Editing
Zero no Tsukaima ~ Indonesian Version:Volume5 Bab1
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===Bagian 3=== "Para peri! Akhirnya, minggu yang dinanti-nanti tiba!" "Ya, Mi mademoiselle!" "Mari kita mulai lomba tip dengan penuh antusias!" Sorakan dan sambutan menggema seisi toko. "Sekarang, sebagaimana yang diketahui semua...Pendirian penginapa "Peri-Peri Memesona" ini terjadi 400 tahun lalu, selama masa Yang Mulia, Henry III, dikenal sebagai Raja Atraksi Tristain. Yang Mulia Henry III, dikenal sebagai lelaki tampan tiada tanding, disebut-sebut sebagai jelmaan seorang peri." Scarron mulai berbicara dalam sikap menyelami cerita. "Suatu hari, raja itu mengunjungi kota secara diam-diam. Dan, anehnya, dia menginjakkan kakinya di bar yang belum dibuka ini. Pada saat itu, nama toko ini adalah 'Kasur Belut', yang tak punya sedikitpun daya tarik atau apapun. Disana, sang raja, Luar biasa! Jatuh cinta dengan seorang gadis pelayan yang ditemuainya disana!" Lalu Scarron menggelengkan kepalanya sedih. "tapi seorang raja tak seharusnya jatuh cinta dengan seorang gadis dari bar...Pada akhirnya, sang raja menyerah dari cinta ini. Lalu...sang raja menyiapkan sebuah bustier dan mengirimnya pada si gadis sebagai pengingat cinta mereka. Leluhurku sangat terkesan dnegan cinta itu dan mengubah nama toko, mendasarkannya pada bustier tersebut. Oh, cerita nan indah..." "Cerita yang sangat indah! Mi Mademoiselle!" "Inilah bustier 'Peri-Peri Memesona'!" Dengan tegas, Scarron melepaskan garmen luar dan celananya, Kali ini, Saito, yang menonton dari jauh, ber'Ouue' dan muntah. Ini karena Scarron memakan bustier hitam pendek nan seksi yang memuat tubuh Scarron secara sempurna. "Bustier 'Peri-Peri Memesona' yang dikirimlan raja pada gadis yang dicintainya 400 tahun lalu adalah pusaka keluargaku! Bustier ini memiliki sihir yang membuatnya dapat merubah ukuran sesuai ukuran pemakainya dan juga sihir "Daya tarik" terpasanga padanya." "Ini luar biasa! Mi Mademoiselle!" "Nnnn~! Très bien!" Scarron berpose dengan suara bergairah. Saat itu...Anehnya, perasaan "ini tak terlalu buruk" bangkit dalam diri Saito. Keinginan baik terhadap Scarron...perasaan seperti itu. Meski penampilannya menjijikkan, bukankah ini baik dalam caranya sendiri? mulai dirasa Saito...Saito lalu menyadarinya. Ini adalah identitas dari sihir "Daya tarik"! Tapi penampilan Scarron terlalu minus, jadi efeknya hanya bisa sampai "Ini pas...begitulah". Oh begitu. Karena pemakainya Scarron, aku hanya berpikir sampai segitu. Jika seorang gadis biasa memakainya...Aku mungkin melihatnya sebagai si cantik tiada tanding. Sihir benar-benar menakutkan, angguk Saito. Sambil tetap berpose, Scarron melanjutkan pidatonya. "Peri yang memenangkan lomba tip yang dimulai minggu ini akan diberikan hak memakai bustier 'Peri-Peri Memesona' selama sehari! Ya ampun! Aku membayangkan berapa besar sih tip yang bakal didapat pada hari dia memakainya! Aku jadi bersemangat hanya dengan memikirkannya! Dan karena itulah semuanya harus berusaha sebaik-baiknya!" "Ya! Mi Mademoiselle!" "Bagus sekali! Baiklah, semuanya! Pegang gelas kalian!" Para gadis mengangkat gelas mereka seketika. "Untuk kesuksesan