Editing
Oregairu (Indonesia):Jilid 9 Bab 8
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===8-2=== Setelah aku berjalan sedikit dari pintu keluar Spride Mountain, ada sebuah toko. Aku asal membeli minuman dari sana dan kembali ke jalan tempat aku datang tadi. Setelah kami turun dari kenderaannya, kaki Yukinoshita terhuyung-huyung jadi dia sedang beristirahat di bangku yang berada persis di luar pintu keluarnya. Ketika aku sampai kembali ke bangku tersebut, Yukinoshita kelihatannya sudah membeli semacam kantong plastik persegi tipis ketika aku tidak berada di sana dan sedang meletakkannya ke dalam tasnya. Setelah dia menyadari keberadaanku, dia menutup tasnya dan meletakkannya di atas pangkuannya. “Mari.” Aku mengulurkan minuman versi Natal dalam botol <!--bottle case-->yang baru saja kubeli dari toko dan Yukinoshita mengambilnya dengan dengan lemah<!--meekly-->. “Terima kasih… Berapa harganya?” “Tidak, tidak apa-apa. Kamu tidak perlu repot-repot. Itu canggung untuk mengambil uang dari orang sakit.” “Tidak bisa begitu<!--I can't have that-->.” “Ambulans tidak memungut uang, bukan?” “Namun para pemadam kebakaran mendapat kompensasi yang semestinya.” “Penduduk yang baik akan melakukannya secara gratis. Aku melakukan hal ini untuk kepuasan diriku, jadi ambil saja.” “Cuma sofistri saja<!--Nothing, but sophistry-->…” Dia meremas botolnya dengan kedua tangannya sambil berbicara dengan pasrah. Setelah itu, dia dengan pelan mengusap bagian Pan-san dari botol tersebut dengan jari-jarinya. “…Sesuatu seperti ini pernah terjadi sebelumnya, bukan?” “Benarkah?” Aku membuka kopi yang kubeli dari toko tadi selagi aku berbicara. Yukinoshita dengan pelan memutar pipet dengan motif bambu yang datang dengan botol Pan-san itu. “Iya. Nee-san juga ada di sana waktu itu.” “…Aah.” Kalau aku mengingatnya dengan benar, itu seharusnya yang pertama kalinya aku bertemu Haruno-san. Berbicara tentang itu, saat itu adalah saat ketika aku mendesakkan dengan paksa boneka plushie yang kumenangkan dari game capit itu pada Yukinoshita. Kami bertemu dengan Haruno-san segera setelah itu. “Aku benar-benar terkejut karena kamu tiba-tiba menyatakan hal-hal akurat mengenai nee-san…” Dia membuat senyuman ironis yang tiba-tiba seakan dia sedang tertawa saat mengenangnya selagi dia berbicara. “Itu hanya apa yang kupikirkan setelah melihatnya. Lagipula, dia tidak menutup-nutupinya bahkan ketika dia sedang bersikap kentara sekali mengenainya.” “Kurasa begitu. Tapi aku rasa itu juga merupakan pesona nee-san. Semenjak dulu, nee-san selalu dicintai oleh banyak orang. Meski dengan kepribadian itu… Tidak, itu karena kepribadian itulah sehingga dia diharapkan banyak hal serta dicintai dan disayangi… Dan dia memenuhi semua hal tersebut.” Yukinoshita berbicara dengan suara yang entah kenapa antusias dan bergantung dari bagaimana kamu mendengarnya, kamu bisa berpikir bahwa dia sedang dengan bangganya menyombongkan kakaknya. Tapi antusiasme itu dengan segera menguap pergi<!--sizzled away-->. “Aku sendiri bertingkah laku seperti sebuah boneka di belakangnya. Karena itu, aku diberitahu aku gadis yang penurut, baik dan tidak membuat masalah, tapi… Tapi aku tahu… Bahwa mereka sedang mengatakan banyak hal seperti bagaimana aku ini tidak pandai bersosisalisasi dan bagaimana aku ini kurang pesona di balik itu semua.” Selagi aku membuat sahutan-sahutan mengiyakan singkat pada Yukinoshita, aku menyeruput kopiku lagi. Itu menghangatkan tubuhku, tapi itu terasa teramat pahit. Penurut, tidak membuat masalah, dan seorang gadis yang baik. Itu semua mungkin kata-kata yang memerangkapnya. “Aku juga diberitahu itu. Tidak pandai bersosisalisasi dan tidak ada pesona… Sebenarnya, bahkan sekarang aku masih diberitahu hal itu. Oleh Hiratsuka-sensei.” “Bukankah kamu itu lebih mirip anak kurang ajar atau bandel atau sampah atau semacamnya?” “Hei? Bukankah yang terakhir itu agak berbeda?” Ketika aku memberitahunya, Yukinoshita tertawa dengan riang. Tidak lama, itu berubah menjadi suatu senyuman lembut. “Baik kamu dan nee-san konsisten dengan tindakan kalian dan itulah kenapa aku rasa kamu terlihat seperti itu… Tapi aku hanya tidak tahu bagaimana aku seharusnya bersikap.” Yukinoshita dengan hening melihat ke atas langit. Dan di atas sana tidak