Editing
Oregairu (Indonesia):Jilid 6 Bab 3
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===3-4=== Aku berpisah dengan Yuigahama dan menyusuri lorong yang menuju ke ruangan konferensi. Tempat itu terletak di sudut lorong berbentuk-L yang berbelok ke kiri. Setelah melewati itu terlihat tangga yang naik ke lantai tiga tempat kelas sebelas kami berada. Di depan tangga tersebut, di depan lorong yang gelap, terdapat sosok yang menghalangi jalanku. Mengenakan mantel meski di cuaca yang gerah ini dan sarung tangan tanpa jari pada tangannya adalah penampilan yang kukenali, jadi aku mengabaikannya dan berjalan melewatinya. Sosok itu kemudian mengeluarkan ponselnya dengan perlahan dan mulai menelepon seseorang. Dalam sekejap, ponselku bergetar. Fakta bahwa dia repot-repot meneleponku meski kami berdua telah mengakui keberadaan satu sama lain mulai membuatku jengkel. Terlebih lagi, sosok itu mulai menampilkan aksi kecil yang lebih mempercepat rasa jengkel tersebut. “Fuumu, tidak diangkat, kelihatannya. Apa mungkin dia sedang sibuk…? Ha, ha, ha, kalau itu Hachiman yang sedang kita bicarakan, itu mustahil. Kamu setuju bukan, Hachiman?” “Aku tidak mau mendengar itu darimu…” Kalimat itu adalah sesuatu yang tidak bisa kudiamkan. Kalau saja ini orang lain, aku bisa mengabaikan mereka dengan tawa sinis, tapi harga diri murahanku tidak mengizinkan pria ini, Zaimokuza Yoshiteru, untuk mengatakan apapun yang dia suka. “Jadi? Apa sebenarnya yang kamu lakukan di sini? Naik turun tangga untuk diet?” “Hmph, sungguh nostalgis. Aku sudah pasti pernah melakukan hal itu sebelumnya. Tapi dahulu kala, lututku mengalami pembengkakan. Ditambah lagi… bekas luka lamaku berdenyut. Memang, zakar nyeriku maksudku.” Ma-masa… Kurasa kamu harus lebih menjaga kesehatanmu. Mengabaikan keprihatinanku, Zaimokuza menyodorkanku setumpuk kertas yang dikeluarkannya entah dari mana. “Yang penting, Hachiman, bacalah ini. Apa pendapatmu tentang ini?” “Apa? Aku tidak mau baca kalau itu tentang novel ringanmu.” Kalau ini pada hari-hari biasa, aku akan bersikap lebih baik, tapi aku tidak punya waktu untuk itu. Rapat konferensi sudah hampir tiba dan aku tidak punya kemampuan, waktu, minat, dan niat baik untuk menemaninya. “Nay! Itu bukan soal novel ringan!” Bantahan tegasnya yang tak berarti membangkitkan sedikit minat dalam diriku. Kalau ini bukan soal novel ringannya, kalau begitu soal apa? Aku melihat ke arah kertas yang mengisi pandanganku. Zaimokuza menampilkan seringaiannya dan berpose dengan dramatis. “Dengarkan dan terkejutlah! Pandanglah dan berlututlah! And then… matilah dan meminta maaf… Apa kamu sadar bahwa kelasku akan membuat sebuah drama?” “Tidak aku tidak sadar… Lagipula, kenapa aku perlu mati dan meminta ma— hei, tunggu, tunggu, hentikan, kamu lebih baik jangan berkata apa-apa lagi…” “Apa kamu tahu apa yang diperlukan ketika membuat drama? Yakni, sebuah naskah…” “Tidak, hentikan itu, jangan bersikap prematur.” kataku, tapi Zaimokuza tidak mendengarkan peringatanku sedikitpun. Dia mengacungkan tinjunya ke atas langit, dan seakan sedang melantunkan lagi nina bobo yang nyaring, terus mengoceh-ngoceh tentang dirinya. Terus terang saja, dia sungguh menjengkelkan. “Jangan nasehati aku. Orang tolol itu terus mengoceh tentang tidak mau membuat drama yang biasa, kamu tahu. Mereka menyarankan naskah buatan sendiri, singkatnya.” “Hei, tolong, hentikan sudah.” Aku tahu apa yang akan dia katakan. Aku tahu persis ke mana larinya ini. Itu karena aku pernah menyusuri jalan ini sebelumnya sewaktu SMP. Hanya sampai SD dimana naskah-naskah buatan sendiri seperti itu, skenario untuk lucu-lucuan, dapat diperbolehkan. Tidak, sebenarnya, itu juga mungkin terjadi sewaktu SD. Kalau selama pertunjukkan seni dan pesta perpisahan, maka menulis naskah untuk drama komedi seperti itu diperbolehkan. Malah, mungkin saja kamu bisa mendapat pujian untuk itu. Tapi saat kamu masuk SMP, itu akan berubah menjadi sebuah target hinaan. “Phew.” Aku menyelipkan tawa datar. “Nu? Ada apa denganmu, Hachiman?” tanya Zaimokuza. Aku melihat ke atas langit dari jendela. “Nah… Aku cuma sedang berpikir cepat sekali semua orang beranjak dewasa.” “Fu, pria aneh dirimu ini… Sungguh, aku tidak paham satu hal pun yang kamu katakan tadi. Serius, apa kamu gila? Yah, masalahmu