lomba tip dan bisnis, kesejahteraan dan..." Disitu, Scarron memotong kalimatnya dan berdiri tegak dnegan wajah serius setelah membersihkan tenggorokannya. Setelahnya, tidak dalam bahasa femininnya yang biasa, tapi dengan suara pria berusia setengah baya, dia berkata, "Sebuah doa pada Kesehatan Yang Mulia Ratu. Bersorak." Dan mengangkat gelas anggurnya. ------------------------- Sekarang, lomba tip dimulai seperti ini, tapi... Karena dia berpikir dengan keadaan seperti ini, dia takkan mendapatkan tip berapapun, Louise memutuskan untuk berhenti berbicara. Louise menyadari dia bakal membuat pelanggan marah kapapnpun dia buka mulut. Itulah mengpa dia memutuskan diam sebisa mungkin. Dengan begitu, dia menuangkan anggur untuk seorang pelanggan tertentu saat dia berbicara pada Louise. Sukses. Ini kesempatan untuk mendapatkan tip. "Hei, kau, sebentar. Tunjukkan tanganmu." Louise mengulurkan tangannya. "Aku mengerjakan ramalan, jadi aku akan meramalmu." Pelanggan itu memandangi telapak tangan Louise dan berkata begini. "Berdasarkan ramalanku, kau...dilahirkan sebagai penumbuk tepung. Apa aku benar?" Berani-beraninya kau membandingkan penumbuk tepung dengan seorang ningrat sepertiku, keterlaluan. Pria itu meramal lebih lanjut. "Oh! Kau seperti itu kan? Punya seseorang yang kau suka?" Dia memikirkan wajah familiarnya. Dia tak bisa memaafkan dirinya sendiri karena berfikir begitu. Aku tak punya satupun. Louise menggelengkan kepalanya. "Tidak? kau punya, kan?! Maka aku akan meramal kecocokanmu dnegannya...Wah! Aku terkejut!" Pria itu dengan sedih menggelengkan kepalanya. "Terburuk." Aku tahu itu bahkan bila kau tak memberitahuku. Aku tahu itu terlalu baik. Lagipula, pertama-tama, aku juga tak suka dia...Tersinggung, Louise memberikan terima kasihnya atas ramalan itu dengan kakinya, Bagi Louise, orang berupa lawan jenis yang terdekat adalah Saito. Kebiasaannya memperlakukan Saito tak sengaja keluar. Kebiasaan itu menakutkan. "A-ada apa denganmu?! Kau bocah!" Aku bukan seorang bocah. aku 16. Dia ingin merespon, tapid engantegas tetap diam. Aku memutuskan untuk dia beberapa saat yang lalu, kan? "Katakan sesuatu, kau bau kencur!" Aku hanya lambat tumbuh. Kejam sekali perkataanmu...Berpikir untuk mengatakan baik-baik soal umurnya pada pelanggan, Louise menendang wajah pelanggan itu 16 kali. Tamunya langsung rata. Yah, selalu saja begini, jadi Louise tak mendapat tip berapapun hari itu. Louise ngeri karena sebagai hasil mencoba diam, jumlah telapak kakinya terbang meningkat sebagai ganti bahasa kasarnya. Sepertinya perasaan yang tak bisa diungkapkan keras-keras malah dikatakan telapak kakinya. Pagi berikutnya, Louise berdiskusi dengan Saito tentang apa yang harusdilakukan. Saito mengusulkan, untuk mencegah telapak kakinya kemana-mana, Louise seharusnya melepas celana dalamnya dan bekerja, dan dia dihantam. ----------------- Hari kedua. Louise sangat hati-hati agar tak membiarkan kakinya terbang. Untuk membuatnya tersenyum tak peduli apa kata orang, dia menempatkan kawat di mulutnya dan membuat wajahnya tersenyum. Pelayan Louise yang siap sempurna tak pernah berhenti tersenyum. Tapi...Dia tak pernah menerima tip. Dia menahan dan menjaga ujung