Oregairu (Indonesia):Jilid 3 Bab 1

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Bab 1: Dan Maka, Hiratsuka-sensei Mencetuskan Konflik Baru[edit]

1-1[edit]

Aku menghantamkan setumpuk kertas ke atas meja. Isinya terpenggal-penggal seperti Naskah Laut Mati.

“…apa-apaan ini?”

Suatu hawa aneh menjalari sumsumku adalah hal pertama yang terjadi ketika mataku melayang pada kata-kata halaman itu. Penyebab rasa déjà vu yang tidak mengenakkan ini, tentu saja, garis besar untuk jilid cerita Zaimokuza Yoshiteru-sensei yang selanjutnya, yang dia masukkan ke dalamnya detail-detail yang begitu berlebihan. Apakah itu dapat membunuhnya untuk menyelesaikan jilid yang pertama dulu sebelum memulai jilid selanjutnya?

Ceritanya sama sekali tidak masuk akal, dan ada kejanggalan cerita yang begitu jelas hanya dari garis besarnya saja. Satu-satunya yang kusukai darinya adalah bahwa pemain utamanya adalah seorang pendekar penyendiri.

Mereka yang berdiri di atas semua yang lain adalah, dari definisinya, seorang penyendiri. Pahlawan sejati adalah para penyendiri. Kesendirian adalah kekuatan. Tidak memiliki ikatan pada orang lain berarti tidak ada yang perlu dilindungi. Keinginan untuk melindungi itu pada dasarnya bukan apa-apa selain kelemahan. Achilles, si pahlawan Yunani Kuno, dan Benkei, bhiksu pendekar terkuat, keduanya persis dikalahkan karena mereka memiliki kelemahan. Jika saja mereka tidak memiliki kelemahan, mereka tidak diragukan lagi akan dicatat ke dalam sejarah sebagai pemenang.

Itu masuk akal bahwa seseorang tanpa kelemahan, tanpa beban untuk dilindungi dan tanpa ikatan pada orang lain adalah yang terkuat.

Dengan kata lain, aku adalah yang terkuat.

Settingan sampah yang dipikirkan Zaimokuza itu seluruhnya berkisar pada pendekarnya yang terlalu kuat, sebegitu kuatnya sampai-sampai dia itu bisa dikatakan hack. Semua yang lain itu sampah, jadi aku menuliskannya dengan tinta merah. Ini. Adalah. Sampah. …nah, semua sudah bagus.

Baru saja sebuah perasaan puas yang menyenangkan muncul pada diriku karena mengerjakan pekerjaanku, adik kecilku Komachi selesai menyiapkan sarapan. Karena kedua orangtua kami sudah pergi bekerja, hanya Komachi dan aku yang tersisa di dalam ruang tamu.

Komachi yang mengenakan celemek meletakkan dua porsi sarapan dengan suara dentang. Jika kamu tanya aku, mengenakan sebuah celemek di atas sebuah tank top dan celana pendek itu benar-benar bukan ide yang bagus. Itu terlihat seperti dia sedang mengenakan sebuah celemek tanpa busana.

Kue scone coklat keemasan dan kopi terbentang di depanku. Oh, dan sebotol selai terjajar di sampingnya. Bau menguggah selera kue scone yang dimasak dengan sempurna dan aroma kopi yang diseduh dengan baik berkumandang dengan indah, memainkan sebuah musikal suite. Selai berbagai jenis itu juga suite (mengerti?) – ini adalah sebuah sarapan Pretty Cure[1].

“Itadakimasu,” kataku.

“Yap yap, waktunya chow chow,” lantun Komachi. “Untukku juga! Itadakimasu.” Kami berdua menepukkan tangan kami bersama dan kemudian menjejalkan kue scone ke dalam mulut kami. “Aku mencoba membuat sesuatu yang sedikit lebih eksotik untuk sarapan hari ini. Kue scone itu Ingrish, bukankah begitu?”

“…apa itu yang dimaksud ‘Ingrish’? Semacam jurus pamungkas baru?”

“Bukan, itu berarti super ala-Inggris.”

YahariLoveCom v3-015.jpg

“Kamu serius? Aku pikir sudah pasti maksudmu British.”

“Tidak mungkin, onii-chan. Tidak ada negara yang bernama British.”

“…Inggris merupakan bagian dari Britania Raya, yang dikenal secara internasional sebagai United Kingdom. Jadi gaya-UK berarti British. Hanya sedikit pengetahuan umum untukmu.”

“M-Masa Bodo! Ingrish adalah kata Jepang sekarang! Seperti hebat-o s'lamat siang-o!”

hebat-o s'lamat siang-o tidak terdengar seperti bahasa Inggris atau bahasa Jepang bagiku.

Mengabaikan alasan Komachi yang tidak meyakinkan, aku mengambil susu kental manis. Itu mengingatkanku – kamu bisa mengatakan menaruh susu kental manis ke dalam cangkirmu dan meminumnya dengan gaya Kopi Max itu begitu berala-Chiba, atau Chibash untuk singkatnya. Ketika kita sedang membicarakannya, kamu bisa menyebut sebuah anime bola basket yang latarnya pada masa depan sebagai Basquash.

“Kamu tahu,” kataku, “ketika kamu memikirkan orang Inggris, bukankah teh earl grey yang terpikir?”

“Ya, aku tahu, tapi kamu lebih menyukai kopi, onii-chan. Aku pikir itu akan membuat poin Komachiku naik.”

“Mm. Aku rasa poinmu naik sedikit. Itu bagus bagaimana sebuah sistem poin itu mudah dimengerti.”

Akan lebih bagus lagi jika pilihan “ya” dan “tidak” ditampilkan dengan jelas, sekalian dengan level sayangnya. Tidak akan ada yang namanya kesalah-pahaman jika kamu memilih “tidak” dan kamu bisa jelas-jelas melihat level sayangnya menurun, jadi menyerah bisa menjadi hal yang mudah. Aku bisa menjamin, itu saja bisa menyelamatkan pria-pria malang yang tak terhitung jumlahnya.

Selagi aku mengaduk Kopi MAX (palsu)ku dan mengutarakan jawabanku, Komachi tiba-tiba menjatuhkan kue sconenya. Wajahnya memucat dan seluruh bahunya bergetar.

“O-onii-chan, kamu sedang bertingkah aneh…”

“Huh?”

“Itu aneh! Biasanya kamu akan jengkel dan memperlakukanku seperti seorang idiot ketika aku mengucapkan hal-hal seperti ini. Aku merasakan kasih sayangmu dari sikap acuh tak acuhmu!”

“Dan kamu menyebutku aneh.” Persisnya betapa cepatnya dia menerima itu?

“Omong-omong, itu hanya lelucon.”

Begitulah yang dikatakan Komachi, tapi itu mengerikan bahwa aku tidak bisa mengetahui seberapa banyak kata-katanya yang benar-benar sebuah lelucon. Jika adik kecilku itu seorang mesum yang merasa begitu nikmat ketika diacuhkan, maka aku tidak tahu lagi bagaimana berinteraksi dengannya mulai sekarang. Itu mengangguku. Itu terlihat seakan dengan mencercanya setiap hari membuat poinnya meningkat terus menerus. Ada apa dengan kasih sayang saudara yang aneh ini?

