Baka to Tesuto to Syokanju:Volume1 id

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Ilustrasi Novel[edit]

Novel Illustrations[edit]

These are the novel illustrations that were included in volume 1.


Prolog[edit]

"Eh..."

"Ada apa?"

"Tadi Yuuji bilang, kapan reformasi Taika?"

"Kau anak kelas tiga sekarang, dan kau masih belum tahu? Kau sungguh bodoh, Shouko."

"Kita belum diajari sampai situ sekarang. Kau saja yang terlalu pintar."

“Untuk menghafalnya mudah. Ingat saja 'Reformasi Tanpa-Kecelakaan'.”

“Tanpa-Kecelakaan?”

“Karena tidak ada kecelakaan yang terjadi ketika itu. Ingat ya.”

“Baik.”


“Reformasi itu terjadi di tahun 625.”[1]


“Baiklah, sudah kuhafal.”

“Bagus. Pastikan kau mengingatnya.”

“Jangan khawatir, aku tak akan lupa.”


Soal Pertama[edit]

Jawablah soal-soal berikut ini:

Untuk mengurangi massa panci penggorengan, unsur magnesium digunakan dalam proses manufakturnya. Akan tetapi hal ini dapat memicu hal yang tidak diinginkan ketika digunakan dalam memasak. Deskripsikan sesuatu yang tidak diinginkan tersebut, dan sebutkan nama logam campuran yang dapat digunakan untuk menggantikan magnesium tersebut.


Jawaban Himeji Mizuki:

“Reaksi kimia keras akan terjadi ketika magnesium berhubungan langsung dengan api dan menyebabkannya terbakar. Duralumin dapat digunakan untuk mengganti magnesium.”

Komentar Guru:

“Benar. Pertanyaannya dengan jelas menanyakan ‘nama logam campuran’, jadi jika menjawab “besi” akan salah. Bagus, kau tidak terjebak.”


Jawaban Tsuchiya Kouta:

"Tagihan gasnya belum dibayar."

Komentar Guru:

"Tidak relevan dengan pertanyaannya."

Meja kecil gaya Jepang.


Jawaban Yoshii Akihisa:

"Futuranium dapat digunakan ( -> Nantinya akan sangat keras)."

Komentar Guru:

"Ini belum ditemukan, kan?"




Sekarang adalah musim semi keduaku di Akademi Fumizuki.

Seolah menyambut murid baru, kedua sisi lereng yang mengarah ke akademi dipenuhi pohon sakura berbunga mempesona. Aku bukan tipe orang elegan dan berkelas yang biasanya berhenti sebentar untuk menikmati keindahan, tapi pemandangan ini terlalu indah hingga aku tidak bisa tidak terpesona.

Meski itu terjadi hanya untuk sesaat.

Pikiranku dipenuhi dengan hal-hal berbau musim semi, tapi bukan tentang bunga sakura. Aku ingin tahu kelas baruku dan teman-teman seperjuanganku, yang akan berbagi kelas denganku selama setahun ke depan.



"Yoshii, kau telat."

Suara yang tidak ramah menyapaku saat sampai ke gerbang sekolah. Aku menolehkan kepala dan melihat ke arah suara tersebut. Seorang pria bertubuh kekar, kulit kecoklatan dan rambut pendek, berdiri di sana.

“Ah, tetsu- Maksudku, Pak Nishimura, selamat pagi!”

Aku menundukkan kepala sedikit ketika menyapanya. Bagaimanapun juga, dia adalah guru galak. Kau jelas berada dalam masalah jika dia memanggil namamu.

“Barusan kau memanggilku ‘Tetsujin’?”

“Haha, Bapak salah dengar, kali.”

“Oh, benarkah?”

Nyaris sekali, aku hampir memanggilnya seperti yang biasa kulakukan.

Omong-omong, dia dipanggil “Tetsujin” [EdNote: = manusia besi, ironman] karena hobinya ikut lomba triatlon[2]. Tentu saja kebiasaannya memakai baju lengan pendek bahkan di musim dingin memberikan kontribusi untuk itu juga.

“Hmm, kau tidak hanya akan menyapaku, kan?”

“Oh, maaf. Bapak kelihatan agak hitam hari ini.”

“Kau lebih kuatir dengan warna kulitku daripada meminta maaf yang sopan karena terlambat?”

“Oh jadi itu maksudnya… Maaf saya terlambat.”

“Ya ampun… Kau tidak pernah belajar.”

Dia mengeluarkan desahan sambil menggumam. Dari apa yang dia bilang, kedengarannya aku pelanggar peraturan yang sering terlambat.

“Pak, biasanya saya tidak terlambat, kan?”

Beliau adalah wali kelasku tahun lalu, jadi seharusnya tahu sudah berapa kali aku telat datang ke sekolah.

“Lupakan saja, ini ambillah.”

Dia mengambil sebuah amplop dari dalam kotak kardus dan menyerahkannya padaku. Namaku, Yoshii Akihisa, jelas tertera di sana.

“Terima kasih.”

Aku menunduk dengan sopan dan mengambil amplopnya.

"Kenapa pihak sekolah menyerahkan hasil pembagian kelas dengan cara yang merepotkan? Bukankah akan lebih mudah jika menempelnya di papan buletin?"