kakinya terbang, dan dia menahan senyumnya. Tapi kemudian... Wow, masalahnya datang dari tangannya. Seorang pelanggan tertarik pada Louise yang melayani. Sepertinya dia menyukai wajahnya. "Oh, kau, agak manis, ya? Tuang untukku." Pria itu puas dnegan wajah Louise, tapi kemudian dia menyadari suatu kesalahan nan pasti. Dada Louise. Apa ini. Datar smpurna. Tanpa sadar, kata-kata godaan keluar. "Ada apa denganmu? Jangan katakan kau seorang lelaki? Yah, toh wajahmu mendinganlah...Dengarkan, biarkan aku mengajarimu sebuah muslihat. Setidaknya sumpal beberapa kain dan semacamnya disitu. Jika kau melakukannya, kau akan jadi yang pertma disini! Gahaha! Sekarang tuang beberapa untukku." Dengan kata-kata pria itu, otot wajah Louise mulai berdenyut-denyut, tapi senyumnya tetap muncul berkata kawatnya. Disini, seharusnya semuanya berjalan baik berkat kawat itu... Tapi tidak begitu yang kejadian....Louise telah menuangkan anggur pada kepala pria itu. "Apaan sih kau?!" Pria itu bangkit. Louise, merasakan bahayapada tubuhnya, menghantamkan botol anggur pada kepalanya. Pria itu runtuh ke lantai sehingga Louise tak harus menuang untuknya lagi, tapi dia tak mendapatkan tip berapapun. Seperti ini, Louise terkejut bahwa tiapkali seseorang menghina ukuran dadanya, tanganya bergerak sendiri dan membuat kepala pelanggan meminum anggur. Pagi berikutnya, Louise berdiskusi dengan Saito. Saito mengusulkan, bahwa untuk menjaga dirinya dari membuat kepala pelanggan meminum anggur, dia seharusnya menaruh botol angur diantara dadanya dan menuang. Botol anggur takkan secara fisik mencapai kepala pelanggan jika tangannya berada pada dadanya. Apalagi, pose ini sangat menyenangkan bagi pelanggan. Tapi Louise, berfikir bahwa dia mengatakan seseuatu yang buruk soal ukuran dadanya, dan memukul Saito. ------------------ Hari ketiga. Louise berhati-hati untuk menjaga tangannya dari bergerak. Setelah dia menaruh anggur di atas meja, dia menaruh tangannya dibelakang dan tersenyum cerah. Bahkan saat dia disuruh untuk menuangkan sesuatu, yang dilakukannya hanyalah tersenyum. "Tuangkan aku sebagian." Dia tersenyum cerah. "Aku bilang tuangkan aku sebagian!" Dia tersenyum cerah. "Ada apa denganmu?!" Tak mungkin baginya mendapatkan tip satupun. Saat dia berdiskusi dengan Saito, dia bilang untuk memegangnya di mulut saat Louise menuangkannya. mulut Louise kecil. Sebuah botol anggur tak muat disitu. kalau dilihat lebih dekat, Saito terlihat dia mengantuk. Hanya karena kau mengantuk tak berarti kau bisa berkata serampangan. Dan Louise menghantam Saito. ------------------- Hari keempat. Lomba sudah setengah jalan. Jumlah tip sampai saat ini adalah nol. Sebagaimana diduga, Louise mulai putus asa. Louise melayani sambil berhati-hati pada telapak kakinya, posisi dia menuangkan anggur, dan kata-katanya, "Kau tampak tak ahli, tapi anehnya sikapmu anggun, kau bisa mendapatkan ini." Mungkin karena usahanya, Louise mendapatkan sebuah koin emas dari seseorang yang tampaknya adalah pelanggan bangsawan pertama yang dilayaninya. "Be-benarkah? Bisakah aku memiliki ini?" "Aah, Ambil saja." "Waai!" Melompat tinggi saking bahagianya, dia membalikkan sebuah piring dan menumpahkan makanan