Editing
Zero no Tsukaima ~ Indonesian Version:Volume5 Bab1
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===Bagian 2=== "Kalimat Baik" Para peri!" kata Scarron begitu dia menggerakkan pinggnya sambil mengamati sekeliling toko. "Ya! Pak Scarron!" Sambut para gadis yang terbunglus pakaian yang mencolok. Salaaaaaaaaaahh!" Teriak Scarron dengan menggerakkan pinggangnya secara berlebihan kesana kemari saat mendengar sambutan para gadis. "Bukan pak, tapi panggil saya sebagai Mi Mademoiselle, ya?" "Ya! Mi Mademoiselle!" "Très bien." Scarron berguncang senang sambilo mengger-gerakkan pinggangny. Melihat proa setengah baya yang mengajaknya kesini, Saito merasa sakit. Tapi para gadis di toko sudah terbiasa dengan kebiasaan ini, dan tak menunjukkan perubahan pada wajah mereka. "Baiklah, kita akan mulai dengan pengumuman menyedihkan dari Mi Mademoiselle. Akhir-akhir ini, pendapatan penginapan "Peri-Peri Memesona" menurun. Sebuah toko bernama sebuah "kafe" yang menyediakan "teh" yang baru saja diimpor dari timur kini mencuri pelanggan-pelanggan kita...Sniff..." "Jangan menangis! Mi Mademoiselle!" "Kalian benar. Jika kita kalah dari "teh" ini, kalimat "Peri-peri Memesona" bakal menangis." "Ya! Mi Mademoiselle!" Scarron meloncat ke atas meja dan berpose semarak. "Sumpah Peri-Peri Memesona! Un~~" "Melayani dengan snyum ceria!" "Sumpah Peri-Peri Memesona! Deux~~" "Dalaman toko yang bersih nan berkilat!" ""Sumpah Peri-Peri Memesona! Trois~~" "Menerima banyak tips!" "Très bien." Scarron tersenyum puas. Lalu dia membengkokkan pingganya dan berpose. Isi lambung naik ke tenggorokannya, tapi Saito sekuat tenaga menelannya kembali. "Baiklah, aku punya pengumuman bagus untuk kalian, para peri. Kita dapat teman baru hari ini." Para gadis bersorak. "Maka, biarkan aku memperkenalkannya! Louise-chan! Kesini!" Dikelilingi oleh sorakan, Louise muncul, merah sempurna di wajah dari malu dan marah. Saito menelan napas. Perias toko telah memermak rambut blonde-pink Louise dan membuat rambut di kiri-kanan menjadi jalinan kecil. Dia juga memakai camisole pendek nan menggoda, menempel padanya bagaikan sebuah korset dan membuat garis badannya lebih jelas. Ia terbuka di punggung, menguapkan pesona yang jelas. Penampilan yang sangat seperti peri tercinta. "Louise-chan hendak dijual pada sirkus, tapi tepat di detik terakhirkabur dengan saudaranya, Dia gadis yang sangat manis tapi patut dikasihani." Desahan simpati datang dari para gadis. Itu sebuah dusta yang dibuat Saito di sepanjang jalan ke toko. Sekuat tenaga, dia memutuskan untuk menjadi kakak Louise. Mereka tak terlihat bersaudara tak peduli bagaimana orang melihat, tapi Scarron tak peduli di situ. Sepertinya itu tak terlalu bermasalah. "Baiklah, Louise-chan. Salami peri-peri yang bakal jadi teman kerjamu." Louise berguncang. Sepertinya dia marah. Dalam. Kuat. Seorang bangsawan berharga diri tinggi seperti Louise tengah disuruh menundukkan kepalanya pada jelata dalam baju itu. Saito takut dia bakal jadi gila dan melepaskan "Ledakan" berulang. tapi...Rasa tanggung jawab yang menyuruhnya menyelesaikan tugas menahan amarah Louise. Pikirkanlah, isu-isu biasanya berkumpul di bar-bar. Ini sempurna unuk mengumpulkan info. Tambahan lagi, mereka bangkrut. Sambil mengatakan ini sebuah misi pada dirinya, Louise membungkuk dengan senyum yang