Editing
Seirei Tsukai no Blade Dance:Jilid1 Bab8
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===Bagian 4=== Kamito hanya berdiri mematung dengan ekspresi beku. “Jangan-jangan, itu......” Yang berada disana adalah— Seorang gadis, yang sangat dikenal oleh Kamito. Ia memberikan laki-laki itu, yang sudah menutup hatinya kedalam sangkar dingin, cahaya yang hangat— “.....Res........tia.......?” Kamito menggumam dalam suara samar-samar. “—Lama nggak ketemu, Kamito.” Gadis itu, yang berpakaian serba hitam, tersenyum simpul. .......Sukar dipercaya. Namun, penampilannya sama sekali tidak berubah, semenjak tiga tahun lampau. Wajah cantik itu, tanpa ragu, adalah milik seorang gadis, yang sangat Kamito kenal. Roh Kegelapan, Restia. Roh Terkontrak milik Penari Pedang Terkuat—Ren Ashbell. “Restia, aku—“ Kamito mengulurkan tangannya dan bermaksud meraih gadis itu. Namun kakinya seolah dijahit di tempatnya berdiri, sehingga tak kuasa untuk bergerak. Bahkan meski gadis, yang telah ia cari dengan susah payah selama tiga tahun, berada di depannya— --Ada yang tidak beres. Intuisinya sebagai Kontraktor Roh mengatakan itu. Ia tersenyum seperti itu. Lebih jauh lagi, di tangan gadis itu, apa itu gumpalan hitam yang berputar putar? “Aku ingin bertemu kamu Kamito, namun—“ Si Gadis menatap gumpalan hitam ke altar di pusat arena dan melemparkannya kesana. “.......?” “Berpelukannya di kesempatan berikutnya saja. Lihat, anak itu hampir bangun.” Saat gumpalan hitam berubah menjadi kabut di tengah udara, dengan cepat mengelilingi batu pemujaan di altar. Pilar Batu yang dibawa dari ibukota Kerajaan dan menyegel Roh Militer kuat. “Restia......apa yang kamu--.....” Kamito bertanya dan pada saat itu— Tiba-tiba, tanah berguncang dengan keras. “Apa......!?” “Ah, sepertinya dia sudah bangun.” “Restia.....!” “Kamito, berhati-hatilah! Dialah orang yang memberiku Roh Sinting itu.” Claire berteriak pada Kamito, yang mendadak menjadi sangat pucat. “Ap....a....?” Pada saat itulah, auman yang menggetarkan tanah bersuara keras. <nowiki>*</nowiki>Pishii*—pilar batu yang dikelilingi oleh kabut hitam mulai retak. Zu....zuzuzuzuzu............zuzuzuzuzu.............!! Dari retakan batu pilar, tangan manusia raksasa muncul. Itu kan— ''Glasya-labolas menjadi gila!?'' Merasa shock, ia menoleh. Restia sedang tertawa terkikik-kikik. Menunjukkan senyuman setan yang tak pernah Kamito lihat sebelumnya. “—Sampai jumpa, Kamito. Kita akan bertemu lagi.” “Restia....apa yang terjadi!? Kenapa kamu......” “Karena itu adalah <Permohonan>mu.” “......!?.......” Wajah Kamito membeku. “Tunggu—tunggu dulu, Restia!” “Aku selalu menunggumu, selama tiga tahun ini.” “Rest.......” Restia tersenyum sekali lagi dan menghilang kedalam ruang kosong yang menjadi kabut hitam. Kamito menjatuhkan kedua tangannya dalam keputus asaan dan berdiri bengong dengan mata tak bernyawa. --Ia tak paham kenapa semua ini harus terjadi. ''Restia yang memberi Claire Roh gila itu......?'' Ia tak bisa mempercayainya. Bukan, ia tak ingin mempercayainya. Namun, penampilan gadis itu jelas jelas milik Roh kegelapan yang selama tiga tahun ini ia cari. Mantan Roh Terkontraknya. Gadis yang memberi Kamito, yang kehilangan perasaan manusiawinya, cahaya hangat pertamanya. Kalau gadis itu sampai berubah— ''Ini salahku.........aku