Editing
Zero no Tsukaima ~ Indonesian Version:Volume5 Bab1
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===Bagian 4=== Hari terakhir lomba tips telah datang. Pada sorenya, Scarron mengumumkan hasil sejauh ini. "Kini aku akan mengumumkan tiga teratas terkini! Pertama adalah tempat ketiga! Marlene-chan! 84 écus, 52 sous, dan 6 deniers!" Sambutan bergema. Gadis blonde bernama Marlene membungkuk dengan anggunnya. "Kedua! Jeanne-chan! 96 écus, 65 sous, dan 3 deniers!" Sambutan bergema lagi. Gadis berambut chestnut bernama Jeanne tersenyum dan mengangguk. "Kemudian...Yang pertama!" Scarron pelan-pelan meninjau seluruh gadis dan mengangguk berulang-ulang. "Tanpa tanding, putriku! Jessica! 160 écus, 70 sous, and 8 deniers!" "Waaaahhhh!" Begitu sorakan kegembiraan membahana. Jessica, yang memakai pakaian yang menggoda dengan celah besar yang disiapkan untuk hari ini, membungkuk. "Sekarang! Entah kau menangis atau tertawa, hari ini adalah hari terakhir! Tapi hari ini adalah hari daeg dari minggu teuz! Karena ini akhir bulan, banyak pelanggan bakal datang! Jika kau berusaha keras, kau mungkin dapat banyak tip. Tempat teratas masih berada dalam jangkauan!" "Ya! Mi mademoiselle!: Saito mencolek Louise yang berwajah serius. Louise menampakkan wajah semacam itu bia dia berkeinginginan keras untuk sesuatu. "Berapa yang kau punya?" Tanpa menjawab, Louise membuka kepalannya yang erat. Disana...ada beberapa koin tembaga yang berkilauan. Saito mengelus dada. Dengan itu, kemenangan mustahil bahkan jika Louise berusaha sekeras-kerasnya. Kata-kata Louise "Jika aku mendapatkan Bustier 'Peri-Peri Memesona;, aku akan membuat pelanggan terpesona dan memaafkan apapun" masih mengganggunya hingga kini. Apaan tuh "Memaafkan semuanya"?!" Apa maksudmu?! Meski, a...aku belum melakukan apapun! Meski bukan berarti aku punya hak untuk itu. Tapi tak begitu juga sih. Ah, apalah aku ini, hanya seorang familiar belaka. 'Aku ingin dia berusaha sebaik-baiknya, tapi tidak hingga tingkat itu' adalah jenis emosi yang berlarian di pikiran Saito. Scarron berteriak dengan sebuah suara keras. "Maka, ayo lakukan ini dengan penuh semangat!" Sorakan membahana dengan seluruh macam perasaan bergema mengisi toko. ___________ Kemudian sekarang....Louise sedikit berbeda hari ini. Dia melepas kawat yang menahan senyumnya dan menampakkan sebuah senyum alami. Dia akan tersenyum cerah lalu menyentuhkan jari dengan gelisah sambil malu-malu. Dengan begitu, pelanggan akan bertanya, "Apa ada sesuatu yang salah?" Louise akan memainkan jempolnya dan terus gelisah. Dan lalu, seakan mengatakan sesuatu yang sulit diucapkan, Dia akan berusaha dan mengucapkan "Ya..., Pelanggan, karena kau sangat luar biasa...". Tapi si pelanggan sendiri tampak sudah terbiasa dengan tingkat pujian segitu. Tanpa bergerak, dia mengacungkan gelas anggurnya. Disini, Louise akan melepaskan gerakan pamungkasnya. Memegang ujung hem camisolenya, dia membungkuk dengan anggun. Persis seperti yang diharapkan dari keluarga duke. Bungkukan ini, yang dilakukan sekaan berada de depan raja, berisi ruh seorang ningrat. Tiada gadis lain yang bisa meniru sikap ini. Dengan itu, si pelanggan akan menjadi tertarik pada latar Louise. Oh begitu. Bila aku melihat lebih jelas, ciri-cirinya agak mirip dengan seorang ningrat. "Kau lahir dari kelas atas, kan?" Meski begitu, Louise tak berhenti menunjukkan malu-malunya. Lalu dengan penuh kesedihan dan penuh kenangan, dia menerawang keluar. Pria itu menjadi semakin terpikat pada kelakuan Louise yang anggun. Sambil membungkukkan dirinya kedepan, dia menyuarakan harapannya. "Apa kau melayani rumah ningrat tertentu? Mereka mengajarimu etika luhur disana, kan? Louise terus terenyum cerah. Angan-angan