Editing
A Simple Survey (Indonesia):Jilid 1 Akhir4
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
==Part 5== Sekarang, sebuah pertanyaan. “Kelihatannya ini adalah ruang kelas di universitas. Aku hanya mengambil kuliah pendidikan umum, jadi aku belum pernah berada di ruangan sekecil ini. Dan juga, sekarang jam 8 pagi. Para dosen harusnya sudah berada di sini. Beberapa mahasiswa yang lebih gegabah mungkin berada di sini juga. Senior yang mengabiskan malam di sini untuk menulis tesis mereka pasti ada di sini. Namun, jam utama para mahasiswa tiba seharusnya jam 8.30-9.00 pagi.” “… Jadi kalau kita tidak menemukan pakaian ganti pada waktu itu, aku akan dipaksa untuk memberikan adegan fanservice ke seluruh universitas sambil diborgol denganmu?” “Tentu saja akan menjadi masalah besar kalau kau meninggalkan gedung dengan pakaian seperti itu. Itulah mengapa kita harus menemukan alat penting ‘Pakaian Katun’ di suatu tempat di gedung.” “Bagiku kelihatannya ada beberapa pakaian di sini. Kau memakainya, kan? Setidaknya biarkan aku meminjam kemejamu!! Pria telanjang dada atas bukanlah suatu masalah. Kau hanya akan terlihat seperti berada di film kung fu!!” “Ada masalah dengan hal itu, Nyonya Aisu.” “Hm? Hah? Kancing kemejamu terkunci karena dilem dengan lem instan!?” “Celana dan ikat pinggangku juga begitu. Aku baru saja menyadarinya. Kelihatannya siapapun yang mengatur hal ini berniat mempunyai aksi thriller mata-mata yang menampilkan gadis dengan pakaian renang minim yang berlari mengelilingi gedung universitas.” “Aku takkan memaafkan siapapun yang melakukan hal ini!! Aku tak bisa mempercainya!! Aku tahu, Aku bisa menutupi badanku dengan gorden…Ahh!? Aku hanya menarik gorden tebal itu dengan pelan dan gorden itu mulai berantakan!!” Anzai menduga bahwa gorden itu telah berkarat dengan suatu jenis senyawa kimia atau diganti dengan gorden dengan bahan yang mudah disobek ketika mereka tidur. Siapapun yang mengatur hal ini cukup teliti, namun apa arti dari melakukan semua ini? Faktanya, siapa yang melakukannya? “Tak ada lagi yang bisa kupakai untuk menutupiku!” “Ada beberapa kartu memo di sana. Mungkin kartu-kartu itu ditinggalkan oleh suatu profesor.” “Mari kita lihat… ‘Kalau apa yang aku lihat adalah kenyataan, berarti aku membutuhkan orang yang dapat disebut Ab. Buster. Aku telah mengumpulkan terlalu banyak hal itu untuk menentangnya. Itulah mengapa aku membutuhkan orang baru untuk berperan sebagai Ab. Buster dan…’ Ah, Aku tak peduli! Kartu ini kecil!! Aku tak bisa menutupi apapun dengan kartu memo kecil ini! Telapak tanganku lebih besar dari kartu ini!!” Dalam amuknya, Aisu merobek kartu memo itu dan membuang sobekan-sobekannya. (Haruskah dia benar-benar melakukan itu? Aku tak terlalu mengerti apa yang sedang terjadi di sini, tapi kurasa itu adalah informasi penting yang dibutuhkan sebagai prolog untuk apapun yang sedang terjadi di sini…) “Tapi di mana kita bisa menemukan pakaian ganti? Apa kau punya ide?” Tak seperti SMP ataupun SMA, mahasiswa tak punya “ruangan kelas tetap” di universitas, jadi tak ada kebiasaan meninggalkan barang pribadimu di mana saja. Hal itu sedikit mengubah bagi mereka di dalam seminar tertentu atau mahasiswa pascasarjana yang terus-menerus pergi ke dan dari laboratorium tertentu, tapi Anzai hampir tidak mengambil apa-apa selain program pendidikan umum, jadi dia tidak terbiasa dengan