Editing
Seirei Tsukai no Blade Dance:Jilid14 Bab 2
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===Bagian 1=== "Silahkan lewat sini." Dipimpin oleh kepala maid. Natalia, Kamito dan yang lainnya sampai di depan kamar Judia. Untuk menghindari dia ketakutan karena terlalu banyak orang yang muncul sekaligus, hanya Rinslet, Mireille dan Kamito yang masuk kamar itu. Awalnya, Kamito ingin menolak, berpikir bahwa itu akan lebih baik jika kedua Laurenfrost bersaudara saja yang masuk, tetapi keinginan Judia rupanya ingin Kamito masuk juga. (...Oh yah, aku ingin menanyai dia beberapa hal juga.) "—Judia, kami masuk." Rinslet berkata dengan gugup kemudian mendorong pintu dengan ringan. Cahaya matahari dengan lembut masuk kedalam ruangan melalui jendela. Disana, berbaring di tempat tidur adalah seorang gadis muda yang menawan. Mata emerald dan rambut pirang platinum miliknya adalah karakteristik umum yang dimiliki oleh Laurenfrost bersaudara. Namun, dia memancarkan getaran yang berbeda dibandingkan kedua saudaranya. Dia tampak seperti seorang gadis yang ada dalam fantasi, begitu rentan sehingga dia mungkin hancur jika disentuh. (Jadi gadis ini adalah Judia Laurenfrost...) Kamito memeriksa gadis itu dengan cermat. Pemenjaraan Judia didalam kutukan es oleh Elemental Lord Air telah terjadi sebelum pemberontakan Ratu Bencana, pada hari Festival Elemental Air yang diadakan di Laurenfrost empat tahun yang lalu. 3 tahun lebih muda dari Rinslet, dia seharusnya berusia 13 tahun sekarang, namun penampilanya jauh lebih muda daripada usianya yang sebenarnya. Saat ini, dia tampak kira-kira seusia Mireille. Ketika dia berbaring di tempat tidur saat ini, tatapan Judia yang kosong tiba-tiba berkeliaran. "....Rinslet nee-sama?" Kamito mendengar suaranya yang serak. Itu seperti memanggil seseorang yang berada jauh. "Judia... Syukurlah... Ini benar-benar keajaiban..." "Nee-sama... Nee-sama... Aku..." Judia membenamkan wajahnya di dada Rinslet, menangis. "Tak seharipun aku tidak memikirkan kamu." Rinslet terdengar seperti dia hendak menangis. Itu benar-benar langka untuk melihat dia bertindak seperti ini didepan orang lain, mengingat harga dirinya yang sangat tinggi. "Judia-oneesama..." "...Suara ini, Mireille?" Bereaksi pada suara Mireille, tatapan kosong Judia mulai berkeliaran lagi. Itu adalah pergerakan tatapan yang tak alami membuat Kamito merasakan sesuasu telah salah. (Tak mungkin...) "Judia, Onee-sama?" Mireille tampak menyadari sesuatu yang salah dan memiringkan kepalanya. "Aku disebelah sini lho." Dipanggil oleh adiknya, tatapan Judia mengarah ke ruang diatas kepaka Judia. "Judia...?" Rinslet mendongak secara tiba-tiba. Seketika, ekspresinya membeku. ....Jadi dia menyadarinya juga. "...Matamu, jangan bilang..." Mata emerald Judia telah kehilangan kecemerlangannya. Karena terpenjara didalam kutukan es selama beberapa tahun dan terpengaruh oleh Kegelapan Dunia Lain, tubuh dan pikiran gadis itu telah terkorosi— "Tak usah khawatir, Nee-sama—" Judia menggeleng ringan. "Aku berdosa karena menyerahkan pikiranku kepada kegelapan itu dan menghancurkan Forest of Ice Blossoms—" "Kamu tidak