Editing
Date A Live (Indonesia):Jilid 2 Bab 3
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===Bagian 2=== “...... begitulah, Tohka. Saya bermaksud keluar untuk belanja, kamu mau ikut?” Hari berikutnya, tanggal 13 Mei, 10 pagi. Seperti yang dia katakan kemarin, Reine mengunjungi kediaman Itsuka dan mengucapkan kalimat tersebut di depan kamar Tohka. Sekarang ini ia tidak mengenakan jas putih atau seragam militernya. Sebuah boneka beruang penuh bekas cakar terlihat melongok keluar dari kantung baju di dadanya, dia mengenakan pakaian menyerupai ''jersey'' dengan bawahan berwarna gelap. Di bahunya pun terlihat sebuah tas, mengindikasikan bahwa dia berencana pergi belanja. Namun Tohka masih sama seperti kemarin, dan dari balik pintu bergema suara jengkelnya. “Berisik, biarkan aku sendiri…...!” Kedengarannya dia masih marah. Shidou yang berdiri di samping Reine mengeluh. “Sejak kemarin dia seperti ini terus.” “...... hmm.” Reine menaruh tangan di dagu, menandakan kalau dia sedang berpikir. Kemudian dari dalam tas, dia mengeluarkan sebuah terminal komputer pribadi, dan mulai memainkannya dengan tangannya yang lain. Sesudah melihat layar terminal, dia menutupnya dan melangkah maju mendekati pintu. “...... Tohka.” “Kubilang tinggalkan aku sendiri……! Aku—” “...... saya berencana makan di luar setelah belanja. Bagaimana?” Mendengar Reine berkata demikian, tanpa diduga Tohka terdiam. Kemudian setelah sepuluh detik. <nowiki>*</nowiki>Griit* Pintu kamar tersebut terbuka, dan dari dalamnya muncul wajah gusar Tohka. Mungkin dia belum berganti pakaian sejak kemarin; dia masih mengenakan seragam sekolahnya. Tambah lagi bajunya masih basah. Ngomong-ngomong, mungkin dia belum tidur, ada lingkaran hitam di bawah matanya. Andaikan dia berjalan bersebelahan dengan Reine, orang-orang mungkin akan mengira mereka sebagai kakak-adik. “Ap…?” Shidou terbelalak kaget. “Re-Reine-san…? Sebenarnya apa yang telah kau lakukan…?” “...... tidak ada. Hanya saja tingkat kelaparan Tohka sedang tinggi. Saya pikir sudah waktunya sebelum dia mencapai batas.” “Begitu ya… eh? Semalam aku coba memanggilnya untuk makan malam tapi dia tidak keluar…” “...... yah, mungkin karena dia tidak mau melihat mukamu.” “...” Dan dengan begitu saja kata-kata yang kejam tersebut dilemparkan padanya. Sayangnya, itulah kebenarannya. Tohka, setelah akhirnya keluar, saat melihat Shidou *puih* dia memalingkan wajah, dan berjalan pergi dengan langkah-langkah berat. “Ayo cepat kita berangkat!” “...... un, mari. Sejak tadi pagi juga hujan terus. Jangan lupa membawa payung.” Sambil berkata, Reine melakukan kontak mata dengan Shidou, seolah berkata “Serahkan pada saya”. “... to-tolong ya.” Satu-satunya yang bisa dilakukan Shidou hanyalah mengantar mereka keluar. Dan dengan demikian ia berdiri di sana selama beberapa menit. “Err…” Tapi, ia segera sadar kalau ia membuang waktu. Dengan pelan ia mencubit pipi untuk menyadarkan diri kemudian menuruni tangga. “Sekolah juga libur kan… sepertinya siang ini aku pergi belanja juga.” Ia sudah berencana pergi belanja sepulang sekolah kemarin, namun karena berbagai macam hal ia batal pergi. Shidou buru-buru berganti pakaian, lalu