Editing
Oregairu (Indonesia):Jilid 3 Bab 1
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===1-4=== Di dalam ruangan spesial lantai empat, Yukinoshita Yukino sedang duduk di tempat biasanya tepat di tengah-tengah Klub Servis dengan ekspresi dingin, dan terus samanya itu. Apa yang berbeda darinya adalah bahwa dia sedang membaca sebuah majalah fashion daripada novel bersampul tipis yang biasa dibacanya. Betapa tidak seperti dirinya. Kalau aku mau mencari hal lain yang telah berubah, itu adalah bahwa dia telah berganti pada kode pakaian musim panas. Daripada mengenakan jaketnya, dia memakai rompi musim panas yang ditentukan sekolah. Ditentukan sekolah merupakan sebuah sinonim untuk gaya pakaian jelek<!--tacky-looking-->, tapi Yukinoshita memancarkan aura anggun ketika dia mengenakannya, dan dia terlihat begitu anehnya cocok mengenakannya. “Yo,” kataku. Yukinoshita membuat helaan yang pendek dan singkat. “Oh, itu kamu, Hikigaya-kun.” Matanya langsung turun ke majalah fashion itu. “Um, bisakah kamu berhenti bereaksi seperti gadis yang baru saja ditetapkan untuk aku duduk di sampingnya? Itu sebenarnya agak menyakitkan.” Tidak ada kegiatan sekolah yang melahirkan trauma seperti pergantian tempat duduk. Itu mengeluarkan benih trauma dalam kehidupan santai biasamu. Tidak, itu tidak benar-benar membuat drama, tapi itu semua sangat buruk karena kegiatan itu mengeluarkan sifat asli orang. Pergantian tempat duduk bulanan kurang lebih merupakan contoh utama untuk itu. “Serius, mengapa mereka memperlakukanku seperti bau yang busuk ketika aku bahkan tidak membuat kesalahan apapun? Mereka mencabut undian dan ketika mereka berakhir harus duduk di sampingku mereka mengerang atas kesialan mereka, astaga.” “Jadi kamu mengakui bahwa tempat duduk di sampingmu itu yang paling tidak menarik…” “Aku tidak mengatakan itu sendiri<!--per se--> tempat duduk yang paling tidak menarik. Itu tambahanmu sendiri.” “Aku minta maaf. Aku kuatir aku tidak sedang berpikir,” kata Yukinoshita dengan kekekan kecil. (Walau kurang kesadarannya itu adalah apa yang membuat begitu banyak penderitaan yang tidak perlu…) “Aku baru saja berbicara lagi tanpa berpikir, jadi tolong jangan hiraukan itu. Aku pikir sudah pasti kamu sedang berbicara mengenai Yuigahama-san.” “Oh, jadi begitu kejadiannya, huh?” Yukinoshita memiliki alasan yang bagus memikirkan seperti yang dipikirkannya. Yuigahama tidak menunjukkan wajahnya di ruangan klub selama beberapa hari ini. Mungkin Yukinoshita telah berharap Yuigahama mau datang hari ini. “Kemarin dulu dia ada pemeriksaan fisik di dokter hewan, dan kemarin dia ada urusan untuk dilakukan di rumah…” Yukinoshita berbisik pelan selagi dia menatap layar ponselnya. Dia mungkin sedang melihat pesan teks yang dikirim Yuigahama padanya – pesan yang tidak pernah sampai padaku. Tentu saja, aku mendapati diriku sedang bertanya-tanya apa Yuigahama akan datang menjalani aktivitas klub hari ini. Jika dia datang, maka tidak diragukan lagi dia akan bertingkah kaku di dekatku seperti yang dilakukannya pagi ini. Aku terlalu paham apa yang akan terjadi dari jenis interaksi ini. Kami akan berakhir semacam menjauhi satu sama lain dan tidak benar-benar berkomunikasi lagi, dan pada akhirnya, kami akan sama sekali berhenti menemui satu sama lain. Sumber: diriku. Teman sekelas SDku, teman sekelas SMPku – itulah bagaimana aku berhenti menemui mereka semua. Hal yang sama mungkin akan terjadi dengan Yuigahama. Suasananya hening di dalam ruang klub. Suara satu-satunya yang bisa terdengar adalah suara halus dari Yukinoshita yang sedang membalik halaman