dipaksakan. "A-a-a-aku Louise. Se-se-senang bertemu kalian." "Ok, bersorak!" teriak Scarron. Sebuah sorakan hebat menggema ke seluruh Toko. Scarron melihat Jam di dinding. Akhirnya kini waktunya toko buka. Dia menjentikkan jari. Meresponnya, boneka-boneka yang terbuat dari sihir di sudut toko mulai memainkan musik nan ramai. Ini irama untuk berbaris. Scarron berucap dengan nada bergairah. "Sekarang! waktunya buka!" Pintu sayap terbuka dengan sebuah "bam" begitu pelanggan yang menunggu mengerumuni toko. Penginapan "Peri-peri memesona" yang ditinggali Loise dan Saito terlihat sebagai bar, namun sebenarnya adalah toko terkenal dimana gadis-gadis manis dengan pakaian menggoda membawakan pelanggan minuman mereka. Scarron menyadari kecantikan dan pesona Louise dan membawanya kesini untuk bekerja sebagai pelayan. Dengan sebuah apron dimana ada tanda toko padanya, Saito diberikan tugas mencuci piring. Selama dia tinggal di penginapan, dia harus melakukan beberapa pekerjaan. Toko tengah penuh, jadi pegunungan peralatan makan dikirimkan padanya. Sepertinya tak peduli dimanapun seseorang berada, bahkan di dunia lain, mencuci piring adalah tugas untuk pendatang baru. Saito tak ingin mencuci piring dari toko gay itu, tapi dia menahannya. Ini demi tugas Louise. Dia tak bisa apa-apa, egois, keras hati, dan seorang gadis kecil arogan yang tak pernah mendengarkan apa yang dikatakannya, tapi ini tak bisa diapa-apakan karena dia tertangkap olehnya. Meski selalu mengeluh, sepertinya kali ini dia berusaha keras untuk berhasil dalam mengumpulkan info. Dan juga, wajah sedih Henrietta yang dilihatnya di tepian Danau Ragdorian... Dia ingin melakukan sesuatu untuk putri yang menyedihkan itu. Jika dia bisa membantu orang yag dia suka dengan melakukan apa yang dia bisa, dia tak segan-segan menunda pencarian jalan kembali ke dunianya. Melalui setumpuk masalah, kesederhanaannya membuatnya berpikir begitu. Saito bergelut dengan piring-piring. Tapi semua punya hal yang disebut "batas". Setelah beberapa sat, dia tak bisa lagi menggerakkan tangannya yanmg kecapean. Tapi meski dia kelelahan, jumlah piring yang harus dicucinya takkan menghilang dan mulai menumpuk. Seorang gadis berpenampilan mencolok muncul didekat Saito, yang tengah menatap hampa gunungan piring dan kecapaian mati rasa didepan tempat cuci piring, Gadis manis ini punya rambut hitam panjang lurus. Alis tebalnya menguapkan aura hidup. Sepertinya dia dekat dengan Saito dalam hal umur. Saito cepat-cepat tersentak saat matanya penuh oleh belahan dadanya yang muncul dari baju terusan hijaunya yang membuka di bagian dada. "Hei! Kita tak punya piring tersisa!" teriaknya, berkacak pinggang. "A-aku minta maaf! Langsung!" Terbiasa diperintah gadis-gadis manis, Saito langsung loncat dan secara refleks mulai mencucui piring-piring. Melihat gerakan tangan amatirannya, gadis berambut hitam membengkokkan kepalanya. "Biarkan aku lihat itu." Mengatakan itu, dia mengambil kain yang digunakan untuk mencuci piring dari tangan Saito dan mulai menggosok dengan cara berpengalaman. Dengan gerakan halus yang tak menyampah, piring-piring perlahan tercuci. Saito menyadari bahwa ada rahasia dam mencuci piring. "Butuh waktu kan untuk mencuci satu sisi dalam satu waktu? Kau bisa menaruh kain diantara dua sisi dan menggosok keras-keras." "Luar biasa," kata Saito. Melihat dia benar-benar kagum, gadis itu tersenyum. "Aku Jessica. Kau saudara gadis baru itu, kan? Nama?" "Saito. Hiraga Saito. "Itu nama yang aneh." "Biar saja." Saito mulai memcuci piring-piring bersa,a Jessica. Setelah melihat sekelilingnya, dia berbisik pada Saito dengan suara pelan. "Hei, hal itu tentang kau bersaudara dengan Louise adalah dusta, kan?" "Tidak. 