si pelanggan membumbung tinggi seiring dengan kesenangannya. "Jika seorang gadis manis dan pendiam sepertimu melayani mereka, mungkin akhirnya tak disitu saja. Tak hanya etika, tapi juga begini dan begitu...juga dipaksakan masuk padamu, kan?" Louise memberikan bungkukan anggun. Senjata Louise hanyalah senyum dan bungkukannya itu. "Kuh! Cerita yang menyedihkan! Seorang gadis manis sepertimu...Tapi bagaimana seorang pelayan sepertimu datang untuk bekerja di toko ini...Oh begitu! Aku tahu! Kau tak tahan dengan tuanmu yang memaksa membuatmu mengerjakan begini dan begitu, lalu kau kabur dari kediamannya, kan? tapi utang yang ditinggalkan ortumu tetap ada. Untuk melunasinya, kau bekerja sekuat tenaga. Seperti itu, kan?!" Louise tersenyum sambil memandangi pelanggan. Dipandangi oleh mata Louise yang coklat merah bagaikan permata, si pelanggan, seakan tersihir mantra, ingin melonggarkan tali dompetnya. "Kasihan anak ini. Hmm, gunakan ini untuk melunasi hutangmu. Ngomong-ngomong, yah, hal-hal semacam ini dan itu...itu apa ya? Tolong ceritakan padaku, OK?" Si pelanggan, yang tengah terbang dalam khayalannya sendiri karena sikap Louise, akan memberikan Louise koin emas dan perak. Tepat saat dia mendapatkannya, dia berlari secepat-cepatnya ke dapur, berjongkok, dan melepaskan napas terburu-buru. Memaksakan dirinya bersikap anggun dan bertingkah yang menarik simpati orang bagai leprosy, jadi Louise memutuskan memukul Saito, yang tengah mencuci piring, untuk sekarang. Dengan begitu, dia merasa sedikit tersegarkan. Lalu dia buru-buru kembali ke meja. Setelahnya, ini waktunya ber"tugas". Itu mengumpulkan info yang dipercayakan padanya oleh Putri-sama. Dia tak ingin kalah di lomba tip, tapi tugas ini lebih penting. Duduk disamping si pelanggan, dia bertanya, "Ya ampun, mereka mengatakan ini sebuah perang. Kau akan lelah oleh ini..." "Ya, begitulah. Mereka mengangkatnya sebagai "wanita suci", tapi bagaimana dengan pemerintahan!" "Apa maksudnya itu?" "Aku mengatakan putri yang abai itu tak bisa memerintah negara ini!" Dia menghina Henrietta, tapi Louise dengan sekuat tenaga menahannya. Dia harus mendengar semua jenis cerita darinya. "Seperti Pertempuran Tarbes...sepertinya kita menag karena beruntung! Aku tak terlalu yakin tentang yang selanjutnya!" "Begitukah...?" Dengan seperti itu, Louise perlahan mengumpulkan isu-siu di kota. para pemabuk suka berdiskusi soal keadaan dunia. Saat Louise mengangkar hal untuk menarik mereka, mereka akan mulai mengritisi pemerintahan seakan mereka menunggu Louise bertanya. Para pemabuk akan ngobrol soal pemerintahan seakan mereka menteri kabinet. "Lagipula, akan lebih baik bagi negeri ini bila Albion yang memerintah kita, kan?" Jika opini yang begitu kelewatan keluar, "Aku mengatakan kita seharusnya cepat-cepat dan menyerang Albion!" sebuah opini nan berani bakal menyembul. Seseorang berkata, "Ada isu bahwa tentara akan diperkuat! Pajak-pajak akan ditingkatkan lagi! mereka pasti bercanda!" lalu. "Bisakah tentara yangs ekarang melindungi negara ini? Kuberharap mereka cepat-cepat dan mengatur armada!" sebuah opini yang sangat bertolak belakang terangkat. Bagaimanapun juga...disambung-sambungkan, keterkenalan henrietta dari mengalahkan Albion di pertempuran tarbes mulai menurun. 