ke baju pelanggan. "A-aku minta maaf..." Louise minta maaf, tapi pelanggan ningrat itu tak bisa memaafkannya. "Kau...Baju ini adalah pertama dari sutra yang gajimu takkan pernah bisa membayarnya, Apa yang akan kau lakukan tentangnya?" "Aku benar-benar minta maaf...Auu..." "Baiklah, apa yang bakal kau lakukan untuk ini?" "A-aku akan membayar untuk itu..." "Hmph, klo gitu, mari kita lakukan ini. Kau harus mebayar ini dengan sesuatu yang bisa kau lakukan." "Apa yang harus kulakukan?" "Tak seberapa, hanya datang ke kamarku pada tengah malam." "Terus...?" "Kau akan mengerti apa yang akan terjadi setelahnya, kan? Kau bukan seorang bocah, kan? Seorang bocah." "A-apa maksudnya?" "Maksudku kau harus membayar agak banyak dengan tubuhmu. Itulah maksudku. Muhoho!" Darah naik ke kepala Louise. E. e-e, meski kau seorang ningrat, apaan ini! Putri ketiga dari keluarga duke menjadi marah. Jangan menempatkan para ningrat dekat keasusilaan. Sebagai wakil Yang Mulia, aku harus memutus dan menghukum noda hitam keningratan ini. "Kau memalukan! Karena orang-orang sepertimu ada! Ototritas Kerajaan! Ototritas! dan juga otoritasku!" "A-apa yang kau lakukan? Uwah! Hentikan! Hentikan, kataku!" Kakinya, ucapannya, dan anggur, semuanya terbang seketika. "Kukembalikan ini padamu!" Dia melemparkan tip yang didapatnya pada wajah si pelanggan. Louise dipanggil Scarron dan disuruh untuk mencuci piring seharian besok sebagai hukuman. Louise sangat kesal dan memutuskan untuk memukul Saito. -------------- Hari kelima...Saat Louise tengah mencuci piring bersama Saito, Jessica mendatangi mereka. "Bagaimana kabarmu? Ojou-sama, aku telah mengumpulkan 120 écus sejauh ini." "Bukankah itu luar biasa?" jawab Louise pundung. "Kau takkan mendapatkan tip apapun sambilo mencuci piring." "Kutahu itu." kata Louise sambil mencucui piring sekenanya. "Sheesh. Kau bahkan tak bisa mencucui sebuah piring dengan benar?" "...Aku mencuci piring dengan benar, kau tahu." "Lihat, ini masih ada minyak tersisa. Kau tak bisa menyebut ini tercuci." Jessica mengambil piring dari Louise dan mencucuinya dalam gerakan tangan nan cepat. Louise menontonnya, merasa tersinggung. "Hei."Jessica menatap Louise. "Apa?" "Seseorang mengajarimu. Apaan sikap itu?" "...Uu..." Saito menonton keduanya bertukar pandang dengan wajah terkejut. "Saat seseoran mengajarimu seseuatu, kau mengucap 'terima kasih' kan? Ini dasar, dasar." "Te-terima kasih." "Ya ampun, adalah karena kau berwajah seperti itu kau tak mendapat tip apapun. Esok hari terakhir, ya kan? Berbenahlah, Ojou-sama."Meninggalkan ucapan itu, Jessica menghilang, kembali ke bar. Louise menggantung kepalanya merasa terhina. -------------------------------- Begitu hari menuju pagi...Louise, setelah mencuci piring sepanjang malam, melihat tangannya sendiri dan mendesah. Jari-jari Louise yang tak pernah mencuci apapun sebelumnya menjadi merah terang karena kerja dapur yang dia tak terbiasa dan sakit berkat air dingin dan sabun. Mengapa aku harus melakukan sesuatu seperti ini? pikirnya. Meski dia sendiri adalah seorang ningrat, dia harus mencuci piring...Mendapati dirinya melayani semua jelata itu...Tambahan lagi, seorang gadis bar berbicara kurang ajar