100% kakak lelaki asli dan adik perempuan." kata Saito kaku. "Warna rambut, warna mata , dan bentuk wajah kalian berdua jauh berbeda. Takkan ada yang akan mempercayaimu." Saito tak bisa berkata apa-apa. "Meski itu bukan masalah. Gadis-gadis disini baik-baik saja dengan alasan apapun. Tiada orang disini yang akan mengorek masa lalu seseorang. Tenang saja." "O-oh begitu..." Jessica menatap kedalam mata Saito. Untuk sesaat, dia kaget. "Tapi bisakah kau diam-diam menceritakannya saja padaku? Apa sih hubungan diantara kalian berdua? Apa kalian kabur dari suatu tempat?" Sepertinya terkadang Jessica cenderung sepenasaran Saito. Dia melihat Saito dengan bergairah. tapi tak mungki Saito bisa mengatakan yang sebenarnya. Saito melirik pakaian Jessica yang mencolok. Dia mungkin salah satu dari pelayan "peri". Korekan tak perlu mengganggu, jadi Saito mengibaskan tangannya untuk membuatnya pergi. "Apa tak apa-apa bagimu untuk malas-malasan disini? Kau punya kerjaanmu sendiri untuk dibereskan. Pergi dan bawalah beberapa anggur atau bandrek. Manajer Scarron akan marah padamu." "Tak apa-apa bagiku." "Mengapa?" "Karena aku putri Scarron." Saito menjatuhkan sebuah piring. Membuat suara pecah, Piring itu pecah berkeping-keping. "Ah! Apa yang kau pecahkan?! Kau akan membayar dari gajimu!" "Putri?" "Itu benar." Untuk putri semanis ini terlahir dari manajer toko gay itu...Saito membayangkan gen macam apa yang direkayasa mereka. "Ayolah! Jangan hanya ngomong dan mulai gerakkan tanganmu! Toko akan semakin sibuk dari sekarang!" Saito punya beberapa kesulitan, tapi Louise menderita lebih buruk. "...I-ini pesanan kalian." Sekuat tenaga berusaha tersenyum...dia meninggalkan sebotol anggur dan sebuah gelas keramik di meja. Di hadapannya, seorang lelaki tengah memandangi Louise sambil tersenyum vulgar. "Gadis kecil, tuangkan aku sedikit." Aku menuangkan alkohol untuk seorang jelata, seorang jelata, seorang jelata? Seorang bangsawan sepertiku? Seorang bangsawan sepertiku? Seorang bangsawan sepertiku? Pikiran-pikiran terhina semacam itu berkeliaran dalam kepalanya. "Anh? Ada apa? Bukankah aku menyuruhmu untuk cepat-cepat dan menuangkan aku sedikit?" Louise menghembus dan mencoba menenangkan dirinya. Ini sebuah misi. Ini sebuah misi. Pengumpulan info sambil menyamar sebagai jelata, Pengumpulan info... Menggumamkan itu bagai sebuah mantra, dia entah bagaimana dapat tersenyum. "Ba-baiklah, aku akan menuangkan beberapa untukmu." "Huun..." Louise mengambil botol dan mulai perlahan menuangkan anggur kedalam gelas lelaki tersebut. Tapi...Karena dia gemetaran dari amarah, dai meleset dan menumpahkan anggur pada baju lelaki tersebut. "Uwah! Kau menumpahkannya!" "A-aku minta ma...af." "Memangnya sebuah permintaan maaf bakal membantu!" Lalu lelaki itu mulai menatap Louise. "Kau...tak punya dada, tapi kau sangat cantik." Rasa darah meninggalkan wajah Louise. "Aku mulai menyukaimu. Mungkin jika kau menyuapku dari mulut ke mulut, aku akan