beranjak meninggalkan rumah sambil membawa payung. “Payung— yah, kubawa saja untuk berjaga-jaga, Kotori juga masih tidur.” Membuka payung seraya berkata demikian, Shidou menjejakkan kaki di jalanan berhujan. —kemudian, ia bertanya-tanya sudah berapa lama ia berjalan. “... uh!?” Di tengah perjalanan menuju pusat perbelanjaan, ia melihat punggung seseorang yang dikenalnya. Shidou pun menghentikan langkahnya. Orang itu, ia mendapati seseorang dengan telinga kelinci terpasang pada tudung berwarna hijau. “Yo-Yoshinon…?” Shidou mengangkat alis sementara nama tersebut keluar dari mulutnya. Ya, daerah tersebut hancur oleh ''spacequake'' kemarin, dari sisi lain plang dilarang masuk yang dipasang di sana, terlihat sosok ''Spirit'' [Yoshinon]. Shidou bersembunyi di balik dinding, mengamati [Yoshinon]. “Sirenenya… tidak berbunyi… sama seperti Tohka waktu itu ya.” Ngomong-ngomong, pertama kalinya ia bertemu dengan [Yoshinon] sirenenya pun tidak berbunyi. Mungkinkah, karena dia adalah ''Spirit'' yang sering datang ke dimensi ini dari dunia sana. “... tapi, sebaiknya apa yang kulakukan sekarang…?” Sekarang setelah menemukannya, tidak mungkin ia mendiamkannya— namun ia tidak tahu apa yang harus ia perbuat. Setelah Shidou mempertimbangkan pemikirannya sejenak— ia menekan tombol-tombol ''handphone''-nya. Sebentar ia mendengar nada dering, terdengar suara mengantuk dari ''receiver handphone''-nya. 「... fuaa~i… halo…? Onii-chan…?」 Jelas sekali suaranya menandakan dia baru bangun. Dan tentu saja, di sana adalah imouto Shidou, Kotori. “Ou. Pagi, Kotori.” 「Unn— slamat pagi. Ada apa…?” “... ini darurat. Aku menemukan Yoshinon.” 「......」 Saat Shidou mengatakan itu, dari sisi lain ''handphone''-nya, *pak! pak!*, terdengar suara pipi yang dipukul dengan sepenuh tenaga. Seusai itu sebuah suara berwibawa, yang dikenal sekaligus asing baginya, berkumandang. 「—jelaskan detil situasinya.」 “O-oke.” Sembari merasa sedikit terungguli karena perubahan mendadak itu, Shidou menjelaskan situasi saat itu dengan sederhana. 「... begitu rupanya. Kemunculan tanpa tanda-tanda lagi ya? Merepotkan juga— Jadi, kehadiran Shidou belum diketahui ''Spirit'' tersebut, betul?」 “Aaahh… sepertinya begitu. Apa yang harus kulakukan?” 「Kau bawa ''intercom''?」 “Eh? Aah— iya untuk jaga-jaga.” Shidou perlahan meraba sakunya untuk memastikan keberadaan sebuah alat kecil di sana. Sejak kasus Tohka, ia disuruh membawanya untuk berjaga-jaga andai kata terjadi masalah. 「Bagus. Pakailah. Jangan sampai ''Spirit'' tersebut hilang dari pandangan dan tunggu perintah.」 “Eh? Tun—” —— *pat. tuut, tuut, tuut* Sambungan terputus. “Tu-tunggu perintah katamu…” Mendengar perintah yang tak bertanggung jawab itu, Shidou mengerutkan dahinya. Karena tidak ada lagi yang dapat ia lakukan, sambil terdiam ia memasang ''intercom'' di telinganya dan mengintip kondisi [Yoshinon]. Setelah lima menit berlalu, dari ''intercom'' ia mendengar suara imouto tersayang. Nampaknya dia sudah selesai bersiap-siap dalam waktu yang singkat, kemudian berpindah ke <Fraxinus>. 「—kau bisa mendengarku? Shidou.」 “... ya, kedengaran.” 「Kita tidak bisa membiarkannya sendirian terus. Untuk sekarang, ayo temui dia dulu.」 “... dimengerti.” Setelah mengambil nafas, dengan mantap ia berjalan mendekati [Yoshinon]. Sekarang pun [Yoshinon] belum menyadari kehadiran Shidou, kalang kabut dia mencari-cari di tanah. “... oke, aku akan memanggilnya.” 「Eeh.— Tu-tunggu sebentar.」 <br><br> Dipicu oleh Shidou yang mendekati sang ''Spirit'', tampil sebuah jendela di monitor utama ''bridge''. <b>① Saat ingin berbicara padanya, bergulinglah lalu menghadap ke atas dan perlihatkan perutmu, untuk menandakan bahwa kau tidak punya rasa permusuhan terhadapnya.</b> <b>② Segera peluk dengan erat, ungkapkan rasa kasih sayang.</b> <b>③ Untuk menunjukkan bahwa kau tidak bersenjata, bicaralah setelah menelanjangi diri.</b> <br><br> Metode untuk menghindari memprovokasi ''Spirit'' itu ditunjukan dalam tiga pola. “Tch, sayang Reine tidak ada di sini, mau bagaimana lagi.” Kotori, setelah melihat sekilas bangku kosong di bagian bawah ''bridge'', mendecakkan lidah. Saat ini, Reine semestinya sedang membawa Tohka berbelanja. Mereka juga tidak bisa mengambil resiko meninggalkan Tohka dan membuat ''mood''-nya jatuh lebih dalam lagi. “—seluruhnya, pilih!” Bersamaan dengan perintah tersebut, dari tampilan di tangan Kotori, muncul pilihan-pilihan para ''crew''. —nomor ①,②,③. Jumlah suara yang terkumpul hampir sama untuk seluruh pilihan. “Cih, tidak ada pilihan yang beres.” Saat Kotori bergumam frustasi, berkumandang suara-suara dari bagian bawah ''bridge''. “Pasti no. ①! Bagi binatang, menunjukkan perut adalah pertanda menyerah! Dia pasti akan merasa lebih aman!” “Menggelikan! Sudah jelas pilihan no. ② adalah penentu! Kelinci akan mati kalau mereka kesepian!” “Itu cuma seorang gadis yang memakai ''hood'' kelinci— bukan kelinci betulan! Daripada itu komandan, pilih no. ③! Untuk menunjukkan kalau kita tidak punya maksud tersembunyi— telanjang, tidak ada jalan lain selain telanjang!” “Diam kau nenek-nenek tua! Kau cuma mau melihat murid SMA telanjang kan!” “Ap…, sembarangan sekali bicaramu! Kau tidak tahu apa!? Untuk membujuk manusia primitif yang datang ke dunia modern, cara paling efektif adalah dengan telanjang bulat!” “Omong kosong macam apa itu! Apapun katamu, no. ②! Pilih no. ②!” “Bukan, pasti no. ①!” “Telanjang! Telanjang!” “... diam!” <nowiki>*</nowiki>Brak!*, suara ''console'' yang digebrak, para ''crew'' yang sedang memanas pun diomeli. Kemudian ditengah keheningan ''bridge'', perlahan ia mengambil ''mike'' dan— “—Shidou, sebelum berbicara padanya, buka bajumu.” Dengan tenang, ia berkata. Kemudian dari bagian bawah ''bridge'', sejumlah anggota ''crew'' wanita, serta anehnya, satu anggota ''crew'' lelaki, melakukan ''guts pose''. Akan tetapi— 「Apa katamu!」 Di saat bersamaan, teriakan Shidou berkumandang lewat ''speaker''. 「...!?」 [Yoshinon] di layar, *tlek* tersentak kaget. <br><br> “...! Gawat.” Segera setelah Shidou menyuarakan teriakannya, [Yoshinon] berbalik menghadapnya sambil gemetar. Wajahnya jadi pucat dan bunyi gemeratak terdengar dari giginya, seluruh tubuhnya mulai gemetar ketakutan. “...... hi, i…… u” Dengan demikian, wajahnya menandakan seolah akan menangis kapanpun juga lalu dia segera mengangkat tangan kanannya tinggi-tinggi. Jantung Shidou menjadi sesak seakan sedang dikepal sebuah tangan maya. Ia ingat gerakan itu. Kemarin, [Yoshinon] juga melakukan ini saat memanggil boneka raksasa itu. “Tu…, Tunggu! Tenang!” Tapi, walaupun ia bilang begitu, mustahil bagi mereka untuk saling berkomunikasi. Kotori mungkin juga menyadari gerakan [Yoshinon]. Dia pun berteriak. 