mereka dekat ruang pribadi. Aisu menggunakan tangannya untuk menutupi badannya, tapi Anzai punya perasaan kalau hal itu sebenarnya membuat berbagai tempat semakin menonjol. Dia mengeluarkan rintihan yang pelan dan berkata, “…Ah. Kalau kita berhasil menuju gedung aktivitas klub, mungkin kita bisa menemukan tracksuit atau seragam.” “Apa kau ikut suatu klub?” “Ya, Klub Penghidupan Pertarungan ala Francia Barat.” Anzai tak cukup yakin apa yang sebenarnya klub seperti itu akan lakukan, tapi dia bersumpah di dalam hatinya untuk tidak membuat lelucon lain yang dapat membuat Aisu ingin menyakitinya. Dia hanya berharap kalau sebenarnya itu adalah klub kebudayaan. “Tapi gedung aktivitas klub lumayan jauh dari gedung ini.” “Dan juga, kunci ruangan klub disimpan di kantor dosen, jadi para dosen akan melihat kita …” “Berarti kita membutuhkan pilihan yang lain.” “Tapi tak ada lagi tempat di mana orang-orang meninggalkan barang pribadi mereka.” “Lalu bagaimana dengan tempat yang punya pakaian yang bukan milik personal? …Hmm, mungkin seperti kantin?” “?” “Aku menduga bahwa hal itu demi alasan kesehatan, tapi semua koki memakai tracksuit dan celemek, kan? Pakaian terbaik adalah topi dan pakaian dari bahan sintetis tipis seperti orang-orang yang bekerja di pabrik pembuatan semikonduktor, tapi para pelanggan mungkin tak mau para koki terlihat seperti mereka ditutupi dengan bahan kimia.” “Maksudmu?” “Pakaian itu bukan milik pribadi. Kemungkinan, beberapa set ditinggal di dalam dapur.” “Ya!! Kerja bagus!!” “Gyaahhhh!? Hanya karena kau mengatasi masalahmu dengan bersukacita, tak ada alasan untuk mendatangi dan memelukku dengan pakaian seperti itu!” Aisu sadar kembali dan memberikan tamparan yang tak adil. Kemudian mereka mulai keluar dari tempat itu. …Tapi pertama-tama, Anzai menanyakan suatu pertanyaan hanya untuk memastikan sesuatu. “Bagaimana dengan teman-temanmu yang kemarin? Harumi dan dua gadis lainnya. Tak bisakah kau menghubungi mereka dan menyuruh mereka membawa pakaian ganti?” “Tidak. Sama sekali tidak. Kalau mereka tahu aku berkeliaran di sekitar universitas dengan pakaian seperti ini, dunia akan hancur hebat.” Dan begitulah, aksi thriller mata-mata dimulai dengan nyawa (seseorang yang tak punya relasi dengan Anzai) dalam bahaya. Dia keluar sambil menyeret Aisu, raja iblis yang telah sampai di abad ke-21. Rantainya relatif panjang, jadi Anzai akan pergi duluan untuk memastikan sesuatu kalau keadaan aman dan lalu Aisu akan mengikutinya dengan badan berayun. Di sudut koridor, Anzai melihat sekilas rambut putih panjang. Tampaknya seorang gadis yang umurnya sekitar 12 tahun berbalk ke arah mereka, tapi kelihatanya dia tidak melihat mereka. (…Bukankah ini adalah universitas?) Itu adalah pemandangan yang agak aneh, tapi dia tak punya waktu untuk memedulikan hal itu. Yang penting tak ada orang lain lagi di sana. Gadis tadi sudah menghilang. Kelihatannya sudah aman untuk menuruni koridor pagi yang dingin. “…Itu terlihat baik-baik saja.” “Ayo kita selesaikan situasi darurat yang bodoh ini.” “Tapi mungkin kau harus tetap jongkok sambil jalan. Kalau kau berdiri, seseorang dapat melihatmu melalui jendela koridor.” Anzai dan Aisu melawan dorongan untuk berteriak dan berlari dengan kecepatan penuh, dan bergerak perlahan dan diam-diam melalui koridor. Tentu saja jantung Anzai juga berdebar-debar. Kalau Aisu mengacau dan