'Perang tetap belum beres...Sepertinya depresi akan berlanjut. Henrietta masih muda. Bisakah dia membimbing negara ini dengan baik dari sekarang?' adalah ketegangan yang dirasakan semuanya. Mungkin ini cerita nan menyakitkan bagi Henrietta, tapi aku harus melaporkan yang sebenarnya padanya...pikir Louise. Seperti itu, Louise mulai mengumpulkan tip dan info tapi...Pengumpulan tip Jessica begitu tak tertandingi. Bagaimanapun juga, Jessica ahli dalam membuat para pelanggan berpikir "Dia telah jatuh cinta padaku." Louise mulai mengamati bagaimana Jessica melakukannya, jika kau tak tahu musuhmu, kau tak bisa memenangkan pertarungannya. Jessica pertama-tama bersikap dingin pada pelanggan sasarannya. Dia menaruh makanan didepan pelanggan sambil terlihat marah. si pelanggan terkejut dengan sikap itu. "hei, apaan ini, Jessica? Apa hatimu sedang tak enak?" Jessica menatap tajam pelanggan dengan mata dingin. "Tadi kau bicara kepada siapa?" Entah kau menyebutnya keahlian atau yang lainnya, keiriannya sangat dewa. Bagaimanapun juga, kelihatannya dia benar-benar iri. Pada saat itu, si pelanggan salah mengerti bahwa dia tengah jatuh cinta padanya dan kini sangat iri. "A-apa...tersenyumlah." "Bukan apa-apa...Kau suka gadis itu, kan?" "Bodoh! Yang paling kucintai adalah Kau! Ayolah..." Katanya dan mencoba menyerahkan sebuah tip. tapi Jessica menampik uang itu. "Bukan uang! Yang kuinginkan adalah kata-kata manis! Apa yang kau katakan sebelumnya...Apa itu dusta belaka? Aku benar-benar serius! Apa?! Aku tak peduli lagi!" "Tak mungkin itu dusta belaka." "Ayo cerialah...Kaulah satu-satunya untukku. OK?" "Kau mengatakan itu pada semua orang. Hanya karena kau sedikit terkenal diantara gadis-gadis..." Tak peduli bagaimana kau melihatnya, pria itu tak mempunyai wajah yang terkenal. Biasanya, dia takkan percaya pujian semacam itu. Tapi kata-kata sihir tengah keluar dari mulut Jessica. Dengan cara bagaikan dia melakukannya tak sengaja. Pria itu tertipu sempurna. "Aku tak terkenal! Beneran!" "Kau benar, Satu-satunya yang akan berpikir untuk mencium bibirmu adalah aku." "Itu benar...Sangat!" "Hau... Tapi aku kelelahan." "Ada apa?" "Kau tahu, sekarang kami tengah mengadakan lomba bodoh ini yang disebut lomba tip. Aku tak terlalu pedulid engan tip tapi...Aku akan dihardik bila hanya mendapatkan jumlah kecil." "Jika itu berupa tip, aku akan memberikanmu beberapa." "Tak apa-apa! Kau memberikanku kata-kata lembut, jadi tak apa-apa! Sebagai gantinya, Aku akan marah bila kau mengatakan hal yang sama pada gadis lainnya, mengerti?" Lalu dia memandanginya, Dengan begini, pria tersebut kalah telak. "Hah...Tapi adalah benar-benar melelahkan untuk memberikan pujian demi tip...Karena mengungkapkan perasaanmu secara jujur pada orang yang kau cintai dan pujian berbeda..." "Aku mengerti. Aku akan memberikanmu ini, jadi jangan pergi menyedot pada orang lain, ya?" "Aku berkata ini tak apa-apa! Aku tak memerlukannya!" "Ini perasaanku. Perasaanku." Pria itu membuat Jessica yang menolak, mengambil tip. "Terima kasih" bisik Jessica malu-malu dan mengenggam tangan pria tersebut. Pria tersebut lalu mencoba membuat janji kencan dengan Jessica. "Kalau begitu, hari ini, saat toko tutup..." "Ah! Ini tak bagus! Makanan akan hangus..." Setelah dia mendapatkan apa yang diinginkannya, tiada lagi perlunya dia. Jessica bangkit. "Ah, hey..." "Ayo ngobrol lagi nanti! Jangan jelalatan melihat pada gadis lainnya!" Menghadapkan punggungnya pada pria itu, Jessica menjulurkan lidahnya, Semuanya hanya pura-pura. Setelah Jessica pergo, si pelanggan menghadap teman-temannya dan ber"Iyah, jadi iri seperti itu..." Louise terkagum-kagum. Teknik yang benar-benar mengerikan dari seorang gadis kota yang membuat Kirche terlihat seperti anak kecil. Kemampuan membujuknya, yang membuat orang-orang membayangkan tak peduli seberapa banyak cara dia menunjukkan keiriannya, membuatnya mapu mengumpulkan tip seakan menyapunya dengan sebuah sapu. Jessica bukan seorang cantik yang begitu menonjol. Tapi...dia berada di tapal batas yang membuat pria berpikir 'Klo segini sih, mungkin bahkan kupun bisa ." Jenis-jenis gadis seperti ini cenderung lebih terkenal di dunia