salah, Judia!" "M-Memang. One-sama, kamu di rasuki oleh sesuatu yang buruk!" "Tidak, bahkan jika pikiranku dikendalikan, faktanya tetap tidak berubah bahwa aku membuat Zirnitra bangkit dan menghancurkan kampung halaman Penghuni Hutan." "Judia...." Rinslet berbicara dengan suara yang menderita sembari dia dengan lembut melingkarkan lengannya pada bahu adiknya, memeluk dia ke dadanya. "Aku akan mengerahkan para pemyembuh terbaik. Tentunya para penyembuh dari ibukota kekaisaran akan bisa melakukan sesuatu untuk matamu—" "Terimakasih, Nee-sama, tetapi aku yakin bahwa sihir roh mungkin tak bisa menyembuhkan mata ini." Judia menggelengkan kepalanya secara tak berdaya. —Tiba-tiba, dia mendongak seolah menyadari sesuatu. "Boleh aku bertanya siapa orang yang ada disebelah sana?" "Aku Kazehaya Kamito, teman sekelas Rinslet." Kamito mendekati tempat tidur dan berlutut didepan gadis itu. "Kamu..." Seketika, wajah gadis itu menjadi cerah. "Itu adalah kamu yang membebaskan aku dan Zirnitra." "Rinslet lah orang yang menyelamatkan kamu, bukan aku." Kamito menggeleng. "Jika dia tidak bergegas kesana saat itu, aku akan terjebak dalam kutukan es juga." "Ya, aku masih ingat. Nee-sama dan kamu menyelamatkan aku bersama-sama." "...Huh?" Kamito berseru terkejut dan bertukar tatap dengan Rinslet. "Kamu tetap sadar didalam kutukan es?" "Aku terus berada dalam keadaan tidak sadar, di sebuah tempat yang pada dasarnya gelap gulita. Tetapi dari waktu ke waktu, aku mendapatkan kembali kesadaran seperti mimpi. Oleh karena itu, aku ingat bahwa Rinslet-neesama datang mengunjungiku di kuil berkali-kali." "Be-Benarkah?" Rinslet bertanya dengan suara bergetar dan Judia mengangguk. Oleh karena itu, suara Rinslet, berpikir bahwa adiknya, telah— Sudah pasti mencapai kedalam hati adiknya, terpenjara didalam Kegelapan Dunia Lain. (Namun, jika demikian...) Kamito merasa senang. "Judia, aku punya sesuatu untuk ditanyakan padamu." "...Kamu ingin menanyai aku tentang sesuatu?" "Ya. Umm, meskipun itu mungkin menjadi sebuah ingatan yang tidak ingin kamu ingat lagi—" Kamito berbicara sedikit ragu, tetapi segera membulatkan tekadnya. "Apa kamu ingat apa yang terjadi ketika kegelapan itu melahapmu?" Seketika, ekspresi Judia membeku. Jari-jarinya, memegang lututnya, mulai gemetar tak terkendali karena rasa takut. "Onii-sama?" "Kamito-san, itu terlalu—" "...Apa kamu melihat sesuatu?" Memegang tangan gadis itu yang gemetar, Kamito bertanya lagi. Tak lama kemudian, getaran tangan itu mereda— Judia mengangguk ringan dan mulai berbicara dengan lembut. "Ya, aku masih ingat. Apa yang aku lihat pada hari itu, aku ingat dengan jelas." "....." "Pada hari itu, aku melihat didalam kegelapan, didalam kegelapan yang sangat pekat, malaikat yang tak terhitung jumlahnya—" Mendengar kata-kata itu dari bibir si gadis— Kamito secara spontan terkesiap. (Malaikat... huh.) Sesuatu jauh didalam benaknya tampaknya terluka. (Ya, aku sudah jelas melihatnya juga—) Pada hari itu ketika dia muncul sebagai pemenang dari turnamen Blade Dance, mendapatkan hak istimewa untuk bertemu dengan para Elemental Lord... Tepat sebelum dia bisa mencapai singgasana Elemental Lord