memaafkanmu! Gahaha!" Lousie mengambil botol, meminum anggur kedalam mulutnya, dan memuntahkannya kembali pada wajah lelaki itu. "Apa yang kau lakukan, bocah?!" "Bam!" Dengan satu kaki di meja, Louise menatap ke bawah pada lelaki yang duduk. Untuk sesaat, lelaki itu meringis pada aura yang dilepaskan gadis kecil ini. "R-r-r-rendaham. K-Ka-ka-kau pikira aku siapa?" "A-apa?" "U-u-untuk infomu, d-d-d...duk..." Tepat saat dia hendak mengatakan "keluarga duke". Louise diterbangkan dari belakang. "Aku~~minta~~ maaf~~!" Itu Scarron. Duduk di samping lelaki itu, dia mulai mengusap kemejanya dengan kain piring di tangannya. "A-ada apa dengamu, gay sialan...Aku tak memerlukanmu..." "Ini tak bisa! Ia basah kuyup dengan anggur! Hei, Louise-chan! Bawa beberapa anggur baru! Selama dia membawanya, mi mademoiselle akan menemanimu!" Scarron bersender mendekari lelaki tersebut. Lelaki itu tampak hendak menangis, tapi Scarron menahannya dengan kekuatan manusia super sehingga dia tak bisa bergerak. "Y-ya!" kata Louise, akhirnya terhubung kembali dengan kenyataan, dan lari masuk dapur. "Eh-baiklah, terima kasih untuk kerja kerasnya!" Saat toko tutup, langit mulai memutih, Saito dan Louise berdiri tak tegaj. Mereka sangat kecapaean, mereka merasa bahwa mereka akan mati. Mereka sangat cape melakukan sebuah pekerjaan yang merea tak terbiasa dengannya. "Kalian semua bekerja sebaik-baiknya, spertinya begitu. Kita hijau bulan ini." Scarron mulai menyerahkan gaji pada gadis-gadis yang bekerja di toko dan para koki dalam dapur, yang semuanya mengeluarkan teriakan kegembiraan. Sepertinya hari ini hari gajian. "Ini, Louise-chan, Saito-kun." Berpikir, "Kita dapat juga?", wajah Saito dan Louise menyala sesaat, tapi...yang ada hanyalah selembar kertas tipis. "Apa ini?" tanya Saito. Senyum menghilang dari wajah Scarron. "Sebuah tagihan. Saito-kun, berapa piring yang kau pecahkan? Louise-chan, berapa pelanggan yang kau buat marah?" Louise dan saito saling bertatapan dan mendesah, "tak apa-apa. Semua membuat kesalahan di awal. Terus coba sebaik kalian mulai dari sekarang dan bayar tagihannya." ----------------- Dan...desahan tak berhenti sampai di situ. Kamar yang diberikan pada Louise dan Saito dicapai dengan mengikuti sebuah koridor yang diisi pintu kamar tamu...dan menggunakan sebuah tangga untuk mendaki dan mencapai loteng. Tak peduli bagaimana kau melihatnya, ini bukanlah kamar yang dibuat untuk tempat orang tinggal. Berdebu dan remang-remang, sepertinya ia digunakan sebagai gudang. Rak dan kursi rusak, peti-peti yang menyimpan botol anggur, dan tong-tong...segala macam barang menumpuk. Sebuah tempat tidur kayu kasar telah ditempatkan disana. Saat Louise duduk, kakinya menyelusup sehingga dia jatuh ke samping kanan. "Apa ini?!" "Sebuah tempat tidur, kan?" Sambil membersihkan sebuah sarang laba-laba, Saito membuka jendela kecil itu. Saat melakukannya, para kalong yang sepertinya hidup di loteng keluar sambil menjerit dan menggantung pada sebuah lampu." "Apa itu?!" "Mungkin teman sekamar kita." kata Saito dengan nada tenang "Kau ingin bangsawan sepertiku tidur disini?! teriak Louise marah. Saito dengan diam mengambil selimut di atas kasur dan membersihkan debunya. Dia lalu berbaring dan menyelimuti dirinya. "Ayolah, tidur saja. Scarron sudah mengatakannya. Ku bangun di siang hari dan