debandingkan dengan orang-orang yang cantik tiada tanding. Louise, yang tengah mengamati, bertemu mata dengan Jessica. Jessica menyeringai dan menunjukkan Louise dia yang menyimpan tip diantara belahannya. Mungkin, bahkan jika dia tak berjudi, Saito tetap akan menjadi tak beruang, pikir Louise. Jika gadis kota itu tahu dia punya uang, tiada yang tahu apa yang bakal dilakukannya. Dan familiar bodoh itu...akan digulung dan dijemur dalam sesaat. Dia memikirkan wajah Siesta, Dia memikirkan wajah Jessica. Dia memikirkan wajah Saito yang melihat pada belahan keduanya. Kayak aku bakal kalah. Louise dengan erat mengepalkan tangannya...membusungkan dada ratanya, dan dengan rusuh bangkit pada kedua kakinya. ------------------ Selagi para gadis berlomba untuk jumlah tip seperti itu... Pintu bulu terbuka, dan sekelompok pelanggan baru muncul. Di depan ada pria setengah baya yang mengenakan sebuah mantel yang berarti dia seorang ningrat. Sepertinya dia menggemuk, dan rambut yang menipis tertempel pada dahi mulusnya. Yang bersamanya sepertinya ningrat dari kelas lebih rendah. Mereka memiliki tongkat sihir mirip rapier tergantung pada pinggang mereka, dan ada beberapa ningrat yang mengenakan seragam militer bersama mereka. Saat para ningrat masuk, semua yang berada dalam toko hening. Scarron buru-buru ke tamu yang baru sambil menggosok kedua tangannya bersamaan. "Jika ini bukan Chulenne-sama, Selamat datang di penginapan 'Peri-peri memesona'." Si bangsawan bernama Chulenne membengkokkan kumis mirip lelenya dan membengkokkannya ke belakang. "Hmm, ehem, Toko sepertinya tengah makmur ya, huh, manajer toko?" "Tidak, tidak. Tak sama sekali. Ini hanya kebetlan saja hari ini. Biasanya, yang terjadi hanyalah suara tekukur. Aku tengah akan segera berdiskusi dengan putriku soal mengunjungi kuil besok untuk mendapatkan permisi untuk menyelamatkan leherku. ya." "Apa, hari ini bukanlah hari kerja. kau tak harus membuat alasan begitu." Meminta maaf, Scarron melanjutkan. "itu hanya perkataanku, Chulenne-sama, tapi sebagaimana yang kau lihat, hari ini, toko sudah penuh terisi..." "Aku tak melihatnya begitu lho." Saat Chulenne berlebihan seperti itu, para ningrat pengikutnya mengeluarkan tongkat mereka. Para pelanggan, ketakutan oleh ongkat sihir berkilau para bangsawan, bangun dari mabuk mereka, bangkitm dan menghilang dari pintu masuk dengan kecepatan penuh. Toko kosong seketika. "Sepertinya perkataan soal tekukur benar juga adanya." Dengan perut yang bergerak-gerak, kelompok Chulenne menduduki meja di tengah. saat Saito menyadarinya, Jessica disampingnya, melihat Chulenne dengan putus asa. "Siapa orang itu?" "Chulenne, pengumpul pajak disekitar sini. hanya dengan begini, dia datang ke toko-toko di bawah wewenangnya dan berkerumun di sekitar kami. Seorang yang buruk! Dia takkan membayar satu koin tembaga pun." "Seperti itukah...?" "Berlagak seperti itu hanya karena dia seorang ningrat. Jika kau membuatnya tak senang, dia akan membebani pajak berlebihan padamu dan membangkrutkan tokomu, jadi semuanya mendengarkan apa yang dikatakannya." Sepertinya disetiap dunia, ada orang-orang yang menyalahgunakan kekuatan mereka dan memeras rakyat. Tiada yang datang melayaninya, jadi Chulenne jadi kesal. Setelahnya, dia mulai mengeluh. "Oh! Toko ini tampaknya untung agak besar! Bukankah ini anggur sebuah sake yang difermentasi begitu baik dari Gronyu? pakaian yang dikenakan gadis itu dijahit Gallia! Sepertinya aku harus melihat lagi tingkat pajak tahn ini." Bangsawan yang mengelilinginya ber"itu benar" atau mengangguk setuju pada Chulenne. "Apakah tiada gadis yang akan menungakan alkohol pada Pengumpul pajak Yang Mulia Ratu?! Toko ini setidaknya menjual itu, kan?!" teriak