Editing
Oregairu (Indonesia):Jilid 3 Bab 5
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===5-4=== Seperti Klub Servis, ruangan klub UG berada di dalam bangunan khusus - hanya saja ada di lantai yang berbeda. Ruangan kami terletak di lantai empat, sementara ruangan mereka berada di lantai dua. Ruangan klub mereka mempunyai tipe ruangan yang sama seperti salah satu ruangan kecil yang dipakai sebagai ruangan persiapan lab<!--preparation room-->. Ruangan klubnya masih baru<!--brand new--> berkilau, seperti yang ditandai oleh kertas yang secara ajaib ditempelkan di pintu dengan hanya “Klub United Gamers” tertulis di atasnya. “Yah, ayo kita pergi…?” Ternyata<!--As it turn out-->, kami berakhir datang jauh-jauh kemari. Aku melihat ke belakang pada Zaimokuza, Yukinoshita dan Yuigahama. Si Zaimokuza yang angkuh membuat dengusan sombong. Si Yukinoshita yang tak berekspresi tidak menunjukkan reaksi apapun. Dan si Yuigahama yang sedikit tidak nyaman itu sedang berdiri agak jauh. “…apa yang akan kamu lakukan?” tanyaku pada Yuigahama, merasakan dia mengikuti di belakang kami dan ingin memastikannya hanya untuk berjaga-jaga. Sebagai seorang anggota klub, dia sudah tidak muncul selama beberapa hari sekarang, dan dengan keadaannya sekarang ini, aku tidak bisa tahu apakah dia akan datang kali ini juga. Jika dia sudah bertekad untuk menghilang perlahan-lahan seperti ini<!--bent on fading away from the picture like this-->, maka demi dirinya, kami lebih baik tidak memaksanya untuk datang dengan kami. “A-Aku akan pergi…” kata Yuigahama, mencengkram lengannya dengan erat. “Aku akan pergi, tapi… hei, Hikki, apa kamu ada seorang pacar?” Dia baru saja menanyakanku sebuah pertanyaan yang begitu tidak logisnya sampai aku pikir aku mau mati. Kamu tahu, “tapi” itu sebuah kata paradoxal. Kata itu membuat hubungan antara bagian pertama dan bagian kedua kalimat itu dengan cara yang aneh.<!--It cast the relationship between the first part and the second part of the sentence in an odd light.--> “Nah, tidak.” “Sungguh pertanyaan yang bodoh, Yuigahama-san,” kata Yukinoshita selagi dia mengetuk kepala Yuigahama dengan pelan untuk menegurnya. “Itu tidak memungkinkan bagi pria muda ini untuk bahkan memiliki hubungan normal dengan jenis kelamin manapun.” “Jangan ejek aku. Aku tidak perlu seorang pacar. Bagiku, tidak ada yang lebih menderita dibanding mendapati waktuku dirampas dariku. Jika dia meneleponku menangis-nangis atau apa di tengah malam selagi aku sedang tidur, aku yakin aku akan putus dengannya di tempat.” Mengapa semua riajuu-riajuu itu harus mengomplain terang-terangan mengenai masalah cinta mereka? Itu seperti orang-orang tua yang menyombongkan tentang masalah kesehatannya atau seorang pegawai kantor menyombongkan tentang kesibukannya. Kamu bia melihat begitu banyak masochisme dalam kesombongan mereka sampai kamu bahkan tidak bisa geram. Apa mereka itu Misawa atau apa?<ref> Referensi pada Jigoku no Misawa, seorang mangaka yang sangat terkenal karena menggambar komik yang benar-benar buruk.</ref> “Whoa, kamu begitu parah…” kata Yuigahama dengan jijik. Tapi cukup anehnya, matanya sedang tersenyum. “Ah. Ta-tapi kamu tahu. Bukankah kamu jalan dengan Yukinon dan semacamnya? Ada apa dengan itu?<!--What was that about?-->” “Itu Pameran Kucing dan Anjing, jadi kami hanya kebetulan bertemu dengan satu sama lain pada saat itu,” kata Yukinoshita. “Komachi-san mengajakku untuk ikut bersamanya<!