Tate no Yuusha Vol 1 Chapter 1 (Indonesia): Difference between revisions

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
Line 11: Line 11:
Sebenarnya, orangtua-ku sudah tidak menghiraukan aku dan menaruh harapannya ke adik-ku dengan menyekolahkannya ke sekolah yang cukup terkenal.
Sebenarnya, orangtua-ku sudah tidak menghiraukan aku dan menaruh harapannya ke adik-ku dengan menyekolahkannya ke sekolah yang cukup terkenal.


Harapan yang gemilang ini akhirnya terganjal pada suatu hari dan berubah menjadi berandalan dikarenakan tekanan mental secara terus-menerus (stress). Pada suatu hari dia pulang dengan mewarnai rambutnya dan dengan model rambut seorang punky, dengan demikian, masa kelam keluarga kita-pun dimulai.
Harapan yang gemilang ini akhirnya terganjal pada suatu hari dan dia berubah menjadi berandalan dikarenakan tekanan mental secara terus-menerus (stress). Pada suatu hari dia pulang dengan rambut yang telah diwarnai dan dengan model rambut seorang punk, dengan demikian, masa kelam keluarga kami-pun dimulai.


Saat itulah aku membuat suatu perubahan.
Saat itulah aku membuat suatu perubahan.
Line 25: Line 25:
Aku tahu semuanya. Semua tentang masalah yang menyebabkan adik-ku menjadi berandalan seperti ini.
Aku tahu semuanya. Semua tentang masalah yang menyebabkan adik-ku menjadi berandalan seperti ini.


Disuatu sisi kalian mempunyai aku, yang tumbuh dengan melakukan apapun yang ingin ku lakukan, ditangan lain adik-ku dipaksa belajar seperti orang gila.
Disuatu sisi kalian mempunyai aku, yang tumbuh dengan melakukan apapun yang ingin ku lakukan, di sisi lain adik-ku dipaksa belajar seperti orang gila.


Oleh karena itu, sekali ahli pemalas sepertiku mengajaknya dengan beberapa game, dia langsung tertarik dan ketagihan.
Oleh karena itu, sekali ahli pemalas sepertiku mengajaknya dengan beberapa game, dia langsung tertarik dan ketagihan.
Line 53: Line 53:
Jadi untuk menghemat uang, walaupun sakit hati untuk melakukannya, aku harus membaca buku-buku lama dari toko buku bekas dan perpustakaan.
Jadi untuk menghemat uang, walaupun sakit hati untuk melakukannya, aku harus membaca buku-buku lama dari toko buku bekas dan perpustakaan.


Selama waktu bebasku, aku biasanya bermain game online yang membuktikan kalau semua itu memakan waktu yang lama untuk menguasai itu satu per satu.
Selama waktu bebasku, aku biasanya bermain game online yang membuktikan kalau semua itu memakan waktu yang lama untuk dikuasai satu per satu.


Lagipula aku ini adalah jenis yang suka bermain-main dengan beragam jenis pengetahuan umum.
Lagipula aku ini adalah jenis yang suka bermain-main dengan beragam jenis pengetahuan umum.


Mencapai level maksimal di suatu game tidak semenarik dan seadiktif menimbun uang untukku. Bahkan sekarang, karakter yang aku ciptakan saat ini sedang berkeliling di jalanan menjual barang-barang langka.
Mencapai level maksimal di suatu game tidak semenarik dan se-adiktif menimbun uang untukku. Bahkan sekarang, karakter yang aku ciptakan saat ini sedang berkeliling di jalanan menjual barang-barang langka.


Makanya, diriku sebenarnya yang sedang menganggur ini cukup kebosanan.
Makanya, diriku sebenarnya yang sedang menganggur ini cukup membosankan.




Line 67: Line 67:
Alasan dibalik kejadian yang akan terjadi sebentar lagi.
Alasan dibalik kejadian yang akan terjadi sebentar lagi.


Aku sedang berjalan-jalan di bagian yang menyediakan buku-buku fantasi tua.
Aku sedang berjalan-jalan di bagian yang menyediakan buku-buku fiksi tua.


Bagaimanapun, kalau dibandingkan dengan sejarah umat manusia, aspek fantasi kelihatannya sedikit ketinggalan jaman. Bahkan Kitab Suci bisa dianggap jenis fantasi.
Bagaimanapun, kalau dibandingkan dengan sejarah umat manusia, aspek fantasi kelihatannya sedikit ketinggalan jaman. Bahkan Kitab Suci bisa dianggap jenis fantasi.
Line 75: Line 75:




Untuk suatu alasan, hanya buku yang terlihat kuno dan terdengar retro ini yang jatuh dari rak buku.
Untuk suatu alasan, sebuah buku yang terlihat kuno dan terdengar retro ini yang jatuh dari rak buku.


