Editing
Hakomari (Indonesia):Vol 7 Epilog
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===+++ 6 Juli, Yanagi Yuuri (19) +++=== ''Aku butuh hobi''. Itulah hal pertama yang aku pikirkan sewaktu diterima oleh Universitas Tokyo. ''Kita ikut klub, Yuuri!'' kataku pada diri sendiri dan pergi untuk mencarinya. Yang paling menarik minatku adalah klub fotografi. Ada foto imut di ruang klubnya yang menampilkan seorang anak kecil tersenyum dibawah langit biru. Ini membuatku yakin kalau ada banyak hal indah di dunia ini, dan aku ingin menemukannya. Aku ingin merekam dan memelihara hal-hal yang kuanggap indah. Aku meminta orang tuaku membeli kamera SLR yang agak mahal sebagai tanda selamat dari diterimanya aku ke kampus dan ikut sertanya aku ke dalam klub fotografi. Dan ternyata anggota klubnya hampir semua laki-laki, tapi mereka baik padaku. Aku hanya perlu bilang tipe foto apa yang ingin aku ambil, dan mereka mau menjelaskan padaku rincian secara teknisnya. Mereka bahkan mau meminjami aku lensa yang mahal pas aku butuh. Entah kenapa, mereka selalu membawa aku ke ''kamar gelap''<ref>Darkroom / Kamar Gelap, adalah tempat untuk fotografer mengurusi urusan fotografis yang sangat sensitif pada cahaya.</ref> padahal aku pakai kamera digital, tapi yah, aku sangat diterima oleh mereka meskipun aku hanyalah pemula. Aku juga membuat penemuan yang memalukan saat aku memasuki universitas. Kelihatannya, pakaian yang kecewekan, berjumbai-jumbai—gaya yang biasa aku kenakan—bukanlah hak biasa bagi siswi di sini dan membuatku jadi sedikit berbeda dari yang lain. Tapi membosankan kalau semua orang memakai pakaian yang sama, dan aku tidak mau tatanan rambutku jadi coklat dan digelombangkan begitu. Aku ingin tetap punya rambut lurus berponi, dan masih terus memakai rok. Aku juga suka pakai pita dan belakangan ini, aku jadi mulai mengenakan kaus kaki selutut. Aku sekarang dikenal dengan panggilan ini: "''Ratu Culun''" "Aku ingin menangis." Aku duduk di ''Starbucks'' dekat kampus, berkeluh-kesah pada temanku. "Yah... Ratu Culun nggak begitu buruk, 'kan? Yah, gini, ratu itu tetap saja ratu." Teman lamaku ini adalah Shindou Iroha. Dia gagal menghiburku dan sedang sibuk mengunyah es batu dari ''Iced Coffee'' yang dia pesan. Dia juga memasuki universitas yang sama. Bayangan yang redup dapat terlihat di matanya—dia tidak punya tatapan yang tajam dan galak lagi. Luka mentalnya masih belum sepenuhnya sembuh. Sampai sekarang, setahun setelah insiden itu, dia masih sering menemui psikiater. Dia menyebutnya "istirahat dari kehidupan." Dan memang, sih, aku cukup yakin kalau dia perlu istirahat cepat atau lambat; sudah saatnya dia sedikit lebih tenang. Begitulah, aku tidak begitu kuatir padanya. Soalnya, dia adalah orang berbakat yang berhasil lulus dari ujian sains tersulit di SMA—di waktu dia "istirahat"—dan memasuki fakultas kedokteran. Dia berhasil mengalahkan murid-murid lain. "Soha, Yuuri... bukannya kamu sama cowok-cowok, tadi?" "Anggota klub aku menemani aku soalnya bahaya kalau aku sendirian." "Kalau malam, tapi siang bolong begini...? Hah, kalau begitu nggak sepantasnya kamu mengeluhkan julukanmu tadi." Tapi aku tidak meminta mereka untuk menemani aku... dan juga, membuat mereka kecewa justru bakal memperburuk suasana... "Bukan itu. Aku bukan mengeluh karena dipanggil Ratu Culun~. Awalnya aku nggak suka, tapi aku jadi terbias." "Jadi ada masalah lain?" "Ya. Jujur saja, senior di kampus 'nembak aku. Cowok ini populer di kalangan cewek di kampus, tau? Tapi aku nggak pernah merasa begitu..." "Ya ampun! Jadi kamu membuatnya kecewa, ya?" kata Iroha. "Yah, aku tau sulit untuk kamu bilang 'tidak' ke orang-orang. Jadi gara-gara itu kamu ingin menangis?" "Nggak, aku terima, kok." "Kamu