“Onii-chan, kamu sedang bertingkah aneh akhir-akhir ini, kamu tahu? Kamu tidak ada ambisi…? Namun, itu normal bagimu. Aku mengerti – matamu terlihat aneh…? Tapi matamu memang seperti itu dari awal. Uh, jawabanmu begitu setengah-hati…? Itu juga kurang lebih bawaan dari lahir. Hm. Yang penting, kamu sedang bertingkah aneh!”

“Antara menghinaku atau mengkhawatirkanku. Pilih salah satu.” Aku tidak bisa menentukan apakah dia menyayangiku atau membenciku. “Omong-omong, akhir-akhir ini cuacanya agak lembab. Itu membuat hal-hal menjadi mudah menyimpang – seperti matamu dan tingkahmu.”

“Ooh, apa yang kamu katakan itu agak benar!”

Tampilan kekaguman Komachi yang jelas agak mengangguku sedikit. Aku membusungkan dadaku dan terkekeh dengan sombong, tapi ketika aku memikirkannya, dia sebenarnya mengatakan sesuatu yang agak kejam padaku, bukankah begitu?

“Tapi, kamu tahu, itu menyedihkan pada sekitaran bulan Juni,” aku melanjutkan. “Tidak ada hari libur umum, sering hujan, dan agak lembab. Mereka menyebut Juni bulan kesenangan, tapi tidak ada yang menyenangkan darinya. Ada apa dengan itu?”

“Itu tidak keren.”

“B-begitu ya…”

Komachi mengejutkannya seorang juri yang keras. Itu anehnya terasa terkucilkan ketika sesuatu yang kamu katakan dengan begitu bangganya ditolak mentah-mentah. Aku rasa aku sedikit lebih mengerti perasaan Hiratsuka-sensei sekarang.

Berbicara mengenai Hiratsuka-sensei, Aku sadar aku harus berangkat ke sekolah kira-kira sekarang. Aku akan dihadapkan pada tinju besinya lagi jika aku terlambat. Aku melahap sisa kue sconeku dan menyeruput kopi berala Chibaku.

“Aku harus berangkat sekarang,” teriakku pada Komachi.

“Oh, Aku akan pergi denganmu.” Pipinya digembungkan kue scone seperti wajah tupai, lalu Komachi dengan bersemangat mengganti bajunya. Aku sudah memberitahunya ini sebelumnya, tapi bisakah dia tolong berhenti berganti baju di depanku?

“Aku pergi dulu,” kataku.

Selagi Komachi membuat erangan yang dipanjang-panjangkannya di belakangku, aku berjalan keluar dari pintu dan menuju ke dunia luar, di mana udara panas dan lembab yang khas pada musim penghujan bergelung menyelimutiku.

Semenjak tur tempat kerja itu, aku tidak bisa ingat melihat langit biru cerah.


× × ×


1-2[edit]

Udara lembab itu masih tertinggal dalam bangunan sekolah. Ketidaknyamanan itu lebih diperburuk oleh keramaian yang telah berkumpul di sekitaran pintu masuk dalam kesibukan pagi ke sekolah.

Kata penyendiri membuatmu berpikir akan seseorang yang sedang bersembunyi di sudut gelap, tapi ketika kamu mencapai level penyendiriku, kamu merasa lebih baik menunjukkan kualitas penyendirimu secara terang-terangan. Dan jadi, selagi aku berdiri sendirian di sekolah, sekelilingku membentuk sebuah kantung udara seperti sebuah mata angin topan.

Pasti sulit bagi orang-orang dengan segerombol teman di sekeliling mereka, karena kelembaban yang menyebabkan suhu protein dalam tubuh mereka naik melampaui 36 derajat. Seorang penyendiri bisa melewati seluruh bagian penghujan musim panas dengan kenyamanan yang luar biasa. Dengan ventilasi yang baik, mereka dapat menjalani kehidupan sekolah yang damai.

Selagi aku sedang mengganti ke sepatu dalam ruangku di pintu masuk, aku mendongak ke atas dan menemui sebuah wajah yang familier.

“Oh…”

Yuigahama, yang sedang mengenakan sepasang sepatu slip-on yang lusuh, berpaling dengan menyolok. Dia terlihat begitu kelimpungan.

Aku tidak berpaling. “Yo,” Aku memanggilnya dengan nada suara biasaku.

“…um, hai.”

Dan tanpa mengucapkan apapun lagi, aku menyandangkan tas sekolahku pada bahuku.

Suara langkah kaki pada lantai linolium dapat terdengar. Tapi suara itu hanya datang dari salah satu dari kami. Dan suara langkah kaki itu tertelan oleh pusaran suara di sekeliling kami.

Situasi sensitif antara Yuigahama dan aku tidak berubah pada hari Sabtu dan Minggu. Situasi itu terus berlanjut dan berlanjut selama beberapa hari setelah itu sampai sebelum kami menyadarinya, sudah hari Jumat.

Dia tidak meneriakan semacam sapaan pagi padaku, dan kami tidak berjalan berdampingan sampai ke ruang kelas. Kami telah kembali ke dalam kehidupan yang begitu membosankan, persis sama seperti sebelumnya.

Oke. Aku memainkannya dengan kalem. Semuanya telah kembali ke keadaan semula.

Tidak menyebabkan masalah pada orang lain itu aspek yang tidak dapat dipisahkan saat menjadi seorang penyendiri. Mereka tidak dapat melukai orang yang tidak pernah terlibat dengannya. Mereka adalah organisme bersih, ramah lingkungan, dan diakui LOHAS.[2]

Aku mendapatkan ketenangan mentalku dengan menekan tombol ulang, sementara Yuigahama bebas untuk kembali ke kehidupan riajuunya, tidak lagi terikat oleh rasa bersalahnya. Dari semua aspek, itu bukanlah pilihan yang salah. Kamu bahkan bisa mengatakan itu adalah pilihan yang benar.

Benar-benar tidak perlu baginya untuk bersikap baik padaku karena menyelamatkan anjingnya. Itu hanyalah suatu masalah kebetulan. Itu berada pada level yang sama seperti memungut dompet seseorang yang hilang atau menyerahkan tempat dudukmu untuk orang usia lanjut. Setelah itu, kamu akan tersenyum pada dirimu sendiri dan berkata, “Whoa! Aku melakukan perbuatan yang super baik! Sekarang aku tahu bagaimana perasaan semua gaya sok aksi idiotik itu!” Perasaan sebesar itulah kira-kira.

Tidak perlu terus menguatirkan kebetulan selevel itu. Karena aku selalu ditakdirkan untuk menjadi seorang penyendiri setelah sekolah dimulai, lebih banyak alasan lagi untuk tidak perlu menguatirkanku.