tidak ada artinya. Sekarang, naskah buatanku…” Aku mendapat perasaan dia baru saja menuturkan sesuatu yang benar-benar menjengkelkan di tengah kesimpang-siuran itu. Aku juga masih belum memberinya izinku… Tapi sayangnya, dia adalah seseorang yang kukenal. Diam-diam mengirimnya ke alam kubur akan membuatku bermimpi buruk. Dengan kebaikan hatiku, aku memutuskan untuk memberinya peringatan. “OK, aku paham ceritamu. Yang penting, jangan buat tokoh wanitanya gadis yang kamu sukai. Itu sangat menyakitkan. Oh, juga, jangan buat dirimu jadi tokoh utamanya.” “Gegeh!? Hachiman, apa jangan-jangan kamu itu seorang esper!?” “Bukan. Paham? Sudah kuperingati kamu.” Aku bukan seorang esper, cuma seorang manusia berpengalaman. Semenjak saat itu, aku membulatkan tekad dalam hatiku untuk tidak pernah menunjukkan hal-hal seperti itu pada siapapun lagi. “Hapon, memang, memang. Jadi yang kamu maksud itu ini?” kata Zaimokuza, dan dia menggosongkan tenggorokannya dengan serius. “Belakangan ini, orang lebih suka tokoh antagonis dan tokoh tipe rival dibanding tokoh protagonis biasa, misal, dengan membuatnya jadi lebih keren, itu akan lebih populer?” “Kamu sama sekali tidak paham…” “Mu? Mana persisnya yang aku salah?” “Tidak, logikamu sendiri tidak salah. Generasi Precure pertama juga memerankan tokoh yang hitam.<ref> Generasi Precure pertama adalah Cure Black dan Cure White. </ref> Mereka mungkin mengincar kode warna untuk tokoh-tokohnya atau semacamnya. Yang salah itu keberadaanmu.” Aku ingin menegaskan bagian terakhir itu, tapi Zaimokuza, dengan telinganya yang sangat efisien dalam mengabaikan hal-hal yang tidak menguntungkan baginya, membalas dengan jawaban aneh “rufun, rufun”. “Begitu ya, kamu memang ada benarnya. Proposalmu, “Hukum Cure Black”… Ini mungkin bisa, ini mungkin bisa. Fumuu, seperti yang bisa diduga dari pakar Precure…” “Hei, hentikan itu. Jangan panggil aku pakar sesuka hatimu, itu terlalu berlebihan bagi seseorang sepertiku. Lagipula, aku itu bagian dari fraksi Cure White.” Memang, “pakar” itu terlalu menabjubkan. Aku cuma seseorang yang menonton apa yang kusuka, dan itu sepele kalau aku tidak tahu siapa yang menulis naskah aslinya dengan sekali pandang, sebenarnya, aku bahkan menunggu untuk Blu-ray Discnya dari produk DVD-BOX yang telah dirilis, dan malah, aku sudah sampai berpikir aku akan terlalu merasa bersalah bahkan untuk menyebutku seorang otaku dan merasa ingin mati saja. “Homu, reaksi ini, apa mungkin orang ini pakar sungguhan…?” Zaimokuza bergerak mundur. “Terserahlah, lupakan aku pernah mengatakan apapun. Menderitalah dan menyesallah, aku tak peduli lagi.” Itu percuma tidak peduli apa yang kukatakan. Kalau begitu, hanya bisa menggoreskan luka yang mendalam pada hatinya sehingga itu tidak akan pernah dilupakannya. Persis seperti itulah perkembangan manusia. Setelah kamu terluka, dianggap remeh, dan didiskriminasi, saat itulah dimana kamu akan melihat perkembangan untuk yang pertama kalinya. Manusia tidak berubah karena cinta, pertemanan, ataupun keberanian. Aku berdoa bahwa orang-orang budiman dari kelas 2-C akan memberikan Zaimokuza trauma terparah yang pernah dia dapatkan. “Omong-omong, apa kamu akan menonton filmnya Oktober nanti?” “Jangan bodoh. Kalau seseorang seperti aku pergi menonton dan keluarga serta gadis kecil di sana menjadi ketakutan, aku akhirnya hanya akan merasa murung… Aku akan membelinya, blu-raynya maksudku.” “Kuh, kamu menahan dirimu meski hasratmu untuk menontonnya begitu tinggi… Sungguh pria sejati!” Entah kenapa, dia mulai menangis seperti seorang pria sejati. Aku yang ingin menangis di sini. Kenapa pula aku harus berurusan dan berbicara dengan orang ini di tempat seperti ini ketika ada pekerjaan yang menantiku? Aku menepis pandangan Zaimokuza dan kakiku yang menuju ke ruangan konferensi terasa lebih berat dari biasanya. {| border="1" cellpadding="5" cellspacing="0" style="margin: 1em 1em 1em 0; background: #f9f9f9; border: 1px #aaaaaa solid; padding: 0.2em; border-collapse: collapse;" |- | Mundur ke [[Oregairu (Indonesia):Jilid 6 Bab 2| Bab 2]] | Kembali ke [[Yahari Ore no Seishun Rabu Kome wa Machigatteru (Indonesia)|Halaman Utama]] | Lanjut ke [[Oregairu (Indonesia):Jilid 6 Bab 4| Bab 4]] |- |}
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information