Editing
Oregairu (Indonesia):Jilid 3 Bab 5
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===5-3=== Segera setelah pintunya terbuka, suatu bayangan hitam besar jatuh di hadapanku, menutupi jarak di antara kami. “Oho! Hachiemoooon!” “Zaimokuza, huh… oh, dan berhenti memanggilku dengan nama itu.” Pemilik bayangan itu adalah Zaimokuza Yoshiteru. Badannya dibalut dengan mantel hitam meskipun sedang pertengahan Juni, dan selagi dia terengah-engah dengan berat karena panas, dia mencengkram bahuku dengan erat.<!--firmly--> “Hachiemon, dengarkan aku! Mereka begitu jahat denganku!” lanjut Zaimokuza, tidak mengindahkan<!--paying no heed--> kata-kataku sama sekali. ''Lontong anak ini''<!--Screw this guy-->. Dia menjengkelkanku, jadi aku memutuskan untuk menepisnya<!--push away--> dengan tegas. “Maaf, Zaimokuza. Klub Servis ini untuk kami bertiga. Benar, Gian <ref> Referensi pada Gian dari Doraemon, yang sering melarang Nobita ikut bermain dengan berkata, “Permainan ini hanya untuk kami bertiga.” </ref>?” “Aku tidak begitu yakin mengapa kamu melihat ke arahku…” Yukinoshita menatapiku dengan tidak ramah<!--hostility-->, tapi aku akan membiarkannya untuk sekarang.<!--let that pass--> “Hei, tunggu, Hachiman. Sekarang ini bukan saatnya untuk main-main<!--screw around-->. Jika ini tidak menarik bagimu, Hachiemon, aku akan membawanya<!--take it to--> ke ninja Hattori-kun, jadi dengarkan aku<!--hear me out-->.” “Aku baru saja diberitahu aku sedang main-main oleh orang yang paling suka main-main<!--screws around the most-->…” Itu mengejutkan bagiku<!--came as kind of a shock to me-->. “Sekaranglah kesempatanku!” Melihat sebuah celah untuk melewatiku<!--spotting an opening past me-->, Zaimokuza menyelip ke dalam ruangan. Dia masuk dengan mulus<!--smooth entrance--> – dia melakukan bagian meluncur<!--sliding--> itu dengan bodohnya<!--ridiculously--> baik. Tapi seluruh mantelnya menjadi kotor<!--all over-->. “Hmph, tidak ada tanda-tanda musuh, huh… kelihatannya penyusupanku ini sukses,” kata Zaimokuza selagi dia membuat pertunjukkan memeriksa sekelilingnya. Kemudian, seakan dia segera lupa dengan settingan agen rahasia tersembunyi itu, dia menarik kursi di dekatnya dan duduk di atasnya seperti biasa. ''Jika kamu akan membuat-buat hal-hal sampah<!--make up crap--> itu, jangan setengah-setengah<!--half ass it-->…'' “Sekarang kalau begitu, tuan-tuan dan nona-nona. Aku membutuhkan <!--call upon-->kalian hari ini dengan suatu masalah di sini<!--problem at hand-->.” “Aku benar-benar tidak ingin mendengarnya…” Kami bertiga dengan serentak membuat wajah masam. Yukinoshita langsung kembali membaca seakan dia ''semuak'' itu untuk mendengarnya. Dia benar-benar cepat untuk berpindah haluan<!--change suit-->. Tapi Zaimokuza menyeringai lebar dan mengangkat tangannya, memotong kata-kataku. Semua hal yang dilakukannya menjengkelkanku. “Nah nah, dengarkan keseluruhan ceritanya. Ingat bagaimana aku bilang hari itu<!--the other day--> aku ingin menjadi seorang penulis skenario game?” Oh, sekarang setelah dia mengatakannya, dia memang mengatakan sesuatu seperti itu. “Bukankah kamu itu tertarik dengan novel ringan atau semacamnya<!