Chulenne. Tapi, tiada gadis toko yang menghampirinya. "Siapa yang akan menuang untukmu, saat kau takkan pernah menyerahkan tip apapun tak peduli sebanyak berapapun kau menyentuh mereka?" Saat Jessica menggumamkan itu mengejeknya....Sebuah bayangan kecil yang mengenakan camisole putih menghampirinya sambil membawa nampan dengan anggur. Itu Louise. Dia punya banyak kesalahan...salah satunya adalah "tak bisa membaca keadaan". Kepalanya penuh dengan "bekerja keras sebagai pelayan" sehingga dia tak terpikir untuk mengerti suasana diantara para pelanggan dan toko. "Apa? Siapa kau?" Chulenne memandang Louise curiga. Tersenyum, Louise meninggalkan anggur di hadapan Chulenne. "Si-si bodoh itu..." Saito bergumam terkejut sambil memandangnya khawatir. "Pak...anda melamun." Bertingkah seakan mengikuti sebuah panduan, Louise, yang tak bisa membaca keadaan, memujinya, Tapi, sepertinya Chulenne tak menemukan Louise sesuai seleranya. "Apa ini?! Toko ini menggunakan anak-anak?!" Tanpa bergerak, Louise memegang camisolenya dan membungkuk. Hanya itulah yang bisa dilakukannya. "Sekarang, Enyahlah, enyahlah. Aku tak perlu anak-anak. Pergilah kau." Saito melihat dahi Louise mengernyit. Sepertinya dia marah. Saito berdoa. Louise, jangan meledak! Orang itu terlalu berbahaya! "Oh, dilihat lebih dekat, kau bukanlah seorang anak-anak...hanya seorang gadis dnegan dada kecil." Wajah Louise memucat. Kakinya mulai bergetar perlahan. Wajah Chulenne mulai terwarnai nafsu. dan lalu...menjulurkan tangannya pada dada kecil Louise. "Sekarang, bagaimana kalau Chulenne-sama ini memeriksa dan melihat seberapa besar mereka." Tepat saat itu...Sebuah telapak kaki meledak pada wajah Chulenne. masih di kursi, Chulenne berguling-guling ke belakang. "Me-mengapa kau!" Ningrat-ninrat sekeliling menghunus tongkat mereka seketika. Di hadapannya...ada bayangan seorang pemuda yang bahunya berguncang karena amarah. "Saito." Louise memandangi punggung Saito, yang bangkit melindunginya. Selama memandangi punggung itu...sesuatu yang hangat mengisi dadanya yang sedang berguncang karena amarah. Sebagaimana diduga, Saito tak bisa menahannya lagi. Louise mencoba sekuat tenaga, kan? Tuanku tak punya dada, tapi dia manis, kan? Louise yang itu mencoba keras memujmu, dan apa yang kau lakukan? Hanya mengeluh! Yah, mengeluh itu tak apa-apa. Aku juga terkadang berkata-kata. Ini Louise, jadi itu tak bisa dicegah. Tapi...Tapi...Ada satu hal yang tak bisa kumaafkan. "Hei, orang tua, sudah sajalah." "Si-sialan kau...ke wajah seorang ningrat, kau..." "Mau ningrat, pangeran, atau dewa...aku pasti takkan membiarkan mereka melakukannya. Ini hanya khusus untukku. Siapa peduli soal ningrat?! Yang bisa menyentuh Louise hanyalah aku!" teriak Saito. Tanpa bisa dicegah, pipi Louise bersemu merah. Meski kau hanya seorang familiar, hal-hal congkak apa yang kau katakan?! Kau juga tak punya hak untuk itu! dia coba katakan, tapi...dengan alasan tertentu, kata-kata itu tak keluar. Otaknya mengosong, seakan direbus. Bahkan dengan keadaan seperti itu di sekelilingnya, Louise akhirnya melamun. "Tahan orang-orang itu! Aku akan menggantung mereka!" Bawahan Chulenne mengepung Saito. Saito dengan perlahan mengamati sekelilingnya. "Siapa yang bakal menangkap siapa? Sungguh sial kalian, aku..." "Sial kenapa?" "Untung atau sial, aku menerima hal ini yang disebut kekuatan legendaris..." Mengucapkan itu, dia menggerakkan tangannya ke punggungnya. Dan...menyadari Derflinger, yang seharusnya ada disana, tak disana. "Eh?" Merasa bermasalah, Saito menggaruk kepalanya. "Itu benar...Aku meninggalkan si legenda di loteng...Toh, ia hanya akan jadi pengganggu selama mencuci piring." "tahan dia dan gadis papan cuci itu!" Para bangsawan itu menghunus