apa?!" seru Iroha sambil dia gedorkan meja dan berdiri. Um, Iroha? Kamu menarik perhatian orang. Bukankah kamu agak berlebihan? Ini malu-maluin. "Tunggu, Iroha, dengar dulu. Gini, aku... masih belum bisa melupakan, yah, ''ia'', padahal aku ingin... jadi aku mungkin bisa ''move on'' kalau aku pacaran dengan orang lain..." "…Oke, aku mengerti," Iroha mengangguk dengan wajah masam. Hubungan dia dengan Kazuki-san, yang telah mengalahkannya namun juga membuatnya kembali ke jalan yang benar. "Tapi aku nggak bisa melupakannya, dan aku nggak jatuh cinta dengan seniorku ini. Akhirnya, kami putus setelah 2 minggu pacaran, jadi... maaf…." "Hm… aku mengerti, tapi orang itu patut aku kasihani. Yah, ini salahmu, jadi aku mengerti rasa bersalahnya. Aku juga ingin menangis, menggantikanmu." "Ah, putusnya hubungan kami, sih, nggak masalah buatku." "Enggak apa-apa?" ''Buk!'' Dia menggedorkan mejanya lagi. Kamu buat aku malu... pelayannya melihat kami. "Ceritanya masih belum selesai di sana. Salah satu perempuan di klub ku suka sama si laki-laki itu juga dan mulai menjauhi aku... aku tau itu. Aku ragu dia baik-baik saja waktu aku mengambil orang yang dia suka hanya untuk memutuskannya beberapa hari kemudian." "Yaaah... aku bisa membayangkannya." "Tapi itu loh, dia, ‘kan, salah satu teman perempuanku di klub, tau, ‘kan? Jadi aku mencoba menyenangkan dia." "Caranya?" "Menurutku dia akan memaafkan aku kalau dia dapat pacar, dan aku tau kalau ada cowok lain yang suka dia. Aku pikir semuanya akan baik-baik saja kalau aku menyatukan mereka, jadi aku coba mendekatkan mereka." "Ya, ya... aku bukan tipe orang yang suka beginian, tapi menurutku itu masuk akal," kata Iroha. "Ya. Jadi aku buat situasi di mana mereka bisa saling ngobrol berdua, buat mereka berkencan, dan semacamnya. Si perempuan menyadari ini dan perlahan mulai memaafkan aku, tapi kemudian..." "Masalah?" "Ya. Um... si cowok marah sama aku. ‘Ini nggak lucu, tau. Kenapa kamu mau mencocok-cocokkan aku?’ ia meneriakki aku. Aku takut banget..." "Kenapa ia marah sama kamu?" "Ternyata, ia suka sama ''aku''..." "Kamu gila! Yah... mungkin kamu belum tau perasaannya, jadi ini wajar." "Oh, aku tau, kok, perasaannya ke aku." "Lo tau?!" ''Buk!'' Dia menggedorkan mejanya lagi. Bahkan sekarang pengunjung di luar juga melihat kami...! "Bukan, gini... maaf. Tapi hei, aku baru saja putus, tau? Aku masih punya masalah lain. Ah, tapi tidak mungkin ia tau situasi aku sekarang, ‘kan? ...Aku jahat banget..." "Hm... sikapmu di sini nggak sepenuhnya salah meskipun kamu sama sekali nggak mau menjawab perasaan laki-laki itu, mungkin? Nggak... tapi di sini memang kamu yang salah, Yuuri." "Ya... aku tau. Ngomong-ngomong, orang itu lansung minta aku pacarang dengannya. Aku mencari jalan untuk menenangkannya dan menjelaskan ke ia kalau aku nggak mau, tapi... ia tipe orang bandel yang selalu dapat yang ia mau... jadi ia nggak sabar lagi gara-gara aku terus buat ia kecewa, sampai satu hari—" "S-Satu hari...?" "Ia menyerang aku." Mata Iroha membelalak karena kaget. "Ia menyerang kamu...? Serius?" ‘Ya... Ah! Jangan kuatir! Aku berteriak minta tolong dan berhasil lari tanpa ada luka! Yuuri masihlah suci!" "Yah, kita singkirkan dulu masalah kamu suci atau nggak, Yuuri..." ''Jahat! Aku masih 100% perawan!'' "Kamu memetik apa yang kamu tanam, tapi nggak ada yang pantas bernasib seperti kamu. Ya, kamu dapat simpati dari aku. Kamu boleh ‘nangis." "Bukan, bukan itu..." "Masih bukan juga?! Ayolah, nangis aja! Kamu berhak menangis!" Kenapa?! "Tolong dengerin aku dulu! Jadi, si professor yang menye—" "PROFESOR!" teriak Iroha dengan gedoran lain ke meja sambil berdiri. "ProfesorIroha yells with another thump on the table and stands up. "Professor! Kamu nggak bilang