Editing
Date A Live (Indonesia):Jilid 2 Bab 2
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===Bagian 1=== “Oh, Itsuka... eh? Kau kenapa?” Pada pagi hari, Shidou sedang menyeret tungkainya yang terasa berat masuk ke dalam ruang kelas, kemudian dipanggil oleh Tonomachi dengan nada kebingungan. Yah kalaupun bukan Tonomachi, melihat kondisi Shidou sekarang, siapapun akan mendapat kesan yang sama. Baik muka ataupun tangannya, hampir seluruh tubuhnya terbalut perban, tambah lagi langkahnya yang begitu sempoyongan sampai kelihatannya ia dapat terjatuh... “... aah, bukan hal penting.” Shidou tersenyum kecut seraya berkata, lalu mengeluh pelan. Di seberangnya, Tonomachi, sepertinya teringat akan sesuatu, menahan tawanya. “Oh iya, aku sudah dengar ''net radio'' itu. Gila, menarik juga.” Wajah Shidou berkedut mendengarnya. “K-kau sudah mendengarnya? Itu...” “Yup, aku sudah dengar sedikit sebelum berangkat dari rumah. Tapi... itu cuma lelucon kan? Menakutkan juga kalau itu serius.” “Ah... hahaha... i-iya, kau benar...” Shidou tertawa datar dan memalingkan muka. “Ngo-ngomong-ngomong Tonomachi, kau sedang melihat apa?” Shidou berbicara untuk mengganti topik karena akan jadi masalah kalau dia jadi semakin tertarik dengan siaran radio tersebut. Tonomachi terlihat sedang menatap serius halaman ''gravure''<ref>Dari ''gravure idol'', istilah yang digunakan untuk menyebut model Jepang yang berpose dengan hanya mengenakan pakaian dalam atau pakaian renang.</ref> di bagian belakang sebuah majalah manga. “Ah, ini. —Oh iya, Itsuka, aku juga mau tanya sesuatu.” “A-apa?” Shido bertanya balik. Tidak biasanya Tonomachi serius begini, dia lanjut berbicara. “''Nurse'', Miko<ref>Miko - pendeta wanita di kuil-kuil Shinto. Tonomachi sedang menanyakan preferensi Shidou terhadap gadis dengan tiga macam pakaian tersebut.</ref>, atau ''Maid''...... yang mana yang paling kau suka?” “... hah?” Shidou bersuara kaget atas pertanyaan Tonomachi yang tak terduga itu. “Sudah diputuskan bahwa kostum ''gravure'' di edisi berikutnya adalah berdasarkan polling para pembaca... Benar-benar merepotkan.” “... aah, begitu ya...” Shidou menjawab sambil mengeluh. Tonomachi tidak terlihat peduli dan menyorongkan majalah itu ke arah Shidou. “Jadi? Yang mana yang kau suka!?” “Eh... errrrmm... mungkin... ''maid''...? Shidou menjawab karena tertekan oleh semangat Tonomachi yang tidak seperti biasanya. Saat itu juga, alis mata Tonomachi tiba-tiba berkedut. “A-apa ada yang salah?” “——Aku tidak mengira kau lebih menyukai ''maid''! Maaf saja tapi persahabatan kita berakhir di sini!” “......” Shidou, ia menggaruk pipi, lalu berjalan menuju tempat duduknya. “H-hey, mau ke mana kau? Itsuka!” “... persahabatan kita berakhir di sini, kan?” “Oi apa-apaan ini, kau menganggapnya terlalu serius! Kalau dipikir-pikir, dunia di mana pecinta ''maid'' dan pecinta ''nurse'' dapat hidup berdampingan dalam damai juga bagus bukan?” Sepertinya Tonomachi ada di fraksi ''nurse''. Shidou menaruh tas di bangkunya, tanpa mengacuhkan Tonomachi yang melempar majalah ke atas mejanya lalu mengikuti Shidou. Saat itu, sang gadis yang duduk di samping Shidou dan sedang membaca sebuah buku referensi tebal——Tobiichi Origami, melihat sekilas ke arahnya. “......” “O-oh... Tobiichi, selamat pagi.” “Selamat pagi.” Origami menjawab dengan suara monoton, lalu menelengkan kepala. “''Maid''?” Sepertinya dia mendengar percakapan barusan. Shidou mengibaskan tangan sambil panik. “... uh, ti-tidak, abaikan saja.” “Oh.” Origami memberi jawaban pendek dan sekali lagi mengembalikan pandangannya ke arah buku. “Pagi—” Segera sesudah itu, Tonomachi