Api, seluruh tubuh Kamito dilahap oleh Kegelapan Dunia Lain. —Aku telah melihatnya. Menggeliat didalam kegelapan yang tidak ada didunia ini, mereka bukan roh maupun manusia. —Ribuan atau mungkin puluhan ribu pasukan malaikat yang kuat dalam jumlah yang tak terhitung. (Yakin sudah, aku tidak salah lihat.) Keringat dingin keluar dari tangan yang dia pegang. Raksasa humanoid bersayap bersinar dengan cahaya putih-perak. Menurut legenda di benua, para malaikat adalah mahluk purba yang melahirkan para roh. Namun, eksistensi dari mahluk-mahluk semacam itu tak pernah terbukti, tidak sekali pun. —Aku tak berpikir adanya kesalahan dari apa yang kami lihat. Kamito tidak tau apakah yang telah dia lihat benar-benar yang disebut malaikat. Tetapi pada akhirnya, mengingat penampilannya, itu tak terhindarkan lagi. Dia akan menganggap mereka sebagai mahluk-mahluk yang dia ingat dari cerita pengantar tidur. (Tetapi tampaknya Judia berpikir dengan cara yang sama seperti aku...) Mata Judia yang hampa berkeliaran sembari dia melanjutkan. "Aku hanya tertegun pada pemandangan itu. Terlalu takut, aku tak bisa bergerak sama sekali. Pada saat itu, salah satu dari malaikat-malaikat itu sampai didepanku mengeluarkan aku dari kegelapan. Cahaya putih-perak menelanku—" (Sebuah mahluk dari kedalaman Kegelapan Dunia Lain— seorang malaikat? Dan itu memilih Judia?) Sejauh ini, Kamito telah menganggap Kegelapan Dunia Lain sebagai bencana yang merusak pikiran para Elemental Lord, sebuah eksistensi tanpa pikiran maupun kehendak bebas. Namun, menurut apa yang diingat Judia, malaikat tersebut yang membuat kontak dengan dia jelas-jelas adalah mahluk. "Umm, apa yang kamu rasakan ketika kamu ditelan oleh kegelapan tersebut?" Kamito bertanya lagi. Namun, Judia menggeleng. "...Aku minta maaf tapi hanya sampai situ yang bisa aku ingat dari hari itu. Setelah itu, didalam kegelapan, yang aku punya adalah pecahan-pecahan bentuk ingatan beberapa kali ketika aku mendapatkan kesadaran kembali—" Kemudian dia menggosok-gosok pelipisnya penuh kesakitan. "Judia, apa kamu baik-baik saja?" Rinslet bertanya khawatir. "...Jangan khawatir. Aku hanya, sedikit sakit kepala..." "Kalau begitu kamu lebih baik istirahat saja. Selain itu, kamu baru saja bangun dari koma-mu." "...Memang. Ya, aku sedikit, lelah." Gadis diatas tempat tidur itu tersenyum. "...Maaf karena membuatmu mengingat hal-hal yang tak menyenangkan." "Sama sekali tidak. Aku sangat senang karena bisa sedikit membantu." Melihat gadis itu mengguncang kepalanya untuk mengumpulkan optimisme, Kamito berdiri dari sisi ranjang. "Kalau begitu aku akan pergi duluan. Maaf karena mengganggu reuni kalian sebagai saudara." "Kamu tak perlu khawatir tentang hal itu, Onii-sama. Bagaimanapun juga, kami berdua akan berakhir sebagai adikmu dimasa depan, Onii-sama." "...Onii...-sama?" Mendengar Mireille, Judia memiringkan kepalanya kebingungan. "...Uh... M-Mireille, apa-apaan sih yang kamu bicarakan?" Rinslet segera menjadi merah cerah dan mulai memukul-mukulkan tangannya pada bahu Mireille. Tersenyum kecut, Kamito keluar dari kamar itu.
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information