itu tadi! Profesor! Seorang profesor...!" Dia terus-terusan menggedor-gedorkan meja. "I-Iroha! Jangan buat bising...!" Semua orang di sini melihat kami... aku sangat malu. "Umm... gini, aku yakin kamu sudah liat papan buletin, ‘kan?" Hey, you skipped that part! A professor! A freaking professor…!" She continues pounding on the table. "I-Iroha! Stop making such a fuss…!" All people in here are watching us … I’m so embarrassed… "Umm … look, I’m sure you’ve read our bulletin boards, right?" jelasku. "Ada pengumuman soal tindakkan pendisiplinan untuk seorang profesor. Ini tersebar juga di berita!" "Itu ulah kamu?!" "A-Aku nggak salah! Aku korbannya!" "Yah, itu benar, sih, tapi..." Dengan desahan dalam Iroha duduk lagi dan mulai menyeruput ''Ice Coffee'' miliknya. "Terus?" Oh, kelihatannya dia kelelahan. "Jadi insiden ini jadi terkenal gara-gara ada sangkut-pautnya sama profesor, ‘kan? Pasti, rumor yang bertebaran mengatasnamakan aku sebagai si cabe yang menggoda seorang profesor, atau aku ini si jalang yang memanfaatkan cowok-cowok di klubnya. Ini buruk, Iroha! Itu cuma fitna doang!" "Aku nggak akan menganggap ini ‘fitnah’, loh." "Y-Ya, aku memang begini, sih. Pokoknya... suasana di klubnya masih suram dan cewek yang aku sebut tadi meninggalkan aku karena dia benci aku... tapi kalaupun aku mau tanggung jawab dan keluar dari klub, anggota yang lain menahan aku. Aku sudah nggak tau lagi..." "Kamu bukan Ratu Culun—kamu Cuma penghancur klub," dengan dingin dia membantahnya. "Tapi aku ‘ngerti sekarang. Siapapun yang ada di situasi seperti kamu pasti ingin menangis." "..." "Yuuri...?" "…Jangan anggap aku jahat, ya?" "Maaf, tapi aku sudah terlalu banyak dengar cerita kamu sampai pikir kamu jahat." "Jangna dong!" "Tapi itu benar! Hah... jadi? Sebenarnya, apa yang bikin kamu mau ‘nangis?" "Yah... kamu sendiri tau, ‘kan, aku dipengaruhi banyak hal. Ada beberapa mahasiswa yang bukan cuma ingin aku keluar dari klub, tapi juga dari kampus." "Terus...?" Aku mengumpulkan keberanianku dan mengungkapkannya: "Rasanya hebat." "Eh?" "Perasaan yang seperti bisa mengendalikan orang ini hebat. Sedikit bohong di sini, sedikit kata-kata manis di sana, dan aku bisa merusak orang-orang elit yang berhasil masuk ke universitas terkenal begini. Memikirkan apa yang terjadi saja sudah buat aku senang dan bikin aku geli." Aku memegang kepalaku. "Sifatku ini bikin aku mau ‘nangis!" Iroha melempar cangkir plastiknya padaku. Aku pantas mendapatnya, ya? Tee-hee! Setelah berpisah dengan Iroha, aku membawa kamera SLR-ku dan mengunjungi taman luas untuk mengambil beberapa foto mentari tenggelam. Harum rerumputan mengisi lokasi ini dan suara nyaring tonggeret nampaknya menggetarkan udara. Ruang lingkupku sudah meuas sejak aku memasuki SMA; aku mulai masuk kuliah, hidup sendiri dan bahkan membeli skuter matik. Perlahan aku mulai mengerti diriku dengan lebih baik. Dulu di SMA, aku mengincar posisi puncak tanpa ada tujuan apapun, tapi pasti saja ada murid yang lebih baik dari aku. Aku merasakan adanya penghalang yang tidak akan bisa dilewati di antara kami yang membuatku merasa sedih. Aku sangat cemburu dan merasa lebih lemah dari Iroha, contoh terbaik dari murid yang tidak bisa aku tandingi. Iroha lahir sebagai revolusioner; dia tidak pernah merasa cukup dengan keadaannya. Dia selalu mendorong dirinya dan dunia ini. Alasan dia memasuki Fakultas Kesehatan di Universitas Tokyo adalah dia ingin mengubah dunia melewati ilmu kedokteran. Dia memiliki kepintaran dan kemampuan yang dibutuhkan untuk mengejar cita-citanya. Hari ini, aku mengerti kalau tidak mungkin aku bisa mengalahkan seseorang yang seperti Iroha dengan hanya belajar. Iroha sudah sedikit lebih tenang karena kemunduran yang dia derita, tapi