mulai menangis dalam situasi ini, dia punya perasaan kalau hidupnya akan hancur terlepas dari konteks yang benar dari situasi itu. “Kita di lantai berapa?” “Dari apa yang bisa kulihat dari jendela, sepertinya lantai tiga. Aku dapat mengetahuinya dari seberapa tingginya kita dari tanah.” “Kantin ada di lantai pertama.” “Ini lebih mudah untuk bersembunya daripada koridor yang langsung menuju ke sana. Hal itu meningkatkan resiko tiba-tiba bertemu dengan seseorang, tapi …tunggu. Shh!” “Gyaaaaahhhh!? Ada langkah kaki yang menuju arah ini!!” Saat mereka mendatangi tangga, mereka mendengar langkah kaki dari bawah. Anzai dan Aisu menyadari bahwa mereka akan ketahuan, jadi mereka mengubah rencana mereka dan naik tangga dengan sangat ketakutan. Hanya dengan kepala mereka mencuat keluar dari bordes, mereka meneliti situasinya. “(Mereka akan berhenti di lantai tiga, kan!? Kalau mereka terus naik, kita akan ketahuan! Mungkin kita harus memasang tanda ‘lantai basah’)” “(Dan pentualangan seperti apa yang kau rencanakan untuk berjalan mendapatkan tanda itu!? Apa yang perlu kita lakukan adalah mengecek atas! Kalau seseorang mulai datang ke bawah, kita takkan punya tempat untuk lari!)” Kedua orang itu melambaikan tangan mereka tanpa arti sambil berdebat, tapi beruntungnya pemilik langkah kaki itu berhenti di lantai ketiga. Dari apa yang mereka dapat lihat dari punggung orang itu, tampaknya orang itu adalah Profesor Shinagawa, nyonya keras kepala yang adalah subjek dari rumor yang diragukan yang mengatakan bahwa dia takkan memberi kredit apapun ke gadis yang memakai makeup tebal. “K-kalau dia melihat kita, matilah kita.” “…Kupikir mungkin aku benar-benar akan dikubur di bawah pohon ceri kampus.” Namun, mereka tak punya pilihan lain selain maju karena sekarang jalan bagi mereka sudah terbuka. Anzai dan Aisu turun ke lantai pertama dari bordes di antara lantai ketiga dan keempat. Di perjalanan, tiba-tiba Anzai bertanya, “Jadi menurutmu siapa yang mempersiapkan hal ini?” “Yah, aku tak bisa banyak memikirkan yang menghubungkan kita. Faktanya, kita baru saja bertemu kemarin.” “Jadi…” Anzai tahu pemikiran itu mempunyai beberapa kelemahan, tapi dia tetap menyuarakan hal itu. “Pelakunya adalah Harumi, Hotaru, atau Kozue?” “Tidak,” sangkal Aisu dengan cepat. Bukannya dia punya bukti nyata apapun mengenai hal itu. “Tak peduli bagaimana tampaknya mereka, mereka tahu jalur apa yang tidak untuk dilalui. Dengan sesuatu seekstrim ini, kita dapat menyingkirkan mereka. Ini bukanah sesuatu yang sahabat yang anak SD impikan akan lakukan.” “Apakah begitu?” “Iya. Kalau ternyata pelakunya mereka, aku akan menikam mereka.” Pernyataan kasar itu diucapkan tanpa keraguan. Bagaimana gadis kadang-kadang akan menyerang dengan cara yang gila itu membuat Anzai takut. Tanpa memerhatikan seberapa dalam luka sebenarnya, mereka tak pernah membiarkan apapun pergi seperti hal itu adalah kail yang menusuk mereka. Anzai secara sah tak tahu apakah Aisu bercanda atau tidak. “Tapi apakah kita punya koneksi selain dengan mereka?” Tanya Anzai. “Yah…” Aisu melemah sebelum dia dapat melanjutkan perkataannya. Pada awalnya, Anzai berpikir bahwa hal itu disebabkan karena mereka telah sampai di lantai pertama dengan aman, tapi bertingkah aneh. Saat Anzai menjulurkan kepalanya keluar dari area tangga untuk mengecek koridor, Aisu yang memakai pakaian renang yang gila