Editing
Oregairu (Indonesia):Jilid 6 Bab 3
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===3-3=== Sepatu menghentak lantai linolium itu dengan keras. Terbalik dengan penampilan lesunya, kaki-kaki tersebut menyentak dengan kaku. “Itu seperti! seperti! seperti, yang benar saja!!” “Hei, tunggu, tenangkan dirimu.” kataku dan menghentikan Yuigahama yang sedang berjaln di depanku. Suara hentakan lantai itu berhenti dan dia berpaling ke belakang dengan suara ciutan. “Apa?” Dia jelas sekali tidak senang terbukti dari ekspresi merajuk dan cemberutnya. Selagi aku berpikir betapa langka baginya untuk membuat tampang seperti ini, “Ada apa denganmu tiba-tiba?” “Aku tidak tahu! Itu cuma seperti… Uuurgh.” Hentikan erangannya. Apa kamu itu anjing atau semacamnya? Yuigahama menghentak-hentak lantai dengan kakinya dengan frustasi. Setelah menenangkan perasaannya, dia menuturkan kata-katanya sedikit demi sedikit. Ïtu seperti… itu berbeda dari yang biasanya… Maksudku, Yukinon yang biasa sama sekali tidak seperti itu.” “Yah, kurasa begitu…” “Hikki juga.” kata Yuigahama dengan suara yang seakan ditusuk dengan belati. “……” Aku sendiri paham. Aku berusaha semampu mungkin untuk bersikap dengan cara yang sama seperti biasanya. Tapi itu selalu berbeda hanya dari fakta bahwa aku terus menyadarinya. Ketika aku menyadarinya, aku akan berusaha menyesuaikan sikapku yang hanya membuatku terlihat semakin canggung. Aku sepenuhnya terjebak ke dalam sebuah spiral. Kurasa itu sesuatu yang bisa kamu pahami cuma dengan melihatnya saja, huh? Entahkah menganggap keheninganku sebagai pembenaran kata-katanya atau menganggap aku sedang merenungkannya, Yuigahama tidak menyerangku lagi. Aku sedikit berterima kasih untuk itu. “Dan juga…” Selagi aku menunggunya melanjutkan kata-katanya, Yuigahama menggerak-gerakkan badannya dan terlihat enggan berbicara. “…Hei. Aku ingin berbicara mengenai sesuatu yang tidak mengenakkan, apa kamu keberatan?” “Huh?” Aku menjawab dengan jawaban setengah hati, bingung atas apa yang sedang ingin dia katakan. Yuigahama mendongak dari lantai dengan risih dan bertanya lagi. “…Kamu tidak akan membenciku, kan?” “Tidak bisa janji.” “Eh, apa sebaiknya kulakukan…” Yuigahama menghentikan gerakannya dan terpatung di tempat. Dia antara memang sudah bodoh dari sananya atau sesuatu yang lain, tapi dia bukanlah seseorang yang cuma menunjukkan sisi cantiknya saja. Mendadak menunjukkan sifat perhitungan seorang gadis di sini bukanlah sesuatu yang bisa kutangani. Meski begitu, jika begini terus, percakapannya tidak akan sampai ke manapun. Aku mendapat firasat tidak akan ada yang berubah tidak peduli apapun yang diungkitnya di sini. Aku menggaruk kepalaku dalam usaha untuk mengisi keheningan yang muncul di sana. “…Haa, tidak apa-apa. Aku sudah sampai sejauh ini membenci sebagian besar orang, jadi tambah satu ini dan itu tidak akan membuatku membencimu dengan mudahnya.” “Alasanmu agak menyedihkan…” Aku menerima tatapan simpati yang sungguh-sungguh… “Terserahlah, tidak masalah. Jadi, apa percakapan tidak mengenakkan ini?” aku mendesaknya. Yuigahama menarik nafas dalam dan membuka mulutnya. “Ya… Um, kamu tahu. Aku tidak begitu senang, dengan Sagamin.” “Masa. Jadi, apa percakapan tidak mengenakkannya?” “Ba-barusan tadi percakapan tidak mengenakkannya…” “Haa?” aku mengedip secara refleks seperti Furby<ref> [https://en.wikipedia.org/wiki/Furby Furby.] </ref>. Belai aku, belai akuuu! “Eh, apa? Jadi apa yang tidak mengenakkan darinya?” “Um, kamu tahu, seperti kamu tidak bisa akrab dengan orang, atau ada masalah dengan sesama perempuan, aku tidak merasa hal-hal seperti itu sangat bagus…” [[File:YahariLoveCom v6-089.jpg|200px|thumbnail]] Jadi sesuatu seperti itu, huh? Yah, secara umum, kurasa begitu. Toh, tidak ada