Kelihatannya bagiku tampak sangat tidak praktis, menyerahkan hasil untuk tiap siswa dalam amplop dan mengatarnya secara pribadi.

"Kita akan melakukan itu jika kita sekolah reguler biasa, tapi sekolah kita adalah yang pertama menggunakan sistem ujian tercanggih. Inilah alasannya kita membagikan hasil secara individual."

"Entah kenapa aku segan dengan jawaban itu..."

Kujawab dia sambil membuka amplopnya. Kelas mana yang akan kutempati? Aku tidak sabar ingin mengetahuinya.

Bagan/Peta lantai kelas dua

Murid kelas dua dan yang lebih tua di Akademi Fumizuki akan ditempatkan ke dalam ruangan kelas yang terpisah, mulai dari kelas A hingga kelas F, dan dibagi berdasarkan hasil ujian kelas. Mudahnya, di Kelas A ada anak jenius, dan anak yang paling idiot pasti ada di Kelas F, bersama dengan orang-orang di antaranya. Kemampuan intelejen akan ditandai oleh kelas mana kau berada. Untuk melindungi harga diriku sebagai lelaki, aku akan melakukan apapun agar tidak berakhir di Kelas F."

"Yoshii, sesungguhnya..."

"Hmm?"

Amplopnya dilem rekat sekali, aku masih berusaha membukanya.

"Setelah setahun mengamatimu, aku sudah lama berpikir: Apakah Yoshii seorang idiot?"

"Bapak jelas salah tentang itu. Aku sudah akan menambahkan 'Bodoh' pada julukanmu bila kau serius tentang itu."

Aku tidak sedang berusaha untuk menjilat. Aku memang tidak belajar banyak saat ujian kemarin, tapi aku rasa aku bisa mengerjakan ujiannya. Pastinya, beliau sudah mengubah opini tentangku ketika dia melihat hasilku.

"Benar. Saat aku melihat hasilmu, aku tersadar betapa kelirunya aku dulu."

"Aku senang mendengarnya, Pak."

Aku tetap tidak bisa membukanya. Sepertinya aku harus merobek bagian atasnya.

Di kelas mana aku akan berada? Apakah kelas D? Atau kelas C?

"Bahagialah, Yoshii. Kecurigaanku padamu sudah berakhir."

Aku membuka lembaran hasil di dalamnya, dan membaca tulisan di atasnya:

"Yoshii Akihisa - Kelas F"[edit]

"Kau memang idiot."

Demikian, hidupku di kelas terparah dimulai.



Catatan Translator

  1. Tanpa-Kecelakaan dalam Bahasa Jepang kedengaran seperti 625, ini lelucon dalam bahasa Jepang.
  2. Triatlon adalah sebuah kompetisi yang terdiri atas serangkaian cabang olahraga, yaitu renang, balap sepeda, dan lari yang dilakukan secara berkesinambungan dalam satu kesatuan waktu. Triatlon adalah kompetisi kecepatan waktu di mana peserta harus dapat membagi tenaga dalam setiap tahapnya. Dan event pertama triatlon modern jarak jauh adalah Triatlon Ironman Hawai. Penulis memakai nama Ironman mengacu pada hal ini.



Soal Kedua[edit]

Tuliskan sebuah idiom yang memiliki arti mendekati kalimat berikut:

(1) Gagal dalam bidang keahlian.

(2) Sial melulu.


Jawaban Himeji Mizuki:

(1) "Seekor kera dapat jatuh dari pohon"

(2) "Atap bocor di hari hujan"

Komentar Guru:

Benar. Ada beberapa jawaban lain untuk pertanyaan bagian pertama, seperti, “Kuda hilang kuku kaki depannya”, dan “Bahkan ikan tenggelam”; Jawaban lain untuk bagian kedua misalnya, “Kejadian baik tidak pernah datang, kejadian buruk tidak pernah berakhir,” dan “Satu tahun penuh kesialan,” dan sebagainya.

Syokanju Yoshii Akihisa


Jawaban Tsuchiya Kouta

(1) "Bahkan kuda dapat jatuh dari atas pohon"

Komentar Guru:

Itu adalah pemandangan yang luar biasa.


Jawaban Yoshii Akihisa:

(2) "Atap bocor dan tanah longsor pada saat bersamaan"

Komentar Guru:

Bukankah itu terlalu tidak beruntung?





"Apa ... Bukankah ruangan ini terlalu besar untuk sebuah ruangan kelas?"

aku melangkah ke lantai tiga yang tidak sempat kukunjungi tahun lalu, melihat sebuah kelas lima kali lebih besar dari biasanya tepat di depan mataku.

Inikah Kelas A yang sering orang bicarakan? Coba kita lihat apa yang ada di dalam sana.

"Selamat! kalian berhasil melanjutkan ke kelas dua. Nama saya Takahashi Youko, dan saya adalah guru wali kelas untuk Kelas A. Senang bertemu anda."

Aku berhenti dan melihat ke dalam kelas melalui jendela besar, ada seorang wanita yang kelihatan cerdas dengan kacamata berdiri di depan kelas. Rambut diikat ke belakang dan berdandan rapi dalam setelan jas.

Ketika dia berhenti berbicara, namanya tidak ditulis di papan tulis. Malahan, muncul pada TV plasma yang besar hingga menutupi seluruh dinding. Betapa mewahnya! Berapa banyak uang yang mereka keluarkan untuk itu?