--Weren’t you into light novels-->…?” Yuigahama memiringkan kepalanya. “Erk… yah. Ceritanya panjang, tapi aku berhenti menjadi pengarang novel ringan karena pendapatannya tidak stabil. Aku pikir aku lebih baik menjadi pegawai penuh biasa saja.<!--after all-->.” “Itu bukan cerita panjang… kamu menyelesaikannya dalam dua kalimat. Aku benar-benar tidak perduli, jadi berhenti melihat ke arahku ketika kamu berbicara.” Dia kelihatannya masih tidak mampu berbicara dengan para gadis seperti biasa. Sudah cukup lama sekarang<!--For quite a while now-->, Zaimokuza telah hanya melihat ke arahku selagi dia berbicara. Suasana di dalam ruangan itu sudah mereda. Sebenarnya, kamu mungkin bilang keberadaannya itu membuat sekelilingnya merasa tidak enak, dipikir-pikir lagi. Di tengah-tengah gelombang kelesuan tiba-tiba yang menyeliputi ruangan ini, hanya Zaimokuza yang penuh dengan energi. Dia terbatuk. “Jadi mengenai penulis skenario game itu yang sedang kubicarakan…” “Kalau kamu hanya punya setting dan garis besar cerita saja, aku tidak mau melihatnya<!--I’m not looking at it-->.” “Ohohoho, sama sekali bukan. Mereka yang ingin menghanguskan ambisiku sudah muncul. Aku sangat curiga mereka itu cemburu dengan talentaku…” “Apa…?” Aku merasa geram. Tidak, kamu bisa terus terang mengatakan aku merasa berang. Anak ini sedang berbicara dari pantatnya, mengatakan dia ada talenta… Aku rasa aku akan<!--about--> meninjunya sampai pingsan.<!--punching his light out--> “Hachiman, apa kamu tahu tentang Klub UG?” “Huh? Yu-Gi? Apa itu Yu-Gi-Oh?” Aku mengulangi akronim itu karena terdengar begitu asing di telingaku. Yukinoshita, yang sedang membaca bukunya, membolak selembar halaman saat dia menjawab pertanyaannya. “Itu sebuah klub baru yang dibentuk tahun ini. Itu kependekan dari United Gamers, meskipun aku dengar tujuannya adalah untuk menelaah semua bentuk hiburan<ref> Nama klubnya sebenarnya Yuugi, yang berarti segala bentuk permainan, termasuk permainan kartu dan papan permainan </ref>.” “Oh, jadi dengan kata lain itu adalah sebuah klub bagi orang yang suka game dan hal-hal semacamnya<!--that sort of thing-->.” “Benar. Di dalam sekolah kita tidak ada klub bagi orang yang memiliki hobi yang sama, jadi itu semua digabung menjadi satu klub. Pokoknya menyebut itu sebuah klub hobi lebih mudah dimengerti<!--for all intents and purposes-->.” Jadi mereka juga ada sesuatu seperti itu di sekolah kami, huh… “Jadi apa yang Klub ''UG'' ini lakukan?” tanya Yuigahama dengan ragu-ragu, memberi penekanan<!--laying the stress--> pada bagian UG itu. Sekali lagi, Zaimokuza menemukan celahnya<!--opening-->. “Oh… a-ahem. Semalam, kami sedang bermain di ''arcade''. Dan tidak seperti di sekolah, aku pikir aku bisa berbicara lumayan terang-terangan pada ''arcade'' itu, jadi aku memberitahu rekan game berkelahiku bahwa menulis sebuah skenario game itu adalah impianku.” Mengatakan itu adalah suatu impian merupakan cara yang bagus untuk mengatakannya, tapi itu benar-benar hanyalah suatu angan-angan… itu pastilah sulit bagi mereka yang harus mendengarkannya juga. “Semua orang yang ada di sana memuja-muja ambisi besarku. ''Lakukan yang terbaik<!--do your best->-! Kami mendukungmu<!--We’re cheering for you-->-! Persis seperti yang bisa kalian duga dari sang pendekar ulung<!--master fencer-->-! Dia bisa dengan kalem melakukan semua hal yang tidak bisa kami lakukan<!