padaku... "Tak lagi." gumam Louise. Apa itu mengumpulkan info atau apapun, ini bukanlah tugasku, Aku seorang legenda, Aku pengguna Void, kau tahu. Namun mengapa aku harus menjadi pelayan di sebuah bar? Bukankah, misalnya, sebuah misi yang lebih bergengsi tengah menunggu aku? Berpikir seperti itu, air mata mulai berjatuhan karena sedih. Membuka sebuah papan lantai, Saito menyembulkan kepalanya dari tangga sehingga Louise merangkak meuju kasur. Dia tak ingin Saito melihatnya menangis. "Ini ada makanan." Saito memanggil Louise, menaruh sebuah piring berisi rebusan di meja.Tapi Louise hanya menjawab lelah dari dalam kasur. "aku tak memerlukannya." "Tak mungkin kau tak memerlukannya. kau takkan bertahan bila kau tak makan." "Ia tak enak." 'Meski kau berkata ini tak enak, tiada lagi yang bisa dimakan jadi tak bisa diapa-apakan." Meski begitu, Louise menyelimuti dirinyadan tak keluar dari kasur. Saito menghampiri tempat tidur dan menarik lepas selimutnya. Louise tengah meringkuk dalam futon denga piyamanya. "Makanlah. Badanmu akan roboh." "Tanganku sakit. Aku tak bisa memegang sendok." Louise mengeluh seperti anak kecil. Melihat ini tiada gunanya, Saito menyendok rebusan dan membawanya ke mulut Louise. "Kalau begitu, sini, aku akan menyuapmu. Makanlah. ya?" Louise akhirnya menelannya, Airmata bercucuran dari matanya. "Aku tak menginginkan ini lagi. Aku aka kembali ke akademi." "Bagaimana dengan tugasnya?" "Tak peduli, Ini bukan tugasku." Saito menarik balik sendok dan menatap Louise. "Kau tahu." "Apa?" "Apa kau mempunyai motivasi meski sedikit?"\ "Aku punya." "Putri-sama mempercayakanmu pekerjaan ini karena dia percaya padamu, kan? Bercampur dengan para jelata dan mengumpulkan info. Karena jika dia memakai seseorang dari senat kerajaan, dia akan ditolak...Dia tak bisa bergantung pada siapapun jadi dia bergantung padamu, kan?" "Itu benar." "Dan lihat dirimu sekarang. Kehilangan seluruh uang kita di arena judi karena kau tersinggung, dan kau seret harga diri ningratmu kesini dan tak dapat tip satupun. Kau juga membuat pelanggan marah. tak dekat sama sekali dengan pengumpulan info." "Tutup mulutlah kau. Tapi apa hubungannya tugas itu dnegan melayani dan mencucui piring bodoh itu? Aku ingin tugas yang lebih besar. Tiada lagi dari ini. Mengapa seorang ningrat sepertiku..." Saito mencengkram bahu Louise dan membuat Louise menghadapnya. "Apa?!" "Tebak apa, Ojou-sama? Semuanya kerja. Mereka berusaha sebaik mereka di pekerjaan ini yang kau bilang bodoh dan makan makanan ini. Hanya kalian para ningrat yang bermain kesana-kemari dan membuat orang-orang menyuap kalian." kata Saito dengan nada serius. Louise, karena takutnya, menunduk tanpa pikir panjang. "Aku tak bisa mengatakan banyak omomgkosong karena aku dibesarkan mirip denganmu, tapi setelah datang kesini, aku menderita dalam banyak cara dan mengerti. Bahwa adalah agak bermasalah hanya untuk hidup." Entah mengapa tak bisa membalas, Louise tetap diam. Sato melanjutkan kata-katanya. "Aku tak terlalu mengerti, tapi mungkin orang-orang begitu yang sibuk dengan harga diri bodoh mereka tak bisa melakukan pekerjaan besar? Yah, aku berpikir begitu sih. Ya...jika kau menyuruhku berhenti, aku