yang sudah menjadikannya seperti itu'' Tarian Pedang tiga tahun silam. Kamito, yang menjadi juara dibawah nama Ren Ashbell— Mencoba meminta <Permohonan> yang tak seorangpun manusia ingin dikabulkan. Karena alasan itulah, Kamito memutuskan untuk kehilangan dirinya. Ia percaya kalau Restia masih hidup entah dimana. Rasa sakit oleh Simbol Roh di tangan kirinya berbisik padanya. --Bahwa Restia masih hidup, dan Kamito masih bisa menebus kebodohannya waktu itu. Meski menyakitkan, mereka harus bertemu dalam kondisi seperti itu—adalah sesuatu yang tak pernah ia bayangkan. “Restia........inikah hukuman bagiku?” Kalau itu benar—baginya terlalu kejam. Seolah kekuatan di seluruh tubuhnya lenyap dan bisa jatuh kapan saja, lututnya menghantam tanah. Ia tenggelam kedalam kegelapan yang ia buat sendiri. “Kamito! Hei, apa kamu dengar, Kamito!” Bahkan suara keras Claire yang memanggilnya hanya samar-samar terdengar. Sekali lagi, tanah bergemuruh dengan keras. Melewati ‘Gerbang’ yang terbuka sepanjang retakan batu, Glasya Labolas hampir berhasil keluar. Dinding arena tempat mereka berada runtuh karena guncangan, dan banyak pecahan material berjatuhan ke atas kepala Kamito. Tepat sebelum tubuhnya hancur—pada saat itulah— <nowiki>*</nowiki>Pashii*—kepala Kamito ditarik paksa oleh sebuah cambuk. “......Guooo!” Kamito ditarik dengan kasar sepanjang tanah dan dia membuat suara kesakitan. Tak lama kemudian, puing-puing raksasa berjatuhan ke tempat Kamito berdiri tadi. Suara bergemuruh terdengar membahana. Kabut asap putih mengepul ke udara. .....kalau ia sampai tertimpa. Tanpa ragu ia akan mati. “Bodoh! Apa........yang kamu lakukan!?” Diatas kepalanya, Claire membuat posisi menguliahi dan berteriak keras-keras. “Hei, apa kamu mati? Atau mau kuubah jadi batubara?” “Nggak dua-duanya.......Guooooo........!” “Hmm, masih bisa berbicara balik, berarti kamu nggak apa-apa.” Kamito menarik kepala Kamito dengan cambuknya dan dengan seringai, mendekatkan wajahnya. “......” Wajah mereka berada dekat sekali sampai ujung hidung mereka nyaris bersentuhan. Pupil mata merah delimanya, yang berisi kemauan kuat, tepat berada di depan wajah Kamito. Pada situasi semacam itu, Kamito dengan gugup memalingkan wajahnya. “.....Ayolah, ada apa denganmu?” Sepertinya menyadari kalau wajahnya terlalu dekat, pipi Claire merona kemerahan dan dia sedikit mengendurkan cambuknya. “Bu...bukannya aku tertarik, tapi..........pokoknya dengarkan!” “Ap.....apa?” “Gadis yang barusan, ap....apa hubungan kamu dengan dia?” “Dia—“ Kamito mengalihkan tatapannya ke ruang kosong. “Adalah Roh Terkontrakku.” “Roh?” Kamito mengangguk dan dengan tenang meremas tinjunya. “.......Semuanya salahku. Gara-gara aku, dia jadi........” Pemikiran Kamito, kembali tenggelam kedalam jurang yang gelap— “Lantas kenapa?” Suara Claire, yang terdengar dingin, menariknya kembali ke dunia nyata. “Eh?” “Aku tanya lantas kenapa?” Claire sedang berdiri tegak, dengan kedua tangan di pinggangnya dan rambut kuncir duanya di bahunya. Sampai beberapa saat yang lalu, kondisinya masih terlihat depresi. Yang masih tersisa padanya hanyalah bola api merah yang kecil. “Nggak, itu karena...........aku.........” Kamito berhenti dan diam membisu. “Bukankah tadi kamu sudah janji. ’Aku akan menjadi Roh Terkontrakmu!’ Tolong bertanggung jawablah dengan kata-katamu!” <nowiki>*</nowiki>Pishipashi-!* Claire menyabetkan cambuknya mengenai punggung Kamito. “Owh...! Apa-apaan kamu! Mengarahkan cambuk pada orang mati!” Tanpa berpikir, Kamito berdiri dan berteriak. Claire tiba-tiba tersenyum. “Orang mati? Bagaimana kalau mencoba mati sekali? Lihat, lihat ke arah sana!” “Hmm?” Kamito menolehkan wajahnya— Dari ‘gerbang’ di retakan batu, cahaya putih kebiruan muncul dan Glasya-Labolas merangkak keluar. Roh Militer untuk pertarungan, yang segelnya telah rusak—panjang keseluruhannya mungkin lebih dari sepuluh meter. Glasya-Labolas berteriak keras. Hanya dengan itu, separuh kursi penonton hancur berkeping keping. Sepertinya seluruh penonton sudah meloloskan diri namun pastinya masih banyak penduduk yang berada di luar arena. Dari lubang kosong raksasa di dinding, kondisi plaza bisa terlihat jelas. Semua orang berteriak dan panik, sambil terus berlari. Menanggapi kemunculan Glasya-Labolas, plaza dan jalanan sepanjang arena diselimuti oleh kekacauan luar biasa. Menempatkan tangannya di dinding arena yang remuk, Glasya-Labolas perlahan berjalan keluar. Dengan hanya itu, tanah bergetar seperti sedang terjadi gempa bumi. Bagaimana kondisi selanjutnya—kalau Roh semacam itu sampai lepas ke kota—tak perlu ditebak lagi. “Menunggu bantuan dari Akademi akan sangat terlambat. Hanya kita berdua yang harus melakukan ini.” “.....Ah, benar, benar.......” Namun—Kamito masih belum pulih dari shock. Bahkan Est Pemusnah yang sedang ia pegang, sudah kehilangan cahaya keperakannya sejak tadi. Senjata Elemental akan menunjukkan kekuatan sejatinya tergantung kondisi kekuatan spiritual Kontraktornya. Dengan kondisi Kamito saat ini, ia tak mampu mempertahankan kekuatan Pedang. Misalnya, kalaupun ia memaksakan diri bertarung, Pedangnya mungkin bisa patah. “.......” Claire menatap Kamito dalam kondisi semacam itu dengan ekspresi jengkel. “Sepertinya kamu masih setengah terbangun. Kalau begitu, biar aku membangunkanmu.” Setelah itu, entah kenapa wajah Claire memerah dan dengan cepat membuang tatapannya. Dan, pada saat berikutnya. “....!?” Mendadak bibir Kamito terkunci.[[Image:STnBD V01 250.jpg|thumb]] Terasa panas. Sensasi menyenangkan yang lembut dan agak basah. Ujung hidungnya tergelitik oleh sensasi rambut gadis ini. “Hn.......” Beberapa detik kemudian, bibir mereka perlahan berpisah. “Sudah bangun?” “........A.....ah........” Kamito mengangguk seperti anak penurut. “I.....ini.....kulakukan kali ini saja!” Menggigit bibirnya, wajah Claire terus memerah dan ia memalingkan wajahnya. Sensasi ciuman yang membius serasa menyingkirkan semua keraguan dalam diri Kamito. “....Terapi kejut? Tapi sepertinya ini terlalu efektif.” “Hm,,, hm..., jangan dikatakan lagi! Ayo kita pergi, Kamito!” Meski wajahnya masih merona, Claire segera melafalkan mantra berbahasa Roh. <center>''Pelindung Api Merah membara, Penjaga dari Tungku api abadi!''</center> <center>''Sekaranglah saatnya, dengan kontrak darah, lekaslah datang ke sisiku!''