「Shidou! Kalau masih sempat —pilih no. ①! Perlihatkan perutmu dan bergulinglah!」 “Hu,—Haaah…...!?" 「Cepat!」 Tidak ada jalan lain. Maka Shidou melempar payungnya, ke tanah yang basah oleh hujan, *jressh*, ia melempar diri dan berguling. “Aku menyerah, aku menyerah.” “...!?” Seketika itu, saat [Yoshinon] bermaksud mengayunkan tangan ke bawah, dia memasang wajah terkejut. Lalu, takut-takut, dia menurunkan tangan ke tempatnya semula dengan perlahan, dan mulai mengamati kondisi Shidou saat itu. “... a-apa kita… berhasil?” 「— mungkin, coba bicara dengannya, jangan sampai memancing-mancingnya.」 Dibilang begitu, Shidou yang masih berbaring di atas tanah, perlahan mengangkat leher. “Yo, yo…” “......” Bahkan saat ia mencoba berbicara padanya, [Yoshinon] terus menatapnya dengan penuh waspada. “Ba-bagaimana kabarmu hari ini…?” “......” “Hu-hujannya deras sekali ya…” “......” Tidak ada jawaban sama sekali. “... kalau begini, apa yang harus kulakukan?” Shidou memiringkan kepala. Mungkin cuma perasaannya saja, tapi — ia dapat melihat tangan kiri [Yoshinon] barusan. Artinya, dia sedang tidak memakai boneka. Di saat Shidou mengangkat alisnya penuh keraguan, sekali lagi bergema suara Kotori yang menahannya. Di layar <Fraxinus>, sekali lagi muncul pilihan-pilihan. <b>① Berjalan mendekatinya sambil berbicara...</b> <b>② Untuk mempersiapkan diri, mundurlah sebentar.</b> <b>③ Tanyakan mengapa dia tidak memakai bonekanya.</b> <br><br> “Hmmm…” Setelah melihat hasil akhir pilihan para anggota ''crew'' yang tampil di layar kecil di tangannya, Kotori bergumam pendek. Yang paling banyak adalah no. ③. Sepertinya semuanya menyadari bahwa dia sedang tidak memakai bonekanya. Dan tentu saja ini adalah perihal yang ingin ditelusuri Kotori pula. “Shidou, pilih no. ③. Mungkin saja dia kehilangan bonekanya dan sedang mencarinya sekarang. Lagipula sudah waktunya untuk memancing reaksinya, coba tanyakan mengenai boneka itu.” <br><br> “... dimengerti.” Setuju dengan hal tersebut, ia membuka mulut. “Aah… kau, apa mungkin, kau sedang mencari bonekamu…?” “...!” Segera setelah Shidou mengucapkan itu, [Yoshinon] membuka mata lebar-lebar. Dan saat ia berpikir demikian, [Yoshinon] berlari mendekatinya dan tiba-tiba memegangi kepala Shidou, seolah ingin menanyakan sesuatu dia goncangkan kepalanya keras-keras. “...! …!?” “Au, ououououou…! Tung-, hentikan.” Dengan begitu, [Yoshinon] dengan sigap menarik tangan dari kepala Shidou. Shidou pun bangkit seraya menatap sang gadis, lalu mencoba bertanya lagi. “Sepertinya… kau memang sedang mencarinya ya.” Maka [Yoshinon] terus menganggukkan kepalanya dalam-dalam. Sesudah demikian, dia menatap Shidou dengan mata yang penuh kegelisahan. Seolah menanyakan keberadaan boneka itu. “... uh, ma-maaf. Aku juga tidak tahu…” Demikian Shidou berkata, wajah [Yoshinon] mengekspresikan seakan dunia akan segera berakhir, lalu kehilangan kekuatannya dia merosot ke tanah. Dan dengan begitulah dia menundukkan kepalanya, “ue…..., e…...” kemudian suara ratapan pun mulai merembes keluar. “Er, errr……” Akan merepotkan kalau dia sampai mengamuk, tapi ini sendiri juga sudah merepotkan. Shidou kalang kabut memandang ke sana-sini. 