Editing
Date A Live (Indonesia):Jilid 1 Bab 5
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===Bagian 2=== Di taman yang diwarnai oleh senja, hanya Shidou dan Tohka yang dapat terlihat. Sewaktu-waktu suara mobil atau pekikan burung gagak dapat terdengar dari kejauhan, akan tetapi itu merupakan tempat yang tentram. “Ohh, pemandangan yang menakjubkan!” Sejak beberapa saat yang lalu, Tohka sedang bersandar di pembatas besi dan memandang jalanan kota Tenguu yang diwarnai senja. Mengikuti ''route'' yang ditunjukkan oleh para ''crew'' <Fraxinus> dengan luwes, mereka tiba di taman ini, di mana terbentang pemandangan menakjubkan kota ini, tepat saat matahari mulai tenggelam. Ini bukanlah pertama kalinya Shidou datang kemari. Sebetulnya ini semacam tempat rahasia yang disukainya. Yang memilih tempat ini sebagai tujuan... mungkin Kotori. “Shido! Bagaimana benda itu berubah wujud!?” Tohka menunjuk ke sebuah kereta jauh di sana dan bertanya dengan mata berkaca-kaca. “Sayangnya kereta tidak bisa berubah.” “Ah, jadi itu tipe yang bergabung-gabung?” “Yah, memang saling bersambungan sih.” “Ohhhh” Tohka anehnya memberi anggukan puas, lalu berputar menghadap Shidou, bersandar di pembatas. Tohka, dengan matahari senja sebagai latar belakang, kecantikannya tak terkatakan, bagaikan sebuah lukisan. “—Tapi” Seolah menganti topik, Tohka dengan gumaman ‘nnnnn’, meregangkan badan. Lalu, tiba-tiba, mukanya rileks menyunggingkan senyuman riang. “Enak sekali, ''date'' ini. Aku benar-benar, uhm, menikmatinya.” “......” Tadi itu serangan yang tidak terduga. Meskipun ia tidak bisa melihatnya sendiri, wajah Shidou mungkin sekarang ini menyala merah. “Ada apa, wajahmu memerah, Shido.” “... cuma gara-gara matahari senja.” Seraya mengatakan ini, ia menunduk. “Benarkah?” Tohka membungkuk ke arah Shidou, dan seraya melirik ke atas, menatapnya. “——” “Sudah kuduga, merah kan. Apa semacam penyakit?” Pada jarak di mana ia dapat merasakan nafasnya, Tohka berkata. “B... i-itu, bukan...” Selagi memalingkan matanya—di dalam kepala Shidou, kata itu, ''date'', berputar-putar. Dari manga dan film-film ia tahu akan hal itu. Jika sebuah pasangan mengunjungi tempat yang luar biasa di akhir ''date'' mereka, maka bisa saja— Begitu saja, mata Shidou bergerak menatap bibir halus Tohka. “Nu?” “—!” Tohka belum berkata apa-apa, tapi Shidou rasa sepertinya dia sudah membaca pikiran kotornya, dan ia lagi-lagi memalingkan pandangannya dan beranjak mundur. “Ada apa sih, sibuknya.” “Be, berisik...” Sambil menyeka keringat dari dahinya dengan lengan bajunya, Shidou lekas melirik wajah Tohka. Sepuluh hari yang lalu, dan sampai kemarin, ekspresi melankolis di wajahnya sudah cukup menghilang. Membuang nafas pendek dari hidungnya, ia maju selangkah mendekati Tohka lagi. “—Benar kan? Apa ada yang mencoba membunuhmu?” “... nn, semuanya ramah. Jujur saja, bahkan sekarang aku masih belum bisa percaya.” “Ah...?” Shidou memelintirkan lehernya, dan Tohka menyunggingkan senyum kecut dengan hawa yang mencerca diri sendiri. “Ada begitu banyak manusia yang tidak menolakku. Yang tidak mencela keberadaanku. —Grup ''mecha-mecha'' itu... err, apa sebutannya. A...?” “Maksudmu AST?” “Ya, mereka. Kelihatannya lebih realistis jika semua orang di jalan adalah bawahan mereka, dan mereka semua bekerja sama untuk menipuku.” “Hey hey...” Benar-benar pemikiran yang menggelikan namun... Shidou