Editing
Oregairu (Indonesia):Jilid 9 Bab 8
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===8-3=== Aku memanggil Yuigahama dan mendapat gambaran umum dimana kami akan bertemu darinya. Yukinoshita dan aku berjalan terus sampai ke depan<!---walked our way up--> Kastil Tembok Putih tidak mengatakan apapun yang khusus. Ketika paradenya berakhir, kami bisa berjalan berkeliling dengan lebih bebas dibanding tadi karena jumlah pengunjung di sekitar sudah menurun. Karena Yukinoshita juga mendapat waktu untuk beristirahat, langkah kakinya juga terlihat ringan. Dan ketika kami sampai ke alun-alunnya, kami melihat ke sekeliling mencari Yuigahama. “Ah, Hikki, Yukinon. Sebelah sini!” Yuigahama melambaikan lengannya dengan sebuah ponsel di satu tangan. Kelihatannya dia baru saja akan memanggil kami. Setelah kami berkumpul bersama, Yuigahama segera menepukkan tangannya bersama dan menurunkan kepalanya. “Maaf! Untuk pergi terlebih dulu dan semacamnya.” “Tidak seperti itu suatu masalah yang besar.” Ketika Yukinoshita menjawab dengan senyuman, Yuigahama menepuk dadanya dengan lega. “Yah, yang lain juga ada di sini, jadi aku merasa tidak enak membuat mereka menunggu kami. Omong-omong, apa kamu mengambil foto paradenya?” “Ah, yeah! Semuanya terambil<!--got it all down-->!” Yuigahama bermain-main dengan kamera digitalnya dan menunjukkan layarnya selagi dia berbicara. Untuk sekarang, kami masih ada di sini untuk mengumpulkan bahan-bahan keterangan, jadi aku ingin setidaknya mendapatkan foto-foto dari keseluruhan acara Natal ini. “Lihat ini, Yukinon. Lihatlah, lihatlah!” “…Apa kamu keberatan jika aku memeriksa datanya dengan cermat untuk sejenak?” Ketika Yukinoshita bergugam dengan suara kecil, dia membunyikan lidahnya dan menekan dadanya. Kelihatannya dia lumayan frustasi untuk melewatkan parade Pan-san. Tidak, um, kalau kamu tinggal mengatakannya, kita bisa pergi ke sebelah sana? Mereka berdua mulai bersemangat dari rentetan hal selagi mereka melihat ke arah kamera digitalnya dan yah, itu bagus, tapi persisnya dimana yang lain? Sudah hampir waktunya kembang api untuk dimulai. Dan ketika aku melihat-lihat ke seluruh alun-alun, ada suatu suara dengan kebisingan yang familier. “Huuuh? Dimana Hayato?” “Aah, Yumiko. Datang kemari sebentar.” “Tunggu, Tobe, apa?” Tobe menarik Miura mengikutinya dan menuju ke arah kami. Dan yang mengikuti mereka dari belakang adalah Ebina-san. “Eh, aah. Yah, ente tahu, apa yang mau dibilang? Ini macam tempat yang menabjubkan, mungkin<!--kinda-->? Ebina-san akan lebih suka di sebelah sini, ya?” “Eh? Tentu, walau dimanapun itu sungguh tidak masalah.” Itu terasa seperti perisai Ebina-san terhadap pengertian Tobe itu benar-benar kuat… Omong-omong, dengan mereka di sini, kami sebagian besar sudah berkumpul. Sekarang orang yang tersisa adalah Hayama dan Isshiki… Itu mungkin karena aku sedang melihat ke sekeliling sehingga Yuigahama melakukan hal yang sama dan melihat ke sekeliling tempat itu. Dia kemudian menanyakan Tobe. “Tobecchi, dimana Hayato-kun dan Iroha-chan?” “Eh, aah… Yah, mereka akan segera langsung datang ke sebelah sini.” Tobe sedang mengatakannya