setelah dia selesai beristirahat, dia pasti akan terus berusaha merevolusi dunia. Ada perbedaan secara fundamental antara aku dan Iroha. Aku tidak bisa seperti dia, juga tidak ingin seperti dia. Aku tidak begitu peduli pada dunia. Aku senang asalkan keluargaku dan aku bisa punya kehidupan yang baik. Karenanya, aku tidak akan pernah bisa menyaingi Iroha. Begitulah, aku sudah bisa menerimanya. Iroha dan aku punya ketertarikan yang berbeda. Sekarang setelah dia menaikkan (menurunkan?) pangkatku jadi "penghancur klub", aku menemukan ketertarikanku. Aku ingin memanipulasi orang lain, aku ingin mengendalikan mereka seperti boneka. Dan, ya, ini hasrat yang rada berbelit. Singkat kata, aku tidak bisa menyebut ini indah. Tapi kelihatannya aku punya bakat mengendalikan orang lain, dan aku bisa menggunakan bakat ini untuk digunakan di masyarakat. Ada beberapa Humas industri yang mempekerjakan strategi radikal dengan 10 prinsip. 1.Manipulasi orang agar banyak membeli 2. Manipulasi orang agar cepat-cepat membuang 3. Manipulasi orang agar menghabiskan uangnya 4. Manipulasi orang agar mengabaikan musim 5. Manipulasi orang agar lebih banyak membeli hadiah 6.Manipulasi orang agar membeli lebih banyak produk yang serangkai 7. Manipulasi orang agar mengambil setiap kesempatan untuk membeli 8. Manipulasi orang agar mengikuti tren 9. Manipulasi orang agar langsung membeli produknya 10.Manipulasi orang agar tetap semangat ingin membeli Waktu aku baca isinya, aku pikir, ''ini dia''. Ini artinya aku bisa meningkatkan ekonomi dan membantu masyarakat kalau aku mempergunakan kemampuanku dan memberikan keleluasaan pada hasratku. Masiha da tempat untuk orang seperti aku. Aku ini adalah seorang penghasut. Aku ingin melihat sekumpulan orang tak berotak mengikuti iramaku. Hidupku jadi lebih mudah setelah menemukan jalanku. Aku tau ke mana aku harus pergi dan tidak perlu membuang-buang waktu juga tenaga. Aku pun sudah mulai mencari pekerjaan di Humas industri atau media massa. Kalalu aku sukses menjadi penghasut, mungkin aku bisa bekerja sama dengan Iroha untuk revolusi. Kalau itu terjadi, kami akhirnya akan sejajar dan aku bisa ambil bagian dalam mengubah dunia. Aku pastinya tidak akan punya masalah lagi dengan masalah kelemahanku lagi. Tapi— "Aku tidak perlu sesukses ''itu''." Aku sudah cukup asal bisa membuat seseorang jatuh cinta padaku, dan membangun keluarga bahagia. Hanya itu yang kuinginkan. "Kazuki-san..." Orang itu tidak akan menjadi cinta pertamaku, sih. "Hah..." Senyuman tampil di bibirku selepas aku mendesah. Kazuki-san milik Otonashi Maria seorang, tapi tiadk tau kenapa, aku merasa memang sebaiknya begitu. Aku berfirasat kalau perasaanku padanya tidak perlu terbalaskan. Aku langsung tertawa waktu aku dengar pengumuman yang dibuat Otonashi-san setelah Iroha dan aku lulus. Kazuki-san, kamu mendapat ikan yang besar! Aku ikut senang! Tapi aku yakin kamu membutuhkan kekuatannya sekarang. "Ah." Mentari yang terbenam mulai mewarnai langit dengan indah. Pantulan dari air inilah yang aku cari-cari. Aku memilih untuk mengambil fokus pada sepasang kekasing yang berendeng di atas perahu dan mengambil fotonya. Setelah diambil beberapa jepretan dari beberapa sudut dan pencahayaan yang bedam aku akhirya berhasil menemukan yang bagus. "Mm!" Aku bisa mengambil foto-foto yang indah, dan aku akan bisa mengambil lebih banyak lagi. Masih dua tahun lagi sampai datangnya hari yang dijanjikan Otonashi-san. Aku ingin lebih dekat lagi dengan mimpiku sebelum saat itu. Aku ingin lebih percaya diri juga. ...Kalau mungkin, aku juga ingin menemukan seseorang yang lebih tampan darimu, Kazuki-san! Ya, itu mungkin adalah ''keinginanku''.
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information