Mungkin, ada orang yang buru-buru mengembalikan buku ini ke dalam rak dan langsung pergi begitu saja.
Mungkin, ada orang yang buru-buru mengembalikan buku ini ke dalam rak dan langsung pergi begitu saja.
Line 97: Line 97:
... Ok. Alurnya sudah sering dipakai, tapi karena ini buku fantasi tua, jadi sepertinya tidak terlalu janggal.
... Ok. Alurnya sudah sering dipakai, tapi karena ini buku fantasi tua, jadi sepertinya tidak terlalu janggal.


Keempat pahlawan yang dipanggil itu memiliki senjata unik masing-masing: Pedang, Tombak, Panah, dan Perisai.
Keempat pahlawan yang dipanggil itu memiliki senjata uniknya masing-masing: Pedang, Tombak, Panah, dan Perisai.


Wah~ sejak awal, sebuah perisai tidak bisa dianggap sebuah senjata, ‘kan~.
Wah~ sejak awal, sebuah perisai tidak bisa dianggap sebuah senjata, ‘kan~.

Revision as of 05:54, 17 August 2015

Panggilan Kerajaan

"Huh?"

Saat itu aku sedang mampir ke perpustakaan terdekat untuk sekedar membaca.

Namaku Iwatani Naofumi, seorang mahasiswa S1 di sebuah Universitas Swasta. Aku menyadari diriku ini lebih seperti seorang otaku dibandingkan dengan orang-orang lainnya.

Aku mengikuti beberapa anime, game, dan aspek-aspek yang menjadi bagian dari seorang otaku, tapi aku belajar dengan sungguh-sungguh sehingga aku dapat hidup layak.

Sebenarnya, orangtua-ku sudah tidak menghiraukan aku dan menaruh harapannya ke adik-ku dengan menyekolahkannya ke sekolah yang cukup terkenal.

Harapan yang gemilang ini akhirnya terganjal pada suatu hari dan dia berubah menjadi berandalan dikarenakan tekanan mental secara terus-menerus (stress). Pada suatu hari dia pulang dengan rambut yang telah diwarnai dan dengan model rambut seorang punk, dengan demikian, masa kelam keluarga kami-pun dimulai.

Saat itulah aku membuat suatu perubahan.

Aku yang berhati lembut, menyambut adikku yang butuh humor ini dengan menawarkannya sebuah permainan kencan virtual yang sangat terkenal.


"Haha, lihatlah masalah-masalah ini!"

"Wew, aku tertipu, tunggu saja sampai aku terbiasa dengan ini dan kau akan tahu"


Aku tahu semuanya. Semua tentang masalah yang menyebabkan adik-ku menjadi berandalan seperti ini.

Disuatu sisi kalian mempunyai aku, yang tumbuh dengan melakukan apapun yang ingin ku lakukan, di sisi lain adik-ku dipaksa belajar seperti orang gila.

Oleh karena itu, sekali ahli pemalas sepertiku mengajaknya dengan beberapa game, dia langsung tertarik dan ketagihan.

Yang aku prihatinkan, otaku di dunia ini bertambah satu.

Setelah itu, kamarnya berubah menjadi kerajaan yang dipenuhi barang-barang game yang aku sarankan.

Bagaimana-pun setelah semua, bagian yang disesalkan adalah ketika stress-nya menghilang dari pikirannya, dia lulus dengan mudah di sekolah terkenal itu dan menjadi orang penting di masyarakat.

Meskipun demikian, berkat tindakanku, orang tuaku memanjakanku sedikit beberapa derajat. Aku diberikan kehidupan kampus dengan kebebasan sepenuhnya.

Singkatnya, aku tetap saja orang yang tak berguna di keluarga Iwatami.


Sudah cukup untuk basa-basinya, aku mampir ke perpustakaan terdekat untuk sekedar membaca.

Uang bulanan, yang diberikan oleh orangtuaku, jumlahnya mencapai 10,000 yen. Jumlah yang kecil itu bertahan hanya sebentar ketika berhadapan dengan adaptasi-manga-dari-novel-ringan, eroge[1], erohon[2], dan produk hebat lainnya dari beragam tempat.

Kerja sambilan selama musim panas dan musim dingin memberiku tambahan 50,000 yen untuk uang bulanan, tapi ketika seseorang memutuskan untuk ikut serta ke festival lokal, uang sebanyak ini akan hilang dengan cepat.

Namun ketika adikku memohon dengan amat sangat seolah hidupnya bergantung pada hal ini, orangtua kami setuju untuk menyediakan penginapan di dekat daerah festival berada sampai festivalnya selesai, tapi itu juga masih belum cukup...