Jadi aku akan mengakhiri masalah itu di sini. Menekan tombol ulang dan kembali ke kehidupan biasa kami adalah untuk yang terbaik. Kehidupan tidak memiliki tombol ulang, tapi kamu dapat mengulang hubunganmu. Sumber: diriku. Tidak ada satupun teman sekelasku yang pernah menghubungiku… tunggu, itu penghapusan, bukan mengulang. Heh.


× × ×


1-3[edit]

Les keenam akhirnya berakhir setelah begitu membosankanku.

Karena aku adalah seorang murid yang mantap dan rajin, aku tidak berbicara pada siapapun selama kegiatan belajar mengajar dan menghabiskan waktu dengan hening. Omong-omong, les keenam adalah pelajaran komunikasi lisan, jadi aku dipaksa untuk berbicara dalam bahasa Inggris dengan gadis yang duduk di sampingku, hanya untuk membuatnya mulai bermain-main dengan ponselnya pada saat kelas dimulai. Aku pikir aku akan ditegur oleh guru yang sedang mengawas, tapi karena dia tidak menyadariku berkat kemampuan unikku untuk menghapus keberadaanku, aku bisa tenang. Seperti yang bisa kuduga dari diriku.

…kecuali aku sebenarnya tidak bisa mematikan kemampuan itu.

Bahkan setelah homeroom, kemampuanku itu masih berfungsi tanpa cela. Tidak ada orang yang menyadari eksistensiku selagi aku mengemasi tas sekolahku dengan diam-diam. Siapa aku ini, mata-mata?

Sial. Para pencari bakat CIA mungkin akan mencariku. Jika aku salah paham dan malah pencari bakat AIC yang datang, aku tidak akan mengomplain – Aku akan membuat OVA Tenchi Muyo[3].

Selagi pemikiran itu melintasi otakku, sebuah keributan bodoh sedang terjadi di belakangku, seakan sedang mengatakan, “Inilah masa muda!”

Selagi mereka menunda aktivitas klub mereka, anggota klub olahraga sedang menyemangati diri mereka sendiri untuk sementara dengan mengomel-omel tentang anggota klub yang lebih tua dan penasehat mereka.

Anggota klub budaya sedang bertukar senyuman ramah dan sedang berbincang mengenai apa yang mereka bawa sebagai cemilan hari ini.

Kemudian ada mereka-mereka yang sama sekali tidak tergabung pada klub apapun, yang sedang berbicara dengan lesu dengan satu sama lain mengenai bagaimana mereka berencana menghabiskan waktu luang mereka.

Salah satu dari mereka sedang bertingkah seperti seorang badut. “Penasehat klub sepak bola libur sehari. Aku benar-benar cemburu!” katanya dengan nada keras mencolok.

Mendongak ke atas dengan santai, aku melihat Hayama dengan teman lelaki dan perempuannya. Mereka bertujuh sedang duduk membentuk satu lingkaran, dan sedang mengoceh-oceh.

Orang yang baru saja menunjukkan ketidaksenangannya adalah Oooka dari klub baseball (si perjaka opportunis). Seakan atas aba-aba, Yamato dari klub rugby (yang suka berangan-angan) mengangguk setuju.

Tobe (yang mudah heboh) segera membuat kericuhan mengenai itu. “Oh men, tapi kalian dan aktivitas klub kalian membuatku terbahak-bahak! Sial. Apa yang harus kulakukan? Apa yang harus kulakukan?”

“Urus sendiri.” Selagi Miura bermain-main dengan ponsel di tangan kanannya dengan rasa ketidak-tertarikan yang jelas, dia menjambak rambut berbentuk-bor Tobe dengan tangan kirinya. Ebina-san dan Yuigahama mengikuti di belakangnya. Si Ratu sedang memerintah dengan tangan besinya seperti biasa.

Tobe tiba-tiba bersemangat setelah dianiaya Miura. “Oh! Jadi apa Baskin-Robbin atau semacamnya tidak bagus? Atau apa itu tidak tidak bagus?”

Pada saat itu, Miura menutup ponselnya dengan suara snap. “Hm? Nah.”

dia sama sekali tidak membiarkan dia mengurusnya!

Aku secara instingtual menambahkan sebuah kalimat lucu dalam hatiku pada percakapan mereka. Setiap hari, aku sedang mengasah kemampuan komedian soloku.

Tanpa sengaja, mataku melayang ke arah Miura dan yang lain. Itu menyebabkan mataku bertemu dengan Yuigahama, yang merupakan bagian dari kelompok itu.

Dia tidak mengatakan apapun. Aku tidak mengatakan apapun.

Meskipun kami sadar akan keberadaan satu sama lain, tidak ada kata-kata yang diucapkan, dan kami hanya memandang satu sama lain secara sembunyi-sembunyi.

Itu kurang lebih mirip seperti ketika kamu memakai stasiun di lingkungan rumahmu dan berpapasan dengan teman sekelas SMPmu di pintu masuk peron stasiun yang lain. Kamu sadar, “Oh sial, itu Oofuna-kun…” dan si pria itu akan bertingkah, “Uh… siapa kamu lagi…? Hi-Hiki… meh, terserah.” Dia baru saja menyerah untuk mencoba mengingat namaku, bajingan itu.

Yang penting, itulah keadaannya. I-Itu bukan seakan orang itu tidak mengenaliku – Aku hanya memiliki memori yang bagus. Otakku hebat. Penyendiri itu mengejutkannya hebat dalam mengingat nama orang. Itu karena setiap kali seseorang berbicara pada mereka, jantung mereka akan berdetak seperti orang gila.

Ingatanku begitu bagus sampai-sampai aku mengingat nama seorang gadis yang tidak pernah sekalipun berbincang denganku. Ketika aku memanggilnya, wajahnya mengerut ketakutan. “Bagaimana pria ini tahu namaku…? Aku takut…” Tapi sudah cukup dengan cerita itu.

Yang penting, pada saat itu hubungan antara Yuigahama dan aku seperti ahli anggar sedang menaksir jarak mereka dari satu sama lain. Suasananya seperti kebuntuan sementara.

Orang yang memecahkan suasana tidak biasa itu adalah Miura.

“Aku rasa bagaimanapun juga kita sebaiknya pergi main bowling saja.”

Tanpa alasan logis apapun untuk itu, Ebina mengangguk pada usulan yang diajukan Miura. “Aku mengerti! Pinnya pasti terlihat seperti pe-”

“Ebina, tutup mulutmu itu. Usap mimisanmu,” kata seorang Miura yang muak saat dia menyerahkan selembar tisu pada Ebina. “Tutupi itu atau apa.”

Memberikan selembar tisu merupakan sebuah tingkah yang mengejutkannya baik dari Miura, tapi tidak peduli bagaimanapun kamu melihatnya, itu adalah salah satu tisu yang orang berikan di jalan yang mengiklankan layanan kencan, jadi itu agak aneh.

“Bowling sepenuhnya menabjubkan!” Tobe menyela setuju. “Men, Aku bahkan tidak bisa memikirkan apapun selain bowling!”

“Aku tahu, benar?” Miura membuat putaran kemenangan.

