Editing
Date A Live (Indonesia):Jilid 1 Bab 5
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===Bagian 5=== Situasi tersebut adalah kemungkinan terburuk yang dapat terjadi. Sepuluh anggota AST yang hadir semuanya telah ikut dalam pertarungan, namun jangankan melukai sang ''Spirit'', mereka bahkan tidak dapat berharap untuk mendekatinya. Tidak—bahkan sebelum itu, tidak ada satupun selain Origami yang dipedulikan sang ''Spirit''. Bagaimanapun juga, tidak ada singa yang berjalan sambil mempedulikan para semut. “Uwaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahh—!!” Sambil meneriakkan sebuah raungan bagaikan tangisan bercampur air mata, sang ''Spirit'' mengayunkan pedangnya yang besar sekali ke bawah. “...” Origami mengaktifkan ''thruster''-nya, memutar tubuhnya dan melarikan diri ke langit, menghindari serangan tersebut. Akan tetapi—gelombang udara yang ditimbulkan tekanan pedang itu menembus ''territory''-nya dan menghantam tubuh Origami. “Guh—” Untuk sesaat saja, ia teledor. “—AAAAAAAAAAAAAAHH!" Sang ''Spirit'' meraung. Lalu dengan segenap kekuatannya dia memutar bahunya dan pedang tersebut membelah angin, sekali lagi terayun ke arah Origami. 「—Origami!!」 Ryouko berteriak. Tapi—sudah terlambat. Pedang sang ''Spirit'' menyentuh ''territory'' Origami. —Sekejap itu. “——” Origami sadar kalau keputusan yang diambilnya sangat naif. Ia sudah mencoba untuk mengira-ngira kekuatannya dari gelombang udara itu namun—ia salah. Kekuatan tersebut jelas-jelas berada di dunia yang berbeda. Jangankan membandingkannya dengan diri sendiri, mencoba memikirkan strategi untuk menghadapinya saja sudah merupakan sebuah penghujatan; palu besi dari sang raja yang kejam. Jika membicarakan waktu, itu berlangsung dalam 1.5 detik semata. ''Territory''-nya. Yang seharusnya memiliki kemampuan absolut, kastil perlindungan Origami. “———” Tanpa bunyi apapun, tanpa suara apapun, dihancurkan. Tubuh Origami terlontar dari langit ke permukaan tanah. “Aa—” 「Origami!」 Suara Ryouko terasa sangat jauh. Mungkin dikarenakan ''territory''-nya sudah lenyap, beban di otaknya terasa terangkat, namun sebagai gantinya seluruh tubuhnya terasa sakit luar biasa. Tidak hanya satu-dua tulangnya yang patah. Darah membasahi ''wiring suit'' dari luka-luka yang tidak ia ketahui letaknya, menimbulkan perasaan tidak nyaman. Kepalanya yang tiba-tiba terasa berat, bagaikan mengingat kembali apa itu gravitasi, bergerak meski hanya sedikit. Di penglihatannya yang kabur, sosok sang ''Spirit'' yang berdiri di langit adalah satu-satunya hal yang dapat ia lihat dengan jelas. Memegang pedang dengan ekspresi teramat sedih, sosok mungil sang gadis. “——Usai sudah.” Sang ''Spirit'' mengangkat pedang itu, dan terdiam. Mengelilingi ''Spirit'' itu, muncul partikel cahaya yang tak terhitung jumlahnya, semuanya memancarkan sinar hitam, dan berkumpul di mata pedang tersebut seperti tersedot ke arahnya. Meski tanpa penjelasan apapun, ia mengerti. Bahwa di balik satu serangan ini adalah kekuatan penuh sang ''Spirit''. Kalau ia menerima ini dalam kondisinya sekarang, tanpa ''territory''-nya, maka tak diragukan lagi ia akan mati. Ia harus melarikan diri entah bagaimana caranya. Namun, tubuhnya terasa berat