menyiapkan toko, Kau akan membersihkan toko," "Mengapa kau baik-baik saja dengan ini?!" "Ini tak begitu berbeda dengan cara seseorang biasa memperlakukanku." mengatakan itu, Saito, mungkin karena dia lelah, dengan cepat terlelap. Louise mengerang "uu~" dan "mu~", tapi dia menyerah setelah beberapa saat dan meringkuk masuk bersama Saito. Menggeliat di sekitarnya, dia menaruh kepalanya di lengan Saito. Ini jelas-jelas tempat yang mengerikan...tapi ada satu hal yang menyenagkannya...Pelayan itu tak disini. Ya ampun, aku tak tahu, apa sih bagusnya familiar ini! Pelayan yang menyukai Saito itu tak ada disni. Ini sebenarnya luar biasa. Aku-tak benar-benar, suka-, ini, tapi...gumam Louise dalam rasa agak senang, mendekatkan pipinya pada Saito dan menutup matanya. Dengan pipi memerah, dai berbisik," Aku akan mendapatimu memperlakukanku dengan lembut pada liburan musim panas ini." Dan juga...mengambil isu-siu di kota dan memberikan laporan mendalam pada Putri-sama. Berfikir bahwa semua akan segera semakin sibuk, Louise terlelap. ------------ Tapi...kebahagiaan kecil Louise diremukkan sempurna. Sebabnya adalah malam hari berikutnya, Penginapan "Peri-Peri memesona" ramai juga pada hari itu. Louise dengan sibuk membawa makanan atau minuman keluar seperti hari sebelumnya. Lelaki-lelaki yang mabuk punya dua jenis reaksi saat melihat Louise. Pertama adalah orang yang memandangi Louise, yang kecil dalam berbagai bagian tubuhnya, dan berkata"Toko ini menggunakan anak-anak?" denagn marah, Pada pelanggan-pelanggan ini, Lousie melayani mereka dengan banyak anggur, dia juga mendapati mereka meminum botolnya. Di sisi lain, ada pelanggan-pelanggan yang punya ketertarikan khusus. Hanya penampilan luar Louise yang begitu manis, jadi sebaliknya, ia adalah hal terindah bagi orang dengan jalan pikiran ini. Orang-orang ini meremehkan Louise karena dia terlihat patuh saat diam dan mengulurkan tangan mereka pada pantat atau paha kecinya. Pada orang-orang ini, Louise memutuskan untuk memberikan mereka telapaknya. Dia memberikan itu pada kedua pipi, dan sewaktu-waktu, bahkan di hidungnya. Tak bisa bersikap santun sama sekali, dengan begitu saja, Louise akhirnya tak menerima tips sedikitpun dan disuruh "Diam disini dan amati apa yang dilakukan gadis lainnya" oleh Scarron dan dipaksa berdiri di sudut. Ya, gadis lainnya sangat ahli. Mereka tersenyum cerah dan tak marah tak peduli apa yang dikatakan maupun dilakukan orang. Mereka dengan halus bercakap dan memuji para lelaki... Dan saat para lelaki mencoba menyentuh mereka, mereka dengan lembut mencengkram tangan itu dan mencegahnya menyentuh. Denagn begitu, para lelaki mencoba memenangkan perhaian si gadis dan menumphakan tips. Tak mungkin aku melakukan itu, Louise masam. Keluarga dimana aku lahir di dunia ini keluarga Vallière, yang merupakan ningrat dan penyihir. Terlebih lagi, mereka adalah keluarga duke! Jika aku kembali pada tanahku, aku adalah seorang putri! adalah apa yang dipikirkan Louise. Bahkan jka kau mengatakan padaku dunia akan berakhir besok, aku tak bisa berlaku sopan pada mereka. Apalagi, dalam pakaian memalukan ini...Pakaian? Louise menyadarinya pada saat itu. Dia dalam pakaian camisole yang sama dengan kemarin. Meski dia pikir dalam dirinya tak manis, tapi dia merupakan sesuatu di luar. Dia mencari-cari da menemukan sebuah cermin