Tapi Hayama mengusap-usap dagunya sambil merenung, seakan dia tidak berpikiran sama. “Tapi kita juga melakukan itu minggu lalu… kenapa tidak kita main lempar panah atau semacamnya saja karena sudah lama?”

Miura mengubah nadanya dalam sekejap. “Jika kamu bilang begitu, Hayato,” lantunnya. Sebetapa bermuka-duanya kamu itu?

“Ayo kita pergi, kalau begitu?” kata Hayama selagi dia berdiri dari kursinya dan mulai berjalan. “Beritahu aku jika ada di antara kalian yang belum pernah main sebelumnya jadi aku bisa mengajari kalian.”

Miura, Tobe dan Ebina-san mengikutinya. Tapi, setelah menyadari satu orang lagi sedang tertinggal di belakang, Miura berpaling dan memanggilnya.

“Yui, apa yang sedang kamu lakukan? Ayo!”

“…oh, uh… um, oke! Aku datang!”

Yuigahama, yang telah menjadi anggota pasif dalam percakapan itu sampai barusan tadi, bergerak mengengam tas sekolahnya seakan karena kaget. Dia berdiri dan lalu setengah berlari, tapi ketika dia berpapasan ke sampingku, langkahnya melambat.

Apa dia mungkin terperangkap ke dalam keraguan? Tentang apa dia seharusnya pergi bersama Miura dan yang lain seperti yang sedang dilakukannya sekarang atau apa dia seharusnya pergi ke Klub Servis saja? Aku tidak akan terkejut – dia itu gadis yang baik. Meskipun dia tidak ada alasan untuk perduli denganku.

Dan namun, meskipun aku memberitahunya jangan khawatir, di sini dia terperangkap ke dalam jurang antara dua dunianya dan sedang tersiksa karenanya.

Ini bukanlah bagaimana keadaannya seharusnya. Penyendiri tidak pernah membuat masalah pada orang lain.

Aku memutuskan untuk meninggalkan tempat ini terlebih dulu. Hikigaya Hachiman mundur dengan keren[4]. Aku terlalu keren untuk sekolah, jika kamu mau tahu betapa kerennya diriku.

KEREN! KEREN! KEREN!

Selagi aku berusaha yang terbaik untuk tidak melihat ke arah Yuigahama, aku dengan sembunyi-sembunyi menyelinap keluar dari ruang kelas.


× × ×


1-4[edit]

Di dalam ruangan spesial lantai empat, Yukinoshita Yukino sedang duduk di tempat biasanya tepat di tengah-tengah Klub Servis dengan ekspresi dingin, dan terus samanya itu.

Apa yang berbeda darinya adalah bahwa dia sedang membaca sebuah majalah fashion daripada novel bersampul tipis yang biasa dibacanya. Betapa tidak seperti dirinya.

Kalau aku mau mencari hal lain yang telah berubah, itu adalah bahwa dia telah berganti pada kode pakaian musim panas. Daripada mengenakan jaketnya, dia memakai rompi musim panas yang ditentukan sekolah. Ditentukan sekolah merupakan sebuah sinonim untuk gaya pakaian jelek, tapi Yukinoshita memancarkan aura anggun ketika dia mengenakannya, dan dia terlihat begitu anehnya cocok mengenakannya.

“Yo,” kataku.

Yukinoshita membuat helaan yang pendek dan singkat. “Oh, itu kamu, Hikigaya-kun.” Matanya langsung turun ke majalah fashion itu.

“Um, bisakah kamu berhenti bereaksi seperti gadis yang baru saja ditetapkan untuk aku duduk di sampingnya? Itu sebenarnya agak menyakitkan.”

Tidak ada kegiatan sekolah yang melahirkan trauma seperti pergantian tempat duduk. Itu mengeluarkan benih trauma dalam kehidupan santai biasamu. Tidak, itu tidak benar-benar membuat drama, tapi itu semua sangat buruk karena kegiatan itu mengeluarkan sifat asli orang.

Pergantian tempat duduk bulanan kurang lebih merupakan contoh utama untuk itu.

“Serius, mengapa mereka memperlakukanku seperti bau yang busuk ketika aku bahkan tidak membuat kesalahan apapun? Mereka mencabut undian dan ketika mereka berakhir harus duduk di sampingku mereka mengerang atas kesialan mereka, astaga.”

“Jadi kamu mengakui bahwa tempat duduk di sampingmu itu yang paling tidak menarik…”

“Aku tidak mengatakan itu sendiri tempat duduk yang paling tidak menarik. Itu tambahanmu sendiri.”

“Aku minta maaf. Aku kuatir aku tidak sedang berpikir,” kata Yukinoshita dengan kekekan kecil. (Walau kurang kesadarannya itu adalah apa yang membuat begitu banyak penderitaan yang tidak perlu…) “Aku baru saja berbicara lagi tanpa berpikir, jadi tolong jangan hiraukan itu. Aku pikir sudah pasti kamu sedang berbicara mengenai Yuigahama-san.”

“Oh, jadi begitu kejadiannya, huh?”

Yukinoshita memiliki alasan yang bagus memikirkan seperti yang dipikirkannya. Yuigahama tidak menunjukkan wajahnya di ruangan klub selama beberapa hari ini. Mungkin Yukinoshita telah berharap Yuigahama mau datang hari ini.

“Kemarin dulu dia ada pemeriksaan fisik di dokter hewan, dan kemarin dia ada urusan untuk dilakukan di rumah…” Yukinoshita berbisik pelan selagi dia menatap layar ponselnya. Dia mungkin sedang melihat pesan teks yang dikirim Yuigahama padanya – pesan yang tidak pernah sampai padaku.

Tentu saja, aku mendapati diriku sedang bertanya-tanya apa Yuigahama akan datang menjalani aktivitas klub hari ini. Jika dia datang, maka tidak diragukan lagi dia akan bertingkah kaku di dekatku seperti yang dilakukannya pagi ini.

Aku terlalu paham apa yang akan terjadi dari jenis interaksi ini. Kami akan berakhir semacam menjauhi satu sama lain dan tidak benar-benar berkomunikasi lagi, dan pada akhirnya, kami akan sama sekali berhenti menemui satu sama lain. Sumber: diriku.

Teman sekelas SDku, teman sekelas SMPku – itulah bagaimana aku berhenti menemui mereka semua. Hal yang sama mungkin akan terjadi dengan Yuigahama.

Suasananya hening di dalam ruang klub.

Suara satu-satunya yang bisa terdengar adalah suara halus dari Yukinoshita yang sedang membalik halaman majalahnya.

YahariLoveCom v3-027.jpg

Itu mengingatkanku. Klub kami penuh dengan kericuhan belakangan ini. Pada awalnya, ketika hanya Yukinoshita dan aku di sekitar sini, keheningan berkuasa. Ketika keheningan tidak berkuasa, kami berdua hanya akan mengumpat satu sama lain.