"Pertama-tama, periksalah barang-barang yang telah diberikan kepada anda. Setiap orang seharusnya memiliki laptop, AC pribadi, kulkas-mini, sofa, dan lain-lain. Apakah semua berfungsi dengan baik?"

Ada lebih dari sekadar ruangan, fasilitas, dan peralatan mewah yang cukup untuk 50 orang siswa.

Setiap kulkas dipenuhi dengan cemilan dan minuman ringan. Setiap siswa memiliki AC sendiri, yang bisa mereka atur suhunya berapapun yang mereka mau.

Jika melihat ke sekeliling kelas, kau akan memerhatikan bahwa langit-langitnya terbuat dari kaca. Lukisan-lukisan mahal digantung di dinding, dan ada tanaman hias di dalam ruangan. Desain interiornya tampak seperti lobi sebuah hotel bintang lima.

"Selain buku pelajaran dan buku tambahan, makanan dan minuman di kulkas disediakan oleh sekolah, gratis. Jika anda butuh fasilitas atau peralatan tambahan, silahkan jangan sungkan untuk memberitahu kami."

Aku bisa mencium wangi kōcha, tampaknya ada siswa yang telah membuat beberapa.

"Sekarang, perkenalkan ketua kelas kita. Kirishima Shouko, silakan maju ke depan."

"Ya."

Orang yang berdiri dan menjawab panggilan adalah seorang gadis dengan rambut hitam yang panjang. Penampilannya mirip boneka Jepang.

Dia adalah seorang gadis memiliki wajah cantik dan aura bermartabat yang membuatnya terlihat bebas dari urusan duniawi.

Semua orang di kelas itu melihatnya.

Ketua kelas ---- adalah orang yang mendapat nilai tertinggi dalam ujian pembagian kelas.

Dengan kata lain, orang terpintar di Kelas A juga merupakan orang terpandai di seluruh kelas dua; ini menjelaskan mengapa dia menerima begitu banyak perhatian dari orang lain.

"Nama saya Kirishima Shouko, senang bertemu kalian."

Meskipun semua orang sedang menatapnya, dia masih memperkenalkan diri seperti biasa.

Tampak semua orang menatap matanya, tapi ketika aku melihat dengan cermat, mereka semua perempuan. Sepertinya rumor yang beredar itu benar!

Dia sangat terkenal begitu mendaftar ke sekolah ini. Semua orang tahu betapa cantiknya dia, dan banyak orang ingin memacarinya. Namun, tidak satupun dari mereka pernah berhasil.

Sejak saat itu, ada rumor mengatakan dia sebenarnya menyukai sesama gadis ----- Aku melihat ada asap karena api!

"Semua orang di Kelas A, bekerja samalah dengan Kirishima mulai sekarang hingga akhir tahun ajaran kedua dan belajar tekun bersama-sama! 'PERANG' sudah dimulai dari sekarang, jangan kalah dengan kelas lain!"

Guru wali kelas menyudahi pidato, Kirishima membungkuk dan kembali ke tempat duduknya.


Oh tidak, aku harus buru-buru ke kelasku.

Aku lekas berjalan menyusuri koridor dengan kecepatan yang sangat cepat.




Aku berdiri di bawah tanda dengan tulisan “Kelas 2-F” tertera di sana, dan ragu.

Apakah datang terlambat ke kelas akan memberikan teman sekelasku kesan pertama yang buruk?

Apakah ada orang di kelas yang jorok, menyeramkan, atau susah diatasi?

Teman-teman macam apa yang akan bersamaku selama satu tahun ke depan? Semakin kupikirkan, semakin gugup jadinya.

“oke deh, paling gue terlalu khawatir doang.”

Aku cuma terlambat, tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

Lagian, kita teman sekelas; tidak ada perlu ditakutkan! Mungkin saja mereka yang khawatir padaku, jika aku tidak masuk karena sakit (sebenarnya, aku bangun kesiangan).

Tenang saja, tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan. Aku harus percaya pada temanku, aku harus bekerja sama dengan mereka mulai dari sekarang.

Setelah memantapkan pikiran, kudorong pintu hingga terbuka dan kusapa teman-teman di kelas dengan suaraku yang paling halus.

"Maaf aku terlambat ♪."

“Cepat dan duduk, loe idiot!”

Imej sempurnaku hancur!


“loe ga denger apa yang gue bilang?”

Orang ini kasar sekali. Menjadi guru tidak memberikanmu hak untuk berbicara seperti itu.

Aku menatap tajam orang yang berdiri di atas podium itu.

Ternyata dia tinggi, mungkin hampir 180 cm. Tubuhnya atletis seperti petinju. Perlahan kuarahkan pandangan ke atas, aku melihat sepasang mata yang terisi semangat api membara, wajah yang liar dan tampan, dan rambut cepak di kepalanya yang kelihatan seperti rambut singa.

“Yuuji, ngapain loe?”

Orang ini bukan guru; dia adalah teman dekatku, Sakamoto Yuuji.


“Karena guru datengnya telat, gue mengambil tempatnya.”

“loe nggantiin guru? loe? Kenapa?”

“gatahu kenapa, nilai gue yang paling tinggi di kelas F.”

“Jadi itu yang bikin loe jadi ketua kelas?”