berbicara kepadanya. “Anu, Aku baru saja menyadari sesuatu.” “Apa?” “…Kantin berada di ujung lain bengunan ini. Artinya kita harus melewati area masuk di tengah bangunan ini.” “…” Sekarang jam 8.10. Tak banyak waktu yang tersisa sampai pukul 8.30. “J-jadi haruskah kita kembali ke lantai kedua, berjalan lewat sana, dan kemudian turun ke bawah menggunakan tangga di sisi lain?” “Aku mau, tapi…tunggu, tunggu! Aku mendengar langkah kaki mendekat dari atas tangga!!” Seperti membangun piramid dari kartu remi dan sejenisnya, rencana yang mereka buat dengan sangat ketakutan hancur begitu saja karena kejutan yang besar. Dengan tangan mereka yang terikat, mereka keluar menuju koridor tanpa yakin kalau hal itu aman. Dan sekali mereka melangkah ke depan, mereka tak punya pilihan lain selain terus melaju ke arah itu. Keraguan hanya akan meningkatkan resiko kegagalan. “Kupikir professor yang dari survei itu adalah yang paling mencurigakan!” kata Aisu sambil berjalan jongkok. “Kenapa?” “Survei itu adalah satu-satunya koneksi antara kita selain dengan Harumi, Kozue, dan Hotaru.” “Tapi kenapa kita? Pesertanya kan ada banyak.” Mungkin saja ada pasangan lain yang menyelinap bersama di bagian lain universitas, tapi Anzai memutuskan untuk mengabaikan kemungkinan itu karena mereka tak punya bukti untuk hal itu. Dengan tangannya menutupi badannya, Aisu melihat sekitar dan berkata, “Apa kau ingat apa yang kita pelajari kemarin? Hasil kita pada survei itu benar-benar cocok. Mungkin hanya kita berdua yang seperti itu.” “Apa kau punya bukti?” “Itu adalah masalah sederhana matematika. Menurutmu berapa peluang untuk mendapatkan hasil pengurutan 24 film pendek yang benar-benar sama?” “Hah? Anu, uh….? A-aku bisa matematika dengan kalkulator! Sumpah!!” “Kau bisa menggunakan kalkulator kalau mau, tapi lakukan perhitungan saja!!” wajah Aisu semakin memerah, kali ini asalnya dari sesuatu selain rasa malu. “Jawabannya 10 pangkat -23 dikali 1/6. Penyebutnya adalah angka diatas triliun dan kuadriliun, jadi aku tak tahu mau menyebutnya apa, tapi kesempatannya sangat kecil.” “…A-Aku tak menyadari kalau hal itu adalah hal itu adalah hal yang luar biasa.” “Tentu saja, peluangnya bukan 0, jadi mungkin saja ada orang ketiga, tapi…yah…hal itu akan menjadi sebuah keajaiban. Hanya dua saja sudah cukup hebat.” Mendengar hal itu, Anzai mulai merasa seperti hasil survei lebih penting daripada fakta bahwa dia telah berbicara dengan gadis lainnya. Dan lagi, mungkin saja peluang menemukan orang tertentu lebih rendah daripada mengurutkan 24 film pendek dengan cara yang sama. “…Kita berhasil sampai ke zona merah daerah ranjau.” “Kau terlihat lebih tenang. Apakah indramu sudah mati rasa?” Mereka ada di area masuk. Pada waktu itu, area ini adalah area yang mempunyai kesempatan mereka ketahuan orang lain tertinggi. . Beberapa universitas berbeda-beda, tapi yang satu ini masih menggunakan sistem sendal rumah. Dengan kata lain, di pintu masuk terdapat deretan loker sepatu. Mungkin alasannya untuk memastikan alat penelitian yang mahal dan buku-buku tua tidak dirusak oleh kotoran. Melepas sepatumu sebelum memasuki ruangan tertentu sepertinya lebih populer, tapi para professor di sini tampaknya khawatir kotoran apapun dalam gedung dapat masuk dari bagian bawah pintu. Namun, para mahasiswa pergi ke bangunan yang berbeda tergantung di mana kelas mereka, jadi taka