Dalam hanya satu atau dua bulan, ini semua telah menjadi suatu hal di masa lampau, dan selagi aku menatap kosong ke arah pintu, Yukinoshita membuka mulutnya seakan dia telah melihat isi pikiranku. “Jika kamu sedang menunggu Yuigahama-san, dia tidak akan datang hari ini. Aku baru saja menerima pesan teks darinya.”

“B-begitu ya… t-tidak seperti aku sedang mengkhawatirkan Yuigahama atau semacamnya!”

“Aku tidak mengerti nada negatifmu itu…”

Selagi rasa lega menyapu diriku, aku mengalihkan perhatianku dari pintu itu dan melihat ke arah Yukinoshita. Dia sedang menghela lembut.

“Aku heran apa Yuigahama-san tidak lagi berniat untuk datang…”

“Mengapa kamu tidak tanya dia?”

Yuigahama masih menjaga hubungan dengan Yukinoshita, jadi dia mungkin akan menjawab Yukinoshita jika dia bertanya.

Tapi Yukinoshita menggeleng kepalanya dengan lemah. “Aku tidak akan bertindak sejauh itu. Jika aku menanyakannya, dia mungkin akan berkata dia akan datang. Meskipun, mungkin, dia tidak mau… dia kemungkinan besar akan melakukannya juga.”

“Ya, kurasa…”

Yuigahama Yui adalah orang semacam itu. Dia memprioritaskan hal lain di atas perasaannya sendiri. Dan jadi dia bahkan akan berbicara dengan seorang penyendiri dan membalas pesan teksnya.

Tapi itu adalah kebaikan dan simpati serta kewajiban belaka. Dan namun hanya semua itu yang diperlukan bagi seorang laki-laki dengan pengalaman sedikit untuk salah memahami dia. “H-huh? M-Mungkinkah dia itu menyukaiku?” Itu semua terlalu mudah untuk menjadi beban bagi dia. Aku ingin semua ini bisa lebih mudah untuk diterima dan dihadapi, aku benar-benar ingin.

Mungkin kita semua akan bernasib lebih baik jika pesan teks dari para gadis dibuat oleh piranti lunak otomatis yang tertulis dalam bahasa Jepang yang kaku dan formal. Jika begitu, para lelaki tidak akan menderita akan harapan-harapan yang tidak realistis.

…tunggu. Aku bisa benar-benar mendapat uang dari ini.

Selagi aku sedang berkhayal mengenai mendapatkan rezeki besar dengan segera, Yukinoshita menatapku dengan hening. Ditatapi dengan sebegitu intensnya membuat jantungku berdebar. Karena takut.

“K-Kamu perlu sesuatu?”

“…apa sesuatu terjadi antara kamu dan Yuigahama-san?”

“Nah, tidak ada apa-apa,” jawabku dengan segera.

“Jika tidak ada apa-apa, aku tidak percaya Yuigahama-san akan berhenti datang. Apa kalian bertengkar?”

“Tidak, kami tidak bertengkar, kurasa.” Aku tiba-tiba terdiam dengan sendirinya mendengar apa yang dikatakan Yukinoshita.

Hanya saja, itu bukanlah sebuah kebohongan. Aku tidak ada cara untuk menilai apakah itu sebuah pertengkaran atau bukan. Dari awalpun aku tidak cukup dekat dengan siapapun untuk bisa bertengkar dengan mereka. Penyendiri itu pecinta damai, kamu tahu. Sebelum tidak-menentang ada tidak-berhubungan. Jika kamu memikirkannya dari sudut pandang sejarah, aku itu kurang lebih mirip Gandhi.

Satu-satunya jenis pertengkaran yang aku tahu adalah pertengkaran saudara, dan itu semua tinggal sejarah pada saat aku menyelesaikan pendidikan SD. Komachi akan selalu mengadukanku pada ayahku dan itu akan menghabiskan semua HPku bahkan sebelum pertengkarannya dimulai. Jika kami bertengkar ketika ayah kami tidak ada disana, dia akan mengaktifkan kartu perangkapnya (baca: ibu kami), dan itu akan menjadi kekalahanku bagaimanapun juga.

Orangtuaku akan merepetiku, dan kemudian pada saat makan malam kami akan berdamai dan duduk bersama berdekat-dekatan di meja, dan itu akan menjadi akhir pertengkaran saudara kami.

Selagi aku merenungkan semua ini, Yukinoshita membuka mulutnya lagi seakan atas aba-aba. “Yuigahama-san itu tidak dapat menjaga rahasia dan tidak bermartabat. Dia mengatakan hal-hal tanpa berpikir, dia terus menerus menerobos ke dalam ruang pribadi seseorang, dia berbohong untuk keluar dari masalah, dan dia ribut.”

“Kamu terdengar seperti kamu-lah yang bertengkar dengannya…”

Yuigahama mungkin akan menangis jika dia mendengar semua itu.

“Jangan potong aku. Dia memiliki banyak kelemahan, tapi… tapi dia bukanlah orang yang jahat.”

Dapat diduga, dia sedang menyebutkan kelemahan-kelemahan Yuigahama sebelum menyimpulkan dia bukanlah orang yang jahat dan bahwa kesalahannya itu tidak serius. Namun, ketika aku melihat bagaimana dia merona dan berpaling dengan sembunyi-sembunyi selagi suara gugamannya melemah sampai hening, aku mengerti bahwa ini adalah pujian tertinggi yang pernah diutarakan Yukinoshita. Yuigahama mungkin akan menangis jika dia mendengar semua ini – karena bahagia.

“Nah, Aku juga mengerti. Kami tidak benar-benar bertengkar atau apa. Dari awalpun kamu hanya bisa bertengkar dengan orang jika kamu dekat dengan mereka, kira-kira. Jadi itu benar-benar bukan sebuah pertengkaran tapi lebih condong ke…”

Selagi suaraku melemah dan aku menggaruk kepalaku dengan berapi-api , Yukinoshita meletakkan tangannya ke dagunya sambil merenung. “Sebuah perselisihan, mungkin?”

“Ah, hampir mendekati tapi salah. Bukan tebakan yang buruk, kurasa.”

“Kalau begitu, sebuah pertarungan?”

“Semakin menjauh.”

“Kalau begitu, sebuah pembantaian.”

“Apa kamu tidak mendengarku? Kamu benar-benar melenceng.”

Mengapa dia sedang memikirkan situasi yang makin lama makin bengis? Instingnya itu terlampau mirip dengan Oda Nobunaga.

“Jadi… kalian sedang memiliki masalah komunikasi, mungkin?”

“Mm, kurang lebih.”

Pasti itu kejadiannya. Semua kerja keras itu untuk mendaptkan peta Masayuki[5]. Ada satu kali pada saat SMP ketika kelas sedang memakai alat komunikasi nirkabel dan mereka semua sedang bertingkah seperti, “Siapa 8man ini?”

Tapi men, aku benar-benar berharap mereka berhenti memakai fungsi komunikasi nirkabel dalam game-game. Aku masih baik-baik saja dengan bermain secara kompetitif dalam internet, tapi sebuah game yang didasarkan pada komunikasi tatap muka itu sudah pasti adalah “kematian bagi para penyendiri”. Berkat itu, aku tidak bisa mengevolusi Pokemonku dan melengkapi Pokedexku.