“Itu benar.”

Yuuji tersenyum licik. Setelah mendengarkan apa katanya, aku ikut tersenyum. Karena, jika aku bisa mengatasi Yuuji, tidak ada yang bisa menghentikanku melakukan apapun di kelas ini.

"nah karena itu, semua orang di kelas ini jadi bawahan gue." Yuuji dengan bahagia mengabaikan teman sekelas yang duduk di lantai.


Ya, semua orang duduk di lantai. Mengapa? Jawabannya sederhana, tidak ada kursi.


"ngomong-ngomong, kelas ini bener-bener pas disebut kelas F."

Aku seharusnya mencari tempat dulu dan duduk.

"Maaf, permisi." Tiba-tiba, suara lemah terdengar dari belakangku. Seorang pria tua tidak tampak intelek, mengenakan kemeja kusut dengan rambut berantakan berdiri di sana.

“Sekarang jadwalnya pertemuan wali kelas; apa bisa saya menaruh kursi di situ?”

Karena dia tidak mengenakan seragam, dan jelas bukan remaja, mungkin dia adalah guru wali kelas kami.

"Roger."

"Oke."

Yuuji dan aku menjawab masing-masing dan kembali ke tempat duduk kami.

Guru tersebut menunggu hingga kami duduk, kemudian berdiri di podium dan berbicara perlahan.

“Selamat pagi semuanya, nama saya adalah Fujihara Shin; Saya akan menjadi guru wali kelas untuk Kelas 2-F. Senang bertemu kalian.”

Semula Fujihara-sensei ingin menulis namanya di papan tulis kotor, tapi dia tidak bisa karena alat tulisnya tidak ada. Oh! Sekolah tidak menyediakan kapur tulis?!

“Apakah semuanya memiliki meja Jepang dan satu bantal? Tolong angkat tangan bila tidak ada.”

Ada sekitar lima puluh murid di kelas kecil ini tanpa meja tulis yang layak. Hanya ada tatami, meja Jepang(meja yang sangat kecil dan biasanya dipakai untuk meja tamu) dan bantal untuk duduk. Fasilitas parah sekali. Aku sudah mendengar tentang ini semenjak tahun pertamaku, tapi mengalaminya sendiri sungguh mengejutkanku.

“Sensei, bantal gue nggak ada kapasnya.”

Ada banyak murid yang mengeluh tentang peralatan rusak.

“Aku mengerti. Pasrah saja.”

“Sensei, kaki mejaku rusak.”

“Bukannya tadi mereka memberi lem? Lem sendiri nanti.”

“Sensei, udara dingin masuk dari jendela yang pecah.”

“Aku mengerti. Nanti akan kulaporkan ke sekolah dan meminta kantung plastik dan lakban untuk memperbaikinya.”

Di ujung ruangan ada laba-laba yang dengan bebas membuat sarang, dan tidak ada satu titik pun di dinding yang bersih atau tanpa coretan. Ini parah; apakah ini bangunan tak berpenghuni?

“Jika ada perlu yang lain, urus sendiri…”

Ada bau jamur semerbak di kelas; pasti datangnya dari bawah tatami-tatami tua ini.

“Mari kita mulai perkenalan diri. Kita akan mulai dari orang yang duduknya di samping koridor.”

Ketika Fujihara-sensei selesai bicara, salah satu murid berdiri dan memperkenalkan diri.

“Nama saya adalah Kinoshita Hideyoshi, anggota klub drama.”

Itu Hideyoshi yang berbicara.

Dia memiliki gaya yang unik saat berbicara. Dengan tubuh langsing dan rambut yang diikat longgar sebahu, sekilas ---- Tidak, bahkan ketika aku melihatnya dengan cermat, kemanisannya bisa dengan mudah membuatku, seseorang yang sudah mengenalnya, berpikir bahwa dia adalah perempuan. Benar, itu adalah Kinoshita Hideyoshi, teman sekelasku tahun lalu.

Di samping itu, jika dia berpakaian dalam seragam wanita dan mengubah cara bicaranya, dia jelas akan diperlakukan sebagai perempuan. Ini bisa dengan mudah terjadi di kelas yang dipenuhi cowok bau seperti ini.

“Begitulah, senang bertemu kalian.”

Hideyoshi tersenyum halus, dan mengakhiri perkenalan dirinya. Sangat ... sangat MANIS! Tunggu sebentar, Yoshii Akihisa, jangan jatuh hati padanya! Dia seorang pria!

"Tsuchiya Kouta..."

Ketika aku masih menggumamkan peringatan yang telah kuberikan pada diriku sendiri beberapa kali tahun lalu, siswa berikutnya sudah mulai memperkenalkan diri.

Siapa barusan? Ah, aku kenal orang ini juga.

Tsuchiya masih pendiam seperti biasa. Dia tidak memiliki tubuh besar, tapi dari ototnya kau bisa tahu bahwa dia bagus di bidang olahraga. Walau begitu aku tidak tahu kenapa dia pemalu. Apa mungkin karena dia tidak ingin mencolok dan terlibat masalah? Nah, ada segala macam orang di dunia.

Tetapi, aku hanya melihat cowok di dalam kelas. Apakah murid perempuan selalu sedikit di kelas terburuk?

