Editing
Kamisu Reina Indo:Jilid 1 Atsushi Kogure
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===Bagian 5=== Aku mulai berjalan-jalan tanpa tujuan setelah aku meninggalkan rumah Kimura. Semuanya adalah kebohongan, kebenaran, dan kenyataan yang kejam. Masa lalu, masa sekarang, dan masa depan hadir semua <b>disini</b> sekaligus, dan pada akhirnya kesemuanya berubah menyiksaku. Lukaku bahkan lebih memburuk. Itu menyakitkan. Tapi tidak ada darah yang tumpah lagi – tidak ada satu tetes pun yang tersisa. Aku menyusut. Sepenuhnya. Aku mengering seperti debu, dan apa yang tersisa sedikit dariku dapat dengan mudah tersapu. Selagi aku menaikan pandangan ke langit yang menyilaukan, penuh warna, aku mengenang catatan bunuh diri Kimura. ”<i>Ibu, Ayah, dan semua orang yang mengenalku : mohon maafkan aku karena pergi begitu cepat. sejak aku memegang penaku, aku tidak tahu apa lagi yang harus ditulis. Meskipun aku memikirkan cukup lama tentang hal itu sebelumnya. Sebagai pembuka, izinkan aku menulis alasan kenapa aku bunuh diri. Aku telah mengusik seorang gadis dan menggiringnya untuk bunuh diri sebelum aku dengan kesadaran memutuskan untuk membunuh diriku sendiri. Aku tidak akan menulis secara rinci apa yang telah kuperbuat padanya. Setiap kali aku mengingat kembali kenangan tersebut, hatiku seperti sebuah lap yang diperas. Meskipun kejadian itu adalah beban masalah terakhir, akan tetapi, aku sudah berpikir bunuh diri sebelumnya. Tidak ada artinya dalam hidupku. Tak seorang pun membutuhkanku dan tak akan pernah, meskipun aku yakin kamu akan menyangkal hal ini. Tapi pada akhirnya, aku tetap berpikir kalau itu semua pada dasarnya kembali pada fakta bahwa aku tak berguna. Ini mungkin perumpamaan yang buruk, tapi aku berpikir aku agak seperti pensil kesayanganmu: sedikit menyakitkan jika hilang, tapi kamu bisa dengan mudah membeli satu yang baru di supermarket terdekat. Itulah kenapa aku berpikir bahwa cara satu-satunya menebus dosa yang membuat seseorang bunuh diri adalah untuk mengakhiri ketidakbergunaan hidupku sendiri juga. Kamu baik hati. Kita mengobrol, meskipun kamu sudah mati. Mungkin aku hanya berkhayal, tapi kamu memaafkanku. Dan itulah alasan yang tepat kenapa aku harus menghancurkan hidupku. Aku harus menebus dosa untuk dosa menyiksa seseorang yang baik hati dan pemaaf seperti dirimu. Izinkan aku meminta maaf sekali lagi untuk apa yang telah kuperbuat. Aku sungguh-sungguh minta maaf, - </i>“ Aku membaca kembali kata-kata itu lagi dan lagi, tapi itu tidak berubah walau berapa kali pun dan dari sudut mana pun aku membacanya. “<i>Aku sungguh-sungguh minta maaf, Reina Kamisu-san</i>.” Aku mengingat kembali apa yang telah Mizuhara katakan padaku. “<i>sesosok hantu mengutuk mereka sampai mati</i>.” Dan kemudian pada akhirnya aku mengingat kembali nama siapa yang Saito panggil untuk meminta pertolongan. Akhirnya, aku berada di tempat dimana aku pertama kali melihatnya – kawasan perbelanjaan dekat stasiun. Sembari bersandar di tembok, aku memutuskan untuk menunggunya. Tidak ada jaminan kalau dia akan muncul, tapi aku memiliki firasat kalau dia akan muncul bila aku tetap menunggu. Aku menggeledah kantongku dan mengeluarkan amplop yang aku taruh dikantong sebelum aku buru-buru keluar dari rumahku. Kenapa aku tidak memanggil bibiku <u>ibu</u>? Sebenarnya, dengan hal itu sendiri tidak ada masalah. Masalahnya adalah bahwa aku alhasil harus memanggil pamanku <u>ayah</u> juga, karena aku tidak bisa merubah