“Begitu ya. Jadi tidak ada yang bisa dilakukan.” Yukinoshita menutup majalahnya dengan helaan kecil. Di balik kata-kata acuh tak acuhnya itu, tingkah lakunya pasrah, dan dia terlihat begitu rapuh sekali.

Dengan itu, dia berhenti menanyakan pertanyaan. Yukinoshita dan aku mempertahankan jarak biasa kami.

Cara kami mempertahankan jarak mental kami dengan orang lain mungkin agak sama. Dia akan berbicara mengenai peristiwa-peristiwa belakangan ini dan topik-topik khusus, tapi itu cukup jarang baginya untuk menganggu privasi seseorang. “Berapa usiamu?” “Dimana kamu tinggal?” “Kapan hari ulang tahunmu?” “Apa kamu ada saudara?” “Dimana orangtua kalian bekerja?” Aku tidak pernah mendengarnya menanyakan pertanyaan-pertanyaan semacam itu.

Aku dapat menebak sejumlah alasan untuk itu. Mungkin dia tidak tertarik dengan hobi orang lain, atau mungkin dia tidak mau menginjak ranjau. Atau mungkin dia hanya tidak pandai menanyakan pertanyaan, karena penyendiri cenderung demikian. Tanpa alasan logis apapun di balik itu, menanyakan pertanyaan membuat mereka merasa sangat tidak nyaman.

Tanpa mencampuri atau menyiangi ladang orang, para penyendiri menilai satu sama lain seperti para pesilat dalam duel.

“Kamu tahu bagaimana keadaannya itu dalam situasi seperti ini. Ini adalah salah satu dari pertemuan sekali seumur hidup itu. Jika ada pertemuan pasti selalu ada perpisahan.”

“Kata-kata indah, tapi kamu salah mengartikan maknanya…” kata Yukinoshita dengan muak, walau sungguh, kehidupan itu penuh dengan pertemuan sekali seumur hidup ini.

Itu seperti saat-saat SD, ketika beberapa teman sekelasku pindah ke sekolah lain. Meski ketika mereka berjanji untuk menulis surat, aku satu-satunya yang tidak diberi balasan dan aku tidak pernah lagi mengirimkan surat lain. Walau, aku memang mendapat balasan dari Kenta-kun[6]

Seorang pria bijak tidak mencari bahaya; dia tidak berlama-lama di suatu tempat. Itu mungkin satu-satunya cara untuk tidak kalah dari resiko..

“Dan namun… untuk terus berhubungan dengan orang memang mengejutkannya suatu hal yang sulit,” bisik Yukinoshita. “Hubungan bisa putus dengan begitu mudah karena hal yang begitu sepele.”

Matanya penuh dengan kepedihan yang diarahkan pada dirinya sendiri.

Pada saat itu, pintunya tiba-tiba terhempas terbuka dengan suara kreak.

“Tapi kamu juga bisa memperbaiki hal-hal sepele ituu, Yukinoshita. Masih belum saatnya untuk menyerah.”

Orang yang menyemburkan kalimat-kalimat keren itu sesuka hatinya selagi dia berjalan ke arah kami, dengan jas putihnya sedang melambai-lambai, tidak lain dan tidak bukan adalah musuh bebuyutanku Hiratsuka-sensei.

“Sensei, ketuk dulu…”

Sepennuhnya mengabaikan tuntutan Yukinoshita, Hiratsuka-sensei memeriksa ruangan itu. “Hm. Jadi Yuigahama sudah tidak muncul selama seminggu sekarang, huh… Aku pikir kalian sudah akan melakukan sesuatu akan itu sekarang. Jangan beritahu aku kamu memiliki penyakit serius sampai sekarang. Betapa seperti dirimu,” katanya dengan kekaguman yang salah letak.

“Um, sensei… apa yang anda inginkan?” tanyaku.

“Oh, benar. Hikigaya, Aku memberitahumu mengenai itu sebelumnya – tentang persyaratan-persyaratan 'kontes' hipotesismu.”

Mendengar kata kontes membuatku ingat. Memang, itu adalah sesuatu tentang memutuskan siapa yang lebih hebat dalam menolong orang – Yukinoshita atau aku. Robattle[7]! Sesuatu seperti itu – bukan Robonpon[8]. Dengan tingkah yang begitu mengingatkan orang dengan sebuah perusahaan game, Hiratsuka-sensei telah mengumumkan bahwa dia mau mengubah bagian-bagian peraturannya. Urusannya hari ini mungkin ada hubungannya dengan peraturan barunya ini.

“Aku datang untuk mempersembahkan peraturan yang baru.” Hiratsuka-sensei melipat lengannya dan membayangi diri kami. Yukinoshita dan aku mengatur sikap kami dan duduk tegak dengan penuh perhatian.

Melihat ke arah kami berdua secara bergantian, Hiratsuka-sensei menghela puas. Tingkah laku santainya itu malah membangkitkan perasaan cemas dalam diriku. Di sana begitu hening sampai-sampai kamu bisa mendengar suara peniti jatuh.

Untuk memecahkan keheningan yang tak tertahankan ini, Hiratsuka-sensei membuka mulutnya dengan serius.

“Kalian membunuh satu sama lain sampai tinggal sisa satu orang[9].”


× × ×


1-5[edit]

“…sungguh kuno.”

Kamu bahkan tidak akan melihatnya di Friday Roadshow[10] akhir-akhir ini. Juga, mengapa mereka terus menayangkan siaran ulang Laputa? Aku sudah ada DVDnya, jadi hentikan itu. Tayangkan Tales from Earthsea, lontong. Toh, aku masih belum membeli film itu.

Dipikir-pikir lagi, anak SMA zaman sekarang bahkan tidak akan tahu Battle Royale, pikirku saat aku melihat ke arah Yukinoshita. Yukinoshita sedang melihat ke arah Hiratsuka-sensei dengan jenis tatapan yang biasanya kamu pakai untuk sampah di pinggir jalan.

Dengan pemahaman tajam akan apa yang dimaksud dari tatapan menusuk Yukinoshita, Hiratsuka-sensei terbatuk dengan malu-malu. “Ahem. Y-yang penting! Untuk menyederhanakannya, kita memakai aturan Battle Royale. Membuat pertarungan tiga-arah adalah sebuah cara jitu untuk memperpanjang manga aksi. Singkatnya, itulah bagaimana bagian-bagian ceritanya dibuat di Y@iba[11].”

“Datang lagi judul klasik lain…”

“Karena ini adalah sebuah battle royale tiga arah, tentu saja akan ada aliansi juga. Tidak hanya kalian akan menepis satu sama lain, kalian juga akan bernasib lebih baik untuk meminjamkan kekuatan kalian pada satu sama lain.”

Begitu ya. Itu benar bahwa bersekongkol dengan petarung yang lebih lemah dan kemudian membunuh mereka nanti adalah sebuah taktik umum dalam sebuah battle royale.