</center> Tak lama kemudian, cambuk api membara tercipta di tangan Claire. Bukanlah api hitam yang dirasuki oleh Roh Sinting. Namun api kebanggaan milik Claire Rogue—Senjata Elemental Scarlet. “Terima kasih, Scarlet! Pinjamkan aku kekuatanmu sedikit lebih lama lagi!” Merespon perasaan Claire, cambuk api bergetar dengan tegas. “Aku nggak akan membuat Scarlet, yang masih lemah, melakukan hal ceroboh lagi. Aku akan menjadi pendukungmu, jadi kamu seranglah Roh raksasa itu.” “Ah, aku paham.” Kamito mengangguk patuh dan mempererat genggaman Est Pemusnahnya. --Tak apa. Sebaiknya aku tak memikirkan Restia saat ini. Sekarang, ia hanya perlu— ''Melindungi Tuan Putri galak ini, karena itulah janjiku!'' Mengambil kuda kuda dengan pedangnya, Kamito menendang tanah dan melompat. “Akan kutunjukkan padamu, Claire Rogue!” Penari Pedang Terkuat—Tarian Pedang Ren Ashbell! Glasya-Labolas menghancurkan dinding batu dan melangkahkan kakinya menuju plaza diluar arena. Kamito mengambil ancang-ancang menyerang dan dengan lompatan satu langkah, ia menebas lutut Roh raksasa dengan Pedangnya. Vuooooonnnnnnn! Glasya-Labolas membuat auman penghancur—dimana kejutan sepertinya sudah menerbangkan tubuh Kamito, ia berpengangan pada Pedang yang menusuk raksasa itu. ''......Kekuatan yang luar biasa! Memang Roh Militer'' Mata dari raksasa, yang terbakar dengan amarah, menangkap sosok Kamito di kakinya. Dia berteriak keras dan mengayunkan tinjunya yang seperti pemukul beton. Kamito mencabut pedangnya dan melompat mundur dan menggunakan lengan raksasa sebagai pijakan, ia melompat lagi. Agar bisa menyerang Kamito, yang muncul di puncak kepalanya, Glasya-Labolas mengulurkan tangannya. Di saat ia sepertinya sudah menangkap kaki Kamito. “Kamito!” Claire mengayunkan cambuk apinya dan mengekang tangan si raksasa. Karena Scarlet masih belum pulih, menebas tangannya tak bisa dilakukan. Ia hanya bisa membatasi pergerakan si raksasa. Suara angin berhembus dengan kencang serasa membuat telinga sakit. Glasya-Labolas melampiaskan amarahnya pada Kamito di kepalanya. Dalam kondisi terlewat, Kamito menusukkan pedangnya. Ia menghancurkan sesuatu menyerupai kristal hitam di kepala si raksasa Pada saat itulah, dari kristal hitam yang tertusuk, sesuatu seperti kabut hitam terdesak keluar. ''Itulah Roh Sintingnya.......'' Kabut hitam itu mencoba mengelilingi pedangnya. Pada saat itulah, ujung pedangnya nampak sedikit menjadi kehitaman. Kamito terpukul mundur—Roh Sinting adalah Roh yang menyebabkan kegilaan pada Roh lainnya. ''Est sedang dirasuki--'' Kamito memutar tubuhnya dan mengayunkan pedangnya untuk mengusir kabut gelap. Ia mematahkan kuda-kudanya di udara dan hampir menyerang tanah tempatnya berada. Kemudian, tinju Glasya-Labolas menyerbu ke arah bawah. Kamito mengambil ancang-ancang mundur dengan pedang di depannya—namun ia tak sempat melakukannya. “.....!” Tinju Glasya-Labolas—secara tepat berhenti di atas kepala Kamito. Lengannya, yang seolah bisa mengayun kembali kapan saja, tertahan oleh cambuk api membara. “Kamito! Sekarang kesempatanmu, cepat selesaikan dia!” “Ah--!” Kamito tertawa tanpa takut dan berdiri, lalu memusatkan konsentrasinya pada pedangnya. Senjata Elemental dari Roh Pedang, Est, semakin bersinar kemilauan seolah sedang merespon perasaan Kamito. Ia menedang tanah dan melompat. Pedang Kamito sekali lagi menari dengan fantastis di udara. Dan kemudian— “Ooooooo..........!” Tebasan pedang yang bersinar keperakan itu membelah tubuh Glasya-Labolas menjadi dua.
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information