--He can calmly pull off everything we can’t do-->! Aku terpesona! Aku mengagumimu!'' dan seterusnya. Itu adalah luapan penuh pujian<!--It was a storm of praise-->.” ''Lihatlah, kamu. Tidak ada orang yang mengatakan itu dengan wajah datar. Kamu sedang diperlakukan seperti sebuah lelucon.'' Tidak seperti aku bisa mengatakan satupun dari itu. Selagi aku mengingat situasi di sini dan melihat ke arah ekspresi Zaimokuza yang agak berseri-seri, aku menyadari diriku sedang bimbang<!--I found myself hesistating-->. “Naaamun! Ada satu orang di antara mereka yang berkata itu ti-ti-ti-tidak mungkin dan bahwa aku se-sedang bermimpi! Aku adalah orang yang dewasa, jadi dalam situasi itu aku berkata, ‘Ka-kamu benar.’” Tidak keren, mister Zaimokuza <ref> Hachiman sedang bertingkah sarkastik </ref>. Tidak keren. Zaimokuza mendesah berat, seakan ingatan akan itu saja membuat amarahnya mendidih<!--boil over-->. Setelah menarik botol plastik dua liter dari tas sekolahnya dan meneggaknya<!--chugging it down--> untuk meredakan tenggorokan keringnya, dia membuka mulutnya lagi. “Aku bukanlah orang dewasa yang akan mundur setelah mendengar sesuatu seperti itu!” “Apa kamu orang dewasa atau bukan? Pilih salah satu…” gugam Yukinoshita dengan jijik. Itu memakan waktu sejenak bagi Zaimokuza yang mengernyit untuk melawan<!--fight down--> tampang takut yang terpampang di wajahnya setelah mendengar itu. Kemudian dia meneruskan. “Dan jadi, setelah orang itu pergi, aku membakar-bakarnya dengan keras<!--heavily--> di ruang obrolan Arcanabro Chiba. Oho, aku tidak ada keraguan bahwa dia pastilah memerah dengan amarah sekarang ini.” “Woooooow…” kataku. “Kamu begitu keji<!--horrible--> sampai aku tidak bisa berpaling<!--I can’t look away-->… Aku agak terkesan.” “Hmph, kemudian entah bagaimana ternyata orang itu pergi ke sekolah yang sama denganku. Pagi ini ketika aku membuka obrolannya, mereka telah memutuskan untuk menyelesaikan perselisihannya dengan sebuah game. Semua orang menyemangatinya<!--egging him on-->… hei, apa kamu rasa mereka mungkin membenciku?” “Mana kutahu<!--Like I know-->… yah, jika kamu menyelesaikan persoalannya dengan sebuah game, bukankah itu cara yang cukup aman untuk menanganinya<!--going about(approach)-->? Memutuskan persoalannya dengan tindakan?” “Hahahaha! Itu nasihat yang sia-sia.” Zaimokuza berhenti sejenak. “Orang itu jauh lebih kuat dariku dalam game berkelahi.” “Huh? Bukankah kamu super hebat memainkan<!--insanely--> itu?” “Itu, yah, aku pasti tidak akan dikalahkan<!--bested--> oleh manusia<!--mortal--> biasa. Tapi ada banyak yang di atas diriku. Hachiman, apa kamu tidak tahu? Di antara pemain game berkelahi kelas atas, ada orang-orang yang dijuluki<!--contrated--> sebagai pro.” “Pro… Itu benar-benar terjadi<!--that actually happens-->?” “Memang. Semakin dalam kamu memasukinya, semakin banyak keburukan yang kamu temui – itulah game berkelahi. Kemampuan orang itu masih belum sampai ke level seorang pro, tapi dia tentu<!--certainly--> lebih kuat dariku,” kata Zaimokuza dengan berat. Yukinoshita menutup bukunya dengan suara dub. “Aku kurang lebih mengerti sekarang. Singkatnya, kamu ingin meminta kami untuk membantumu menang dalam game berkelahi atau hal-hal lain semacam itu<!