dalam toko. Dia membuat berbagai macam pose di hadapan cermin. Dia mencoba memegang jempol dalam mulutnya dan menggelisah. Yep, pakaian ini memalukan, tapi aku manis, Seorang ningrat meski aku membusuk. Tiada gadis disini yang bisa menyamai keningratan aku pancarkan. Benar. Pasti. Mungkin. Mungkin Saito tersihir oleh penampilanku, pikirnya, dan menjadi senang. Apa, bodoh? Kau telat untuk menyadari pesonaku. Pasti dia bakal "aah, Louise manis, luar biasa, gadis semanis itu pernah disampingku...Aku tak menyadarinya...Tapi aku malah terpikat denagns eorang pelayan...Membuatnya memakai pakaian pelaut dan berputar-putar...aku menyesalinya...anjing tolol ini menyesalinya. Hmph. Apa kau seorang idiot? Pasti perlu waktu lama bagimu untuk menyadari pesona tuanmu. Tapi kau hanya seorang familiar, jadi jangan memandangi tuanmu dengan cara kasar itu. Pergi dan semir sepatuku atau apalah! Apa? kau tak bisa, Kau tak bisa menyentuh tuanmu. Untuk seorang anjing, mana yang kau sentuh? Tapi jika kau berjanji melayaniku seumur hidupmu, akan kubiarkan kau melakukannya sedikit. Tapi sebagai byayarannya, berlututlah di tanah. Berlututlah di tanah dan minta ampunlah pada seluruh waktu dimana kau mengabaikanku. Mengerti? Berfantasi sebegitu jauh, Louise menutup mulutnya dan emnahan tawanya. lalu melihat ke samping...dia mencuri lirikan pada dapur, berpikir bahwa Saito tersihir olehnya sekarang. Disana! Anjing tolol itu mencuci piring dengan mata bodoh itu!...Eh! Memang, Saito dengan penuh mengamati tempat dimana Louise berada sambil dengan pikiran-kosong mencuci piring-piring. Tapi...Dia tak sedang memandangi Louise. Louise mengikuti pandangannya. Apa yang ada disana adalah seorang gadis dengan rambut hitam panjang yang tengah mengumbar tawa dengan seorang pelanggan. Itu Jessica. Rambut blonde pink Louise mulai menggelombang. Lagi-lagi, kau dan itu. Rambut hitam itu. Mengamati Jessica lebih jauh, dia mengikuti pandangan Saito dalam mili-unit. Jessica tengah mengenakan terusan yang membuka pada buah dada besarnya. Sudut pandang Saito mengejar kedalam belahan yang menyembul dari baju terusannya. Dadanya. Apa kau benar-benar suka barang mirip apel sampai sebegitunya? Mengapa anjing-anjing suka dada semacam itu? Huh?! "Hou~" Saito melepaskan desahan sedih. Dengan wajah tersihir, dia menggambarkan lingkaran dengan kedua tangannya seakan mengukur keliling dada Jessica. Sesuatu berderik dalam pikiran Louise, jadi untuk sekarang, dia memutuskan untuk melempar gelas didekatnya dengan sekuat tenaga. Langsung kena di sekitar keningnya, Saito jatuh didepan tempat cuci piring. "Apa yang kau lakukan?!" Lelaki yang gelasnya dilempar bangkit dan mencoba mencengkram bahu Louise. Louise mengangkat tubuhnya dangan mencegkram meja dan melayangkan telapak kedua sepatunya pada wajah pria tersebut. Ini pelayanan khusus, isi berganda. Melihat kebelakang pada Scarron yang ber"Louise-chan" dan buru-buru kesana, Louise dengsn erat menggenggam kepalannya sambil berguncang ke seluruh tubuh. "Familiar itu...Lihat saja. Aku akan memberikanmu pelayanan yang seharusnya!" --------------- Saat Saito bangun...apa yang ada disana adalah dada besar Jessica. Berpikir "Apa ini!", mulutnya terbuka menganga. "Wah, kau akhirnya sadar?" Melihat sekeliling, dia menyadari dia berbaring pada sebuah kasur. "Dimana