--come along-->, itu saja. Aku heran, apa aku tidak memberitahumu?” “Oh, iya,” kataku. “Aku benar-benar tidak perduli, tapi apa kita sudah bisa pergi sekarang? Zaimokuza sudah tidak ada yang bisa dilakukan lagi dan telah mulai melihat ke luar jendela.” “Tu-Tunggu dulu sebentar,” tegas Yuigahama. “Jadi kalian berdua tidak berpacaran atau sesuatu seperti itu?” “Macam mungkin saja…” Gadis ini memang benar-benar mendapat suatu kesalahpahaman… tidak mungkin bisa salah paham jika dia cukup melihat bagaimana kami biasanya. Dia perlu sadar<!--get a clue-->. Yukinoshita memiliki tampang yang terang-terangan muak di wajahnya. “Yuigahama-san, kamu tahu ''ada'' hal-hal yang bisa membuat bahkan diriku marah bukan?” Amarah dingin keluar dalam kata-katanya. “Oh, maaf! Tidak ada apa-apa<!--it was nothing-->. Se-sekarang ayo kita pergi, oke?” Seorang Yuigahama yang tidak sabaran berlari ke arah pintunya. Selagi dia mengetuknya dengan tangkas, tingkahnya yang berseri-seri itu merupakan kebalikan 180 derajat dari ekspresi masam Yukinoshita. Segera setelah dia mengetuk, suatu suara “yaaaah” lemah terdengar sebagai balasannya. Itu mungkin tidak masalah untuk masuk. Ketika aku membuka pintunya, bagian interiornya dipadati oleh kumpulan kotak, buku dan bungkusan, semuanya tertumpuk asal-asalan<!--all piled up in a heap-->. Tumpukkan itu menjulang ke atas daerah sekitar<!--surroundings--> seperti sebuah pembatas<!--barrier-->, atau mungkin sebuah sekat pemisah, membentuk sebuah labirin. Aku sangat teringatkan dengan sebuah perpustakaan pribadi seorang pecinta buku<!--bibliomaniac-->, yang disilangkan dengan sebuah toko mainan desa tempo dulu.<!--old time--> “Huh? Apa ini Klub UG itu<!--Is this supposed to be the UG Club-->?” Yuigahama membuka tutup sebuah kotak di dekatnya dan melirik ke dalamnya. Itu adalah sebuah paket yang terlihat sedikit terlantar yang menggunakan desain mawar dan tengkorak. Tulisan di kotaknya<!--cover--> itu seluruhnya dalam bahasa Inggris, jadi dari pandangan pertamapun tidak salah lagi: Itu datang dari luar negeri. “Tidak terlihat begitu berkesan game<!--game-y-->…” kata Yuigahama, dan untuk alasan yang bagus. Biasanya kalau berbicara soal game, kamu cenderung terpikir akan game konsol dan game komputer. “Kamu rasa begitu?” kata Yukinoshita. “Kalau aku,<!--I, for one--> aku merasa ini cocok sampai ke setiap hurufnya<!--fits to a T-->. Yuigahama-san, apa yang sedang kamu bayangkan itu benda yang bip-bip.” “Benda bip-bip, katamu?” kataku. “Kamu terdengar seperti seorang nenek-nenek. Bahkan ''ibuku'' menyebut NES dengan namanya…” “Maksudku, bukankah itu membuat suara bip-bip…?” kata Yukinoshita seperti orang tempo dulu, meskipun sejauh yang kutahu, game-game zaman sekarang tidak membuat suara bip-bip. “Yah, kamu tidak terlihat ada bermain game, Yukinon,” kata Yuigahama. “Kamu memainkannya, Yuigahama-san?” “Yaaahh, ayahku suka game, jadi aku cukup suka melihatnya bermain selagi ayahku memainkannya. Aku selalu berakhir memainkannya sedikit. Macam ''Mario Kart'' dan ''Puyo Puyo''. Aku juga memainkan game-game kecil<!