Editing
A Simple Survey (Indonesia):Jilid 1 Akhir3
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
==Part 1== “Hasilmu sama denganku,” kata Kozue dengan suara yang jelas. “Tapi ini kan cuma memberi peringkat berdasarkan tingkat kebagusannya. Bukankah semuanya akan mendapatkan cukup banyak kesamaan?” “Tidak, kau benar-benar berbeda dariku,” kata Harumi. “Dan dariku,” kata Hotaru. (Apakah begitu cara kerjanya?) Anzai meninggalkan auditorium dengan para gadis dan pergi menuju kedai kopi. Entah bagaimana, akhirnya dia pergi dengan mereka, tapi dia sendiri tak tahu kenapa. Jarak gedung yang ada kedai kopinya dari auditorium lumayan jauh (tapi tak jauh-jauh amat). Jalan di sana hampir gelap gulita, tapi Kozue mulai mengoprek-oprek isi tas tangannya. “Kozue, apa yang sedang kau lakukan?” “Kupikir pulpen ballpointku ketinggalan di auditorium.” “Harganya cuma 100 yen. Kau bisa beli yang baru di toserba.” “Aku tak peduli kalau aku meningalkannya, tapi aku cuman mau memastikan kalau pulpenku memang ketinggalan. Aku akan merasa telah membuang-buang uang kalau aku membeli sesuatu yang tak kuperlukan.” “Kelihatannya jumlah pensil mekanik di tempat pulpenmu makin lama makin banyak .” Hotaru menggunakan lampu layar ponselnya untuk menerangi tas Kozue, tetapi lampunya tidak cukup terang. Mengoprek-oprek isi tas di saat gelap hanya akan membuat isi tas pada berjatuhan. “Gimana kalau kau mengeceknya saat kita sampai di kedai kopi?” saran Harumi, tapi Anzai menunjuk ke arah yang berbeda. “Ada papan pengumuman di sana.” Papan tua itu digunakan sebagai tempat memasang pemberitahuan tentang berbagai klub. Lampu neon dipasang di sana supaya dapat dibaca pada malam hari. Cahaya putih murni tidak melenyapkan kegelapan secara sempurna di area itu, tapi itu lebih baik daripada lampu layar ponsel. Ketika mereka mendatangi papan pengumuman itu, banyak serangga kecil mati yang dapat terlihat di dalam lampu. Pasti lampu itu tidak sering dibersihkan. Pengumumannya bukan tentang waktu bagi anggota baru untuk mengikuti klub maupun waktu untuk festival budaya, jadi pengumuman yang dipasang kekurangan cahayanya. “Oh, pulpennya ada.” “Sekarang kau tak perlu beli yang baru.” “Jadi kau membuat kami mengkhawatirkan hal yang tak perlu,” seru Aisu dengan ringan. “Kau tahu, aku tak percaya kalau papan pengumuman seperti ini masih ada. Sekarang sudah abad ke-21. Lebih gampang kalau ngirim pengumuman ke semua orang lewat email.” “Para profesor yang keras kepala mungkin tidak menyukai metode elektronik seperti itu.” “Atau mungkin beberapa orang lebih memiliki kesadaran daripada memberitahu email mereka hanya untuk menerima segudang pengumuman yang tak berarti.” “Begitu ya. Jadi sikap keras kepala itu melampaui para profesor.” Anzai tidak begitu peduli, jadi dia berharap mereka bisa langsung ke kedai kopi. Malam itu semakin dingin, tapi di sekeliling masih ada cukup banyak serangga. Mereka semua berterbangan di dekat lampu dan dia merasa kalau hal itu cukup menyebalkan. “Hotaru-san. Ayo pergi,” kata Harumi sambil berbalik ke arah papan pengumuman setelah mereka baru mulai pergi. Anzai juga berbalik dan melihat Hotaru masih berdiri di depan papan pengumuman. “Apa kau menemukan sesuatu yang menarik?” “Hotaru adalah orang yang romantis.” “?” Pada beberapa hal, keempat gadis itu kelihatannya memiliki pemahaman bersama tentang mereka sendiri, jadi kadang-kadang Anzai tidak dapat mengerti apa yang mereka bicarakan. Hotaru lekas bergabung dengan mereka dan pergi menuju kedai kopi. Sama dengan restoran keluarga dan toserba, kedai itu ada di gedung yang tidak dipakai untuk ruang kelas. Namun… “Kedainya tutup.” “Iya.” “Hotaru, sekarang jam berapa?” “8:30. … Sepertinya kita memakan waktu terlalu lama untuk berurusan dengan pulpen Kozue.” Kedai itu adalah kedai dengan jaringan global, jadi kedai itu punya jam standar, tapi manajernya punya kebiasaan menutup kedainya kalau dia menemukan kesempatan. Tak ada lampu yang menyala di dalam kedai toko itu. Anzai dan yang lainnya tak punya pilihan selain menuju restoran keluarga Masakan Spanyol di dalam gedung yang sama. “Pendapat orang-orang tentang tempat ini sangat bervariasi tergantung mereka suka seafood atau tidak.” Dari tampang wajah Kozue, kelihatannya pendapatnya mengenai tempat ini berada di ujung hal negatif. Namun, sesuatu yang lain lebih menarik perhatian Anzai. “Tunggu, kenapa kau maksain duduk di tempat sesempit ini…?” “Mereka cuma punya meja untuk empat orang, jadi kita tidak punya pilihan lain.” “Oh, tapi menurutku kau yang menempel jendela dengan Kozue tepat di sebelahmu itu bukanlah kebetulan . Kelihatannya Kozue