ini?" "Kamarku." Duduk pada kursi dengan cara seakan memeluk punggung kursi, Jessica tersenyum. "mengapa?" "Kau pingsan saat sebuah gelas terbang ke kepalamu." "Oh begitu...Apaan gelas itu...?" Tapi sepertinya Jessica tak punya rasa tertarik pada gelas itu. "Hei, hei, aku tahu sekarang." "Apa?" "Louise. Dia seorang ningrat, kan?" Saito mulai batuk-batuk keras. "Kau tak usah berpura-pura. Papa telah mempercayakanku urusan gadis-gadis toko. Kemampuanku membedakan gadis-gadis cukup bagus. Ya ampun, Louise itu bahkan tak tahu bagaimana cara membawa piring. Tak hanya itu, harga dirinya tinggi sekali. Dam kelakuan itu...ningrat sekali." Saito memegangi kepalanya. Dia bahkan membuat Louise memakai baju terusan nan tawar...Ia jelas sekali, ya kan? Apaan tuyh "sembunyikan status sosialmu"? Tiada samaran sama sekali. "Hah! Dia seorang ningrat? Tak mungkin! Dia sangat kasar, keras, dan tak punya keanggunan sama sekali..." "Tak apa-apa. Aku takkan bilang siapapun. Kau punya alasan tertentu, kan?" Melihat Saito tetap diam, Jessica tersenyum. Orang semacam ini cenderung menjadi sasaran kepenasaran...Dia ingin menanyai Saito, jadi dia sengaja jauh-jauh membawanya kesini. "Lebih baik jika kau tak menempatkan hidungmu di ini." kata Saito dengan nada rendah. Dia ingin menakuti Jessica dan membuatnya tak menanyainya lebih jauh, Tapi ini tak bekerja untuk Jessica. "Eh-! Apa itu? Sesuatu buruk terlibat? Bukankah itu menarik?" Menyenderkan tubuhnya lebih jauh, dia membawa wajah...dadanya mendekat. Mengapa belahannya sangat menekan, alasannya adalah karena pakaiannya lebih berani dibandingkand engan Siesta karena dia seorang gadis kota, dan wajah Saito mulai memerah, disaat itulah Jessica menyunggingkan senyum penuh makna. "Hei." "Ada apa?" "Kau belum pernah kencan dengan seorang gadis sebelumnya, kan?" "A-apa? Itu, kau tak bisa meremehkanku atau..." Kena. Dia sangat tajam dalam berbagai hal...Lalu keringat dingin mulai mengucur. "Aku mengerti. Aku seorang gadis kota yang agak tajam, tentu saja. Sangat mudah untuk menebak apa yang ada dalam kepala orang-orang desa." Dikatakan sebagai orang desa, Saito sedikit menderik. kau tahu, di Tokyo, tak peduli tentang Tristania ini, bukanlah struktur murahan. Kau akan menangis bila kau melihat Menara Tokyo. Memeikirkan itu, dia membalas, "Siapa yang orang desa? Aku tak ingin dikatakan begitu oleh seorang putri gay." "Itu jahat. Meski dia seperti itu, dia seorang ayah yang lembut. Saat ibuku meninggal, dia berkata, 'Baiklah, papa juga akan bekerja di tempat mama...' " "Très bien itu?" Jessica mengangguk. "yah, kita bisa mengenyampingkan soal papa. Hei, apa yang kau rencanakan bersama gadis ningrat itu? Kau bukan seorang bangsawan, kan? Pengiringnya?" "Aku bukan pengiringnya." Karena Saito berkata dengan sikap agak kesal, Jessica tertawa sepuasnya dan mencengkram tangan Saito. "A-apa?" "Apa kau ingin aku mengajarimu soal wanita?" "Apa?" Langsung mematung, Saito menatap Jessica tanpa berkedip. Gadis bar ini yang tahu agak baik soal bagaimana menggunakan pesonanya tak melewatkan perubahan tiba-tiba Saito. "Tapi, sebagai balasannya, ceritakan padaku yang sebenarnya, OK? Tentang apa yang kalian berdua rencanakan..." Jessica mengambil tangan Saito yang dicengkramnya dan membawanya pada belahannya. Saito lumpuh. Bersama seorang gadis dari bar. Bukankah ini