satu sisi dan meninggalkan sisi yang lain begitu saja. Tak perlu dikatakan, alasan kenapa aku tidak memanggil dia seperti itu bukan karena aku tidak menyukainya sebanyak aku menyukai bibiku. Aku melihat amplopnya. Ini tertuju kepada “Atsushi Kogure,” sementara pengirimnya tertulis dari “Takashi Kogure” di bagian belakang. Ya, <u>itu nama ayahku</u>. <u>Dan tanggal cap posnya adalah tanggal 10 bulan terakhir</u>. “Apa kamu sedang mencariku lagi?” Aku menaikkan kepalaku dan tidak bisa menahan sebuah senyuman. Aku melihat ke sebuah senyuman nan sangat begitu cantik yang pernah ada. “Tepat sekali!” aku menjawab. “Apa yang kamu inginkan?” “Aku ingin memastikan sesuatu. Dan aku mempunyai sebuah permintaan.” “Oke, tanyakan dan pastikan hal apapun itu.” Aku menaruh kembali amplop ke dalam kantongku dan bertanya, “Kamu yang membunuh keluargaku, kan?” “Itu benar.” “Kamu juga yang membunuh ayahku, iya kan?” “Benar sekali.” “Yang berarti <u>itu tidak mungkin ayahku yang membunuh keluargaku, benar kan</u>?” Mata Reina Kamisu melebar karena terkejut. Dan dengan kepastian, dia menjawab: “Tentu saja bukan dia.” Aku menatapnya dengan teliti. Tentu saja, tidak ada tanda kebohongan di wajahnya. “Maukah kamu…mendengarkan pemikiran tololku sebentar?” aku memintanya. “Lanjutkan.” “Mari berpura-pura sebentar kalau bukan kamu tapi ayahku yang membunuh keluargaku,” aku memulai. “Itu pemikiran yang aneh sekali.” “Motif dia untuk menyerang kami tidak akan sesuatu yang tak masuk akal seperti punyamu, aku yakin, tapi sesuatu yang jelas. Sesuatu yang klise, contohnya, kesulitan finansial yang membuat dia mencoba membunuh keluarga sendiri.” “Sayang sekali kalau itu bukan dia.” “Hah?” “Maksudku, kamu menginginkan sebuah alasan, bukan? Kamu punya alasan jika itu terjadi, bukan?” Memang, aku menginginkan alasan, namun – “Aku tidak peduli.” Aku tidak peduli. Aku tidak merasa aku ingin memahami alasan tersebut bila murahan seperti itu. Aku tidak akan ingin mengetahui kalau keluarga kami dihancurkan oleh suatu hal yang konyol seperti itu. Jika kesimpulan itu benar, aku tentu saja akan berharap – <u>kalau alasan itu pada awalnya tidak pernah ada</u>. Niscaya aku akan berusaha menolak kebenaran didepan mataku, dan mencari perlindungan didalam mimpiku. Aku akan membuat-buat mimpi dimana orang lain yang membunuh keluargaku. Seseorang yang menjadi monster dan tidak mempunyai alasan yang layak untuk membunuh. Seseorang seperti – si gadis cantik disini. Namun, meski betapa palsu pelakunya – “- Aku tidak peduli. Fakta kalau keluargaku telah dibunuh tidak akan berubah, meski siapa pun pelakunya. <u>Lagipula, tidak mungkin untuk menenangkan perasaan seseorang yang keluarganya sudah dibunuh, dan lukaku tidak akan pernah sembuh</u>, benar?” Reina Kamisu memandangku secara seksama. “Mungkin,” dia akhirnya menjawab. “Nah, itu benar. Maka apa yang akan aku cari? Aku beri tahu: tempat peristirahatan, dimana aku tidak akan terluka, dimana aku tidak akan lebih menderita lagi. Aku pasti akan mencari suatu tempat peristirahatan seperti itu,” aku berucap dan menatap matanya. “-Jadi?” “Hm?” “Kamu sudah selesai memastikan, bukan? Lalu apa hal lain yang kamu inginkan; apa permintaanmu?” Dia bertanya dan aku menjawab dengan sebuah senyuman yang wajar. Ah, dia bertindak tepat seperti yang aku inginkan. Yang aku butuhkan adalah seorang pelaku yang tanpa motif membunuh. Tapi bukan cuma itu. Itu tidak cukup untuk memberiku kedamaian pikiran. Yang sesungguhnya