“Jadi apa yang anda katakan itu bahwa Hikigaya-kun selalu bertarung dalam posisi tidak menguntungkan…”

“Kurang lebih.” Aku menerima skenario itu tanpa perlawanan apapun. Tidak peduli bagaimanapun kamu memikirkannya, itu akan berakhir dalam aturan “aku lawan dua”.

Tapi, berlawanan dari tingkah pasrahku, Hiratsuka-sensei membentuk senyuman tidak kenal takut. “Tenang. Kali ini, anggota baru boleh direkrut sesuka hati. Tentu saja, kalian-lah yang melakukan perekrutannya. Dengan kata lain, kalian bisa menambah jumlah rekan kalian melalui tindakan kalian. Tangkap Mereka Semua[12]! Incar 151!”

Hiratsuka-sensei berkata dengan begitu berwibawa pada subjek ini, tapi jumlah rekan yang dia sebutkan benar-benar menunjukkan usianya. Sekarang ini jumlahnya sudah mendekati 500, kamu tahu.

Tapi ayolah, menambah jumlah rekanmu itu mudah di mulut tapi sulit dilakukan.

“Bagaimanapun itu, peraturan ini tidak menguntungkan bagi Hikigaya-kun,” kata Yukinoshita. “Dia tidak cocok untuk merekrut.”

“Agak lucu mendengar itu darimu…” kataku.

“Apa? Aku hanya meminta kalian untuk merekrut satu orang,” tegas Hiratsuka-sensei. “Tidak usah berpikir terlalu keras mengenai itu.”

Yah, ketika dia mengatakannya seperti itu, dia benar. Itu bukan benar-benar soal menjadi yang paling hebat, yang tidak pernah dicapai siapapun.[13]

Sebenarnya, orang yang paling hebat dalam hal semacam ini adalah Yuigahama, yang tidak ada di sini lagi. Seakan juga menyadari hal itu, ekspresi Hiratsuka-sensei murung sedikit.

“Dipikir-pikir lagi, Yuigahama itu sudah tidak datang kemari belakangan ini… ini adalah sebuah kesempatan bagus. Meskipun itu berarti mengisi posisi yang kosong, kalian perlu mengambil kesempatan ini untuk mendapatkan seorang anggota klub yang baru,” kata Hiratsuka-sensei, membuat Yukinoshita segera mengangkat wajahnya karena terkejut.

“Tunggu dulu sebentar. Itu tidak seperti Yuigahama-san kelu-”

“Itu sama saja jika dia tidak pernah muncul. Aku tidak membutuhkan seorang anggota hantu.”

Sesaat setelah aku melihat tampang di wajahnya, suasana menyenangkan barusan lenyap. Yukinoshita dan aku menciut melihat tatapan Hiratsuka-sensei yang dingin dan keras.

“Kalian terjebak dalam suatu kesalah-pahaman, ya?” Dia tidak mengatakannya seperti sebuah pertanyaan. Dari caranya mengucapkannya, itu adalah teguran tersirat yang dimaksudkan untuk membangkitkan rasa bersalah dalam diri kami.

Yukinoshita dan aku terdiam, tidak mampu untuk menjawab.

“Ini bukanlah sebuah klub bagi kalian untuk bermain sobat-sobatan,” Hiratsuka-sensei meneruskan. “Pergi ke tempat lain untuk omong kosong remaja plin-plan kalian. Kalian berada di sini untuk mengubah diri kalian menjadi lebih baik. Bukan tempat untuk menjadi terlena dan berbohong pada diri kalian sendiri.”

Hening.

Dengan mulutnya tertutup rapat, Yukinoshita dengan sembunyi-sembunyi mengalihkan pandangannya dari mata Hiratsuka-sensei.

“Klub Servis bukanlah suatu permainan. Itu adalah sebuah aktivitas klub yang diakui di SMA Soubu. Dan, seperti yang kalian tahu, kalian hanya berurusan dengan orang-orang tak termotivasi sampai pendidikan wajib berakhir. Orang-orang datang ke tempat ini atas kemauan mereka sendiri, dan mereka-mereka yang tak terdedikasi tidak ada pilihan selain keluar.”

Motivasi dan dedikasi, huh…?

“P-Permisi… bolehkah aku keluar karena aku tidak ada motivasi ataupun dedikasi untuk ini…?”

“Kamu pikir kamu ada pilihan dalam hal ini ketika kamu sedang dihukum?” Hiratsuka-sensei membunyikan kepalan jarinya dan menatap tajam padaku.

“A-Aku rasa begitu…” Jadi aku benar-benar tidak bisa lari dari ini, huh…

Setelah dia selesai menghadapkanku pada intimidasi kecilnya, Hiratsuka-sensei berpaling pada Yukinoshita. Bahkan selagi Yukinoshita terus berwajah-kaku, itu mudah untuk melihat betapa tidak senangnya dia.

Telah menyadari itu, Hiratsuka-sensei tersenyum dengan agak gelisah. “Tapi kamu tahu, berkat Yuigahama, aku sekarang sadar bahwa ada korelasi yang positif antara aktivitas klub dengan jumlah anggota klub. Itu akan bagus untuk memiliki satu anggota lain untuk menyeimbangkan keadaannya. Dengan itu… kalian memiliki waktu sampai Senin untuk mencari seorang pengganti yang memiliki motivasi dan dedikasi untuk berada dalam klub ini.”

“Seseorang yang memiliki motivasi dan dedikasi pada hari Senin… sungguh pesanan yang terperinci… hei, bukankah ini akan berakhir dengan diriku dimakan oleh seekor kucing liar?”

“Kamu benar-benar suka Miyazawa Kenji…[14]” ujar Yukinoshita.

Itu adalah sebuah perbincangan yang hanya bisa terjadi antara murid-murid masing-masing dengan peringkat satu dan tiga dalam bahasa Jepang.

Namun, jika Senin adalah batas akhir waktunya, kalau begitu kami hanya memiliki empat hari jika kami memasukkan hari ini dan hari Senin itu sendiri. Menemukan seseorang yang termotivasi untuk bergabung dengan Klub Servis dan terdedikasi untuk mengubah diri mereka untuk menjadi lebih baik dalam jangka waktu tersebut merupakan tugas yang begitu sulit, menurutku. Apa ini? Kisah pemotong bambu? Ah, jadi mungkin ini mengapa Hiratsuka-sensei tidak bisa menikah. Persis seperti Kaguya-hime, dia harus pulang ke rumah cepat atau lambat[15].

“Anda itu tiran…” kataku dengan getir. Kata-kata itu menyelip keluar dengan mudahnya.

Hiratsuka-sensei tersenyum lebar. “Aku minta maaf kamu berpikir seperti itu. Ini adalah caraku bersikap baik padamu.”

“Aku tidak melihat kebaikan apapun…”

“Tidak masalah jika kamu tidak bisa melihatnya. Baik, aktivitas klub hari ini sudah selesai. Waktunya untuk berpikir tentang menyelesaikan tugasnya,” kata Hiratsuka-sensei selagi dia mendorong Yukinoshita dan aku keluar dari ruangan itu. Saat dia menghempaskan pintunya, tas sekolah kami jatuh ke lantai di luar ruangan itu.