majalahnya. [[Image:YahariLoveCom_v3-027.jpg|thumb|200px]] Itu mengingatkanku. Klub kami penuh dengan kericuhan belakangan ini. Pada awalnya, ketika hanya Yukinoshita dan aku di sekitar sini, keheningan berkuasa. Ketika keheningan tidak berkuasa, kami berdua hanya akan mengumpat satu sama lain. Dalam hanya satu atau dua bulan, ini semua telah menjadi suatu hal di masa lampau, dan selagi aku menatap kosong ke arah pintu, Yukinoshita membuka mulutnya seakan dia telah melihat isi pikiranku. “Jika kamu sedang menunggu Yuigahama-san, dia tidak akan datang hari ini. Aku baru saja menerima pesan teks darinya.” “B-begitu ya… t-tidak seperti aku sedang mengkhawatirkan Yuigahama atau semacamnya!” “Aku tidak mengerti nada negatifmu itu…” Selagi rasa lega menyapu diriku, aku mengalihkan perhatianku dari pintu itu dan melihat ke arah Yukinoshita. Dia sedang menghela lembut. “Aku heran apa Yuigahama-san tidak lagi berniat untuk datang…” “Mengapa kamu tidak tanya dia?” Yuigahama masih menjaga hubungan dengan Yukinoshita, jadi dia mungkin akan menjawab Yukinoshita jika dia bertanya. Tapi Yukinoshita menggeleng kepalanya dengan lemah. “Aku tidak akan bertindak sejauh itu. Jika aku menanyakannya, dia mungkin akan berkata dia akan datang. Meskipun, mungkin, dia tidak mau… dia kemungkinan besar akan melakukannya juga.” “Ya, kurasa…” Yuigahama Yui adalah orang semacam itu. Dia memprioritaskan hal lain di atas perasaannya sendiri. Dan jadi dia bahkan akan berbicara dengan seorang penyendiri dan membalas pesan teksnya. Tapi itu adalah kebaikan dan simpati serta kewajiban belaka. Dan namun hanya semua itu yang diperlukan bagi seorang laki-laki dengan pengalaman sedikit untuk salah memahami dia. ''“H-huh? M-Mungkinkah dia itu menyukaiku?”'' Itu semua terlalu mudah untuk menjadi beban bagi dia. Aku ingin semua ini bisa lebih mudah untuk diterima dan dihadapi, aku benar-benar ingin. Mungkin kita semua akan bernasib lebih baik jika pesan teks dari para gadis dibuat oleh piranti lunak otomatis yang tertulis dalam bahasa Jepang yang kaku dan formal. Jika begitu, para lelaki tidak akan menderita akan harapan-harapan yang tidak realistis. …tunggu. Aku bisa benar-benar mendapat uang dari ini. Selagi aku sedang berkhayal mengenai mendapatkan rezeki besar dengan segera, Yukinoshita menatapku dengan hening. Ditatapi dengan sebegitu intensnya membuat jantungku berdebar. Karena takut. “K-Kamu perlu sesuatu?” “…apa sesuatu terjadi antara kamu dan Yuigahama-san?” “Nah, tidak ada apa-apa,” jawabku dengan segera. “Jika tidak ada apa-apa, aku tidak percaya Yuigahama-san akan berhenti datang. Apa kalian bertengkar?” “Tidak, kami tidak bertengkar, kurasa.” Aku tiba-tiba terdiam dengan sendirinya mendengar apa yang dikatakan Yukinoshita. Hanya saja, itu bukanlah sebuah kebohongan. Aku tidak ada cara untuk menilai apakah itu sebuah pertengkaran atau bukan. Dari awalpun aku tidak cukup dekat dengan siapapun untuk bisa bertengkar dengan mereka. Penyendiri itu pecinta damai, kamu tahu. Sebelum tidak-menentang ada tidak-berhubungan. Jika kamu memikirkannya dari sudut pandang sejarah, aku itu kurang lebih mirip Gandhi. Satu-satunya jenis pertengkaran yang aku tahu adalah pertengkaran saudara, dan itu semua tinggal sejarah pada saat aku menyelesaikan pendidikan SD. Komachi akan selalu mengadukanku pada ayahku dan itu akan menghabiskan semua ''HP''ku bahkan sebelum pertengkarannya dimulai. Jika kami bertengkar ketika ayah kami tidak ada disana, dia akan mengaktifkan kartu perangkapnya (baca: ibu kami), dan itu akan menjadi kekalahanku bagaimanapun juga. Orangtuaku akan merepetiku, dan kemudian pada saat