tidak dapat menertawakannya. Karena bagi Tohka, itu normal. Untuk disangkal terus menerus, adalah hal yang normal. Benar-benar—menyedihkan. “... kalau begitu, aku juga sebuah pion AST?” Shidou bertanya, dan Tohka dengan bersemangat menggelengkan kepalanya. “Tidak, Shido pasti uhm... seseorang yang keluarganya disekap dan diancam.” “A-apa-apaan peran seperti itu...” “... jangan membuatku berpikir kalau kau ini musuh.” “Eh?” “Bukan apa-apa.” Ia bertanya, kali ini Tohka yang memalingkan muka. Seolah untuk merubah paksa ekspresinya, dia menggosok-gosok mukanya dengan tangannya, lalu berputar balik. “—Tapi benar, hari ini luar biasa, luar biasa berarti. Dunia ini bisa begitu baik, begitu menyenangkan, begitu indah... aku bahkan tidak bisa membayangkan ini sebelumnya.” “Begitu, ya—” Di bibir Shidou terbersit celah membentuk senyuman selagi ia membuang nafas. Akan tetapi, seolah membalas ekspresi Shidou, Tohka mengernyitkan alis selagi menyunggingkan senyuman pahit. “Orang-orang itu—pemikiran AST itu, kupikir aku sedikit mengerti sekarang.” “Eh...?” Shidou menyipitkan mata sambil bertanya-tanya, di saat Tohka memasang ekspresi yang sedikit sedih. Itu sedikit berbeda dari ekspresi melankolis yang dibenci Shidou—melainkan ekspresi yang terpadu dengan sedikit perasaan muram, hanya dengan melihatnya saja seakan dapat meremas perasaan seseorang. “Setiap kali... aku datang ke dunia ini, aku menghancurkan sebagian dari hal yang begitu mengagumkan.” “——” Alur nafas Shidou terhambat. “T-tapi, itu tidak ada hubungannya dengan kemauanmu sendiri kan...!?” “... nn. Kemunculanku, akibat dari itu, aku tidak bisa mengendalikannya.” “Kalau begitu—” “Tapi bagi penduduk dunia ini, kehancuran yang terjadi tidak berubah. Alasan mengapa AST mencoba membunuhku, aku akhirnya... mengerti.” Shidou tidak dapat langsung menjawabnya. Sosok sedih Tohka membuat dadanya sangat sesak sampai-sampai ia tidak dapat bernafas sebagaimana mestinya. “Shido. Lebih baik kalau—aku tidak pernah ada, rupanya.” Sembari mengatakan ini—Tohka tersenyum. Itu bukanlah senyuman polos yang dilihatnya siang hari ini. Bagaikan seorang pasien yang menyadari akhir yang sudah dekat—senyuman yang lemah, menyakitkan. Dengan sebuah tegukan, ia menelan ludah. Tanpa disadarinya tenggorokannya terbakar. Sambil merasakan sedikit rasa sakit saat air meresapi tenggorokannya, ia entah bagaimana berhasil membuka mulutnya. “Tidak... begitu...” Dengan tujuan menaruh lebih banyak tenaga pada suaranya, Shidou erat-erat mengepalkan tinjunya. “Maksudku... tidak ada ''spacequake'' hari ini kan! Pasti ada sesuatu yang berbeda dari biasanya...! Kalau kita bisa mencari tahu apa itu...!” Akan tetapi, Tohka perlahan menggelengkan kepalanya. “Kalaupun kita menemukan jalan semacam itu, itu tidak merubah kenyataan bahwa aku dikirim ke sini di waktu yang tidak beraturan. Berapa kali jumlah kemunculanku mungkin tidak akan berkurang.” “Kalau begitu...! Tidak apa-apa kan kalau kau tidak kembali ke sana lagi sama sekali!” Shidou berteriak, dan Tohka mengangkat kepala, matanya terbelalak. Seolah-olah dia bahkan tidak memikirkannya, atau mempertimbangkan ide itu sebelumnya. “Seperti itu—tidak...” “Apa kau sudah mencobanya!? Satu kali pun!?” “...” Tohka mengatupkan bibirnya dan terhenyak dalam keheningan. Sambil menekan dadanya, seakan mencoba menahan debaran jantungnya yang tidak seperti