kesan positif yang muncul di benakku. Aku tidak yakin kesan semacam apa yang dia rasakan dariku selagi berpikir tanpa berkata-kata, tapi Yuigahama mengaitkan jarinya bersama di depan dadanya, dan bergerak gelisah sambil membentuk segitiga terbalik. “…Aku juga tidak ingin menunjukkan sisi burukku ini padamu.” katanya, mengejar sudut lorong dengan tatapannya. “Jangan bodoh.” Itu begitu bodoh, sampai aku terkekeh. Tidak ada yang akan berubah cuma karena melihat itu, tolol. “Aku juga tidak senang dengannya.” “Uh huh, kurasa itu sedikit berbeda. Bukan lebih pada aku tidak senang dengannya, tapi kurasa, aku tidak begitu suka dengan Sagamin. Tapi kami masih berteman, jadi.” “Ba-baik… Jadi kamu pikir kalian masih berteman, huh …?” “Uh huh, kurang lebih, itu niatku.” Seperti biasa, aku masih tidak mengerti apa yang membuat pertemanan di antara gadis. “Tapi aku rasa dia mungkin tidak merasakan hal yang sama. Rasanya dia membenciku.” “Ya, mungkin. Melihatnya saja sudah cukup untuk mengetahui itu.” Itu kurang mendekati “benci”, tapi itu bisa dipandang sebagai tidak ramah dan agresif. Aku melihat ke arah Yuigahama dalam usaha untuk membicarakan tentang masalah ini sedikit lagi. Yuigahama terpatung dengan pose yang aneh. “…Eh, ka-kamu melihatnya?” “Hentikan, cuma bercanda, aku tidak melihatnya. Aku sama sekali tidak melihat apapun. Itu cuma mendadak muncul di benakku.” “Yah, melihat, itu bukan, hal yang buruk atau semacamnya…” jawab Yuigahama selagi mengacak-acak rambutnya. Um, maafkan aku, aku cukup banyak melihat, dengan sering dan dengan perhatian. Maafkan aku sudah berbohong. Selagi aku meminta maaf dan mengakui kesalahanku di dalam hatiku, mata Yuigahama mendadak terlihat melamun. “Aku di kelas yang sama dengan Sagamin sewaktu kelas sepuluh, kamu tahu.” “Huh, apa kalian bersahabat?” “Yah, kira-kira.” Yuigahama menunjukkan ekspresi yang tidak biasa yang berada di ambang antara kuatir dengan berpikir. “…Jadi ternyata kalian tidak bersahabat.” “Hei, dari mana kamu dapat begitu!?” “Jadi, kalian bersahabat?” “Uh huh, kurang lebih.” Ekspresi aneh itu lagi… “Dengan kata lain, kalian tidak bersahabat.” Yuigahama menghela pasrah. “…Astaga terserahlah, itu sudah cukup bagus.” Cukup bagus ataupun tidak, seperti itu persisnya. Seluk-beluk gadis itu benar-benar sebuah misteri. “Waktu itu, kamu tahu, Sagamin dan aku dalam sebuah kelompok yang cukup menonjol. Dan rasanya, Sagamin juga terlihat agak bangga untuk itu.” Sagami dan Yuigahama. Yah, mungkin ada yang lain selain mereka berdua, tapi mereka berdua di pusat kelas tidak sulit untuk dibayangkan. Yuigahama cantik, tapi selain itu, dia adalah seorang gadis yang bersahabat dengan orang, ahli dalam menuruti orang lain. Itulah kenapa dia juga bisa menyesuaikan dirinya pada suasana yang menyolok dan aneh baginya. Di sisi lain, aku merasa Sagami adalah seseorang yang, tergantung pada kombinasi kelompok itu, puas dengan mengincar posisi seperti itu. Bahkan di dalam komite panitia, dia segera menemukan teman, orang yang akan bersama dengannya, dan membentuk sebuah kelompok. Kemampuan berkomunikasi dan kemampuan menarik pesona dirinya itu kuat. Tapi setelah mereka menjadi siswi kelas sebelas, posisi mereka telah berubah. Persisnya bagaimana celah ini terbentuk antara Yuigahama dengan Sagami? Keangkuhan, lingkungan mereka yang bervariasi… Kemungkinan faktor terbesarnya adalah Miura. Saat dia menjadi bagian kelas 2-F, dia telah digolongkan sebagai kasta atas. Melalui proses pemilihan anggota, Miura menggunakan kriteria kejam yakni “keimutan” untuk memilih dengan siapa dia rasa ingin bersahabat. …Dia benar-benar berbeda dari yang lain. Dia menepis hubungan antar gadis dan memutuskan orang-orang yang ingin dia dekati. Entah itu baik atau buruk, dia memanglah