makan malam kami akan berdamai dan duduk bersama berdekat-dekatan di meja, dan itu akan menjadi akhir pertengkaran saudara kami. Selagi aku merenungkan semua ini, Yukinoshita membuka mulutnya lagi seakan atas aba-aba. “Yuigahama-san itu tidak dapat menjaga rahasia dan tidak bermartabat. Dia mengatakan hal-hal tanpa berpikir, dia terus menerus menerobos ke dalam ruang pribadi seseorang, dia berbohong untuk keluar dari masalah, dan dia ribut.” “Kamu terdengar seperti kamu-lah yang bertengkar dengannya…” Yuigahama mungkin akan menangis jika dia mendengar semua itu. “Jangan potong aku. Dia memiliki banyak kelemahan, tapi… tapi dia bukanlah orang yang jahat.” Dapat diduga, dia sedang menyebutkan kelemahan-kelemahan Yuigahama sebelum menyimpulkan dia bukanlah orang yang jahat dan bahwa kesalahannya itu tidak serius. Namun, ketika aku melihat bagaimana dia merona dan berpaling dengan sembunyi-sembunyi selagi suara gugamannya melemah sampai hening, aku mengerti bahwa ini adalah pujian tertinggi yang pernah diutarakan Yukinoshita. Yuigahama mungkin akan menangis jika dia mendengar semua ini – karena bahagia. “Nah, Aku juga mengerti. Kami tidak benar-benar bertengkar atau apa. Dari awalpun kamu hanya bisa bertengkar dengan orang jika kamu dekat dengan mereka, kira-kira. Jadi itu benar-benar bukan sebuah pertengkaran tapi lebih condong ke…” Selagi suaraku melemah dan aku menggaruk kepalaku dengan berapi-api <!--furiously-->, Yukinoshita meletakkan tangannya ke dagunya sambil merenung. “Sebuah perselisihan, mungkin?” “Ah, hampir mendekati tapi salah. Bukan tebakan yang buruk, kurasa.” “Kalau begitu, sebuah pertarungan?” “Semakin menjauh.” “Kalau begitu, sebuah pembantaian.” “Apa kamu tidak mendengarku? Kamu benar-benar melenceng.” Mengapa dia sedang memikirkan situasi yang makin lama makin bengis? Instingnya itu terlampau mirip dengan Oda Nobunaga. “Jadi… kalian sedang memiliki masalah komunikasi, mungkin?” “Mm, kurang lebih.” Pasti itu kejadiannya. Semua kerja keras itu untuk mendaptkan peta Masayuki<ref>Sebuah peta penuh dengan monster langka di Dragon Quest IX, yang bisa didapatkan pemain menggunakan alat komunikasi nirkabel Nintendo DS.</ref>. Ada satu kali pada saat SMP ketika kelas sedang memakai alat komunikasi nirkabel dan mereka semua sedang bertingkah seperti, “Siapa 8man ini?” Tapi men, aku benar-benar berharap mereka berhenti memakai fungsi komunikasi nirkabel dalam game-game. Aku masih baik-baik saja dengan bermain secara kompetitif dalam internet, tapi sebuah game yang didasarkan pada komunikasi tatap muka itu sudah pasti adalah “kematian bagi para penyendiri”. Berkat itu, aku tidak bisa mengevolusi Pokemonku dan melengkapi Pokedexku. “Begitu ya. Jadi tidak ada yang bisa dilakukan.” Yukinoshita menutup majalahnya dengan helaan kecil. Di balik kata-kata acuh tak acuhnya itu, tingkah lakunya pasrah, dan dia terlihat begitu rapuh sekali. Dengan itu, dia berhenti menanyakan pertanyaan. Yukinoshita dan aku mempertahankan jarak biasa kami. Cara kami mempertahankan jarak mental kami dengan orang lain mungkin agak sama. Dia akan berbicara mengenai peristiwa-peristiwa belakangan ini dan topik-topik khusus, tapi itu cukup jarang baginya untuk menganggu privasi seseorang. “Berapa usiamu?” “Dimana kamu tinggal?” “Kapan hari ulang tahunmu?” “Apa kamu ada saudara?” “Dimana orangtua kalian bekerja?” Aku tidak pernah mendengarnya menanyakan pertanyaan-pertanyaan semacam itu. Aku dapat menebak sejumlah alasan untuk itu. Mungkin dia tidak tertarik dengan hobi orang lain, atau mungkin dia tidak mau menginjak ranjau. Atau mungkin dia hanya tidak