「—Tenanglah, Shidou.」 Lalu, suara tulus Kotori tersampaikan ke gendang telinganya. Menerima reaksi [Yoshinon], jendela pilihan muncul di layar untuk ketiga kalinya. <br><br> <b>① “Orang itu, aku akan membuatmu melupakannya” tarik perhatiannya sebagai orang yang dapat diandalkan.</b> <b>② “Ayo sama-sama, kita cari bonekamu.” tarik perhatiannya sebagai pria yang baik hati.</b> <b>③ “Sebenarnya selama ini akulah boneka itu!” tarik perhatiannya sebagai pria humoris.</b> <br><br> “Seluruhnya, pilihlah!” Ketika Kotori memerintahkan, jumlah keseluruhannya ditampilkan di layar ukuran kecilnya. Jumlah vote paling banyak ada pada no. ②, diikuti no. ①. Dan cuma satu suara pada no. ③. “Yah, no. ② pilihan yang paling aman. … ngomong-ngomong siapa yang memilih pilihan macam-macam no. ③.” “... apa itu pilihan yang buruk?” Dari belakang, terdengar suara gumam Kannazuki yang sedang berkecil hati. “......” Kotori tidak mengacuhkannya dan menarik ''mike''-nya mendekat. “Shidou, temani dia mencari boneka itu.” Lalu dari belakang, terdengar “Aaah, pura-pura tidak dengar ya, boleh juga…!”, namun ia mengabaikannya. <br><br> “Er, erm begini, Yoshinon.” “...!” Di saat Shidou mengangkat suara, tubuh [Yoshinon] kembali tersentak kaget. Dan ketika itulah dia segera mengayunkan tangannya, genangan air di sekitarnya melayang, membentuk peluru-peluru yang meledak di dekat tempat Shidou sedang duduk. “U… uwaah!?” Tanpa pikir lagi, tubuh Shidou tersentak. “Ma-maaf! Aku tidak bermaksud menakutimu!” Bermaksud memeriksa situasinya, dengan berhati2 ia melihat ke arah Yoshinon (...... kalau mereka sampai bertatapan mata, Yoshinon pasti memalingkan pandangannya), ia memperbaiki postur seraya sedikit menundukan kepalanya. Kemudian untuk menandakan bahwa ia tidak akan melawan, ia mengangkat kedua tangannya, lalu lanjut berkata-kata. “Itu… Ka-kalau boleh… boleh aku membantumu mencari boneka itu?” “...!” Ketika Shidou mengatakan itu, [Yoshinon] membuka mata lebar-lebar terkejut. Setelah beberapa detik, untuk pertama kalinya wajahnya sangat berseri-seri, *um um* dia mengayunkan kencang kepalanya naik-turun. Setelah Shidou menghela nafas, “Oke”, akhirnya ia bangkit berdiri dari tanah yang basah. Pinggulnya agak basah tapi, yah, sekarang bukan saatnya untuk memikirkan hal itu. “Ermm… jadi, mengenai itu, di mana dan kapan kau kehilangan bonekamu?” Ketika ditanyai, seakan ragu-ragu menjawab, mata [Yoshinon] jelalatan ke mana-mana, akhirnya dia membuka bibir berwarna merah sakuranya. “... Ke, marin…” Lalu, dia menarik telinga boneka yang terpasang di ''hood''-nya menutupi wajahnya, sementara menyembunyikan matanya dia lanjut berbicara dengan canggung. “Orang-orang… menakutkan itu, ketika saya sadar… kami… diserang..., dia hilang…” “Err…? Kemarin, kau diserang AST ya?” Saat Shidou berkata demikian, [Yoshinon] mengayunkan kepalanya secara vertikal. “Begitu rupanya, setelah itu ya…” Seusai berbicara, ia menjulurkan kepalanya ke kiri dan ke kanan untuk melihat-lihat sekelilingnya. Baik bangunan yang runtuh maupun jalan yang retak, ia melebarkan jangkauan pandangannya sebisa mungkin. Ini akan jadi pekerjaan yang sulit. Dan seolah menjawab reaksinya itu, dari telinga kanannya tersampaikan pesan dari <Fraxinus>. 