--little stuff--> seperti ''Animal Crossing'' dan ''Harvest Moon''.” Dengan kecil, dia mungkin memaksudkan semacam game genggam… “Kamu mengejutkannya hardcore,” ujarku. Yuigahama menggelengkan kepalanya dengan kuat-kuat. “Oh, uh, tidak benar-benar begitu… Maksudku, semua yang lain memainkan itu,” cicitnya. Yah, game-game zaman sekarang ''memang'' ada bagian yang terspesialisasi sebagai sebuah alat komunikasi. Kelihatannya ada juga cara-cara untuk menikmati game seperti Yuigahama. “Oh, dan hal-hal seperti ''Final Fantasy'' baru juga. Grafiknya super cantik dan itu benar-benar keren! Ditambah lagi, aku bisa benar-benar menangis melihatnya seperti sebuah film. Dan para Chocobonya juga super imut.” “Bah.” Persis saat Zaimokuza mendengar kata-kata Yuigahama, dia pura-pura meludah. Karena kami di dalam ruangan dan semacamnya, dia tidak ''benar-benar'' meludah… atau apa dia benar-benar meludah? Seorang pria yang tidak pernah berbicara sama sekali tiba-tiba marah<!--blow up--> di depan wajahnya, jadi kamu bisa bilang dia tercengang akan eksistensinya – atau, untuk mengatakannya secara sederhana, dia mengecapnya<!--write off--> sebagai seseorang yang berakal busuk<!--shifty individual-->. “A-Apa? Aku takut…” Seorang Yuigahama yang takut gemetaran di balik sosokku<!--cowered in my shadow-->. Zaimokuza secara metaforis menendangnya saat dia sedang jatuh<!--kicked her when she was down-->. “…''nooblord''.” “H-huh?! Aku tidak tahu apa yang barusan kamu katakan, tapi itu benar-benar menjengkelkanku…” “Hentikan itu, Zaimokuza. Perasaanmu itu tidak masuk akal. Tapi lihatlah pada sisi baiknya: kamu benar-benar sedang menegaskan rasa superioritasmu di sini. ‘Aku-lah satu-satunya yang mengerti diriku, termasuk hinaanku sendiri.’” “Oho, Hachiman. Kamu itu lumayan berpikiran positif<!--You’re quite the positive thinker-->.” “Namun, aku percaya itu-lah bagian terburuk dari watak manusia…” Yukinoshita terlihat merasa jijik. “Game, huh,” dia meneruskan, “itu semua terlihat di luar pemahamanku juga.” “Di luar pemahamanmu, katamu,” kataku. “Ya, itu memang kelihatan dengan hal macam game Pan-san itu.” “Huh? Pan-san? Kenapa kamu tiba-tiba berbicara tentang Pan-san?” tanya Yuigahama, dengan suatu ekspresi kosong di wajahnya. Apa, jadi Yuigahama tidak tahu Yukinoshita suka Pan-san? Yah, daripada mengatakan dia ''menyukainya'', akan lebih tepat untuk menyebut dia seorang pecinta berat atau maniak atau apa, menurutku.<!--a freak or a maniac or something-->. “Itu kare<!--See, the thing is-->-” “Hikigaya-kun, apa yang sedang kamu bicarakan?” potong Yukinoshita, menyela kalimatku dengan cara yang cukup menyolok.<!--invasive--> “Huh? Apa yang kamu-?” “Aku tidak mengerti apa yang sedang kamu bicarakan, Hikigaya-kun… jadi beritahu aku detil-detilnya nanti<!--so fill me in on the details later-->.” Men, kalau tatapan bisa membunuh. “Uh, oke…” Entah kenapa, kelihatannya Yukinoshita benar-benar tidak mau memamerkan betapa dia begitu mencintai Pan-san. Kenapa? Apa dia malu? Aku pikir dia tidak masalah bersikap terang-terangan akan itu jika itu adalah satu-satunya hal yang dia sukai. Dan tunggu dulu, ada apa dengan perkataan ''memberitahunya detil-detilnya nanti'' itu? Apa dia mau meremasku<!--pump--> untuk informasi mengenai Pan-san selagi tetap merahasiakan kecintaannya? Aku tidak tahu. Apa yang membuat gadis ini merasa malu itu sepenuhnya di luar pemahamanku. Omong-omong, itu tidak seperti aku menganggapnya penting ketika aku mengatakannya. Aku tidak benar-benar perduli jika seseorang menggosip mengenaiku berdasarkan atas apa yang aku sukai atau semacamnya. Mengapa anak SD harus segera langsung menyebarkan rumor-rumor mengenai apa yang disukai si dia?