pandai menanyakan pertanyaan, karena penyendiri cenderung demikian. Tanpa alasan logis apapun di balik itu, menanyakan pertanyaan membuat mereka merasa sangat tidak nyaman. Tanpa mencampuri atau menyiangi ladang orang, para penyendiri menilai satu sama lain seperti para pesilat dalam duel. “Kamu tahu bagaimana keadaannya itu dalam situasi seperti ini. Ini adalah salah satu dari pertemuan sekali seumur hidup itu. Jika ada pertemuan pasti selalu ada perpisahan.” “Kata-kata indah, tapi kamu salah mengartikan maknanya…” kata Yukinoshita dengan muak, walau sungguh, kehidupan itu penuh dengan pertemuan sekali seumur hidup ini. Itu seperti saat-saat SD, ketika beberapa teman sekelasku pindah ke sekolah lain. Meski ketika mereka berjanji untuk menulis surat, aku satu-satunya yang tidak diberi balasan dan aku tidak pernah lagi mengirimkan surat lain. Walau, aku memang mendapat balasan dari Kenta-kun<ref> Kentucky </ref>… Seorang pria bijak tidak mencari bahaya; dia tidak berlama-lama di suatu tempat<!--Overstay his welcome-->. Itu mungkin satu-satunya cara untuk tidak kalah dari resiko<!--lose to risks-->.. “Dan namun… untuk terus berhubungan dengan orang memang mengejutkannya suatu hal yang sulit,” bisik Yukinoshita. “Hubungan bisa putus dengan begitu mudah karena hal yang begitu sepele.” Matanya penuh dengan kepedihan yang diarahkan pada dirinya sendiri. Pada saat itu, pintunya tiba-tiba terhempas terbuka dengan suara kreak. “Tapi kamu juga bisa memperbaiki hal-hal sepele ituu, Yukinoshita. Masih belum saatnya untuk menyerah.” Orang yang menyemburkan kalimat-kalimat keren itu sesuka hatinya selagi dia berjalan ke arah kami, dengan jas putihnya sedang melambai-lambai, tidak lain dan tidak bukan adalah musuh bebuyutanku Hiratsuka-sensei. “Sensei, ketuk dulu…” Sepennuhnya mengabaikan tuntutan Yukinoshita, Hiratsuka-sensei memeriksa ruangan itu. “Hm. Jadi Yuigahama sudah tidak muncul selama seminggu sekarang, huh… Aku pikir kalian sudah akan melakukan sesuatu akan itu sekarang. Jangan beritahu aku kamu memiliki penyakit serius sampai sekarang. Betapa seperti dirimu,” katanya dengan kekaguman yang salah letak. “Um, sensei… apa yang anda inginkan?” tanyaku. “Oh, benar. Hikigaya, Aku memberitahumu mengenai itu sebelumnya – tentang persyaratan-persyaratan 'kontes' hipotesismu.” Mendengar kata kontes membuatku ingat. Memang, itu adalah sesuatu tentang memutuskan siapa yang lebih hebat dalam menolong orang – Yukinoshita atau aku. ''Robattle''<ref> Seruan waktu bertarung di Game Medabots </ref>! Sesuatu seperti itu – bukan Robonpon<ref> Game dengan sistem pertarungan yang mirip Pokemon </ref>. Dengan tingkah yang begitu mengingatkan orang dengan sebuah perusahaan game, Hiratsuka-sensei telah mengumumkan bahwa dia mau mengubah bagian-bagian peraturannya. Urusannya hari ini mungkin ada hubungannya dengan peraturan barunya ini. “Aku datang untuk mempersembahkan peraturan yang baru.” Hiratsuka-sensei melipat lengannya dan membayangi diri kami. Yukinoshita dan aku mengatur sikap kami dan duduk tegak dengan penuh perhatian. Melihat ke arah kami berdua secara bergantian, Hiratsuka-sensei menghela puas. Tingkah laku santainya itu malah membangkitkan perasaan cemas dalam diriku. Di sana begitu hening sampai-sampai kamu bisa mendengar suara peniti jatuh. Untuk memecahkan keheningan yang tak tertahankan ini, Hiratsuka-sensei membuka mulutnya dengan serius. “Kalian membunuh satu sama lain sampai tinggal sisa satu orang<ref> Kutipan dari Battle Royale</ref>.” <br /> <center>× × ×</center> <br />
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information