biasanya, Shidou sekali lagi membasahi tenggorokan dengan ludahnya. Tadi itu memang keceplosan saja namun—kalau itu sesuatu yang mungkin, maka ''spacequake'' seharusnya tidak terjadi lagi. Menurut penjelasan Kotori, gelombang energi dari saat ''Spirit'' ditransportasikan dari dimensi lain ke dunia inilah yang menyebabkan ''spacequake''. Dengan demikian, jika Tohka tiba-tiba ditarik ke dunia ini tanpa memperhitungkan kemauannya sendiri, maka lebih baik dia tinggal di sini saja dari awal. “T-tapi, kau tahu, ada banyak hal yang tidak kuketahui.” “Hal semacam itu, aku akan mengajarimu semuanya!” Pada kata-kata Tohka, jawaban spontan. “Aku perlu tempat tidur, dan makanan.” “Aku... akan usahakan sesuatu untuk itu!” “Hal-hal yang tidak diduga bisa saja terjadi.” “Kalau memang terjadi maka akan kucoba berpikir mengenai hal itu!” Untuk sejenak, Tohka terdiam, lalu membuka bibirnya sambil berbicara terbata. “... benar-benar tidak apa-apa, kalau aku terus hidup?” “Ya!” “Tidak apa-apa bagiku untuk tinggal di dunia ini?” “Yep!” “... yang akan mengatakan itu cuma Shido, cuma kau. Jangankan AST, bahkan manusia yang lainnya, mereka pastinya tidak akan menerima makhluk berbahaya sepertiku di tempat tinggal mereka.” “Memangnya aku peduli tentang itu...!! Kenapa dengan AST!? Kenapa dengan yang lainnya!? Tohka! Kalau mereka menolakmu! Maka melampaui semua itu, '''Aku akan menerimamu!'''” Ia berteriak. <noinclude>[[File:DAL_ID_v01_000h.jpg|thumb|400px]]</noinclude> Menghadapi Tohka, Shidou dengan tegas mengulurkan tangannya. Bahu Tohka sedikit gemetar. “Jabat tanganku! Untuk sekarang ini—begini saja tidak apa-apa...!” Tohka menunduk, dan untuk beberapa saat terbungkam, seolah sedang berpikir, lalu pelan-pelan mengangkat muka, perlahan mengulurkan tangannya. “Shido—” Lalu. Pada momen di mana tangan mereka bersentuhan. “——” Ujung-ujung jari Shidou tiba-tiba tersentak. Ia tidak tahu mengapa tapi—ia merasakan hawa dingin yang teramat sangat. Bagaikan adanya sebuah lidah yang menjilati sekujur tubuhnya, perasaan yang tidak nyaman. “Tohka!” Tanpa sadar, dari lehernya ia meneriakkan nama itu. Dan sebelum Tohka dapat menjawab. “...” Dengan kedua tangan, ia mendorong Tohka dengan seluruh kemampuannya. Tohka yang ramping tidak dapat menahan dorongan tiba-tiba itu, lalu ia terguling kebelakang seperti di sebuah manga. Tidak sampai sesaat setelahnya. “———Ah” Di suatu daerah antara dada dan perutnya, Shidou merasakan sebuah hantaman dahsyat. “Ap—apa yang kau lakukan!” Berbalut pasir, Tohka mengomel, akan tetapi sulit bagi Shidou untuk menjawabnya. Ia tidak dapat bernafas. Sulit untuk menjaga kesadaran dan posturnya. Bagaimanapun juga, sesuatu, terasa, tidak baik. “Shido?” Tohka berkata, terpaku. Untuk mencari tahu alasannya, ia menggerakan tangan kanannya yang gemetar ke sisinya. Ada yang aneh. Bagaimanapun juga, di situ tidak ada apa-apa, t <br><br> "Ah—" Lewat penglihatannya yang diperkuat oleh ''territory'', Origami mendengar suaranya ini keluar dari tenggorokannya saat ia melihat sosok Shidou yang tumbang. Untuk beberapa saat tubuhnya menjadi kaku, selagi ia berbaring tengkurap di tanah datar yang sudah dipersiapkan untuk pembangunan gedung-gedung apartemen baru, sambil memegang ''Anti-Spirit Rifle'' <{{Furigana|C C C|Cry Cry Cry}}> yang teracu. Beberapa detik sebelumnya. Origami mengaktifkan ''Realizer'' pada <{{Furigana|C C C|Cry Cry