da yang punya loker pribadi. Kau menaruh sepatumu di dalam sembarang loker dan lalu memakai sepasang sendal rumah. Sama seperti sebelumnya, Anzai maju dan menjulurkan kepalanya keluar untuk melihat apakah situasi aman untuk melanjutkan perjalanan mereka. “Aku tak melihat siapapun …” Hal selanjutnya yang dia tahu, Aisu mendorongnya dengan kasar dari belakang. Dia dipaksa masuk ke area di antara deretan loker. Dia menyadari apa yang terjadi sebelum dia dapat mengomel. Dia mendengar beberapa gadis mengobrol di deret loker selanjutnya. “Harumi, kau datang lebih awal.” “Aku mengubah akun bankku, jadi aku harus memberi tahu orang-orang di kantor untuk mengubah tempat mereka menarik biaya kuliahku. Semua hal prosedural ini sungguh menyebalkan. Kenapa kau ada di sini, Hotaru-san?” “Tak ada alasan yang nyata. Jalan utama itu biasanya jauh lebih ramai, tapi hari ini sedikit yang berlalu lalang.” Karakter bos personal yang mereka paling tak ingin biarkan mengetahui hal ini muncul. Karena hanya ada sederet loker di antara mereka, jarak antara mereka sebenarnya sekitar 60 cm. Hanya untuk memastikan, Anzai bertanya, “…Apa yang terjadi kalau mereka tahu?” “Dunia akan hancur.” Dia berpengang teguh pada jawaban itu. Masalahnya ada tak ada hal proaktif yang bisa mereka lakukan mengenai itu. Mereka hanya bisa berdoa agar Harumi dan Hotaru pergi. Dan tentu saja, dunia tak terlalu baik sampai-sampai mau memberikan keamanan yang sempurna kepada mereka. Pada detik berikutnya, ponsel Anzai mulai berdering begitu saja. Usaha mereka untuk bersembunyi sia-sia. Dan juga, Aisu panic dan berteriak. “Vaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh!!” Tapi setelah Anzai kembali tenang, dia menyadari Harumi dan Hotaru tak mungkin tahu bagaimana suara nada dering ponselnya, jadi tak masalah kalau mereka mendengarnya. Masalah yang sebenarnya adalah… “Hah? Aku baru saja mendengar suara Aisu.” “Kalau begitu, kita juga akan menemukan Kozue di sini.” Anzai mendengar langkah kaki mereka mendekat saat mereka mengobrol. Sudah jelas mereka mengelilingi deretan loker. Kedua gadis itu hanya ingin memberikan salam mereka seperti biasa, tapi Anzai dan Aisu tak bisa membiarkan hal itu terjadi. Tahu betul kalau dia sendirilah yang menyebabkan situasinya memburuk, Aisu mencengkeram kerah Anzai menggunakan kedua tanganya dengan amarah yang meledak-ledak. “(Kenapa kau tak mematikan ponselmu!?)” “(Tapi sudah jelas kalau ini salahm -…gweh!!)” Kalau mereka tetap tinggal di tempat mereka sekarang, Harumi dan Hotaru akan menemukan mereka, aksi thriller mata-mata itu akan berakhir dengan kegagalan, dan dunia jelas akan hancur. Karena kedua gadis itu sedang berjalan di belakang deret loker di mana mereka berada, Anzai dan Aisu berjalan lewat depan. “Hah?” “Ke mana dia pergi?” Saat mereka mendengar suara Harumi dan Hotaru dari luar loker, mereka kabur dari area masuk. Mereka kabur melewati koridor dan pergi menuju kantin. Kantin dibuka sebelum siang dan penyiapan makanan dimulai sekitar pukul 10, jadi sepertinya rempat itu kosong. Setelah mereka berhasil melewati area paling berbahaya di area masuk, tak ada lagi yang dapat mereka takutkan. Mereka berlari dari koridor ke kantin. Jarak ke dapur sekitar 30 meter lagi. “Entah mengapa hal ini terasa seperti kelanjutan survei itu.” “?” “Hanya bentuk pertanyaannya saja yang berubah. Apakah kita menuruni