dengan agak samar, tapi, yah, untuk kasus orang ini, toh, dia biasanya akan cuma asal mengatakan ini atau itu… Maksudku, namun dia itu orang yang baik dan semacamnya. Sementara itu, lampu-lampu jalan dan lampu dekorasi di garis sekeliling alun-alunnya meredup. Musik klasik kemudian mulai berputar. “Sudah mulai.” Yukinoshita melihat ke arah langit di atas Kastil Tembok Putih setelah dia mengucapkannya. Kelihatannya tempat itu dimana kembang apinya akan meletus. Seperti yang bisa kamu duga dari pemegang paspor setahun, sangat tahu sekali. Yuigahama dan aku melihat ke arah yang sama dengan Yukinoshita. Ketika kami melakukannya, cincin cahaya berwarna-warni itu bermekaran dengan berlimpah di langit musim dingin yang tembus pandang. Berbicara mengenai kembang api, itu cenderung merupakan sesuatu yang biasanya dilakukan di musim panas, tapi untuk melihat kembang api bersuar ke langit dengan konstelasi Orion, membentang, dan menghilang itu merupakan suatu hal yang mengejutkannya aneh untuk dilihat. “Itu agak nostalgik, huh?” Di sampingku terdapat Yuigahama yang dengan segera berbisik ke telingaku. Suatu rasa merinding menjalari sumsumku dan ketika aku memalingkan kepalaku, Yuigahama sedang menepuk tangannya selagi dia berseru “oooh” terlihat lupa apa yang baru dikatakannya barusan. Um, kamu tahu, masalahnya adalah bahwa fokusku sudah sepenuhnya terarahkan ke permukaan bumi sekarang ini, jadi aku sama sekali tidak dapat berkonsentrasi pada kembang apinya kamu tahu. Tuntut.<!--Lawsuit--> Selagi aku tidak merasa ingin melihat ke atas, aku melihat bentuk fisik yang terlihat familier di dalam lapangan pandangku yang berpindah<!--flickered--> dari kembang apinya. Selagi kembang apinya meletus, cahaya yang menghampar menerangi dua orang yang terselubung dalam kegelapan. Hayama dan Isshiki sedang melihat kembang api dari suatu tempat yang sedikit lebih jauh dari kami. Bersamaan dengan kerlapan kembang api itu adalah pemendekan jarak di antara mereka berdua. Ketika aku menyadari bahwa itu seperti aku sedang menonton sandiwara bayangan wayang, aku sedang cuma menonton mereka saja. Letupan cahaya-cahaya terakhir menghujani langit malam itu. Dan di dalam alun-alun yang diterangi itu terdapat Isshiki yang dengan perlahan menjauhkan dirinya dari Hayama selagi dia menunduk ke bawah. Hayama yang tertinggal melihat ke atas langit selagi Isshiki berjalan ke arah yang berlawanan. Musiknya berhenti dan kegemerlapan atraksi-atraksi serta cahaya-cahaya lampu jalan yang terpasang itu kembali. Di dalam kelompok pengunjung-pengunjung yang menghela dengan puas, hanya Isshiki sendiri yang terlihat seperti dia sedang menahan sesuatu selagi dia menekan bibirnya bersama dan dia berlari melewati kami. “I-Irohasu!?” Tobe adalah yang pertama untuk menyadarinya ketika dia berlari tepat melewati kami dan dia memanggil pada punggungnya. “Tunggu dulu, Irohasu!” Namun, Isshiki terus berlari tanpa berpaling ke belakang dan menghilang ke dalam kepadatan manusia. “Tunggu dulu sebentar, aku akan pergi mencarinya.” Tobe berlari pergi dengan panik. Kelihatannya Miura menebak apa yang sedang terjadi setelah melihat itu. Dia