Dia segera mengunci pintunya, dan setelah itu dia mulai berjalan pergi dengan cepat.

Yukinoshita memanggil pada punggungnya. “Hiratsuka-sensei. Aku ingin memastikan satu hal, dan itu kami diizinkan untuk mengisi kekosongannya dengan siapapun, benar?”

“Benar, Yukinoshita.” Dan dengan satu pernyataan tunggal dan singkat itu, Hiratsuka-sensei pergi.

Hanya, ketika dia berpaling ke belakang dari bahunya, aku dapat melihat semacam senyuman di wajahnya.

Selagi kami melambai sampai jumpa pada Hiratsuka-sensei, Yukinoshita dan aku melihat satu sama lain.

“Jadi, bagaimana kamu berencana untuk mengisi kekosongan ini?” tanyaku.

“Siapa tahu. Aku tidak pernah sekalipun mengajak seseorang jadi aku tidak akan tahu. Tapi aku memang kebetulan mengenal seseorang yang hampir mau bergabung.”

“Siapa? Totsuka? Totsuka, benar? Itu harus Totsuka.”

Tidak ada orang lain yang terlintas pada pikiranku. Aku tidak dapat memikirkan siapapun selain Totsuka.

Yukinoshita memperlakukan kecintaan tak berujungku pada Totsuka dengan rasa jemu. “Salah. Walau dia mungkin akan bergabung jika diminta…” timbangnya . “Apa tidak ada cara yang lebih sederhana?”

Begitulah yang dikatakan Yukinoshita, tapi benar-benar tidak ada banyak orang lain yang berbicara dengan kami. Ketika aku memikirkannya, aku rasa ada juga Hayama Hayato, salah satu riajuu murni yang langka. Dia mungkin bisa membantu kami jika kami memintanya, kurasa. Tapi aku ragu dia memenuhi kategori termotivasi dan terdedikasi. Aku benar-benar tidak dapat memikirkan siapa-siapa lagi. Hm? Zaimokuza? Sungguh ejaan yang aneh untuk sebuah nama. Jadi siapa dia itu lagi?

Selagi aku kehilangan minatku dalam rentetan pemikiran itu, Yukinoshita melihat ke arahku dan membuat helaan kecil.

“Kamu tidak mengerti? Aku sedang membicarakan tentang Yuigahama-san.”

“Huh? T-Tapi bukankah dia sudah keluar?” kataku.

Yukinoshita menjentikkan rambutnya ke belakang bahunya dan melihat padaku dengan tatapan yang tidak diragukan lagi bertekad baja. Di sana, aku tidak dapat melihat sedikitpun kepasrahan yang ditunjukkannya sampai barusan tadi.

“Jadi kenapa?” tanyanya. “Kita hanya perlu membuatnya untuk bergabung lagi. Hiratsuka-sensei memang mengatakan itu tidak ada masalah selama kekosongan itu terisi.”

“Ya, kurasa…”

Memang, mengisi kekosongan saja akan menyelesaikan masalahnya. Namun, kurangnya motivasi itu menghancurkan rencana tersebut. Bagaimanapun juga, dari awalpun Yuigahama tidak akan pernah datang ke ruangan klub kecuali kami memperbaiki motivasinya.

Yukinoshita sendiri sepertinya sudah menyadari hal ini, karena dia mengusap dagunya dengan ragu-ragu. “Bagaimanapun juga,” katanya setelah berhenti sejenak, “Aku akan mencoba menyusun cara untuk mengembalikan Yuigahama-san ke dirinya yang biasa.”

“Kamu benar-benar termotivasi,” kataku, membuat Yukinoshita tersenyum getir pada dirinya sendiri.

“Memang.” Dia terdiam untuk sejenak. “Aku baru saja menyadari hal ini barusan, tapi aku sudah menyukai dirinya dalam dua bulan ini.”

Aku menatapnya dengan tercengang. Bagi Yukinoshita untuk mengutarakan hal semacam itu…

Kaget dengan keheninganku, wajah Yukinoshita memerah sedikit. “A-Apa? Kamu memiliki tampang aneh di wajahmu.”

“Oh, nah. Tidak ada apa-apa. Dan aku tidak memiliki tampang aneh di wajahku, yang benar saja.”

“Ya, ada.”

“Tidak, tidak ada.”

“Izinkan aku untuk meralat ucapanku. Kamu sekarang sedang memiliki tampang aneh di wajahmu.”

Yukinoshita mulai berjalan seakan memberitahu dirinya untuk maju. Dari samping wajahnya, aku tidak bisa melihat sedikitpun rasa depresi barusan, hanya ada ekspresi yang benar-benar percaya diri. Yukinoshita sudah kembali.


Mundur ke Perseteruan Pedang Ganda dan Kemalangan Dunia Terbalik Kembali ke Halaman Utama Lanjut ke Bab 2

Catatan Translasi[edit]

<references>

  1. Referensi pada Suite Pretty Cure, serial anime gadis magis yang ditujukan pada gadis remaja. Dan jika kamu tidak mengerti permainan kata Hachiman, suite = sweet.
  2. LOHAS = Lifestyles of Health and Sustainability (Gaya Hidup Sehat dan Tertopang). Mengacu pada pelanggan yang mencari gaya hidup yang ramah lingkungan.
  3. AIC adalah sebuah studio anime. Tenchi Muyo adalah seri anime harem klasik. OVA singkatan dari “Original Video Animation”.
  4. Referensi pada meme Jojo Bizzare Adventure: "Speedwagon mundur dengan keren".
  5. Sebuah peta penuh dengan monster langka di Dragon Quest IX, yang bisa didapatkan pemain menggunakan alat komunikasi nirkabel Nintendo DS.
  6. Kentucky
  7. Seruan waktu bertarung di Game Medabots
  8. Game dengan sistem pertarungan yang mirip Pokemon
  9. Kutipan dari Battle Royale
  10. Tayangan TV yang menayangkan film di akhir pekan.
  11. Yaiba. Manga shonen tua tentang samurai.
  12. Slogan Pokemon.
  13. Slogan Pokemon
  14. Miyazawa Kenji adalah seorang penulis cerita anak yang populer. Ini adalah referensi pada The Restaurant of Many Orders (Restoran dengan Banyak Pesanan), yang bisa dibaca dalam bahasa Indonesia disini: Restoran dengan Banyak Pesanan
  15. The Tale of the Bamboo Cutter (Kisah Pemotong Bambu) adalah dongeng Jepang terkenal mengenai Tuan Putri Kaguya, yang berasal dari bulan. Dia pada akhirnya harus kembali ke tempat dia berasal, dan jadi dia menolak untuk menikahi bangsawan-bangsawan kaya manapun dan bahkan menolak menikahi sang raja sendiri. Supaya tidak menikah, dia membuat tugas-tugas yang tidak mungkin dilakukan untuk peminangnya.