Editing
Seirei Tsukai no Blade Dance:Jilid17 Bab 6
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===Bagian 3=== "Nah sekarang, darimana aku harus memulai?" Mengarahkan tatapannya pada kelompok Kamito, Safian perlahan-lahan mulai berbicara. "...Kau bukan warga kota ini, kan?" Claire yang pertama menanyakan pertanyaan. "Tepat, aku bukan dari sini. Selain itu, masih diperdebatkan apakah penduduk kota ini adalah manusia atau bukan." Teringat pada penduduk yang lenyap segera setelah mereka meninggalkan gerbang kota, Kamito dan para cewek saling bertukar tatap satu sama lain. Tentunya, apakah mereka semacam halusinasi bukannya orang asli...? "Gimana kau bisa sampai ke sini? Orang biasa nggak mungkin bisa datang ke sini kan?" Mendengar pertanyaan Kamito.... "Ya, aku sendiri mendapati itu cukup luar biasa juga—" Safian menatap langit-langit dan mulai menceritakan kisahnya. "Itu terjadi beberapa bulan yang lalu. Aku bersama rekan-rekanku berangkat dari Zohar dengan sebuah karavan menuju ke Kekaisaran Quina. Dalam perjalanan, kami tiba-tiba diterjang badai pasir yang ganas—" Menurut dia, dia menerima sebuah pekerjaan dari perkumpulan untuk mengangkut kristal-kristal roh ke Ibukota Kekaisaran Quina dan insiden terjadi saat perjalanan. Saat berlayar di gurun, mereka terjebak dalam kekacauan leyline, membuat mereka terlempar jauh dari jalur mereka. Kecelakaan semacam itu sesekali terjadi di gurun. Saat dia sadar, kapalnya tersesat di Ghuk-a-val, dan akhirnya hancur dan dimakan oleh binatang-binatang raksasa. Meskipun dia bisa kabur, dia berakhir terpisah dari rekan-rekannya di kapal, berkeliaran di gurun selama berhari-hari. Beberapa hari setelah itu, karena kehabisan makanan dan air, dia berada diambang kematian— "....Roh itu muncul." "Roh?" "Ya, roh raksasa berkepala banteng." Kamito dan para cewek saling bertukar tatap. ....Tentunya, mereka ingat roh itu juga. Itu adalah Sphinx yang sebelumnya dilawan Kamito di gurun. "Roh itu menyembuhkan tubuhku yang hampir mati dan membawaku ke kota aneh ini. Setelah itu, aku tinggal disini selama lebih dari setengah tahun dan bahkan memulai bisnis. Sungguh nggak bisa dipercaya. Seraya tinggal disini, aku perlahan-lahan bisa mengerti bahasa mereka." Safian tersenyum masam dan mengangkat bahu. "....Benarkah? Kau telah banyak menderita juga." meski sependapat, Kamito masih gak bisa santai sepenuhnya. Sphinx—roh itu menyebut dirinya penilai. Apa mungkin seekor roh yang menyerang tanpa pandang bulu, yang cuma mempedulikan kelayakan Raja Iblis, betul-betul menolong seseorang begitu saja? ''(Oh yah, mustahil bagi manusia untuk memahami roh, yang melakukan apapun yang mereka suka...)'' Tiba-tiba, dia menatap segel roh yang ada di tangan kirinya, teringat seorang roh kegelapan yang melakukan apapun yang dia mau. Apa dia masih menyelidiki piramida itu? "Apa ada orang lain sepertimu?" Kali ini, giliran Fianna yang bertanya. "Uh, itu, orang-orang yang dibawa kesini oleh roh—" "Ya, aku sudah menjumpai beberapa orang. Dari apa yang mereka katakan padaku, mereka dibawa kesini setelah terdampar di Ghul-a-val seperti aku." "Apa mereka nggak bisa pergi?" "Jangan bilang kalau kau akan menghilang segera setelah kau keluar dari gerbang kota—" Claire bergumam gugup, tapi