"...adalah namaku. Aku besar di luar negeri. Walau bisa berbicara bahasa Jepang, tapi membaca huruf kanji masih susah buatku."

Selagi aku termenung, perkenalan lain dimulai.

“Kemampuan bahasa Inggrisku jelek karena aku besar di Jerman. Hobiku ---“

OH! Seorang gadis kali ini; dia adalah harta berharga bagi seluruh kelas. Akhirnya, setidaknya ada satu perempuan di kelas ini.

"Hobiku adalah menghabisi Yoshii Akihisa☆."

Siapa itu?! Yang punya hobi ekstrem dan berbahaya ini?

"Hai---"

Orang yang sedang tersenyum dan melambai padaku adalah...

"Shi-Shimada, loe!"

"Yoshii, kita sekelas lagi tahun ini."

Orang lain lagi yang kukenal, serta musuh alamiku dari tahun lalu... Shimada Minami.


Kenapa? Kenapa ada begitu banyak orang yang kukenal berada di kelas yang sama denganku?

Bukankah itu aneh? Apakah ini contoh dari, “Kawanan burung tidak akan lepas dari kawanannya?” Aku tidak percaya bahwa aku sebenarnya di kelas yang sama dengan mereka!

"Salam kenal."

Oke, kelihatannya orang di depanku baru saja selesai dan sekarang adalah giliranku.

Aku mengambil napas dan bangkit dari lantai.

Mari kita mulai perkenalan diriku! Kesan pertama sangatlah penting. Agar dapat membuat banyak teman baik, aku akan menekankan bahwa aku adalah orang positif dan optimis.

Tiba-tiba ada ide yang melintas di benakku. Aku memutuskan untuk menggunakan lelucon segar sebagai awal perkenalanku. Aku berusaha yang terbaik untuk bicara dalam gaya yang lucu, dan memulai perkenalan diri.

"Nama gue adalah Yoshii Akihisa; silahkan panggil gue 'Sayang.'"


"SA--YAAAANG!"


Paduan dari suara-suara cowok menjijikkan jauh melebihi dari apa yang pernah kubayangkan.

“Maaf, gue gajadi ngomong gitu! Senang bertemu kalian.”

Walau harus tersenyum palsu dan kembali ke tempat duduk, aku masih merasa aku akan muntah. Aku tidak pernah membayangkan kalau mereka benar-benar akan memanggilku demikian. Kelas F memang parah!

Karena perasaanku berkecamuk, rasanya perkenalan diri tidak kunjung berakhir.

Tepat ketika aku hampir jatuh terlelap karena perkenalan nama yang monoton, seseorang membuka pintu. Seorang perempuan berdiri di pintu masuk, meletakkan tangannya di dada sambil mencoba menarik napas.

"Sa, saya minta maaf… Saya terlambat.”

"Apa!?"

Semua orang berteriak, tapi ini sudah terduga. Jika sesuatu seperti ini terjadi, siapapun akan terkejut.

“Sebenarnya kau datang di saat yang tepat. Kita sedang memperkenalkan diri sekarang. Silahkan perkenalkan dirimu ke kelas, Himeji.”

“O-OK! Nama Saya Himeji Mizuki, senang bertemu kalian.”

Himeji Mizuki, murid tercantik dan terpintar di Kelas F

Himeji mengeluarkan suara yang lebih kecil dari tubuh mungilnya. Kulitnya seputih salju baru. Rambut panjang dan lembut sepunggungnya menunjukkan sifat lembut pemiliknya. Dengan kemanisan wajahnya, dia sungguh menonjol di kelas yang dipenuhi cowok.

Tetapi, bukan karena dia cantik semua orang terkejut.

“gue mo nanya!”

Seorang cowok yang telah memperkenalkan diri mengangkat tangan kanannya.

“Ah, ada apa?”

Dihujani pertanyaan segera setelah masuk ke dalam kelas, Himeji tidak bisa menyembunyikan kekagetan dan kegugupannya, tapi tindakannya ini mengingatkanku pada hewan mungil yang lugu. Itu sangat lucu.

"Kenapa loe di sini?"

Itu pertanyaan pertama yang tidak sopan.

Tapi aku yakin, semua orang di sini memiliki pertanyaan yang sama.

Kecantikannya memang menarik perhatian, tapi yang menjadi masalah dia seharusnya memiliki nilai sangat tinggi. Dia merupakan murid dengan nilai tertinggi kedua ketika ujian masuk pertama, dan selalu berada di peringkat sepuluh besar.

Siswi sebaik dia seharusnya tidak berada di kelas F. Tidak masalah kepada siapa pun kau bertanya, jawabannya sudah pasti: dia harusnya di kelas A.

"Anu..."

Dengan wajah gugup terlihat di wajahnya, badannya menegang, dan dia bilang:

“saya sakit demam saat ujian pembagian kelas…”

Setelah mendengar itu, seluruh kelas mengangguk seakan berkata “Jadi begitu.”

Meninggalkan di tengah-tengah ujian akan berakhir dengan kegagalan. Dengan kata lain, dia tidak menyelesaikan ujian pembagian kelas tahun lalu, makanya dia ditempatkan di kelas F.

Mendengar jawaban Himeji, banyak orang di kelas mulai mengatakan alasan mereka sendiri.

“Setelah kupikir-pikir, aku ditempatkan di kelas F karena demam juga.”