Cry}}>, menambahkan lapisan serangan pada peluru khusus yang terisi, membidik dengan sempurna dan menekan pelatuknya. Tidak ada kemungkinan untuk meleset. —Kalau saja Shidou tidak mendorong ''Spirit'' itu jauh-jauh. Peluru yang Origami tembak—alih-alih mengenai ''Spirit'', menembus dengan sempurna tubuh Shidou. “——” Kali ini, ia tidak bersuara. Ia dapat merasakan jarinya, jari yang menekan pelatuknya, bergemetaran seiring waktu. Bagaimanapun juga, baru saja, saya baru saja, Shidou— “—Origami!” “——” Suara Ryouko mengembalikan kesadarannya. “Kau boleh menyesal nanti! Aku akan memarahimu mampus-mampusan nanti! Tapi sekarang ini—” Mengatakan ini, Ryouko melihat sekilas ke arah taman sambil ketakutan. '''“Pikirkan caranya supaya kau tidak mati...!”''' <br><br> “Shido...?” Ia memanggil namanya, namun tidak ada jawaban. Itu memang sudah semestinya. Di dada Shidou, terdapat sebuah lubang besar, bahkan melebihi tangan terbuka lebar Tohka. Pikirannya kalut, ia tidak mengerti. “Shi—, do” Tohka berjongkok di samping kepala Shidou dan menyentuh-nyentuh pipinya. Tidak ada jawaban. Tangan yang dijulurkan pada Tohka baru beberapa saat yang lalu berlumuran darah sepenuhnya. “U, wa, aa, aaa—” Beberapa detik kemudian, isi kepalanya mulai mengerti situasi tersebut. ...ia mengenal bau terbakar yang menyelimuti mereka ini. Grup yang selalu mencoba membunuh Tohka—AST. Serangan yang sangat tajam. Mungkin—gadis itulah. Kalau ia terkena serangan itu dalam kondisinya sekarang tanpa ''AstralDress''-nya, Tohka sekalipun tidak mungkin berakhir tanpa cacat. Lebih lagi untuk Shidou yang sama sekali tidak berdaya. “——” Tohka merasakan kepeningan yang sangat, saat ia menempatkan tangannya menutupi mata Shidou, yang masih menatap langit, dan perlahan menutupnya. Lalu, ia melepas jaket seragam yang dipakainya, dan dengan lembut menutupi mayat Shidou. Sambil terhuyung, Tohka berdiri, dan menengadahkan kepalanya ke langit. —Ahh, ternyata. Tidak mungkin. Rupanya memang tidak mungkin. Untuk sesaat—Tohka pikir tidak apa-apa baginya untuk tinggal di dunia ini. Kalau ada Shidou, mungkin apapun juga dapat teratasi, begitu pikirnya. Mungkin akan sulit dan merepotkan, namun mereka mungkin bisa melakukannya, begitu pikirnya. Namun. Ahh, namun, Memang '''tidak mungkin''', rupanya. Dunia ini—memilih untuk menolak Tohka rupanya. Dan penolakan itu terjadi dengan cara terendah, cara terburuk yang dapat dibayangkannya—! “—<{{Furigana|Gaun Spiritual●Kesepuluh|Adonai Melek}}><ref>神威霊装, kamui reisou.</ref> ...” Dari kedalaman tenggorokannya, nama itu dipaksanya keluar. ''AstralDress''. Mutlak yang terkuat, ''Territory'' milik Tohka. Sekejap itu juga, dunia ini, bergemuruh. Pemandangan di sekitarnya lumat dan berputar-balik, membungkus tubuh Tohka, dan membentuk sebuah gaun yang anggun. Dan kemudian membran yang ada di dalam rok tersebut menyala dengan brilian—sang malapetaka telah turun. <nowiki>*</nowiki>krakk, krakkk* Langit-pun berderak. Seolah mengekspresikan ketidak-senangan terhadap Tohka, yang tiba-tiba memanifestasikan ''AstralDress''-nya. Tohka menggerakkan pandangannya sedikit ke bawah. Di sebuah bukit yang datar menyerupai puncak gunung yang terpotong, orang-orang yang baru saja menyerang Shidou ada di sana. Orang-orang yang '''tidak cukup jika dibunuh begitu saja''', ada di sana. Tohka menghentakkan tumitnya ke tanah. Sekejap itu juga, sebuah tahta singgasana yang menyimpan pedang raksasa muncul dari tanah. Dengan suara *boom*, Tohka menyentak tanah, mendarat di sandaran tangan singgasana itu, dan menarik pedang dari sisi belakangnya. Lalu. “aaaaa” <br><br> Suaranya bergemetar. <br><br> "aaaaaaaaaaaaaaa" <br><br> Langit seolah bergoncang. <br><br> <big>"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA———!!"