Yah, untuk menjaga hidupnya, seseorang tidak punya pilihan selain belajar untuk menjaga dompetnya, cukup untuk uang kuliah dan kebutuhan hidup yang mendasar.

Jadi untuk menghemat uang, walaupun sakit hati untuk melakukannya, aku harus membaca buku-buku lama dari toko buku bekas dan perpustakaan.

Selama waktu bebasku, aku biasanya bermain game online yang membuktikan kalau semua itu memakan waktu yang lama untuk dikuasai satu per satu.

Lagipula aku ini adalah jenis yang suka bermain-main dengan beragam jenis pengetahuan umum.

Mencapai level maksimal di suatu game tidak semenarik dan se-adiktif menimbun uang untukku. Bahkan sekarang, karakter yang aku ciptakan saat ini sedang berkeliling di jalanan menjual barang-barang langka.

Makanya, diriku sebenarnya yang sedang menganggur ini cukup membosankan.


Itu lah alasannya.


Alasan dibalik kejadian yang akan terjadi sebentar lagi.

Aku sedang berjalan-jalan di bagian yang menyediakan buku-buku fiksi tua.

Bagaimanapun, kalau dibandingkan dengan sejarah umat manusia, aspek fantasi kelihatannya sedikit ketinggalan jaman. Bahkan Kitab Suci bisa dianggap jenis fantasi.


“Panduan Empat Senjata Suci?”


Untuk suatu alasan, sebuah buku yang terlihat kuno dan terdengar retro ini yang jatuh dari rak buku.

Mungkin, ada orang yang buru-buru mengembalikan buku ini ke dalam rak dan langsung pergi begitu saja.

Ini pasti sebuah tanda panggilan takdir.

Aku duduk di kursi dan mulai membaca Panduan Empat Senjata Suci.


Srak... Srak...[3]


Ceritanya dimulai dengan gambaran sebuah Dunia-Paralel.

Untuk merangkumnya, intinya terdapat ramalan tentang kehancuran dunia itu.

Cepat atau lambat, serbuan-serbuan bencana akan menyerang dunia ini perlahan-lahan sampai akhirnya hancur tak bersisa.

Untuk menghindari malapetaka yang tidak bisa dihindari ini, mereka harus memanggil para pahlawan dari dunia lain dan meminta bantuan mereka.

... Ok. Alurnya sudah sering dipakai, tapi karena ini buku fantasi tua, jadi sepertinya tidak terlalu janggal.

Keempat pahlawan yang dipanggil itu memiliki senjata uniknya masing-masing: Pedang, Tombak, Panah, dan Perisai.

Wah~ sejak awal, sebuah perisai tidak bisa dianggap sebuah senjata, ‘kan~.

Aku menyindir dengan tawa kecil lalu lanjut membaca ceritanya.

Para pahlawan kemudian berpetualang secara terpisah, demi mendapatkan kekuatan untuk persiapan menghadapi serbuan-serbuan bencana.


“Huaamm...”


Gawat, aku mulai mengantuk.

Sebuah keinginan besar untuk tidur mengalir diseluruh tubuhku. Walaupun buku ini kuno, tidak ada sama sekali pahlawan perempuan imut yang muncul.

Meski, bahkan jika seorang tuan puteri munculpun, tidak diragukan lagi dia sepertinya akan menjadi seorang pelacur penuh nafsu untuk berharem dengan keempat pahlawannya.

Cukup dengan tuan puterinya, ayo lihat sedikit ciri-ciri para pahlawannya, yang pertama.


Pahlawan Pedang mungkin memiliki kekuatan tempur yang luar biasa, sementara Pahlawan Tombak mungkin tipe orang yang pengertian.

Aku penasaran kalau Pahlawan Panah akan bisa menyingkirkan diktator yang mengerikan seperti yang dilakukan Robin Hood.

Hah? Ceritanya beralih ke Pahlawan Perisai.


“E-eh?”


Ketika aku membalik halaman berikutnya, tiba-tiba saja aku mengeluarkan sebuah suara.

Halaman yang membahas Pahlawan Perisai yang terbuka didepanku kosong.

Dari sudut atau arah manapun aku melihat halamannya, isinya benar-benar putih bersih terus menerus.


“Apa-apaan?”


Tepat ketika kata-kata itu keluar dari mulutku, kesadaranku mulai menghilang......

Tidak pernah terpikirkan dalam bayanganku kalau aku akan terbangun di sebuah Dunia-Paralel.



Translator note

  1. game mesum
  2. buku mesum
  3. Sfx membalik buku.
Sebelumnya Illustrations Kembali ke Halaman Awal Selanjutnya Chapter 2 – Perkenalan Para Pahlawan