sedang mencoba untuk memonopolimu.” “Hal itu tidak benar.” Mereka tidak terlalu lapar, jadi mereka membagi salad ukuran besar untuk mereka berlima. Tentu saja, salad itu ditutupi udang, cumi-cumi, dan kerang. Tampang tidak menyenangkan dari wajah Kozue semakin parah. Gadis klub kabaret bernama Aisu menyeruput kopi panas dan berkata, “Kukira kalian tak akan mendapat kopi yang jauh lebih baik dari ini kalau minumannya ambil sendiri.” “Bagiku kopi hitam apapun rasanya pahit,” kata Harumi. “Kukira mereka tidak punya minuman nasional apapun seperti matcha. Meskipun begitu makanannya lebih nasional,” kata Hotaru. “Ya begitulah restoran keluarga itu,” komentar Kozue. Anzai bertanya-tanya kenapa orang-orang selalu kasar dalam penilaian mereka terhadap restoran berjaringan nasional. Tentu saja, kedai kopi yang ingin mereka kunjungi punya kedai di 30 negara. Barangkali merek-merek memiliki cara untuk memengaruhi selera orang-orang. “Bagaimanapun juga, survei itu sungguh aneh.” “Lagi pula, tentang apa survei itu? Apa itu cuma sesuatu yang profesor lakukan untuk senang-senang?” Anzai ragu-ragu kalau dia dapat menyebarkan reputasi kalau hal itu hanya untuk senang-senang. Selain itu, dia tidak juga dapat melihat manfaat praktis dari survei itu. “Mungkin dia sedang mencoba mendapatkan data yang dia perlukan untuk penelitiannya.” “Tapi bukankah dia harus mendapatkan izin dari kita untuk menggunakan kita pada makalahnya?” “Mungkin dia bisa menyiasatinya kalau dia menggunakan informasinya dengan cara yang membuat identitas orangnya tidak mungkin diketahui.” “Yah, aku tak benar-benar mengerti bagaimana membiarkan dia tahu film pendek yang kita sukai itu bisa melukai hati,” kata Aisu dengan kurang sopan ketika dia menyeruput kopi murahnya. Meskipun komplainnya tentang restoran keluarga itu kasar, kelihatannya dia tidak berada dalam suasana hati yang sangat buruk. Kemudian Anzai menanyakan sesuatu yang membuatnya penasaran. “Ngomong-ngomong, profesor itu berasal dari bidang apa? Psikologi?” “…” “…” “…” “…Hah?” Keheningan ganjil tiba-tiba saja menyerang mereka. Mereka semua saling bertukar pandang. Anzai dapat mengira apa artinya hanya dengan melihat ekspresi mereka. Namun, dia masih tak dapat memercayainya. “Tunggu dulu. …Kalian semua tidak pernah dikuliahi oleh dia? “Jadi kau juga tak tahu siapa dia?” Juga. Kata dari ucapan Kozue itu memberi kepastian ke pemikiran yang ada di pikiran Anzai. Anzai terkejut karena tak ada yang mengenal profesor itu, tapi dia juga menyadari kalau dia juga tidak mengenal para gadis itu. Dia ragu-ragu kalau mereka berada dalam jurusan yang sama dengannya. Seorang profesor dari bidangnya sendiri mungkin bisa memberi kredit, tapi akankah seorang profesor tunggal bisa memberi kredit kepada para mahasiswa dari seluruh bidang berbeda di universitas? “Bagaimana dengan yang lain?” tanya Harumi. “Kupikir ada 30 orang.” “Aku tidak punya apa-apa untuk mendukung hal ini,” balas Kozue dengan jelas. “Tapi aku mendapatkan perasaan kalau kita tidak akan mendapat informasi yang nyata bahkan kalau kita melacak peserta lain dan menanyai mereka.” “Seperti universitas apa saja, universitas kita punya banyak profesor yang aneh. Mungkin saja ini hanyalah pria tua yang mengkuti aturan di antara menjadi idiot dan jenius yang bergegas menuju suatu arah yang asing.” “Kalau begitu, apalah arti hal itu untuk kreditku?” Kalau peristiwa itu telah dijalankan oleh suatu pria tua (tapi mungkin cekatan karena dia masih punya pekerjaan), maka kredit itu tak akan berjalan dengan baik. Mungkin saja profesor itu tidak pernah mendiskusikannya dengan orang-orang yang bertanggung jawab atas mata kuliah pokok Anzai. “Yah, mungkin kita tak tahu apa yang pria tua itu kejar, tapi kenapa kita yang dipilih?” “Dia semacam menjelaskannya di awal. Mungkin dia menargetkan mahasiswa yang membutuhkan kredit, yang punya masalah kehadiran, atau yang punya masalah tingkah laku.” “Apa kau pikir dia mungkin punya alasan lain?” “Bagaimana bisa aku tahu? Kita tidak tahu apa maksud dari survei itu, jadi jika yang dia pilih itu berhubungan dengan hal yang disebutkan tadi, kita tidak punya cara untuk memahaminya.” “Benar.” Namun, bahkan jika hal itu cuman untuk senang-senangnya pria tua yang cekatan namun gila, hal itu tidak merubah apapun. Survei itu telah berakhir. Kalau tidak ada hal lain yang akan terjadi dan mereka tidak kehilangan apapun dari hal itu, tidak ada alasan untuk memeriksanya lebih jauh. Satu-satunya masalah yang Anzai pedulikan adalah apa yang terjadi pada kreditnya Kurang lebih dia berpikir begitu…
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information