dan sakit, ia bahkan tidak dapat mencoba menggerakannya. Ryouko dan semua anggota AST lainnya sudah tidak bisa bertarung lagi. Tidak ada lagi keberadaan apapun yang dapat menghentikan sang ''Spirit''. Ia menanti pedang tersebut sampai memancarkan sinar kelam. Sang ''Spirit'' menaruh kekuatan pada tangan yang memegang pedang itu. Lalu—pada saat itulah. "TooohkaaaaaaaaaaAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAaaaaaaa—!!" Dari angkasa. Bahkan lebih tinggi dari sang ''Spirit''. Teriakan seperti itu terdengar. “Eh—” Meskipun hidupnya sedang terancam, Origami masih menyuarakan suara terkejut itu. Karena bagaimanapun juga, teriakan tersebut adalah milik lelaki yang baru Origami tembak beberapa waktu lalu. <br><br> “Sang putri sedang melayang rupanya... kalau begitu Shidou, ayo turun di sini. Parasut? Kau tidak memerlukan itu. Kita tidak terlalu tinggi, lagipula, ketika kau mendekatinya, kami akan menahanmu di udara. —Ahh, nng, jangan khawatir, jangan khawatir. Yah cuma terbatas di bawah <Fraxinus> sih. ...Eh? Kalau kau melenceng dari lintasan? Mmm... yah, akan ada sebuah bunga cantik yang mekar di tanah nanti, berwarna merah terang tentunya.” Setelah memberitahu Shidou ‘cara untuk menghentikan Tohka’, Kotori melihat sekilas monitor sambil mengatakan itu. Lalu ia tertawa kecil. “T-tunggu! Ini saja sudah cukup sulit, lalu kenapa...!” “Yah kau tahu, jika tingkat kesuksesannya kurang lebih sama, maka sudah jelas kan kalau cara yang lebih menyenangkan adalah yang lebih baik.” “Hanya kau yang akan menikmatinyaaa!” “Menyebalkan sekali. Bawa dia.” '''“Siap!”''' Kotori berkata, dan entah dari mana dua orang berotot muncul, dan menahan kedua tangan Shidou. Dengan begitu, Shidou ditarik ke luar. “Ahh, kurang ajar, ingat saja kau Kotoriii!” “Iya-iya. Aku akan mengingatnya kok, jadi semoga perjalananmu menyenangkan.” Mendengar suara itu, Shidou diseret ke geladak yang ditempatkan di bagian bawah lambung pesawat, '''“Semoga berhasil”''' dan tanpa diberi waktu untuk komplain, dilempar ke udara. “Gyaaaaaaaaaaaaaaaaaaahh—!?” Udara tajam menghantam seragam sekolah yang menyelimuti tubuhnya begitu juga dengan wajahnya. Merasakan sensasi gravitasi nol yang tak berujung Ia tidak lagi takut akan hal-hal semacam ''roller coaster''. Lalu—sambil ketakutan luar biasa sampai-sampai kesadarannya seolah akan melayang, Shidou melihat sebuah bayangan tunggal. “—!” Sambil melebarkan kaki-tangannya untuk menstabilkan diri, ia memfokuskan pandangannya yang kabur pada gadis tersebut. Dan kemudian. "TooohkaaaaaaaaaaAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAaaaaaaa—!!" Dengan segenap kekuatan yang dapat dikumpulkannya, ia meneriakkan nama itu. Tidak sampai sedenyut kemudian, gaya gravitasi yang menarik tubuhnya mencair menjadi perasaan tanpa bobot. Mungkin dukungan dari <Ratatoskr>. Tapi itu tidak mengubah fakta bahwa ia masih terjun kebawah, tapi kalau begini— “——” Tohka sepertinya sudah menyadari suara Shidou; tanpa mengayunkan pedang raksasa itu, ia menghadap ke atas. Pipi dan ujung hidungnya merah terang, dan matanya-pun basah. Benar-benar penampilan yang sangat menggelikan. Matanya lalu bertemu dengan Tohka. “Shi-dou...?” Sepertinya belum paham