Safian tersenyum dan menggeleng. "Nggak perlu kuatir soal itu. Kau bisa keluar dari gerbang kapanpun, tapi—" "Tapi?" "Ada binatang-binatang menakutkan yang tinggal di Ghul-a-val diluar. Nggak ada kapal pasir disini, jadi upaya apapun untuk pergi mungkin akan membuatmu jadi mayat di gurun itu." "....Aku paham." Memang, sulit membayangkan orang biasa berjalan di gurun itu kecuali mereka adalah para elementalis. Para pedagang yang menaiki kapal pasir betul-betul mempertaruhkan nyawa mereka demi bisnis. "Lalu kau berencana tinggal di kota ini selamanya?" "Sepertinya itu nggak terlalu buruk. Setelah tinggal disini beberapa waktu, aku merasa cukup nyaman." Safian sedikit mengangkat bahu. ....Ya, kurasa dia mengatakan yang sebenarnya. "Kami adalah elementalis. Kami bisa membantumu kalau kau mau pergi." "Terimakasih atas tawaran baiknya. Aku akan mempertimbangkannya." Mendengarkan saran Ellis, yang memiliki rasa tanggung jawab yang kuat, Safian mengangguk ambigu. "Ngomong-ngomong, baru-baru ini apa kau pernah bertemu seorang cewek yang datang dari luar seperti kami? Harusnya beberapa hari yang lalu—" Kamito dengan santai mencoba bertanya tentang Putri Saladia— "...Tidak, satu-satunya orang luar yang kutemui belakangan ini adalah kalian." Akan tetapi, Safian cuma menggeleng. Sepertinya dia nggak berbohong. Kalau begitu, sang putri belum sampai? Saat mereka bercakap-cakap, makanan dan minuman mereka diantar ke meja. "Wow, kelihatannya lezat..." Perut Claire bergemuruh pelan. "Yah, mari kita lanjutkan percakapan kita nanti. Waktunya makan." Safian mengangkat gelas anggurnya dan tersenyum tulus. Bir beraroma mawar. Roti yang baru matang. Kambing asap yang dibuat dengan banyak rempah. Beberapa jenis acar. Campuran daging dan telur goreng... Meskipun ada beberapa sayuran yang belum pernah mereka lihat sebelumnya, makanan yang disajikan nggak jauh beda dari yang mereka makan di Teokrasi. "Kelihatannya cukup enak." "Y-Ya... Tunggu, apa itu betul-betul aman untuk dimakan?" Claire kelihatan agak kuatir. Memang, Kamito sendiri juga punya keraguan apakah makanan yang dimasak di kota ini sama dengan makanan normal. "Rasanya nggak buruk." "Hmm... Seorang ksatria wajib memakan apa yang harus dimakan." ....Sangat kelaparan karena berjalan di gurun, Risnlet dan Ellis segera mulai memakan hidangannya. ''(....Haaaaa, kurasa nggak apa-apa. Pedagang ini juga makan.)'' Sebelum para nona muda menghabiskannya, Kamito mengambil beberapa daging dan memasukkannya kedalam rotinya untuk dimakan. "Apa ini sate daging panggang?" Mengambil sate daging hitam, Rinslet bertanya kebingungan. "Daging paus pasir. Kau bisa menangkapnya di wilayah ini." "Nggak mungkin. Paus pasir sudah punah sejak lama." Mendengar itu. Claire yang memiliki pengetahuan luas bergumam pelan. Kamito mencicipi daging paus pasir itu juga. "....Ini rasanya nggak seenak itu." Bukan cuma dagingnya keras, tapi juga memiliki rasa yang bahkan nggak bisa dihilangkan dengan bumbu. "Hmm, tekstur ini lebih mirip dengan daging naga tanah yang ku makan di Dracunia...." "Kamito, kau pernah makan daging naga sebelumnya?" "Ya, di restoran di Dracunia, bersama Leonora.... Owwwww!" Duduk disamping dia, Claire menginjak kakinya keras-keras. "A-Apa yang kau