“Ya, karena kimia, kan? Itu memang susah.”

“gue nggak ngerjain dengan baik gara-gara gue denger kakak gue kecelakaan.”

“Diamlah, dasar penipu.”

“Pacar gue bikin gue nggak bisa tidur semalaman sebelum ujian.”

“Itu adalah kebohongan terbesar yang pernah gue dengar.”

Orang-orang ini lebih idiot dari yang bisa kubayangkan.

“Senang… senang bertemu kalian.”

Selama murid-murid diskusi dan berisik, Himeji berjalan ke tempat kosong di antara Yuuji dan aku. Aku tidak pernah bermimpi akan berada di kelas yang sama dengannya, lebih-lebih duduk di sebelahnya. Jujur saja, jantungku berdegup sangat kencang. Dia benar-benar cantik, dan itu membuatku berpikir bahwa menerimanya di kelas seberisik ini sebenarnya merupakan sebuah kejahatan.

“saya takut…”

Himeji mendesah dan tiuran di atas meja ketika mencapai tempat duduknya.

Hebat! Karena kami duduk begitu dekat bersama-sama, ini adalah kesempatan besar untuk berbicara! Cinta kami akan bermula dari kejadian ini, dan akhirnya kami akan menjadi sepasang kekasih yang ditakdirkan. Itu benar, kalimat pertama akan menjadi kunci untuk pintu kebahagiaan dan masa depan kami bersama.

"Hime-"

"Himeji."

Yuuji, yang duduk di sampingku, berbicara dan mengeraskan suaranya di atasku. Sialan kau Yuuji! Rencana masa depanku "Dari teman sekelas ke karpet merah pernikahan---pertemuan musim semi kami--- Enam ratus lima puluh empat episode" berakhir tanpa bermain selama lebih dari dua menit! Apa yang harus kutunjukkan kepada penonton untuk 653 jam lima puluh delapan menit selanjutnya!?

“Y-ya? Ada apa?”

Himeji melihat Yuuji, panik, dan berhati-hati meluruskan roknya. Apakah karena duduk di bantal membuatnya gampang kusut?

“Nama gue Sakamoto, Sakamoto Yuuji, senang berkenalan denganmu.”

“Ah, saya Himeji, senang bertemu denganmu.”

Dia menundukkan kepalanya dalam-dalam dan memberikan salam hormat. Pendidikan keluarganya pasti sangat baik.

"loe masih merasa sakit?"

"gue juga pengen tahu." Aku sengaja memotong ke dalam percakapan. Aku duduk di sampingnya selama pemeriksaan pembagian kelas, dia tidak terlihat terlalu baik waktu itu. Aku bertanya-tanya apakah ia merasa lebih baik sekarang.

"Yo-Yoshii?" Himeji terkejut ketika dia melihat wajahku. Apakah kau harus sangat terkejut seperti itu? Apakah wajahku yang jelek? Ini...

"Himeji, maaf wajah jelek Akihisa menakutkan buat loe."

Apa? Apa yang terjadi di sini? Mungkin Yuuji berusaha untuk menyelamatkan posisiku, tapi ia hanya membuatnya lebih buruk.

"Itu ... Itu nggak bener. Loe liat, mata gue penuh dengan energi, wajah gue ramping dan indah! gue nggak jelek sama sekali! cuman gue.."

“gara-gara inget itu, wajah loe nggak keliatan buruk sama sekali. Sebenarnya, gue tahu ada orang yang tertarik sama loe!"

Apa? Aku tidak pernah membayangkan bahwa Yuuji memiliki informasi bagus seperti itu. Aku perlu mengkonfirmasi hal ini.

"Eh? Siapa..."

"Siapa ... Siapa?"

Suara Himeji menutupi suaraku. Yah, itu tidak jadi masalah karena kami mengajukan pertanyaan yang sama. Sepertinya gadis di usia ini tertarik pada topik seperti ini.

"gue inget. Namanya Kubo ---"

Kubo? Siapa gadis dengan nama Kubo?

"Toshimitsu, kalau nggak salah!"

Kubo Toshimitsu -> ♂ (Jenis Kelamin/ PRIA)

"......"

"Akihisa, loe nangis diam-diam?"

Aku ternoda sekarang, tidak bisa lagi menjadi mempelai pria.

"Jangan khawatir, setengah dari itu lelucon."

"Apa? Bagaimana dengan separuh lainnya?"

"Oh, Himeji, loe udah ngerasa sehat sekarang?"

"Ya, saya sehat sekarang."

“Yuuji, bagaimana dengan setengah lainnya?"

Karena Yuuji mengabaikan aku, aku mengeraskan suaraku untuk mendapatkan perhatiannya.

"Kalian yang di sana, diamlah."

Guru mengetuk meja beberapa kali, sebagai peringatan.

"Maaf ---"


(Suara Hancur)


Tiba-tiba, meja guru runtuh ke dalam pecahan kayu. Mejanya bahkan tidak bisa menahan beberapa ketukan, seberapa buruk keadaan kita di kelas ini?

"... Saya akan mengambil meja baru untuk menggantinya. Harap bersabar.."

Sang guru merasa malu dan cepat melangkah keluar dari kelas.

Sekali lagi aku menyadari betapa buruknya peralatan kami.

"Ahaha..."