ada bintang, melainkan cahaya oranye yang dipancarkan oleh lampu-lampu. Sejumlah cahaya-cahaya itu berderet satu demi satu dan dibuat menari-nari oleh angin yang bertiup. “Aku merasa dalam segi itu, Hayama-kun dan aku pastilah serupa. Itu karena kami telah selalu mengamati nee-san.” Aku terkejut ketika dia tiba-tiba mengangkat nama Hayama. Tapi Hayama adalah seseorang yang telah mengenal kakak beradik Yukinoshita jauh lebih lama daripada aku dan mungkin pada level yang lebih dekat pula. Itu adalah suatu domain yang masih belum kuketahui. Hanya saja meski begitu, Yukinoshita Yukino dan Hayama Hayato. Aku sadar bahwa Yukinoshita Haruno selalu berada di tempat di mana mereka berdua akan sampai. Seseorang yang terus menampilkan kekaguman dan kebenciannya sampai hari ini. Seseorang yang mencoba untuk lebih dekat dari kekaguman hanya untuk diasimilasikan sampai hari ini. Persisnya bagaimana Yukinoshita Haruno tercermin di dalam mata mereka berdua? Dan persisnya bagaimana mereka berdua memandang satu sama lain? Aku mulai ingin menanyakannya mengenai itu, tapi meski begitu, aku tidak melakukannya. Aku mencuci mulut yang sudah akan mengatakan sesuatu dengan kopi hitam dan melompat ke topik lain. “Apa… kamu masih ingin menjadi seperti dia?” Pada suatu waktu selama Festival Budaya, Yukinoshita menyebutkan dia merasa kagum akan dirinya di masa lalu. “Aku heran. Aku tidak merasa seperti itu sekarang ini, tapi… Aku rasa itu karena nee-san memiliki sesuatu yang tidak kumiliki.” “Dan kamu menginginkan itu?” Yukinoshita dengan hening menggelengkan kepalanya. “Tidak, cuma aku ingin tahu kenapa aku tidak memiliki apa yang dimilikinya. Dan kemudian, aku menjadi kecewa pada diriku sendiri untuk tidak memilikinya.” Aku merasa seperti aku dapat memahami perasaan tersebut. Impian, keiri-hatian, dan kecemburuan akan akhirnya terhubung pada kekecewaan. Memahami dengan mengamati orang lain itu selalu cuma merupakan kekuranganmu sendiri. Pandangan Yukinoshita jatuh ke tangannya. “Itu juga berlaku padamu. Kamu juga memiliki sesuatu yang tidak kumiliki… Kita sedikitpun tidak serupa, kelihatannya.” “Yah, benar…” Kami sedikitpun tidak serupa. Dan namun, ada suatu aspek yang hampir setengah hati yang berulang kali membuatku berpikir dengan egois, salah paham, dan menjadi keliru mengenai perasaan diriku sendiri. “Itulah kenapa, aku merasa aku ingin sesuatu yang lain.” Setelah dia mengatakan itu, Yukinoshita merapikan kerah mantelnya dan menghadapku secara langsung. “Itu hanya setelah aku sadar bahwa tidak ada apa-apa yang bisa kulakukan sehingga aku mulai menginginkan sesuatu yang tidak dimiliki nee-san dan kamu… Karena jika aku memiliki itu, aku rasa aku bisa melakukan tindakan menyelamatkannya.” “Menyelamatkan apa?” Apa sebenarnya persisnya yang dia perlukan dan apa itu yang bisa diselamatkannya? Aku ingin mengisi kata-kata yang kurang itu sehingga aku menanyakannya. Namun, Yukinoshita tidak mau memberitahuku. “…Oh, aku heran, apa itu yah<!--what ever could it be-->?” Yukinoshita hanya memasang senyuman, suattu senyuman feminin yang seakan dia sedang mengetesku. Mungkin jawaban terhadap pertanyaan itu adalah “alasan”nya. Kenapa Yukinoshita Yukino mencoba menjadi calon selama pemilihan ketua OSIS itu? Atau kemungkinannya, apa itu yang masih belum dibicarakannya atau yang belum coba untuk kutanyakan? Di sinilah aku tidak menanyakannya mengenai arti kata-kata tersebut persis pada saat kenderaan itu akan terjun. Dan Yukinoshita tidak menyinggungnya juga. Dia mengatakan sesuatu yang lain dalam pecahan-pecahan kecil seakan untuk menggantikan hal itu. Itu seperti keinginan keliru yang dimiliki seseorang dimana kamu bisa paham meski kamu tidak membicarakan atau menanyakan apapun. Aku menegak sisa kopi yang sudah hangat itu. Ketika aku melakukannya, Yukinoshita yang melihat itu dengan mata kepalanya sendiri berdiri. “Aku merasa jauh lebih baik sekarang, jadi kita sebaiknya mulai berjalan.” “Ya.” Aku menyahutnya dan kami menuju ke alun-alun. Rencana setelah ini seharusnya untuk menonton kembang api dari alun-alun. Paradenya sudah segera akan berakhir. Segera setelah itu terjadi, jalan yang dipalangi akan dibuka. <br /> <center>× × ×</center> <br />
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information