melilit-lilit rambutnya dengan jarinya dan membuat suatu helaan dalam. “Haa… Aku akan pergi juga.” “Oke, aku juga akan mencarinya.” Ebina-san mengikuti setelah Miura. Yuigahama kemudian mengangkat tangannya dengan pelan terhadap itu. “A-Aku juga!” Tapi Miura menghentikan dia di sana. “Yui dan uh, Yukinoshita-san? sebaiknya menunggu di sini, oke? Karena dia mungkin akan kembali dan semacamnya. Juga, kalau aku menemukannya, aku akan memanggilmu jadi biarkan Tobe dan Ebina tahu.” Ketika dia menyapu rambutnya dengan jengkel, dia memanggil Yuigahama dan Yukinoshita. Walaupun dia tidak terlihat begitu tidak termotivasi, dia menyerahkan arahan-arahan yang jelas<!--explicit-->. “Ah, oke.” Ketika Yuigahama menjawab, Miura mengangguk dan mulai berjalan pergi dengan cepat. Selagi Yukinoshita melihat Miura pergi ke kejauhan, Yukinoshita memiringkan kepalanya. “Apa ada sesuatu yang terjadi?” Yah, toh, satu-satunya hal yang dilihat Yukinoshita adalah kembang apinya… Jika dugaanku benar, maka hanya satu hal yang terlintas di dalam pikiranku memandang duduk perkaranya. Destinyland selama Natal, kembang api setelah paradenya, di depan Kastil Tembok Putih, waktu yang dibuat hanya untuk mereka berdua saja, dan akhirnya, tingkah laku Tobe. Mengumpulkan semua itu memiliki nilai satu yakuman<ref> </ref>. Kemungkinannya Isshiki menyatakan cintanya pada Hayama. Itu satu-satunya hal yang terpikirkan. “…Yah, aku akan pergi juga.” “Oke, mengerti.” Yuigahama menjawab dan Yukinoshita memiringkan kepala penuh keraguan lagi dengan kebingungan. Namun, tempat yang kutuju bukan Isshiki Iroha. Miura mungkin dapat menangani Isshiki dengan lebih cakap.<!--skillfully--> Itu jauh lebih baik baginya untuk pergi dibanding aku. Tapi cuma ada satu orang lagi yang kupikir aku pasti harus pergi melihatnya. Bahkan setelah Isshiki meninggalkan Hayama, dia tidak mendekati kami. Itu berarti dia sedang menunggu. Aku menempuh jalan itu selagi adegan sandiwara itu melintas-lintas di dalam kepalaku. Dan di dalam kegelapan yang terpisah dari Kastil Tembok Putih itu adalah Hayama. Pada saat ketika perhatian semua orang terfokus pada Isshiki, Hayama berjalan sedikit ke jalur kecil<!--side street--> ini. Ketika Hayama menyadari keberadaanku, dia membuat senyuman yang kelihatannya sedih. “…Hei<!--hey there-->.” “Yo.” Hayama bersandar pada pagar alun-alun dan membuat helaan kecil. “…Kurasa aku melakukan sesuatu yang buruk Iroha.” “Sungguh egois. Kalau kamu akan merasa bersalah setelahnya, maka kamu seharusnya memacarinya saja daripada menolaknya.” Ketika aku memberitahunya, Hayama membuat suatu senyuman risau. “Itu tidak mungkin. Kamu punya kepribadian yang buruk untuk mengatakan itu meski kamu tahu apa yang sedang terjadi.” “Kurang lebih.” Aku memiliki banyak kepercayaan diri mengenai poin tersebut. Sudut mulutku berubah menjadi suatu senyuman yang tidak mengenakkan secara refleks. Meski begitu, Hayama tidak terlihat terlalu tidak senang dan melihat ke arahku dengan mata yang terlihat dilanda dengan kesedihan yang melankolis. “…Apa kamu tahu? Tentang kenapa Isshiki menyatakan cintanya padaku?” “Tidak, tidak mungkin aku bisa