「—Kami akan mengirimkan kamera sebanyak mungkin. Cobalah berkomunikasi dengannya sebisa mungkin selama mencari.」 Menandakan bahwa ia mengerti, Shidou mengetuk pelan ''intercom'' itu, dan sekali lagi matanya tertuju pada [Yoshinon]. “Oke… sekarang, ayo kita cari, Yoshinon.” “...!” [Yoshinon] setuju— setelah bergumam sebentar, dia mengencangkan suara. “Sa, saya…” “Eh?” “Saya… bukan, Yoshinon,... saya Yoshino. Yoshinon… nama, teman saya…” “Yoshino…?” Ketika Shidou menjawab dan mengulangi namanya, gadis itu— Yoshino mencoba melarikan diri. “Ah… tunggu!” Mungkin, dia kaget mendengar suara itu, bahu Yoshino tersentak lagi. Seketika itu juga rintik-rintik hujan yang mengelilingi Yoshino tiba-tiba berubah menyerupai jarum dan melayang menuju Shidou. “Uwaaaah!?” Sambil panik ia menurunkan kepala di tempat, dan entah bagaimana berhasil menghindarinya. Tidak masalah kalau cuma sedikit. Tapi, kalau lebih banyak lagi yang ditembakkan ke tubuhnya, Shidou mungkin sudah menjadi kaktus. “Te-tenanglah! Ini aku, aku!” Maka Yoshino membalikkan badan sambil tersentak, dan sesudah melihat wajah Shidou dia menarik nafas dalam-dalam. Shidou berdiri seraya berbicara dengan takut-takut. “Ka-kalau mau, pakai ini… biarpun kau sudah kehujanan, ini lebih baik daripada tidak sama sekali kan?” Ia mengambil payung yang terlempar sebelumnya, dan memberikannya pada Yoshino. “? ? ?” “Aah, begini cara pakainya.” Ia memegang tangan Yoshino ketika dia memiringkan kepalanya dengan penasaran, lalu menegakkan payung itu. Sebab itu, Yoshino terkejut karena rintik hujan tidak lagi menyentuhnya, dia menengadah dengan mata yang berputar-putar takjub. Payung vinil transparan tersebut melontarkan kembali percikan hujan yang menerpa di atasnya, sembari memancarkan sinar terang. “...! …!” Yoshino dengan semangat, mengepakkan tangan yang bebas dari payung. “I, iya, kau suka? Pakailah, pakailah!” Dan setelah Shidou berkata, Yoshino mengarahkan pandangannya pada Shidou seolah menanyakan dirinya. “Ah…? Aku?” Yoshino mengangguk berulang kali. “Aah, tidak masalah. Tidak apa-apa, pakai saja.” Setelah sebentar melihat ragu-ragu antara payung itu dan Shidou. “Teri… ma, ka… sih” Maka setelah Yoshino menundukkan kepala, mereka melanjutkan pencarian boneka itu. 「Keren juga.」 Dari telinga kanannya, ia mendengar suara ledekan Kotori. “Be-berisik.” 「—Yah, sebenarnya kalau ''Spirit'' itu mau, baju basah bisa langsung dikeringkannya. Bahkan kalau kita kesampingkan itu, tidak sulit baginya untuk main hujan sambil membuat sebuah lapisan pelindung yang tidak terlihat.」 “Be-begitukah?” … yah, itu bukan masalah yang penting. Ia hanya tidak tahan melihat gadis kecil basah kuyub oleh hujan. Perlahan Shidou menyeka wajahnya yang basah, dan memulai pencarian.
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information