lakukan!?" "D-Disaat kami mempertaruhkan nyawa, berlatih di Dragon's Peak. Be-Berani-beraninya kau pergi kencan!?" Rumble rumble rumble rumble rumble...! Twintail milik Claire berdiri seperti kobaran api. "P-Padahal aku menghormati Leonora-dono sebagai seorang ksatria terhormat—" "Aku memang gak boleh menurunkan kewaspadaan." Ellis dan Rinslet juga melotot marah pada Kamito. "—Terimakasih atas makanannya." Segera setelah selesai makan, mejanya dipenuhi dengan piring-piring kosong. Melihat tumpukan piring kosong itu, orang-orang di meja sekitar mengeluarkan suara-suara tercengang. Para cewek elementalis biasanya memang rakus. Mereka makan tanpa menahan diri karena menggunakan roh mengkonsumsi divine power. "Biar aku yang bayar." Berkata demikian, Safian mengeluarkan dompetnya. Mendengar itu, Rinslet berdiri dan menyibakkan rambutnya dengan megah. "Hmph, ketahuilah bahwa kami adalah bangswan. Kamu nggak jatuh serendah itu sampai-sampai membutuhkan belas kasihan dari warga sipil." "Meskipun kami dalam pengasingan." "K-Kesampingkan itu, makanan ini biar aku yang bayar atas nama margrave Laurenfrost. Maukah kau menukar coin-coin emas kekaisaran ini untuk aku?" "Ya, sesuai keinginanmu." Safian tersenyum canggung dan menukar mata uang kota dengan koin-koin emas kekaisaran. Apa yang dia serahkan adalah koin-koin yang agak buruk bentuknya dengan gambar seorang pria muda. "Aku nggak pernah melihat mata uang seperti ini di benua." "Tentu saja, ini adalah koin-koin dari seribu tahun yang lalu." "......." Tiba-tiba, Kamito merasakan perasaan disonansi yang aneh dan terus menatap koin-koin itu. "Ada apa, Kamito?" "Oh, bukan apa-apa...." Wajah di koin itu terasa agak familiar— ''(...Apa aku cuma terlalu kepikiran?)'' "Apa ada fasilitas pemurnian disini yang cocok untuk pembersihan badan?" Lalu, Fianna menanyai Safian. "Sebuah pemandian pemurnian untuk para princess maiden berlokasi nggak jauh dari sini." "Bagus sekali. Akhirnya aku bisa mandi secara normal." Claire menghela nafas lega. "Apa rencanamu, Kamito? Maukah kau mandi bersama kami?" Fianna menunduk ke depan, mengungkapkan belahan dadanya, menggoda Kamito. "A-Aku akan ke kamar menaruh barang bawaan kita, lalu memeriksa piramida itu." Kamito langsung tersipu dan berpaling. "Eh, apa kau mau ke piramida sendirian?" "Aku cuma mau jalan-jalan memeriksa sekeliling. Dan juga, Restia mungkin ada di sekitar sana." Mengatakan itu, Kamito memalingkan wajahnya pada Safian lagi. "....Ngomong-ngomong, apa kau mengetahui sesuatu tentang piramida itu?" "Hmm. Aku gak tau apa-apa." Safian menggeleng. "Bahkan warga lokal pun nggak tau siapa yang membangunnya atau pun kenapa. Aku mencoba menyelidikinya sebelumnya, tapi nggak bisa menemukan apapun yang menyerupai pintu masuk—" "....Aku mengerti. Sepertinya kita harus menyelidikinya dengan sabar." "Baiklah, kami akan memurnikan diri kami dulu sebelum bergabung denganmu." "Oke." "Ijinkan aku membawa barang bawaan kalian, kalau kalian nggak keberatan. Agar nggak tersesat di Qusier Amra." "....Makasih." Mengangguk ringan, Kamito mengambil Demon Slayer dan berdiri. Faktanya, itu adalah saran yang sempurna bagi Kamito. Ada sesuatu yang ingin dia pastikan.
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information