tongkat mereka. "Ku-Kup!" Tapi tiada kup. Para ningrat yang marah melantunkan mantra mereka. Sebuah tali kecil nampak seperti topan, dan tepat saat ia mencoba mengitari Saito...Sebuah cahaya putih murni berkilat menembus toko dan menerbangkan para bangsawan bersenjata jauh hingga ake pintu masuk. setelah cahaya itu perlahan menghilang...Louise muncul, dengan mengangkat dirinya hingga titik tertinggi di atas meja. Serangan tadi merupakan mantra "Void" Louise, 'Ledakan'. Sekujur tubuhnya berguncang karena marah, tongkat pusaka kesukaannya tengah berkilau di tangannya. Louise mengikatnya pada pahanya dan menyembunyikannya, untuk berjaga-jaga bila sesuatu terjadi. Bingung, para ningrat menjadi panik. Louise berucap dengan nada kecil. "...Papan cuci tak perlu disebut, kan?" Suasana hati senangnya yang jarang didapat diterbangkan dengan pernyataan tunggal itu. Dia teringat banyak dari masa lalu gelapnya dnegan kata tunggal "papan cuci" itu. Dia memikirkan belahan Jessica & Siesta dalam pikirannya. Ini keterlaluan. Untuk kau mengatakan sesuatu seperti itu saat seseorang pada akhirnya pergi melayanimu. "Hii! Hiiiiiiii!" Intensitas sang legenda...intensitas "Void" membuat bulu kuduk para bangsawan disana berdiri. "Mengapa kau harus begitu jauh sampai mengatakan hal itu? Bukankah itu keterlaluan bagimu untuk memanggilku sebuah papan cuci saat aku datang untuk menuangkan kau beberapa alkohol? Kau sebaiknya bersiap-siap!" Para bangsawan bergludak-gluduk untuk kabur. Tanpa bergerak, Louise mengayunkan tongkatnya. Permukaan didepan pintu masuk dihancurkan, menciptakan sebuah lubang besar. Seluruh ningrat terperangkap kedalamnya dnegan begitu mulusnya. Para ningrat itu bertumpuk satu sama lain dan menengadah ke atas. Louise perlahan muncul, dan dan para bangsawan mulai berguncang lebih keras. "Si-siapa kau? Siapa kau? Dari kelompok sihir mana?!" Chulenne, sambil gemetaran, menanyai Louise. Dia tak pernah melihat maupun mendengar soal cahaya yang menerbangkan orang. Tanpa menjawab, Louise mengeluarkan surat izin yang didapatnya dari Henrietta dan menyodorkannya pada wajah Chulenne. "...Su-su-surat izin Paduka?" "Aku adalah wanita senat Paduka Ratu, dan dan putri ketiga dari keluarga terpandang yang memiliki sejarah luar biasa. Aku tak punya nama untuk diberikan pada pegawai rendahan sepertimu." "A-Aku minta ampun!" Chulenne membengkokkan tubuh gemuknya dan memaksa membungkuk dalam lubang. Para ningrat yang terdorong olehnya mengerang. Louise bangkit. "Lepaskan aku! Setidaknya nyawaku!" Sambil mengatakan itu, Chulenne grusak-grusuk merogohi pakaiannya dan melemparkan seisi dompetnya pada Louise. Dia memohon pada ningrat di sekelilingnya, dan membuat mereka melakukan hal yang sama dan menyerahkan dompet mereka pada Louise. "Dengan ini! Lupakan semua yang terjadi! Aku mohon!" Tanpa melihat sedikitpun pada dompet-dompet yang terkumpul, Louise menyatakan. "Lupakan semua yang kalian dengar dan lihat hari ini. Kalau tidak, tak peduli berapa banyak nyawa yang kalian punya, ia takkan cukup." "Ya! Aku bersumpah! Aku bersumpah pada Yang Mulia dan Sang Pendiri bahwa aku takkan menyingkap apa yang terjadi hari ini pada siapapun!" dengan meneriakkan itu, dia keluar dari lubang dengan berguling-guling, lalu Chulenne dan orang-orangnya menghilang di kegelapan malam. Louise dengan tegak kembali kedalam toko. Tepukan pemekak telinga menyerbu Louise. "Itu luar biasa! Louise-chan!" "Tak tahan dengan wajah Chulenne tadi!" ":Aku merasa tersegarkan! Itu tadi hebat!" Scarron, Jessica, dan para gadis toko langsung mengelilingi Louise. Disitu, Louise kembali tersadar, pikiran "Kini aku melakukannya...", dan kepalanya tergantung malu. Dia lepas kendali saat dia dipanggil