aku butuhkan adalah – <u>seorang pembunuh berdarah dingin</u>. Seorang pembunuh seperti Reina Kamisu. Oleh karena itu, aku meminta darinya: “- Tolong, bunuhlah aku.” Pada saat itu, lukaku berubah menjadi sebuah bekas luka. Rasa sakit menghilang dan darah berhenti. Yang tersisa adalah bekas luka sederhana yang terlihat sedikit menjijikkan hingga kamu terbiasa dengan luka itu. Tapi itu hanya sebuah ilusi; aku tidak bisa hidup tanpa luka itu. Aku harus membawa masa laluku dan hidup dengan masa lalu dan luka tersebut. Ketika aku berhenti berkhayal tentang dibunuh oleh Reina Kamisu, bekas lukanya akan kembali berubah menjadi luka yang baru. “Kenapa kamu meminta<i>ku</i>? Kamu tinggal bunuh dirimu saja.” “Itu tidak boleh. Aku tidak bisa melakukan bunuh diri. Ketakutanku akan kematian masih cukup kuat untuk menjagaku dari melakukan hal itu.” “Hmmm…? <u>Masih cukup kuat</u>, hm?” dia menekankan bagian yang aku katakan. Benar, aku tidak bisa mengakhiri hidupku sendiri karena aku mampu memahami betapa mengerikannya kematian. Tapi andaikata – andaikata seseorang yang membunuhku? Jika aku secara paksa dibunuh, aku tidak akan memiliki waktu untuk memikirkan tentang kematian. Paling-paling, aku akan menyadari fakta kalau aku akan menghilang dari dunia ini. atau mungkin, rasa sakit tidak akan mengizinkanku sedikitpun berpikir apapun. Perasaan menonjol yang aku punya pada saat itu akan – timbul. Aku selalu berharap dari hatiku yang paling dalam agar seseorang menghapusku. “Cuma penasaran,” aku berkata kepadanya. “Hm?” “Kamu tidak mempunyai keraguan untuk merenggut nyawaku, kan?” Dengan sebuah senyuman yang sangat begitu cantik, Reina Kamisu menjawab: “- Tentu saja tidak, kenapa juga aku harus mempunyai keraguan?” “Beritahu aku,” dia melanjutkan, mengejutkanku, “Kenapa kamu tersenyum begitu bahagia?” Sekarang aku menyadari kalau sebuah senyuman sudah melekat diwajahku. Tanpa pikir panjang, aku tutup mulutku, tapi selagi aku melakukan itu, aku melirik ke matanya dan membalas kebaikannya. “Kamu juga,” aku menunjuk, menyebabkan dia menutup mulutnya juga. Terhibur oleh fakta kalau kita menunjukkan reaksi yang sama persis, kita berdua mulai tertawa. Fakta bahwa tidak ada satu pun momen damai ini yang nyata membubuhi. “Oke-“ dia bergumam sambil dia mengulurkan tangannya padaku. Jari-jari panjang, rampingnya melingkari leherku. Aku tidak bisa berhenti merasa kalau situasi ini mesum dan bahkan sedikit seksual. Jari-jarinya mencekik aku. Tangannya sedingin mayat. Ini terasa seperti kedinginan itu menghisap segalanya dariku. Ah – aku sedang menghilang selamanya. Sedikit demi sedikit, perasaan terbelah terus menguat. Perlahan tapi pasti, aku meninggalkan tubuhku. sisa-sisa belahan tubuhku berkumpul menjadi satu bagian lagi dan meninggalkan tubuhku. tak pernah sebelumnya aku merasakan perasaan luar biasa dari penderitaan dan kenikmatan. Dan seperti yang sudah aku prediksi, aku merasa lega. Pada saat-saat terakhirku, aku memandangnya sementara dia sedang mencekik aku. Tiba-tiba, aku bertanya-tanya: Siapa sih dia? Aku dengan cepat mengabaikan pemikiran itu. sebagian karena kemampuan berpikirku telah menyusut, tapi sebagian besarnya karena ini nampak seperti pemikiran yang tak berguna setelah aku melihat senyumannya yang benar-benar sangat begitu cantik. Malahan, aku berkata kepadanya dalam benakku: “<i>Terima kasih.</i>” Kemudian – Atsushi Kogure mati.
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information