melambaikan tangan padanya, namun ekspresi Origami tidak berubah sedikitpun. Tonomachi mengangkat bahu tinggi-tinggi, lalu mulai menyiku sebelah perut Shidou. “Biarpun ini selalu terjadi setiap kali, kenapa cuma kau yang selalu mendapat jawaban setelah memberi sapaan? K-kau ini...” “Me-memangnya aku tahu? Sudahlah, hentikan.” Shidou melepaskan diri dari Tonomachi yang menjengkelkan, seraya tiba di tempat duduknya. Pintu ruang kelas menggeser terbuka, dan Tohka masuk. Tentu saja, karena Tohka sekarang ini tinggal di kediaman keluarga Itsuka, rutenya menuju sekolah sama persis dengan rute Shidou. Namun, akan terlihat mencurigakan jika mereka pergi ke sekolah bersama, maka dari itu Tohka berangkat sedikit lebih belakangan dari Shidou. Tambah lagi, dia masih terpengaruh oleh sambutan buruk yang diterimanya setelah pindah ke rumahnya kemarin. Shidou tidak berani memperburuk keadaan ketika 75 hari bahkan belum berlalu. “......” Tohka sambil terdiam duduk di bangkunya di samping kanan tempat duduk Shidou dan tanpa melihat ke arahnya, dia menggerakan bibir. “... err, mengenai... tadi pagi, maaf ya. Badanmu tidak kenapa-apa? Sepertinya dia masih merasa gelisah mengenai kejadian pagi tadi. Shidou menggaruk pipi sambil tersenyum pahit. “I, iya... Jangan khawatir...” “Muu......” Tohka mengangguk kecil. Dan akhirnya— Shidou tersadar akan sesuatu. “... ah.” Beberapa teman sekelas sedang mendengarkan percakapan mereka dan memberi pandangan tertarik. Namun, kelihatannya Tohka belum menyadari hal itu. “Ta-tapi itu salahmu juga. Kau... tiba-tiba begitu... aku terkejut.” Berkat kata-kata Tohka, semuanya yang mendengar menahan nafas. “To-Tohka... kita bicarakan ini nanti saja ya...? “Nu? Memang kenapa? Tohka menghadap Shidou sambil memiringkan kepala, dan akhirnya menyadari pandangan-pandangan yang datang dari sekelilingnya. “... eh?” Tohka terkesiap sementara keringat mulai mengalir di pipinya. Dia mengingat penjelasan di rumah kemarin, bahwa fakta bahwa Shidou dan Tohka tinggal bersama adalah rahasia. “I-ini bukan seperti yang kalian bayangkan! Aku dan Shido tidak tinggal bersama kok!?” “——!?” Seisi kelas mengernyit bersamaan. “Bo-bodoh...” Shidou bergumam pelan kemudian dengan sengaja berbicara dengan suara keras. “A-aaah! Pagi tadi ketika berangkat sekolah kami tidak sengaja bertubrukan! Ka-kau tidak apa-apa, Tohka!?” “Mu...? E-Mhmm, tidak apa-apa!” Sepertinya Tohka berhasil menerka maksud Shidou, walaupun sulit, mereka berhasil menyocokkan kebohongan mereka. Yah biarpun terlihat sedikit memaksa... Pada dasarnya, topik [Teman lelaki dan perempuan sekelas tinggal bersama] sendiri terdengar tidak realistis, untuk berjaga-jaga ia melanjutkan ocehannya sampai semua orang merasa puas. … yah, meskipun begitu, masih ada satu orang di samping kiri Shidou yang belum puas... seorang siswi memberikan tatapan yang dapat membuat siapapun merinding. “......” Entah mengapa, ia merasa seolah akan pulang dengan compang-camping. Shidou mengeluh dalam-dalam. —Namun, masalah itu akan terselesaikan dengan kecepatan yang tidak terduga. Bel jam pelajaran keempat berbunyi dan bergema di seluruh bangunan, menandakan mulainya istirahat makan siang. Dan dengan waktu bersamaan, “Shido! Waktunya makan siang!” "……" Di tempat duduk Shidou— di kiri-kanannya, *duk*! Meja-meja merapat dari kedua sisi. Dan tentu saja, di sisi kanannya Tohka, dan di sisi kiri Origami. “... nuu... apa maumu? Kau mengganggu.” “Seharusnya saya yang bilang begitu.” Dari kanan-kiri Shidou, kedua sisi bertukar pandangan tajam. “A-aaah... tenanglah. Tidak apa-apa kan kalau kita makan bersama? Iya kan...?” Sementara Shidou berkata, dengan enggan, Tohka dan Origami duduk terdiam. Setelah itu keduanya mengambil bento<ref>Bento - makan siang buatan tangan yang biasanya disiapkan dalam kotak makanan plastik, berisi nasi serta lauk tambahan.