sebuah papan cuci. Saito hendak tertangkap, jadi dia melantunkan mantranya tanpa pikir panjang. Saito menghampirinya dan berbisik padanya. "...Bodoh! Kau seharusnya tak memakai sihir, kan?!" "Uu...Tapi..." "Sheesh...Hah, baguslah...Kini kita harus mulai lagi dari nol..." Scarron menepuk pundak Louise dan Saito. "Tak apa." "Heh?" "Aku tahu Louise-chan adalah seorang ningrat sebelum ini." Saito menatap tajam Jessica. Panik, Jessica mengibaskan tangannya di depan wajahnya, memberitahu Saito "Aku tak mengatakan apapun." "Ba-bagaimana?" Tanya Louise sambil terpana. "Karena, ya.., itu..." Para gadis toko mengambil alih dari Scarron. "Itu sangat jelas dari kelakuan dan sikapmu!" Uu, jadi itu...pikir Louise, merasa lemas hati. "kau pikir kami sudah berapa lama menjalankan bar ini? Mataku untuk membedakan orang adalah kelas atas. Tapi kau punya alasan tertentu, kan? tenanglah, tiada seorang pun gadis disini yang akan menyingkap rahasia masa lalu temen sekerja." Seluruh gadis mengangguk sekaligus. Jadi begitu. Pikir Saito. Bukan hanya Jessica yang tajam disini. "Seluruh gadis disini pada nrimo. Itulah mengapa kau bisa tenang...Terus dapetin tip dari sekarang, OK?" Louise mengangguk. Saito merasa lega. Menepuk kedua tangannya bersama, Scarron berkata dengan nada ceria. "Kini! Seluruh pelanggan telah pulang , jadi aku akan mengumumkan hasil lomba tip." Suara sorakan membahana. "Yah, perhitungan tak perlu, kan?" kata Scarron setelah melihat gundukan dompet yang ditinggalkan Chulenne dan orang-orangnya di tanah. Melihat dompet-dompet itu, Louise menyadari maksud Scarron, Di dalamnya...uang segunung ada disana. "Eh? Ini..." "Tip, kan?" kata Scarron sambil mengedipkan sebelah mata. Lalu dia mencengkram tangan Louise dan mengangkatnya tinggi-tinggi. "Pemenang! Louise-chan!" Tepuk tangan bergemuruh seisi Toko. __________________ Sore hari berikutnya...Louise tak keluar dari kasurnya. "hei, ayo pergi bertugas." "Aku beristirahat hari ini." "Heh?" Saito memandang hampa padanya. lalu dia berpikir kembali. Yah, sudah agak lama dia tak menggunakan sihir, jadi dia mungkin kelelahan. Sepertinya tak apa-apa bila dia beristirahat hari ini." "Baiklah. Bilang padaku bila kau merasa tak enak." Hadiah pemenang, Bustier "Peri-Peri Memesona", digantung di dinding. Meski itu merupakan hadiah...dia hanya bisa mengenakannya hari ini. Yah, bagaimanapun juga, ini sebuah pusaka. ______________ Menuruni tangga, Scarron naik mendatanginya. "Oh? Apa yang terjadi dengan Louise-chan?" "Sepertinya dia berencana untuk beristirahat seharian ini." "Oh..tak mungkin, sia-sia saja atuh..." "Mengapa begitu?" "Karena, dia hanya bisa mengenakannya hari ini. Aku akan memintanya mengembalikannya besok." "Sepertinya begitu." "Jika kau mengenakan itu, kau bisa mendapatkan tip sebanyak yang kau mau...benar-benar sia-sia, sungguh." menggumamkan itu, Scarron menghilang kedalam toko, yang mulai menjadi riuh. __________ Saito pergi ke cuci-piringnya, tak bisa mengerti apa yang tegah terjadi. Setelah bekerja keras dan menyelesaikan tugasnya, Saito kembali ke loteng. Menengadah dari koridor...cahay tampak menembus papan-papan lantai kamar. Sepertinya Lousie masih bangun. Ada apa dengannya...Meski dia bilang dia tengah kelelahan dan akan beristirahat, dia tak tidur sama sekali. Dia seharusnya mengenakan bustier itu dan menghasilkan beberapa uang kalau begini. Mendorong papan lantai loteng ke atas, Saito menyembulkan kepalanya. Dan langsung terpana. Kamar telah disapu bersih, dan sepertinya sebuah lap debu digunakan karena tiada debu sedikitpun betebaran. Sampah yang menggunung telah terkumpul di satu titik, dan akamr telah ditata sehingga sepertinya seseorang bisa hidup layak disitu. "Apa...yang