mengingatkanku tentang rumor mengenai orang-orang yang dapat kau bayar untuk melakukan apapun.” “Oh, Aku pernah mendengarnya.” Tidak jelas bagaimana hal itu berhubungan dengan apa yang Harumi bicarakan sebelumnya, jadi Anzai membalasnya tanpa semangat yang besar. Orang yang akan melakukan berbagai pekerjaan sering disebutkan di TV, tapi masih tidak jelas apakah orang seperti itu benar-benar ada. Setidak-tidaknya, tidak ada toko yang mengiklankannya di penunjuk toko mereka dan tak ada bisnis dengan deskripsi itu di departemen pencarian pekerjaan universitas. “Apakah ada rumor tentang adanya kelompok seperti itu di sekitar sini? Ketika aku pindah ke sini, Aku ingat kalau aku pernah mendengar tentang orang yang kau dapat bayar untuk mengangkut barangmu dengan harga murah…” Bagaimanapun juga Anzai tidak pernah tergoda untuk mencobanya. Perusahaan pindahan yang legit adalah suatu hal, tapi dia berpikir bahwa meninggalkan alat rumah tanggamu ke orang asing adalah hal yang gila. “Kudengar mereka akan menyingkirkan para penguntit yang gigih.” “Aku tidak melihat poinnya,” seru Anzai sambil menyeruput brendinya. “Sudah ada orang untuk melakukan hal-hal seperti itu. Bayar saja perusahaan pindahan atau panggil polisi. Bagaimanapun juga sesuatu yang legit akan menjadi hal yang lebih memastikan. Kau tak perlu berusaha sangat keras untuk membayar orang-orang mencurigakan.” Dalam upaya untuk menghindari baku tembak pertempuran sirup permen karet, Hotaru menggeser kursinya mendekati Anzai. “Dan siapa yang tahu bagaimana cara menghubungi mereka.” “Dengan tisu saku,” seru Harumi yang tiba-tiba menyeringai. “Kadang kadang di stasiun dekat kampus ada seseorang yang membagikan tisu.” “…Apakah ada nomor yang tertulis di tisu itu yang kau panggil untuk menghubungi mereka?” Anzai ragu kalau orang banyak akan memanggil nomor asing karena ada kemungkinan kalau nomor itu akan mendatangkan tarif yang mahalnya selangit. Hotaru kelihatannya setuju, tapi dia membolehkan percakapan itu untuk berlanjut. Mungkin itu adalah salah satu trik yang memungkinkan terbentuknya suatu pertemanan. “Dan hal itu rumit. Jika orang yang membagikan tisu itu adalah kontak mereka, bukankah akan lebih cepat kalau dia hanya memegang suatu pengenal dan menerima permintaan orang-orang di sana?” “Mungkin itu karena tak ada yang mau orang lain mengetahui kalau mereka menghubungi kelompok itu. Kau dapat meletakkan tisunya di sakumu sambil berpura-pura tidak tertarik dan kemudian memanggil nomornya nanti.” “Kalau mereka mau merahasiakan hal itu, akankah mereka benar-benar mengatakan hal itu ke orang asing? Dan kalau kelompok ini benar-benar melakukan hal-hal mencurigakan, akankah mereka benar-benar berdiri di depan stasiun selama berjam-jam? Sekarang ini ada begitu banyak kamera.” “Tapi…” Entah hal itu adalah pendapat aslinya atau dia hanya menambahkan topik pembicaraan, Hotaru memberikan pendapat dari sudut pandang yang berbeda. “Entah mereka menggunakan tisu saku atau tidak, mungkin orang-orang akan memiliki metode rahasia untuk mengubungi mereka jika mereka benar-benar akan melakukan ‘apapun’.” “Apapun…? Maksudmu hal selain membantumu pindahan atau menyingkirkan penguntitmu?” “Kudengar seseorang memanggil nomor itu untuk lelucon belaka dan meminta mereka mengumpulkan orang-orang untuk melakukan penganiayaan berkelompok dan sebuah kelompok benar-benar berkumpul.” “…Hal ini baru saja berbelok ke jalan yang gelap.” “Orang yang membuat lelucon itu konon dibebankan dengan biaya selangit dan kemudian menghilang ketika dia mencoba untuk meminta maaf dan menjelaskan bahwa hal itu adalah lelucon .” “Dalam hal itu, Aku bertanya-tanya kalau orang lain di auditorium berasal dari kelompok itu,” kata Harumi. “‘Dalam hal itu’? Aku tak begitu mengerti apa hubungannya, tapi apa yang mereka lakukan di sana? Dan siapa yang membayar mereka?” “Hah? Mungkin profesor itu? Kau tahu, orang-orang dibayar untuk mengisi suatu kerumunan.” “…” “…” Anzai dan Hotaru terdiam. Sepertinya Harumi mengatakan hal itu tanpa berpikir panjang, tapi pemikiran itu membuat mereka merinding. Apakah peserta selain mereka itu adalah mahasiswa palsu? Apakah yang dilakukan bukanlah mengumpulkan orang yang kekurangan kredit atau orang yang bermasalah? Apakah orang-orang yang tepat di sebelah mereka adalah orang asing yang ada di sana untuk alasan yang tidak diketahui? Dan tak hanya sedikit. Apakah mereka benar-benar dikelilingi oleh orang-orang seperti itu? Sepanjang waktu? Meskipun begitu mungkin saja mereka dapat mengingat penampilan orang di sekitar mereka dan melirik tempat yang telah mereka isi dengan nama mereka? Anzai dapat merasakan keringat dingin di dahinya. Dengan cepat dia memikirkan apa yang harus dia sangkal untuk menjaga kestabilan mentalnya. “Ya, tapi aku ragu kalau kelompok yang dapat kau bayar untuk melakukan apapun itu benar-benar ada.” “Benar. Berapa banyak pekerjaan yang mereka bisa dapatkan dalam setahun? Aku hanya tak mengerti bagaimana hal itu dapat berfungsi sebagai suatu bisnis.” “Jika mereka mendapatkan sedikit pekerjaan, mereka harus membebani setiap penyewa mereka dengan harga yang tak masuk akal.” “Kalau membuat mereka melakukan suatu gurauan menghabiskan jutaan yen, akan lebih mudah kalau kau melakukannya sendiri.” “Kalau semua orang itu berasal dari kelompok itu, mereka harus membuat cukup uang untuk menunjang puluhan orang.” “Hah? Tapi…” Harumi masih menggumamkan sesuatu dengan suara manisnya, tapi Anzai dan Hotaru terus menolak argumennya. Meskipun begitu, suara tenang Harumi meyelinap ke telinga Anzai melewati celah dari argumen mereka. “Mungkin mereka menjalankan suatu jenis bisnis yang lain. Dan mungkin pada awalnya mereka tak memberitahumu tentang uang, lalu mereka menggunakan kekerasan agar kau membayar harga yang amat teramat sangat mahal.”
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information