</ref> mereka dari dalam tas masing-masing. Shidou mengikuti, mengambil bento-nya sendiri, dan menaruhnya di atas meja. Mereka membuka tutupnya bersama-sama, dan kemudian— “......” Ia melihat mata Origami sedikit melebar, dan ia memaki diri karena kurang persiapan. Bento milik Shidou adalah buatannya sendiri pagi ini. Dan tentu saja dibuatnya bersama dengan milik Kotori (meskipun dia tidak pernah pulang ke rumah bulan ini). Sudah sewajarnya— kalau ada satu orang tambahan yang perlu bento cepat saji, itu adalah tanggung jawab Shidou. “……” Origami memberi tatapan dingin pada Shidou, dan membandingkan kotak bento milik Shidou dengan Tohka— memeriksa isinya. —Menu yang sama tersusun di dalam masing-masing bento mereka, terlihat serupa. “Nuu, a-apa? Walaupun kau melihatku seperti itu, aku tidak akan memberikannya padamu...” Tohka tidak mengerti betapa seriusnya masalah ini dan memberi pandangan bingung pada Origami. “Apa maksudnya ini?” “I-ini...” Sementara Origami menanyakan pertanyaan itu, Shidou banjir keringat dingin sambil menghindari kontak mata. “Se-sebenarnya. Ini dijual oleh penjaja makan siang tadi pagi dan tanpa sengaja Tohka juga ada di sana—” “Bohong.” Origami menyela kata-katanya, seraya membuka tutup bento Shidou. “154 hari yang lalu, kamu membeli ini di ''discount shop'' di depan stasiun seharga 1580 yen, dan kamu masih menggunakannya sampai sekarang. Ini bukan dari penjaja makanan.” “Ba-bagaimana kau bisa tahu hal semacam i-?” “Itu tidaklah penting untuk sekarang ini.” Tidak, ia menganggap ini sebagai pertanyaan yang cukup penting, namun ia terdesak oleh Origami dan bukan posisinya untuk mengatakan sesuatu. Seperti barusan tadi, apapun yang dikatakannya akan segera disela. “Muu, apa yang kalian berdua bicarakan? Jangan buat kelompok sendiri!” Dari samping, Tohka yang merasa dikucilkan, mengepulkan pipi. Dan, pada saat itulah. <nowiki>*</nowiki>UUUUUuuuuuuuuuuuuuuuuuuu-----------* Bunyi alarm kencang berkumandang di seluruh kota. Seketika itu, ruang kelas yang ramai selama istirahat makan siang, tiba-tiba hening. —Bunyi peringatan ''spacequake''. Mengancam umat manusia sejak tiga puluh tahun lalu, bencana terburuk yang dikenal dengan sebutan ''Spacequake'', juga pertanda datangnya sang malapetaka yang sebenarnya. “……” Saat itu, Origami menunjukan ekspresi ragu-ragu, sebelum kemudian beranjak dari tempat duduk dan meninggalkan ruang kelas dengan kecepatan yang mengagumkan. “... eh?” Shidou yang sedang kebingungan hanya dapat memandangnya keluar saja... yah, meskipun dengan alasan yang kurang semestinya, mau-tidak mau ia merasa tertolong oleh bunyi peringatan di saat yang tepat tersebut. Meskipun Tobiichi Origami masih SMA, dia adalah individu yang bertalenta di kalangan AST dari Angkatan Darat Bela Diri Jepang. Artinya, dia sedang menuju medan pertempuran saat ini juga— Untuk membinasakan ''spirit'', sama seperti situasi dengan Tohka sebelumnya. “……” Shidou menggertakkan gigi. Shidou tahu ia tidak dapat menghentikan Origami. Tapi— Di sana dekat pintu ruang kelas, suara linglung seorang gadis berkumandang. “...... semuanya, kalian dengar bunyi peringatannya kan. Segera berevakuasi ke ''shelter'' bawah tanah secepatnya.” Guru Fisika dengan jubah putih— Reine, mengacungkan jari ke arah koridor. Setelah para murid menelan ludah, mereka keluar menuju koridor satu demi satu. “Nu? Shido, kemana mereka pergi?” Tohka bertanya