terjadi?" "Aku yang melakukannya, Menjijikkan untuk hidup terus-menerus di tempat kotor." Menghadapi suara Louise, Saito semakin terpana. Makanan dan anggur telah ditata di atas meja...dan sebuah lilin meneranginya. Dan cahaya itu...juga menyinari pemilik Saito yang berpakaian sangat indah. Saito menelan ludah. Kelelahan dari pekerjaan harian mulai terbang jauh. Louise tengah duduk di kursi di sebelah meja. Menyilangkan kaki, ramutnya telah ia rias dengans ebuah barette seperti dulu. &...penampilan anggunnya juga memasukkan Bustier "Peri-Peri Memesona". Bustier hitam itu membuat kecantikan Louise lebih gemerlap. Hanya bisa menganga, Saito terus menatapnya. "Seberapa lama kau hendak memasang ekspresi bodoh itu? Ayo, mari makan." kata Lousie dengan nada tak biasa. Sebuah hidangan telah dibariskan di meja." "Apa ini?!" "Aku membuatnya." Saito menatap Louise, yang tampak malu. "benarkah?" "Aku mendapat Jessica mengajariku." Memandangi Louise, yang bersemu merah dan mengatakan itu, Degup jantung Saito makin kencang. Garis pusat bagian atas Louise menjadis ebuah mesh, membuat kulit putihnya nampak. Bustier hitam memuatnya sempurna, membuat garis-garis tubuhnya makin menonjol. Pannier yang agak pendek terputar ke belakang pada pinggangnya pada tingkat yang bisa dimaafkan. Ini terlihat lebih erotik daripada Louise dalam keadaan telanjang. Saito tanpa sadar membuang pandangannya. Dia merasa dia bakal jadi gila bila terus menatap. Entah dia bakal jadi gila karena dia sudah jatuh cinta padanya, ataukah karena sihir "Susuk" yang dimantrakan pada bustier, itu tak diketahui Saito, tapi...ada satu hal yang pasti. Ia memesona. Tapi, tanpa bisa mengatakan itu, Saito bicara dengan nada marah. "...Bukankah kau akan mengenakan itu dan melayani pelanggan sepuas hatimu?" "Jika aku memperbolehkan mereka menyentuh, kau akan menamparku, kan?" balas Louise dengan sikap mencibir. "Ya sudah, ayo makan." Saito mengangguk, dan mulai melahap makanan buatan Louise. Tapi...darah telah membanjiri kepalanya dan mencegahnya dari merasakan rasa. Ini mungkin buruk. Tapi, bagaimanapun, ini tak apa-apa. Louise membuatnya. Itu sebuah kemajuan. "Bagaimana rasanya?" tanya Louise. "Bu-bukankah ini lezat?" jawab Saito dalam sikap untuk menghindari poin utama. "Aku membersihkan kamar. bagaimana?" "Whew, Ini sesuatu..." "Tapi, bagaimana tentang, aku?" Bersender pada sikunya, Louise bersender dan menatap Saito. Cahaya pagi merekah merajai pagi. Sinarnya menyelimuti loteng, meneranginya. Dia telah menutup mulutnya dengan lugas hingga kini, tapi Saito akhirnya memikirkan beberapa kata. "Très bien." "...Setidaknya puji aku dengan kata yang berbeda." Louise mendesah. Benarkah sihir susuk dimantrakan pada ini? Apa? Meski aku berpikir untuk mendapatinya memperlakukanku dengan lembut. Kelakuannya masih sama seperti dulu. Seakan dia marah, seakan dia terganggu, tingkah semacam itu. Membosankan. Kupikir dia akan akan menjunjungku tinggi-tinggi bagaikan seorang tolol jika aku mengenakan ini. Lalu aku akan memperlakukannya sedingin mungkin. Terlalu telat sekarang untuk menyadari seberapa memesonanya tuanmu ini! Apa, tolol? Jangan menyentuhku. Tapi, ya...saat kau bilang "Yang bisa menyentuh Louise hanya aku!", aku sedikit bahagia karena alasan tertentu, jadi aku akan memperbolehkannya sedikit, tapi hanya sedikit. hanya sedikit, mengerti? Meski dia membayangkan itu, meki dia sudah menghabiskan seharian untuk bersiap-siap, Saito hanya melihat ke arah lain...Betapa membosankan pikir Louise kesal...Pada akhirnya, Louise tak pernah menyadarinya...Saito sudah menggila cintanya padanya sedari dulu...jadi sihir "susuk" itu sudah tak berarti.
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information