tangga atau melewati koridor? Apakah kita melewati area masuk atau kita mengelilinginya? Rasanya seperti kumpulan pertanyaan kecil seperti itu.” Dan sekali lagi mereka megeluarkan pertanyaan bersama-sama. “Tapi untuk apa?” “Yah, bahkan kita tak tahu apa tujuan survei itu. Tapi dari tindakan professor itu sebelumnya, kelihatannya dia ingin orang lain melakukan sesuatu untuk tujuannya sendiri.” Apakah artinya survei adalah pertanyaan pertama, masalah pakaian renang adalah pertanyaan kedua, dan selanjutnya akan dilanjutkan pertanyaan ketiga dan keempat? Berapa lama hal itu akan berlangsung? Apa tujuan tujuan persiapan dan pemutaran film itu? Atau akankah mereka telah menyelesaikan apapun tujuan professor itu dengan menjawab semua pertanyaannya? “Jadi apakah kita harus mengalahkan raja iblis yang jahat?” “Dunia yang menyaratkan pemakaian slingshot bikini untuk menjadi seorang pahlawan lebih baik hancur saja,” kata Aisu sambil cemberut. “Tapi kalau dia membuat situasi-situasi aneh ini dengan harapan kita dapat melaluinya, mungkin dia sedang mencari orang dengan keahlian khusus tertentu.” “Apa maksudmu?” “Mungkin dia mati-matian membutuhkan orang dengan kemampuan untuk menentang segala bentuk keanehan. Mungkin hal itu tak segila melawan raja iblis atau armada UFO galaksi luar angkasa, tapi mungkin ada beberapa keanehan dahsyat lainnya.” Apapun masalahnya, mereka harus manyelesaikan pertanyaan kedua terlebih dahulu. Anzai dan Aisu berjalan melalui kantin menuju dapur. Mereka menuju belakang dapur dan menemukan ruang penyimpanan. Ruang itu juga merupakan ruang istirahat, jadi ruang itu memiliki loker-loker yang tinggi dan sempit, sebuah meja, dan TV. Mereka menemukan apa yang mereka cari di salah satu loker. Orang yang bekerja di kantin selalu memakai tracksuit dan celemek yang sama. “O-ohhhhhhh!! Di sini benar-benar ada celemek! Sudah jelas kalau kita berhasil!!” “Kalau begitu cepat pakai celemek itu.” Anzai mencoba bertingkah keren, tapi sebenarnya dia sedikit enggan untuk berpisah dengan slingshot bikini Aisu. Namun, dia punya perasaan kalau dia akan dihajar kalau mengatakan hal itu keras-keras, jadi dia tetap diam. Sementara itu, Aisu terlihat terlalu senang karena telah menghidari situasi berbahaya itu. “Celemek! Celemek! Celemek! Celemek! … Celemek?” Entah mengapa, dia menambahkan tanda tanya pada akhir ucapannya. Anzai mengerutkan dahinya dan menyadari kalau wajah Aisu memucat. “…Anu, di sini hanya ada celemek.” “Hah!? Apa yang terjadi pada tracksuitnya!? Apakah professor itu menyembunyikannya!?” Kebetulan, professor itu meninggalkan sebuah kartu memo. Kartu itu mengatakan, “Celemek ini mengandung bahan kimia yang tidak membahayakan bagi manusia. Beberapa detik setelah pakaian renang menyentuh celemek ini, pakaian renang itu akan berkorosi dan hancur.” Terlalu cepat untuk mulai memikirkan pertanyaan ketiga. Pilihan untuk pertanyaan kedua belum berakhir. Akankah Aisu memakai celemek itu? Atau tidak? Dari sudut pandang yang murni memfokuskan ke area yang tertutup, seharusnya dia memakai celemek itu tanpa ragu. Namun, apakah membuang pelindung yang kecil namun setidaknya ada yang dia pakai sebelumnya adalah pilihan benar? Tapi bukankah tetap memakai slingshot bikini adalah pilihan yang salah? Maka sekarang. Keputusan apa yang menurutmu benar?
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information