seorang Ratu. Dan kemudian, ada ketidaksesuaian antara Miura dengan Sagami. Aku tidak yakin apa ini cara yang tepat untuk mengatakannya, tapi dirinya yang masuk dalam kelompok kedua tertinggi membuatnya mudah untuk dipahami. Fakta yang tidak diragukan lagi memalukan bagi Sagami yang memandang tinggi kedudukan kelompok. Meskipun posisinya di dalam kasta atas itu bukanlah sesuatu tanpa peran andilnya, fakta bahwa Yuigahama, yang berada di posisi yang sama, ada di sana bukanlah sesuatu yang dapat diterimanya dengan senang hati. Dengan sendirinya, aku mulai sedikit memahami tindakan Sagami. “Makanya, aku tidak begitu suka apa yang Sagami lakukan… Juga, cara Yukinon mendengar permintaannya, dan cara Sagami berusaha untuk bersahabat dengannya…” kata Yuigahama, dan dia kemudian memiringkan kepalanya karena kata-katanya sendiri. Setelah terlihat diyakinkan sesuatu, dia mengangguk kecil. “…Sebenarnya, kurasa aku mungkin lebih menyukai Yukinon dari yang kuduga.” “Apa-apaan yang sedang kamu katakan?” Yuru Yuri <ref> Referensi manga. </ref>mungkin diperbolehkan, tapi yuri sesungguhnya bukan sesuatu yang bisa kututupi, kamu tahu. “Tidak, tidak, maksudku bukan seperti itu…! Kurasa aku cuma tidak suka ketika gadis lain mencoba bersahabat dengan Yukinon… aku seperti anak kecil, huh?” Yuigahama merona karena malu dan menggosok rambut baksonya seakan itu membuatnya risih. Tentu itu hasrat yang picik untuk memonopoli. Keegoisan seperti ini tidaklah begitu langka bahkan di suatu pusat komunitas para gadis sewaktu masa kanak-kanak mereka. Adik kecilku Komachi juga menjalani masa-masa ini suatu kala. Sifat asli manusia adalah sesuatu yang tidak akan bervariasi jauh. Tergantung dari cara kita dilatih, itu cuma masalah menahan hasrat-hasrat semacam itu. Hanya sekali-kali semua itu akan muncul pada wajah kita. “Gadis sungguh menjengkelkan, kan. Ada banyak yang harus dihadapi.” Ketulusan yang dia tampilkan ketika dia mengatakan itu sangat lucu. Aku tidak bisa menahan tawaku. “Hei, hei, laki-laki juga sama. Kami punya hal-hal seperti geng-geng kecil dimana kami akan saling bersahabat juga. Bukan cuma gadis yang spesial di sini.” “Sungguh?” “Kurang lebih.” “Oh begitu ya… Manusia sungguh menjengkelkan, huh?” Yuigahama tertawa. “Tahaha.” Kamu benar sekali. Mereka benar-benar menjengkelkan. Dan karena aku mendapati bahwa itu tidak mengenakkan sehingga aku menghindari mereka selama ini. Berusaha keras untuk memasang kedok, tentu saja, bukanlah sesuatu yang asli. “Berjanjilah padaku,” kata Yuigahama, dan tidak mampu memahami kata-katanya yang mendadak, aku tanpa bersuara memiringkan kepalaku sebagai balasannya. Yuigahama terus berdiri, dan menatap balik padaku. “Bahwa kamu akan membantu Yukinon setiap kali dia mendapat kesulitan.” Omong-omong, pada saat berjalan pulang dari pertunjukkan kembang api, kami memang berbicara mengenai sesuatu seperti itu. Seperti saat itu, ketulusannya yang kuat melandaku. Itulah kenapa aku menjawabnya, dengan segenap kemampuanku, dengan jujur dan dengan tulus. “Hanya kalau itu sesuatu yang bisa kulakukan.” “Oke, itu membuatku lega.” kata Yuigahama dan dia tersenyum. Kamu membuatku kesulitan dengan mempercayaiku sepenuhnya. Kelihatannya kata-kata singkatnya memiliki kemampuan membujuk yang lebih kuat. Kalau dia menambahkan satu atau lebih alasan, maka aku bisa mengeluarkan sifat perhitunganku dan mencari kontradiksi di baliknya, tapi mengakhirinya dengan hanya sebuah senyuman, aku tidak mampu mencari apapun lagi. “Oke, kalau begitu aku kembali ke kelas dulu. Lakukan sebisamu di komite.” Yuigahama melambaikan tangannya dengan pelan dan berlari pergi. Aku mengangkat tanganku sebagai balasannya dan mulai berjalan lagi.
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information