Himeji memiliki senyum yang dipaksakan di wajahnya.

Melihatnya seperti ini mengingatkanku bahwa orang-orang seperti Yuuji dan aku memang pantas untuk belajar di kelas seperti ini, tetapi pasti sulit sekali bagi siswi seperti dirinya.

Yah, adalah kesalahan kami sendiri karena tidak berhasil dengan baik dalam ujian. Mampu menjaga kesehatan sendiri adalah semacam kekuatan juga. Tapi ditempatkan di Kelas F hanya karena meninggalkan ujian karena sakit itu konyol. Seharusnya mereka memberinya kesempatan lain.

Kemarahan terhadap ketidakadilan pembagian kelas pemeriksaan berputar-putar di dalam pikiranku. Jika memang itu masalahnya, kita harus berusaha yang terbaik dalam mendapatkan peralatan yang lebih baik untuk Himeji.

Aku berbicara dengan ketua kelas yang sedang menguap saat ini, "Yuuji, sini."

"mau apa loe?"

"Kita nggak bisa nggak bisa ngobrol di sini, ayo ke koridor."

"Oke."

Aku berdiri dan berjalan menuju koridor. Pada saat itu, Himeji dan aku entah bagaimana membuat kontak mata.

"Nah, ada apa?"

Saat itu sedang pertemuan wali kelas dan tidak ada seorang pun di koridor, jadi kami bisa berbicara dengan bebas.

"Tentang kelas ini ..."

Tentu saja maksudku kelas yang ini, yang mana lagi?.

“Ruangan kelas F? ternyata lebih ancur dari yang gue bayangin."

"loe juga mikir gitu, kan?"

"tentu aja."

"loe udah liat peralatan Kelas A?"

"Ya. beda banget dari kita. gue belom pernah liat kelas kayak gitu sebelumnya..."

Di satu sisi adalah ruang kelas dengan papan tulis penuh retakan, bahkan tanpa ada kapur. Di sisi lain ruang kelas dengan TV plasma mahal. Tidak ada yang bisa menerima diskriminasi perlakuan seperti ini, kan?

"gue punya ide. Karena kita udah kelas dua , kita bisa ngajuin 'Perang Tes Syokanju!'"

"Perang?"

"Ya, dan musuhnya kelas A."

"Kenapa?"

Tiba-tiba, Yuuji menatapku dengan sikap serius.

"nggak ada alasan khusus, cuman kelas kita benar-benar buruk."

"Jangan bohong ke gue. orang kayak loe, yang bahkan nggak pengen belajar, sekarang pengen perang demi fasilitas? Kalo kelas kita menang undian, itu masih lebih mungkin."

Sial! Indra keenamnya masih sebagus dulu.

”nggak, nggak, bukan gitu! kalo gue nggak pengen belajar, gue gabakal masuk sekolah ini ---"

"loe milih sekolah ini karena bayarannya murah dan reputasinya bagus di perguruan tinggi, kan?"

Tidak! Aku telah menjelaskan alasanku sebelumnya.

"Ah... Itu... Itu soalnya...."

Apa yang harus aku katakan? Aku tidak bisa memikirkan sesuatu yang lebih baik.

"Ini karena Himeji, kan?"

Astaga!

Karena alasanku yang sebenarnya telah dia ketahui, aku tak sengaja panik dan menegangkan punggung.

"gimana ... gimana loe tahu?"

"loe itu simpel banget. gue cuma nebak dikit, trus loe sendiri yang bilang."

Mata yang tampak waspada itu menghilang, digantikan oleh senyuman Yuuji. Aku telah ditipu!

"bukan itu satu-satunya alasan gue..."

"Ya, ya, loe nggak usah ngomong apa-apa lagi, gue udah ngerti."

"gue bilang ini nggak kayak yang loe pikirin!"

Sial! Aku bahkan tidak bisa berkomunikasi dengan orang ini.

"Jangan kuatir, bahkan kalo loe nggak nyaranin ini, gue udah punya rencana buat perang lawan kelas A."

"Hah? Kenapa? Yuuji, loe juga nggak suka belajar kayak gue, kan?"

Itu sebabnya dia tidak peduli tentang peralatan kelas.

"gue cuma pengen mbuktiin kalo nilai bukan segalanya."

"?"

"gue bahkan udah punya rencana buat ngalahin Kelas A ---- Oh, gurunya balik! Ayo masuk ke kelas."

Yuuji mendesakku ke dalam kelas.

"Mari kita lanjutkan dengan perkenalan diri."

Setelah membawa pada meja baru (yang satu ini tampak sangat buruk juga), pertemuan wali kelas berlanjut.

"Nama gue Sugawa Ryou, hobi gue adalah ---."

Pengenalan monoton seperti biasa.

"Sakamoto, kau yang terakhir."

"Roger."

Yuuji menjawab panggilan guru dan bangkit dari tempat duduknya.

Dia terus menjaga sikap bercanda biasanya dan berjalan perlahan menuju podium, dengan martabat seorang pemimpin kelas.

"Sakamoto adalah ketua kelas F, kan?"

Menghadapi pertanyaan Fukuhara-sensei, Yuuji menjawab dengan anggukan.

Itu adalah pasangan yang sempurna, ketua kelas terburuk untuk kelas terburuk. Alih-alih mengatakan itu suatu kehormatan, sebenarnya mungkin itu sesuatu yang memalukan.