tahu itu.” “Begitu ya…” Tapi cara Hayama mengatakan itu seakan sampai barusan tadi, dia sendiri sedang bersikap dengan suatu cara sehingga Isshiki tidak akan menyatakan cintanya pada dia. “Apa kamu tahu? Tentang Isshiki, er… perasaannya atau apa.” “…Ya.” Suaranya yang menjawab murung. Tidak ada tanda-tanda kesombongan atau keangkuhan di dalamnya. Hanya perasaan menyesal yang tercampur di dalamnya. Jadi begitu kejadiannya… Hayama adalah seseorang yang tidak bisa mempertahankan suatu hubungan dengan seseorang kecuali dia tetap tidak menyadari perasaan mereka. Ketika perasaan seseorang tidak tersampaikan, maka mereka akan menjauhkan diri mereka dan pergi. Itu bukan sepenuhnya salah Hayama, tapi agar menghindarinya, Hayama harus mengelakkan <!--sidestep-->keseluruhan perasaan tersebut. Itu adalah sesuatu yang sejelas matahari terbit dari timur selama insiden sewaktu karya wisatanya juga. Dan pada saat itulah aku menjadi merasa bersimpati terhadap pemikiran semacam itu. Aku berakhir memahaminya. Itu adalah sesuatu yang tidak bisa kusebut kekeliruan. Namun, aku tahu bahwa untuk mengelak sesuatu adalah sesuatu yang akan berubah menjadi<!--turn into--> melukai orang lain. “Kalau kamu tahu, maka bukankah itu cuma kurangnya ketetapan hatimu<!--on your part-->?” Ketika aku berkata begitu, Hayama dengan pelan menggelengkan kepalanya. “…Bukan begitu. Aku jujur saja senang mengenai perasaan Isshiki. Tapi bukan begitu. Itu mungkin bukan untukku tapi…” Suara terhuyung-huyung Hayama tidak masuk akal. Namun, Hayama tidak melanjutkan kata-katanya meski selagi aku menunggu dan melompat ke dalam topik yang berbeda. “…Kamu lumayan menabjubkan. Cara kamu tinggal mengubah orang-orang di sekelilingmu… Aku yakin Iroha juga seperti itu…” “Haa? Ada apa dengan pujian mendadak itu?” Ketika aku mengatakan itu, Hayama membuat suatu tawa kering. “Haha, bukan begitu… Aku memberitahumu, bukan? Aku bukan pria sebaik yang kamu bayangkan.” Hayama mengatakan kata-kata yang sama yang diucapkannya padaku waktu itu di sekolah. Dia kemudian melihat ke bawah dan membuat helaan dalam. “Memujimu… itu demi diriku.” “Kenapa kamu melakukan itu…?” Ketika aku melihat ke arah Hayama dengan kebingungan, Hayama dengan perlahan menyipitkan matanya dan menatap padaku. “Itu mungkin alasan yang sama kenapa kamu terus sesuka hatimu memutuskan bahwa aku orang yang baik.” “…Itu tidak seperti aku tidak ada alasan sama sekali. Aku hanya mengatakan apa yang kulihat.” “Sungguh?” Hayama menyahut dengan suara dingin. ───Ya, bukan itu. Itu adalah sesuatu yang kusadari dulu sekali. Hayama Hayato bukanlah orang baik biasamu itu. Senyuman tipisnya itu merupakan semua bukti yang kamu butuhkan. Hayama menarik kembali senyuman itu dan berdiri dari pagar yang disandarinya. “Aku akan pulang ke rumah dulu. Beritahu semuanya untukku.” “SMS mereka sendiri.” “…Baik. Sampai jumpa.” Hayama membuat senyuman getir dan dengan pelan mengangkat tangannya. Dan kemudian, tanpa berpaling kembali, Hayama Hayato menghilang ke dalam dasar kegelapan tersebut. <br /> <center>× × ×</center> <br />
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information