<!--whom so-and-so likes--> Yuigahama, yang sedang menggugamkan “Pan-san” dengan pelan dengan tampang tak terbaca di wajahnya, tidak merasa sesuai<!--didn’t seem to be in agreement.-->. “Mengesampingkan itu, aku heran, di mana anggota klubnya?” tanya Yukinoshita. “Oh. Iyaaaaaa,” kataku. “Maksudku, mereka ada memanggil kita…” Yuigahama berpindah ke dalam mode mencari-orang seperti diriku. Aku melihat apa yang kamu lakukan tadi, Yukinoshita. Karena ukuran ruangannya didasarkan pada dimensi ruang persiapan lab, itu tidak begitu besar. Hanya saja kamu tidak bisa melihat dengan jelas berkat kotak-kotak yang tertumpuk dan rak-rak buku yang sembarangan dihamburkan kemana-mana. Zaimokuza terbatuk. “Mereka menumpuk barang-barangnya begitu tinggi jadi mereka pastilah menghabiskan sebagian besar waktu untuk mengubah tempat ini menjadi sebuah permainan menyusun. Dengan demikian, jika kamu mengincar tempat tertingginya, kamu secara alamiah akan tahu kemana jalannya. “Ohhh, Zaimokuza, sungguh mencerahkan<!--how enlightening.-->. Tapi karena kamu sudah repot-repot mengatakan semua itu, katakan itu pada seseorang selain aku.” Itu menyedihkan bagaimana Zaimokuza hanya berbicara padaku saja. <!--was sad how I was the only one Zaimokuza talked to.--> Tapi untuk sekarang, aku mengikuti saran Zaimokuza dan melemparkan pandanganku pada julangan tertinggi tumpukannya. Setelah aku melakukannya, di sana memang ada suara, meskipun aku tidak bisa melihat pemiliknya karena buku-buku dan kotak-kotak yang telah menjadi sebuah sekat pemisah, menghalangi jalannya. Ketika aku mencoba berjalan mengelilinginya, dua orang ada di sana. “Maaf menganggu. Aku hanya ingin berbincang,” sahutku pada mereka.<!--I called out to them.--> Dua orang itu, yang aku anggap sebagai anggota Klub UG, melihat pada satu sama lain dan mengangguk singkat. Mereka berdua menatapi penampilanku. Yah, ''itu'' adalah yang pertama kalinya kami bertemu, dan jika ada orang tiba-tiba muncul aku akan menatapinya juga. Aku memutuskan untuk menatap balik pada mereka. Ketika aku melakukan itu, aku menyadari bahwa warna sandal ruang mereka itu kuning. Kuning adalah warna untuk murid SMA kelas satu. Dengan kata lain, orang-orang ini kelas sepuluh. “Hmph, jadi kalian berdua itu bocah kelas satu.” Segera setelah Zaimokuza menyadari mereka lebih muda dari dia, tingkah lakunya tiba-tiba berubah angkuh. Aku tidak mencela akan betapa cepat bahasa tubuhnya berubah. Aku benar-benar benci tertindas oleh hubungan berdasarkan usia di mana aku harus tunduk pada orang yang lebih tua dariku, tapi bilamana aku mendapat bagian dari keuntungan tersebut, tidak ada batasan untuk itu! Aku bertingkah angkuh persis di samping Zaimokuza. Aku melakukannya, karena, kamu tahu, itu adalah bagian dari taktik umum untuk menekankan dominasi psikologis seseorang selama negosiasi, bukan karena kepribadianku itu parah atau apa<!--sucked--> – tidak sedikitpun. “Oi, kalian berdua. Kudengar kalian menghina<!--talking shit about--> mister Zaimokuza,” kataku, berhenti sejenak dengan dramatis. “Aku tertarik – ceritakan padaku lagi<!--tell me more-->.” “H-huuuuh? H-Hachiemon?!” Zaimokuza melihat padaku seakan dia sedang mempercayakan nyawanya padaku, tapi itu tidak begitu imut. Status sosialnya<!