--some other thing like that-->.” “Nai!” cemooh Zaimokuza. “Hachiman, kamu tolol! Kamu mengolok game berkelahi, brandalan<!--punk-->?! Kamu akan dapat apa yang pantas ente terima. Kamu tidak tahu apa-apa tentang game berkelahi.” Tata bahasanya sudah menjadi begitu kacau balau<!--mixed up--> sampai aku tidak mengerti apa yang dia katakan lagi, tapi setidaknya fakta bahwa dia marah itu tersampaikan. Aku harap fakta bahwa aku menjadi lebih geram daripada dia itu dapat tersampaikan padanya juga. ''Jangan katakan itu semua padaku. Katakan pada Yukinoshita, sialan.'' Yukinoshita sedang melihat ke arah Zaimokuza dengan cara yang sama seperti melihat sampah. Yuigahama berkata, “Woa,” dengan rasa jijik yang tidak kecil. “Sesungguhnya, aku ingin menang dengan begitu mutlaknya sampai aku tidak perlu memainkannya sama sekali. Jadi keluarkan alat-alat rahasia itu, Hachiemon.” “Kadang-kadang, aku benar-benar heran apa aku bahkan bisa menahan semua omong kosongmu<!--crap--> itu…” Ketika kamu mengatakan omong kosong, kamu sendiri tidak pernah keberatan<!--mind it--> dengan itu, tapi itu benar-benar menjengkelkan mereka-mereka yang harus mendengarkanmu… Zaimokuza sedang tertawa dengan semua “teeheehee”nya<!--laughing all--> seperti seorang anak manis. Menekan hasratku untuk menghantamnya<!--abuse--> dengan sebuah kursi, aku menatap ke samping pada Yukinoshita. Dapat diduga, Yukinoshita menggelengkan kepalanya dengan kuat-kuat. Yah, tidak mengejutkan.<!--no surprise there--> “Maaf, tapi tidak,” kataku pada Zaimokuza. “Kali ini itu jelas-jelas salahmu. Selama kamu tidak dipukuli<!--get beaten up-->, kamu mungkin lebih baik menahannya<!--suck it up--> dan menanganinya.” Itu tidak seperti Klub Servis bisa menyelamatkan setiap orang. Kami tidak memiliki<!--not in possession of--> sebuah mesin serba guna yang mengabulkan keinginan, kami juga bukan robot yang diprogram untuk membantu orang. Kami hanyalah menolong orang dengan usaha kami sendiri. Dengan begitu keadaannya, kami tidak ada niat untuk mengulurkan pertolongan pada seseorang yang menerima apa yang pantas diterimanya<!--getting his just desserts--> Terlihat keras, tapi aku hanya mengatakannya seperti apa adanya<!--like it is.-->. Zaimokuza terdiam selama sejenak. Dia mungkin sedang merenungkan tindakannya sendiri. “Hachiman,” dia memanggil namaku dengan suatu suara yang terdengar seakan dia sudah berpikir keras. ''Apa?'' Aku menjawabnya dengan mataku, yang kemudian Zaimokuza membuat helaan berat. ''Bofuu.'' Huh, ada apa dengan helaan itu barusan? Sungguh suara yang aneh. “Bofuu, kamu sudah berubah, Hachiman. Dirimu yang lalu akan lebih berapi-api<!--fired up-->.” Dia berhenti sejenak. “Dari samping, wajahmu selalu terlihat seperti bilah sebuah pisau, bergetar seperti getaran sebuah tali busur<!--From the side, your face always looked like the blade of a knife, quivering like a bow string’s pulse--> <ref> Referensi pada lirik lagu endng Princess Mononoke</ref>..” “Berhenti berbicara dengan suara falsetto. Wajahku tidak terlihat seperti itu… apa yang sedang coba kamu<!