akan situasi ini, Tohka berbisik. Seiring berkurangnya kecepatan jatuhnya, Shidou menaruh tangan di kedua bahu Tohka. Dengan bantuan Tohka yang berdiri di udara, ia akhirnya berhenti. “Y-Yo... Tohka.” “Shido... ini, benar-benar, kau...?” “Aah... yeah, begitulah.” Shidou berkata, dan bibir Tohka gemetar. “Shido, Shido, Shido...!” “Mmm, ap—” Saat ia mulai menjawab, di ujung pandangan Shidou terbersit cahaya menyilaukan. Pedang yang diberhentikan Tohka di udara memancarkan sinar hitam murni yang mengubah daerah sekitarnya menjadi kegelapan. “A—apa-apaan ini...” “...! Ah tidak...! Kekuatannya—” Di saat bersamaan Tohka mengernyitkan alis, cahaya memancar keluar dari mata pedang bagaikan petir, menghujam bumi. “To-Tohka, apa yang—” “Aku tidak bisa lagi mengendalikan '''[{{Furigana|Pedang Terakhir|Halvanhelev}}]'''...! Kita harus melepaskannya ke suatu tempat...!” “Di mana maksudmu ‘suatu tempat’!?” “——” Tanpa mengatakan apapun, Tohka memandang ke arah tanah. Mengikuti pandangannya, ia melihat Origami terbaring di sana, terlihat seakan dapat tewas kapanpun juga. “...! Tohka, kau...! J-jangan lepaskan ke sana!” “L-lalu beritahu aku apa yang harus kulakukan! Ini sudah mencapai kondisi kritis!” Tanpa mengatakan itu sekalipun, pedang yang dipegang Tohka sekarang meluncurkan pancaran-pancaran petir hitam ke sekitarnya. Bagaikan tembakan senapan mesin, rentetan petir itu mencakar bumi. Lalu, di saat itulah, Shidou teringat akan kata-kata Kotori. “... Tohka. E-erm, tenang dan dengarkan aku.” “Kenapa! Sekarang bukan saatnya—” “Mengenai itu! Sepertinya... ada kemungkinan... untuk mengatasinya!” “Apa yang kau bilang!? Apa yang harus kulakukan!?” “A-aahh. Ehm—” Namun, Shidou tidak bisa langsung mengucapkannya dari mulutnya. Karena bagaimanapun juga, metode yang diberitahukan Kotori kepadanya terlalu tidak bisa dimengerti dan tidak logis dan tidak sesuai konteks— “Cepat!” “...!” Shidou memantapkan diri dan membuka mulutnya. “I-itu, ehm...! Tohka! C-cium, aku...!” “—Apa!?” Tohka mengernyit. Tapi itu sudah sewajarnya. Dalam situasi mendesak ini, ia mengatakan hal seperti itu. Tidak heran kalau dia menganggapnya lelucon yang bodoh. “Ma-maaf, lupakan saja. Coba kita pikirkan cara—” “Apa itu cium!?” “Ha...?” “Cepat beritahu aku!” “... ci-ciuman itu err, ketika dua bibir bertemu—” Di tengah kata-kata Shidou. —Tanpa keraguan sedikitpun, Tohka mendorong bibir merah mudanya ke bibir Shidou. “———!?” Matanya terbelalak sampai batasnya, sambil menyuarakan sebuah bunyi tidak jelas. Bibir Tohka, sedemikian halus dan lembabnya, pula memancarkan bau manis sampai-sampai rasa sentuhan itu menyebabkan seluruh isi otaknya mengumandangkan surga dan neraka. Bohong ternyata kalau ciuman itu rasa lemon. Ciuman Tohka berasa seperti ''parfait'' yang dinikmatinya pada makan siang tadi. Sesaat kemudian. —Terbentuk retakan-retakan pada pedang Tohka yang menjulang ke angkasa, yang kemudian remuk, membaur dengan udara. Mengikuti hal tersebut, lapisan cahaya yang membentuk bagian dalam gaun yang membungkus tubuh Tohka begitu juga dengan roknya menghilang, menyerupai ledakan. “Ap—” Tohka berteriak kebingungan. “...!?” Tapi lebih terkejut lagi Shidou. Bukan karena menghilangnya pedang dan