--social standing--> menurun tajam tidak peduli betapa mudanya pihak yang lain itu, kurang lebih begitu. “…apa yang badut-badut ini lakukan? Cepat dan katakan apa yang mau kamu katakan.” Yukinoshita melemparkan pandangan dingin ke arahku. Segera setelah dia melakukan itu, anak kelas sepuluh itu menyadari kemunculannya dan mulai membisikkan sesuatu pada satu sama lain dengan diam-diam. “H-hei, apa itu Yukinoshita-senpai dari tahun di atas kita…?” “Mu-mungkin…” Wow, yang benar saja orang-orang ini<!--were these guys for real-->. Apa Yukinoshita benar-benar seorang selebriti? Yah, itu bagus mereka mengenalinya dengan melihatnya saja. Itu tidaklah jarang bagi seseorang untuk diselimuti dalam misteri<!--wrapped in mystery--> dan dikenal luas di luar tahun angkatan mereka sendiri. Dulu ketika aku masih SMP, aku juga tahu hal-hal seperti nama seorang senpai yang imut. Namun, hanya itu saja yang kuketahui tentangnya. “Ohhh. Jadi kalian berdua ada urusan dengan orang ini?” tanyaku. Aku tidak perlu mengumumkan kemunculan Zaimokuza – dia sendiri muncul dari belakangku. “Muahahahaha! Akhirnya.<!--At long last.--> Kalian mungkin beromong besar<!--talk big--> semalam, tapi sudah terlambat untuk mundur sekarang! Aku akan menghukum kalian sekarang – sebagai senpai dalam kehidupan dan senpai dalam SMA!” Zaimokuza benar-benar melebih-lebihkan bagian ‘senpai’ itu dan menggunakan statusnya dengan cara yang keterlaluan, tapi anggota Klub UG itu bereaksi agak tercengang. “Hei, apa yang sedang orang ini katakan? Ohhh, waaauuuuw<!--oh, burn-->.” “Benar, bukan? Siapa yang bicara itu<!--nothing to see here-->?” Menghadapi kekekan mereka<!--snickering--> – atau lebih tepatnya senyuman mencemooh mereka – Zaimokuza gemetaran. “Um, H-Hachiman. Aku – apa sesuatu baru saja berubah?” Dia kurang lebih sudah normal kembali. “Jangan khawatir. Ini kejadian biasa<!--This is an everyday occurrence-->,” kataku, sambil menepuk bahunya. “Oke, jadi kami adalah Klub Servis. Singkatnya, kami menyelesaikan masalah dan mendengarkan kekhawatiran kalian, dan karena Zaimokuza ada suatu perselisihan dengan kalian, kami datang kemari untuk menyelesaikannya… jadi uh, siapa di antara kalian berdua yang melakukannya?” tanyaku dengan santai. Salah satu dari mereka mengangkat tangannya dengan gugup. “Uh, aku. Aku Hatano. Kelas sepuluh. Dan temanku ini…” “Sagami. Kelas sepuluh…” Anak yang bernama Hatano itu memiliki sosok ramping yang memberikan kesan bahwa dia memiliki punggung yang sedikit terbungkuk. Kacamatanya tidak berbingkai dan lensanya berbentuk seperti sebuah trapesium dengan sudut yang sedikit lancip – ada semacam kesan tajam darinya<!--some sort of sharp look-->. Dari otak yang tajam keluar ide-ide tajam, kelihatannya. <ref> Perusahaan Elektronik Sharp. Memiliki salah satu slogan “From sharp minds come sharp ideas”.</ref> Anak yang satu lagi, Sagami, memiliki penampilan seperti anak SMP berkulit pucat, dan dia juga berpostur ramping. Kacamata yang sedikit bulatnya menghasilkan semacam kesan ''Menginspirasi Generasi Berikut'', meniupkan ide dan semangat baru ke generasi selanjutnya<ref> Slogan Hitachi "Inspire the Next, breathing life into the next generation"</ref>. Pokoknya, aku tidak berniat repot-repot mengingat nama mereka<!