--trying--> katakan?” tanyaku sebagai balasannya. Zaimokuza mengangkat bahunya dan mendengus. “Ohh, hmm, tidak apa-apa. Kamu lebih baik terus tertawa dan terkekeh dengan para gadis. Toh, ini adalah sebuah kisah yang tidak dapat kamu pahami. Aku melakukan segalanya supaya kamu bisa tertidur di dalam kehidupan sehari-harimu yang palsu. Aku tidak perlu tentara yang sudah lupa bagaimana cara bertempur<!--I have no use for soldiers who have forgotten how to fight-->.” “Uh, tunggu, aku tidak ingat tertawa atau terkekeh. Tidak seperti aku ada seorang pacar. Oh, tapi Totsuka tertawa dan terkekeh-” “Diam, bocah!” Kata-kataku dipotong oleh sebuah teguran tegas, yang keluar<!--issued--> dari mulut dewa serigala.<ref> Referensi lain pada Princess Mononoke. Diambil dari adegan dimana Moro, sang dewa serigala, memberitahu Ashitaka untuk menjauh dari hutan. </ref> Setelah suara itu selesai menggema mengelilingi ruangan yang tenang itu, suatu keheningan sementara muncul<!--fell-->. Selama waktu sejenak itu, aku rasa aku mendengar seseorang diam-diam berkata, “…huh? Kamu tidak ada pacar? …er, uhh. Apa?” “Baiklah, Hachiman. Aku akan menyerah padamu di sini. Itu menyakitkanku bahwa aku tidak bisa lagi sering mengunjungi ''arcade''nya. Jika begitu, ketika kamu dan Tuan Totsuka datang ke ''arcade'', kamu akan dalam masalah<!--strife--> karena aku tidak bisa lagi memandumu berkeliling.” Oh! A-Aku akhirnya memahaminya<!--I-I see the light-->! Aku ''akan'' dalam masalah! Aku harus entah bagaimana membuat Zaimokuza menang! …adalah apa yang ''tidak'' sedang kupikirkan. “Nah, Aku tidak benar-benar memerlukanmu untuk memanduku berkeliling… maaf untuk mengatakan ini, tapi kamu menghalangi kami<!--get in the way-->.” “Dufuu.” Zaimokuza membuat tawa aneh. Segera setelah dia melakukan itu, dua gadis itu bergeser<!--edging--> bahkan lebih jauh lagi darinya. Sebelum mereka menyadarinya, jarak antara Yuigahama dan Yukinoshita sudah menutup. …huh, Aku selalu berpikir bahwa keberadaaan Zaimokuza itu sebagai penghancur suasana dan pembuat masalah, tapi dia ''memang'' seperti itu dalam setiap artian frasa tersebut. Dia bisa menghancurkan suasana bagus, tapi dia juga sepenuhnya menghancurkan suasana buruk. Tidak seperti dia bermaksud melakukan semua itu, tapi itu adalah sesuatu yang patut kuucapkan terima kasih<!--I ought to thank him for-->, mempertimbangkan keadaan Klub Servis sekarang ini. Pada saat ini, akan agak tidak sopan untuk menolaknya… Seakan dengan intuisinya merasakan bahwa hatiku sedang goyah, Zaimokuza berpaling padaku dengan seringaian sombong lebar<!--shit eating--> di wajahnya. “Kubilang<!--My word-->, Klub Servis ini konyol. Servis macam apa itu jika mereka bahkan tidak bisa menolong satu orang di depan mereka? Apa kalian bahkan bisa menolong siapa-siapa? Jangan hanya mengucapkan kata-kata manis – tunjukkan lewat tindakan kalian!” “Ugh, Zaimokuza, kamu tolol…” Puncak musim panas sudah hampir tiba, tapi sebuah hawa dingin mendadak menjalari sumsumku. “…apa itu yang kamu katakan? Kalau begitu aku akan menunjukkanmu bukti akan apa yang bisa kami lakukan.” Yukinoshita melemparkan tatapan dingin pada Zaimokuza. Aku mendengar suara ''takut'' lemah. Lihat, lihatlah<!--See, look-->. Itulah hasil tawa dan kekehanmu itu. Kenyataannya itu cukup mengerikan. <br /> <center>× × ×</center> <br />
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information