juga cara yang bagus untuk mengumpulkan info? Segala macam pelanggan mengunjungi bar. Isu-isu juga terkumpul disini. Orang-orang yang merencanakan sesuatu mungkin menurunkan kewaspadaan pada gadis-gadis dan menceritakan rahasia mereka. Membuat Jessica sebagai teman disini mungkin akan menjadi nilai tambah untuk kegiatan ini dari sekarang. Berpikir begitu, tepat saat dia rasa kulit yang hangat mencapai jarinya...Pintu kamar Jessica diterbangkan. Saito bangkit. Louise, gemetaran sambil mengenakan camisole putih murninya, berdiri disana. "Apa yang kau lakuakn?" Saito melihat tangannya dan menariknya kembali sembari panik. "Pe-pengumpulan info." "Info siapa dan dimana yang kau kumpulkan?" Selama Saito panik, Louise berjalan cepat-cepat kedalam kamar dan menendang bagian bawah Saito dari depan. Saito bergulingan. Dicengkram pada mata kaki, saat dia hendak diseret pergi... Jessica memanggil dan menghentikan Louise. "Tunggu sebentra, Louise." "Apa?" "Apa yang terjadi dengan melayani pelanggan? Bukankah kau tengah bekerja?" Dipanggil dengan sikap biasa oleh seorang gadis kota biasa, Louise mulai berguncang, tapi itu tak bisa dicegah sekarang. 'Tutup mulutmu! Setelah aku mendisiplinkan Fa-fa...kakak tolol ini, Aku akans egra kembali!" Saito telah menjadi saudara Louise disini. "Apa kau punya begitu banyak waktu luang? Meski kau bahkan tak bisa mendapatkan satu tip dengan baik..." "I-itu tak ada hubungannya." "Itu sangat berhubungan. Ini karena aku dibebani urusan soal para gadis. Gadis sepertimu adalah pengganggu. kau membuat marah pelanggan setia, tak menerima perintah, melempar gelas kemana-mana, dan mengajak tengkar." Louise mulai terlihat tak senang. "Yah, aku rasa itu tak bisa diubah, Bocah sepertimu tak bisa bekerja sebagai peri bar." kata Jessica bosan. "Aku bukan seorang bocah. Aku 16." "Eh? Kau seumuran denganku?" Jessica memandang Lousie dengan terkejut yang tak dibuat-buat. Lalu dia melihat dada Louise lalu miliknya sendiri. Lalu dia menutup mulutnya setelah membuat sebuah suara tawa cepat. "Semoga beruntung kalau begitu. Meski aku tak mengharapkan apa-apa. tapi jika kau mengacaukan lebih jauh, kau dipecat, mengerti/" Louise menderik pada sikap Jessica. "A-apa...Wanita bodoh dengan dada besar mereka...memanggil orang bocah, atau seorang anak, atau seorang lemah..." Saito, masih di lantai, menyela. "Tidak, tiada yang berkata lemah..." Louise menginjak-injak rata wajah itu. Saito mengerang dan terdiam. "Aku akan mengumpulkan tips yang cukup untuk membanguns ebuah benteng." "Eh~, benarkah? Aku benar-benar bahagia!" "Karena jika aku melakukan sebaik yang kubisa, aku luar biasa. Para pria itu bakal berbalik padaku." "Kau mengatakannya, huh?" "Aku mengatakannya. Siapa yang bakal kalah pada orang sepertimu?" kata Lousie sambil menatap benci dada Jessica. Si anjing tolol melihat padanya. Si anjing tolol menggosokkan tangannya disana! "Pas sekali waktunya. Ada lomba tip minggu nanti." "Lomba tip?" "Ya benar. Ini lomba dimana para gadis toko bersaing untuk melihat seberapa banyak tip yang bisa mereka dapat. Ada juga sebuah hadiah yang disiapkan bagi pemenang." "Bukankah itu terdengar menarik?" "Berusahalah sebaikmu. Jika kau mengalahkanku dalam lomba tip itu, aku takkan pernah memanggilmu bocah lagi."
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information