seraya memandang teman-teman sekelas lainnya dan memiringkan kepala. “A-aah... ke ''shelter''. Ada satu di bawah sekolah ini.” “''Shelter''…?” “Ya. Untuk sekarang ini, kita tinggalkan saja penjelasannya untuk lain kali. Ayo kita pergi juga, Tohka.” “Nu-Nuu.” Tohka dengan penuh penyesalan melihat sekilas bento-nya yang tak tersentuh, kemudian berdiri mengikuti petunjuk Shidou. Mereka mengikuti teman sekelas lainnya dan keluar ke koridor. “......Shin. Ke arah sini.” Reine menahan Shidou seraya memegang kerahnya. “Uh, Re-Reine-san? Arah situ berarti...” “......sudah jelas kan? Kita ke <Fraxinus>.” Ketika Shidou bertanya, ia mengeraskan suaranya namun tidak sampai murid-murid lain dapat mendengarnya, Reine menjawab. “......baru satu hari...... kamu mungkin belum memutuskan apa yang akan kamu lakukan dari sekarang. Namun ada yang ingin kami tunjukan padamu. Sang ''Spirit'' dan situasi sekarang ini.” Shidou menelan ludah untuk membasahi tenggorokan keringnya dan mengepalkan tangan. “... aku mengerti. Aku ikut.” Reine menggangguk kecil sambil mengantuk dengan satu mata terbuka, dan setelah melihat para murid yang berbaris, dia berbalik menghadap pintu masuk. “......kalau begitu, ayo lekas. Tidak akan lama lagi sebelum ''spacequake''.” “Y-ya. Lalu— Ah, Reine-san. Tohka... memangnya tidak apa-apa kalau kita tidak membawanya ikut serta?” Ia berkata sambil melirik Tohka. Ngomong-ngomong Tohka, dia sedang melihat kebingungan pada teman-teman sekelasnya yang berbaris untuk evakuasi. “......aah, mengenai itu— uhm, kita akan suruh dia berevakuasi ke dalam ''shelter'' bersama yang lainnya.” “Eh? Tidak apa-apa?” “......ya. Dengan kekuatannya yang tersegel sekarang ini, Tohka tidak ada bedanya dengan manusia lain. Lagipula, kalau dia menyaksikan pertarungan antara ''Spirit'' itu dengan AST, dia bisa merasa gelisah karena mengingat masa-masa itu terjadi padanya dulu. Saya sudah bilang sebelumnya kan? <Ratatoskr> ingin mencegah Tohka mengalami tekanan sebisa mungkin.” “Bukan begitu, tapi...” Tepat saat Shidou bermaksud mengatakan sesuatu, jauh dari arah koridor, sebuah suara dengan laras tinggi berkumandang. “Ce-cepat, Itsuka-kun Yatogami-san Murasame-sensei juga! T-tolong jangan diam berdiri di sana! Kalau kalian tidak cepat-cepat evakuasi, bahayanya gawat!” Guru ''homeroom'' Shidou Okamine Tamae, alias Tama-chan, menyentakkan bahu-bahu kecilnya seraya berkata dengan terburu-buru. Meski makna di balik kata-katanya jadi agak membingungkan. “......hmm, kalau kita tertangkap kita akan berakhir pada situasi yang menjengkelkan. Ayo pergi.” Reine membuat isyarat dengan matanya dan mengarahkan langkahnya menuju pintu masuk. “Uh, ah, sebentar—” Meskipun agak mengkhawatirkan, tidak ada jalan lain. Shidou mengerang pelan dan menggaruk kepala. Ia lalu menarik tangan Tohka dan menaruhnya di tangan Tama-chan. “Sensei, aku serahkan Tohka pada pengawasanmu!” “Fue? Eh? Ah, i-iya, tentu saja.” Tohka dengan segera dipercayakan pada Tama-chan, yang mana matanya berputar-putar karena terkejut, sambil mengatakan “Bagaimanapun juga, Sa-saya ini seorang guru!” “Shido...?” Tohka mengernyit penuh kekhawatiran. “Tohka, dengar. Berevakuasilah bersama sensei menuju ''shelter''.” “Tapi Shido? Apa yang mau Shido lakukan?” “Ah... aku, ada hal penting yang harus kulakukan. Pergilah tanpaku. Oke?” “...! Ah! Shi - Shido!” “Itsuka-kun! Murasame-sensei juga!? Kalian berdua mau pergi ke mana!?” Selagi mendengar suara penuh rasa khawatir dari pasangan yang tertinggal di belakang, Shidou dan Reine berlari keluar dari gedung sekolah.
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information