pakaian Tohka. Itu sudah ia dengar sebelumnya dari Kotori, meskipun ia setengah meragukannya. Melainkan, karena Tohka berbicara saat mereka masih berciuman, jadi bibir yang masih bersentuhan bergetar, membuatnya kalut dalam kekacauan yang tidak lagi dapat diungkapkan dengan perbendaharaan kata Shidou. —Tubuh Tohka melemas, terjatuh ke tanah. Dalam kesadaran Shidou yang menipis, meski sedikit ragu-ragu, ia memeluk Tohka sebelum tubuhnya jatuh. Meski dengan lemah dan malu-malu. Dengan kepala di bawah, bibir dan tubuh menyatu, keduanya turun. ''AstralDress'' Tohka berubah menjadi partikel cahaya, meninggalkan jejak. Bisa dibilang ini mirip dengan sebuah adegan dalam cerita fantasi. Namun, Shidou tidak sadar dengan hal tersebut. Perlahan jatuh sambil menyangga Tohka—dengan tubuhnya di bawah, mereka mendarat di tanah. Mereka tetap menyatu satu sama lain seperti itu untuk sementara waktu, “Fwaah...!” Untuk mengambil nafas, bibir Tohka lepas darinya, dan dia mengangkat tubuhnya. “Ma..., ma-ma-ma-ma-ma-ma-maaf Tohka! Aku diberitahu kalau cuma ini jalan satu-satunya...!” Shidou segera melompat ketika Tohka bangkit dari atas badannya, melompat ke belakang dan di saat bersamaan meringkuk, berakhir dengan posisi ''dogeza''<ref>Dogeza - posisi berlutut di tanah, lalu membungkuk dalam-dalam sampai dahi menyentuh tanah, biasa dilakukan sebagai tanda permohonan maaf sebesar-besarnya</ref>. Yah, tepatnya Tohka-lah yang memberikan ciuman itu, tapi entah kenapa ia merasa bukan itu masalahnya. Tapi, setelah beberapa detik berlalu, dia tidak menginjak kepala Shidou ataupun memakinya. “...?” Merasa ada yang aneh, ia mengangkat kepala. Tohka duduk begitu saja dengan tatapan misterius di wajahnya, sambil menyentuh bibir dengan jarinya. Tapi, daripada itu— “Fwaah...!?” Wajah Shidou menyala merah terang seolah hampir mimisan, lalu ia membatu. ''AstralDress'' yang dikenakannya hancur menjadi potongan dan serpihan, meninggalkan Tohka dalam keadaan setengah telanjang yang bisa membuat malu orang yang melihatnya. “—!” Reaksi Shidou sepertinya membuat Tohka menyadari ini. Dia buru-buru menutupi dadanya. “T-t-t-tidak Tohka, aku cuma—” “J-jangan lihat, bodoh...!!” Meskipun tidak tahu apa makna dari ciuman, sepertinya dia punya rasa malu yang normal. Sambil tersipu, Tohka membelalak. “Ma-maaf...!” Dengan gugup, Shidou menutup mata. “Begitu saja tidak cukup! Kau mengintip, ya kan!?” “Ka-kalau begitu apa yang harus kulakukan...!” Shidou berkata, dan setelah beberapa saat, seluruh tubuhnya sekali lagi terasa hangat. [[Image:DAL_v01_299.jpg|thumb]] “Eh—” Tanpa sengaja, matanya yang terpejam kemudian terbuka. Di hadapan matanya adalah rambut hitam murni Tohka, serta bahu telanjangnya.. Intinya—tubuh mereka menyatu dalam pelukan. “... sekarang, kau tidak bisa melihat.” “A-aahh...” Benar-benar tidak apa-apa? Selagi memikirkan itu, dan tanpa bisa menggerakan tubuhnya, ia diam begitu saja. Setelah beberapa lama. “... Shido.” Tohka samar-samar bersuara. “Ada apa?” “Kau mau... mengajakku nge-''date'' lagi...?” “Baiklah. Kalau untuk itu, aku akan mengajakmu kapanpun.” Shidou mengiyakan dengan sepenuh hati. <noinclude>
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information