berhenti. Aku tak peduli juga sih. Karena ini memang bukan pekerjaanku." Louise menutup mulutnya, terdiam. "Kau tak lagi menginginkannya?" tanya Saito sambil mengulurkan sendok, Louise melompat dari kasur, mengambil sendok dari Saito, dan mulai menghabiskan rebusan. Saito mengembangkan tangannya, memutar kepalanya, dan mengambil sesuatu. Ia sebuah kotak keramik kecil. "...Apa itu?" "Krim yang bekerja pada kulit yang tergerus air, Jessica memberikannya padaku." Saito kemudian menyuruh Louise untuk menjulurkan tangannya. Louise melakukannya dengan patuh. Louise melihat muka Saito rasa bersalah selama dia mengoleskan krimnya, tapi...sesaat kemudian dia bergumam dengan nada kecil. "Hei..." "Apa?" "Aku akan melayani, Aku akan mencuci piring. Apa itu OK?" "Ya, itu OK." kata Saito dengan nada lega. "Tapi apa kau tak apa-apa?" "Soal apa?" "Apa ini OK?" Pipi Louise memerah dan berkata dengan nada tak senang. "Melayani sih OK. Aku bahkan akan mengatakan kata-kata anggun. Tapi..." "Tapi apa?" "A-apa tak apa-apa jika para pelanggan menyentuh-nyentuh tuanmu?" Saito langsung terdiam tak mampu berkata apa-apa. "Hei. Bagaimana dnegan itu? Jangan berkata hal-hal yang memeningkan diri sendiri dan jawablah dengan baik jika ia baik atau borok." Saito mulai memakan rebusan dengan diam. "Aku bilang hei. Yang mana? katakan." Tanya Louise sambil menarik telinga Saito. Melihat terengah-engah pada rebusan, Saito bergumam "...Ji-jika kau memperbolehkan sentuhan semacam itu, aku akan menampar mereka." "Siapa yang bakal kau tampar?" "...Kau." Louise menatap tajam kedalam mata Saito. "Mengapa? Si tuan ini bakal ditampar familiarnya, coba jelaskan alasannya." Hening menyapa...Sambil membuang muka ke samping, Saito berucap tak jelas "Meski A-aku akan memaafkan pegangan tangan." "Apaan itu?" Louise menerbangkan Saito. "Apaan tuh 'Aku akan memaafkan berpegangan'?! Aku menyaimu alasan menampurku! Tolol!" "Ka-karena..." "Lagipula, apa maksudmu 'memaafkan? Berakting begitu bangga. Soal aku berpegangan tangan atau lainnya tak diputuskan olehmu. Itu semua oleh aku, aku! Hmph!" Louise menyisir rambut pink blondenya dan memasang sikap tegas. Dia melipat lengannya. "Baiklah. Bukankah itu Bustier 'Peri-peri memesona'? Aku akan memakainya dan membuat seluruh peanggan terpesona. yah, demi tip. Aku akan memaafkan. Tak hanya tanganku..." Saito bangkit loncat dan berteriak pada Louise. "Jangan bercanda!" Louise membuang muka dan mernagkak kembali ke kasur. Beberapa saat setelahnya, Saito berhasil menguasai diri dan menggelengkan kepalanya. "Yah, bustier 'Peri-Peri Memesona' itu mustahil. itu hadiah pemenang. Kini, kau mungkin yang terakhir dalam lomba tip." Louise tak menjawab. Menjadi khawatir, Saito bertanya "...Apa kau benar-benar akan memaafkan mereka? Mengenyampingkan kemenangan lomba tip, apa kau benar-benar sudah teguh? Bukankah itu sedikit keterlaluan? Ayolah." Louise tak membalas. "Hei, apa kau benar-benar akan melakukannya?" Dengan suara yang hampir menangis, Saito terus menanyai Louise. Tapi, Louise berteriak "Diamlah! Aku hendak tidur!"...dan Saito dengan berat hati merangkak kedalam kasur.
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information