--Anyway, I couldn’t be bothered remembering their names in particular-->, jadi aku memutuskan untuk membedakan mereka dari kacamata mereka. “Jadi,” kataku. “Aku dengar sesuatu seputaran kalian membuat pertandingan bermain game dengan orang ini, tapi kalian hebat dalam bermain game, bukan? Itu jelas bahkan tanpa harus memainkan satu pertandingan melawan kalian, jadi bisakah kalian membuat pertandingan lain<!--do something else-->?” Itu adalah rencana omong kosong jika kamu tanya aku. Itu seperti menemui seorang pemain sepak bola dan berkata, “Lontong, ayo kita main bola kasti saja!” Orang itu tidak akan benar-benar mau kehilangan keuntungan awalnya. Tentu saja, tidak perlu dikatakan bahwa wajah mereka menjadi murung dengan ketidaksetujuan. Keengganan mereka untuk mengangguk merupakan suatu penolakan yang tersirat. “Setidaknya kalian bisa memainkan game lain atau apa? Hanya itu saja yang kuminta,” kataku selagi aku menunjuk ke arah gundukan game-game yang tertumpuk di sekeliling. “Kalau begitu… yah.” “Aku rasa itu tidak masalah…” Kata-kata yang rendah hati, tapi tingkah laku mereka penuh dengan kepercaya-dirian. Suatu kebanggaan dalam diri mereka bahwa mereka tidak akan pernah kalah dalam game itu jelas terlihat. Mereka tidak percuma <!--for nothing-->menyebut diri mereka Klub United Gamers. “Tapi sebelum kami mengganti gamenya, kami perlu semacam jaminan…” kata Hatano dengan agak malu-malu<!--diffidently-->. Yah, pihak yang lain harus menyerahkan sesuatu juga. Itu wajar mereka akan meminta jaminan<!--conditions--> untuk menyamakan kedudukannya<!--level out the score-->. Aku mengangguk dan menunggu mereka untuk melanjutkan. “Kalau begitu Zaimokuza akan bersujud<!--grovel--> di kakimu, oke? Kalau aku kalah, aku akan bertanggung-jawab dan membuat dia meminta maaf: ‘Aku terbawa suasana jadi tolong maafkan aku.’” Ini sudah semakin menjengkelkan, jadi ayo pakai ini saja.<!--let’s go with this.--> Zaimokuza sudah kembali sadar dan berkata, “Huh? Aku?” Tidak seperti dia ada hak bersuara dalam masalah ini. “Yah, baiklah…” Dua anggota UG Klub itu memberikan persetujuannya dengan gaya rendah hati mereka. “Kalau begitu aku akan serahkan game yang akan kita mainkan pada kalian. Jangan buat itu terlalu sulit. Pemula tidak bisa langsung memainkan sebuah game dengan tingkat pembelajaran yang tinggi<!--high entry level-->, jadi jangan buat itu game berkelahi.” Sebenarnya, aku pikir itu karena game sudah lebih mudah untuk dikendalikan<!--handled--> sekarang daripada di zaman dulu sehingga para pemula merasa itu lebih sulit untuk dipelajari. Meskipun kamu menemukan suatu game yang ingin kamu mainkan sedikit di ''arcade'', kurang lebih ''semua kerumunan-kerumunan biasa''<!--the Guilty cog--> – ditambah para veteran yang sudah di sini sejak game-game lama – bertengger di sana, jadi kamu tidak bisa masuk ke dalam. Meskipun kamu bisa masuk, mereka akan mengusikmu dengan santai sampai itu benar-benar membuatmu tidak ingin bermain lagi. Mereka patut membuat suatu tempat bagi para pemain biasa<!--casuals--> dari sekarang. “Kalau begitu… aku bisa mengatur suatu game yang semua orang tahu sesuatu mengenainya.” “Hmph, mainkan itu kalau begitu. Apa nama gamenya?” tanya Zaimokuza. Sebagai balasannya, dua anak itu mendorong kacamata mereka ke atas. “Aku rasa kita akan memainkan game Daifugo Ganda.” Mereka mungkin mengatakannya dengan biasa-biasa saja, tapi mata mereka berkilat dengan menyeramkan. <br /> <center>× × ×</center> <br />
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information