</big> <br><br> Bumi seolah menderu kencang. Seolah ia membuat pikirannya sendiri mati rasa, seolah mencoba membuat dirinya sendiri letih. “Berani-beraninya kau.” Matanya basah. “Berani-beraninya kau berani-beraninya kau berani-beraninya kau berani-beraninya kau berani-beraninya kau berani-beraninya kau” Tohka menaruh kekuatan pada tangan yang memegang pedang itu, dan '''melampaui ruang''' di hadapan matanya. “Ap—!?” “——” Tanpa memberikan kesempatan bahkan untuk mengedipkan mata, Tohka telah berpindah ke bukit yang ia lihat. Di depannya adalah seorang wanita dengan mata terbelalak kaget, dan seorang gadis dengan ekspresi datar. Di saat bersamaan ia melihat wajah yang dikesalinya, yang dibencinya, Tohka meraung. "<Sandalphon> — '''<nowiki>[</nowiki>{{Furigana|Pedang Terakhir|Halvanhelev}}<nowiki>]</nowiki>'''!!" Saat itu juga, retakan menjalar di seluruh singgasana di mana Tohka tadinya berpijak, berhamburan menjadi potongan-potongan kecil. Lalu berbagai pecahan singgasana itu menyatu dengan pedang yang dipegang Tohka, memperbesar lebih lanjut lagi siluetnya. Dengan panjang melebihi 10 meter, pedang yang teramat sangat besar. Namun, Tohka begitu saja dengan enteng menggetarkannya sekali, lalu mengayunkannya ke arah dua perempuan itu. Cahaya yang berkilatan di mata pedang bertambah kuat, dan seketika itu juga merobek daratan di bawahnya, memanjang dari jalur tebasan pedang tersebut. Momen berikutnya, sebuah ledakan membahana menghancurkan daerah sekitarnya. “Ap...!” “—Gu” Sambil melompat ke kiri dan kanan dengan tepat waktu, mereka berdua meneriakkan suara penuh rasa takut. Namun itu memang sudah sewajarnya. Bagaimanapun juga, hanya dengan satu serangan itu, Tohka membelah lahan kosong itu menjadi dua bagian sepanjang jangkauan mata pedangnya. “Kau..., monster—!” Wanita yang tinggi berteriak, mengayunkan sesuatu yang terlihat seperti pedang yang terkesan kasar pada Tohka. Tetapi tidak mungkin benda seperti itu bisa mengenai Tohka, selama ia mengenakan ''AstralDress''-nya. Hanya dengan mengarahkan pandangannya, ia menghancurkan serangan itu. “Tidak mungkin—” [[File:DAL v01 276-277.jpg|400px|thumbnail|right]] Wajah sang wanita diwarnai keputusasaan. Namun tanpa menunjukkan ketertarikan padanya, Tohka memandang ke arah gadis satu lagi. “—Ah, ah. Kau, kau rupanya.” Perlahan, bibirnya terbuka. “Sahabatku, teman terbaikku, Shido, yang membunuhnya, adalah kau.” Tohka mengatakan ini, dan meski hanya sedikit, untuk pertama kalinya, ekspresi sang gadis berubah. Namun, hal seperti itu tidaklah penting lagi. Tidak ada di dunia ini, keberadaan yang dapat menghentikan Tohka setelah memanggil '''[{{Furigana|Pedang Terakhir|Halvanhelev}}]'''. Memandang rendah gadis tersebut dengan mata yang diwarnai kegelapan murni, ia '''menggila dengan perlahan'''. “—Bunuh {{Furigana| bunuh |hancurkan}} {{Furigana| bunuh |hapuskan}} semuanya. Mati {{Furigana|mati|akhiri}} {{Furigana| mati |lenyaplah}}.”
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information