Tapi Yuuji tidak berpikir seperti itu. Dia berdiri penuh percaya diri di podium dan menatap kami.

"gue ketua Kelas F, Sakamoto Yuuji. loe semua bisa manggil gue Sakamoto, atau ketua kelas.."

Sebagian besar siswa di kelas tidak benar-benar peduli siapa dia, karena dia hanya salah satu dari banyak idiot di Kelas F. Kebanyakan berpikir seperti maling teriak ketel hitam.

"Sekarang, gue punya pertanyaan buat loe semua."

Dia menatap mata semua orang, dan berbicara perlahan.

Mungkin karena dia mendapatkan waktu yang tepat, semua orang menatapnya sekarang.

Ketika dia memastikan sudah mendapat perhatian semua orang, matanya pindah ke setiap sudut kelas.


Sebuah kelas dengan bau jamur.


Bantal tua dan kotor.


Meja kayu kecil gaya Jepang dengan kotoran yang tersisa dari keringat.


Kami mengikuti pandangannya, melihatnya satu per satu.

"Kelas A nggak cuman punya AC, tapi juga punya kursi empuk."

Dia mengambil napas dalam-dalam, dan berkata:

"apa loe puas?"

"ya nggaklah!"


Tangisan dari jiwa-jiwa setiap anggota di Kelas F terdengar melalui koridor.

"Bener, kan? bahkan gue nggak puas sama situasi ini. Sebagai ketua kelas, gue ngeliat masalah besar di sini."

"Itu benar!"

"nggak peduli semurah apa bayarannya, nggak bener ngebiarin kita make fasilits kayak gini! Kita harus ngomong sekolah buat memperbaikinya!"

"kita bayar jumlah yang sama kayak kelas A, tapi kita diperlakukan terlalu berbeda!"

Komplain datang dari setiap sudut kelas.

"Kalian bener. Karena itu ...."

Puas dengan reaksi dari teman sekelas, Yuuji menunjukkan senyum tanpa takut di wajahnya.

"... Sebagai ketua kelas, gue punya usul."

Sambil menampilkan taring harimaunya pada teman-teman, dia menyatakan:

"gue punya rencana buat ngajuin 'Perang Tes Syokanju' lawan kelas A."


Ketua Kelas F, Sakamoto Yuuji, telah menyulut api perang.


Soal Ketiga[edit]

Terjemahkan kalimat berikut dalam bahasa Jepang:

“Ini adalah rak buku yang sering nenek saya gunakan.”


Jawaban Himeji Mizuki:

"これは私の祖母が愛用していた本棚です." (Ini adalah rak buku yang sering nenek saya gunakan)

Komentar Guru:

Benar. Kau pasti sudah belajar giat!

BTS vol 01 037.jpg


Jawaban Tsuchiya Kouta:

"これは" (Ini)

Komentar Guru:

Kau hanya tahu untuk menerjemahkan “Ini”?


Jawaban Yoshii Akihisa:

"☆●◆∇┐♪*×"

Komentar Guru:

Gunakan bahasa manusia untuk menjawab soalnya.




Mendeklarasikan perang melawan Kelas A.

Usulan ini kedengaran terlalu tidak nyata bagi Kelas F.

“Mustahil bagi kita untuk menang!”

“Aku tidak mau mendapat peralatan yang lebih buruk dari ini.”

“Selama ada Himeji di sini aku sudah puas.”

Teriakan seperti ini memenuhi seluruh kelas.

Bahkan orang buta bisa melihat perbedaan kemampuan bertarung antara Kelas A dan Kelas F.

Sudah empat tahun berlangsung semenjak Akademi Fumitsuki mengadopsi sistem ujian tanpa nilai tertinggi yang dibatasi hingga 100. Di bawah sistem ini, siswa bisa menjawab sebanyak-banyaknya pertanyaan yang bisa mereka jawab dalam waktu satu jam. Makanya, tidak ada batasan nilai yang seorang siswa dapat raih. Nilai bisa meningkat tanpa batasan, dibatasi hanya oleh kemampuan kecerdasan siswa.

Selain itu, ada "Sistem Panggil Syokanju"[1] yang diciptakan dengan menggabungkan teknologi sains dan kekuatan supernatural. Di bawah pengawasan guru, siswa dapat memanggil ‘Syokanju’ dengan nilai kekuatan setara dengan nilai ujian mereka dan bertarung satu sama lain.

Keseluruhan nilai rata-rata sekarang cukup rendah, dan ini adalah sistem terbaru yang diciptakan untuk mendorong siswa belajar. Dengan sistem ini sebagai intinya, siswa diperbolehkan untuk memiliki perang antar kelas, yang disebut "Perang Ujian Panggil," di mana syokanju siswa bertarung satu sama lain. Hasil ujian sangat penting dalam perang, dan ada perbedaan nilai antara Kelas A dan Kelas F yang sangat besar. Jika menyerang secara langsung, satu siswa dari Kelas A mungkin bisa mengalahkan tiga siswa dari Kelas F dalam satu waktu. Bahkan, jika siswa tersebut sangat pintar, mungkin dia bisa mengalahkan empat atau lima dari kami bersamaan.

"Kita akan menang. Pasti! Tidak hanya itu aku akan menunjukkan kepada kalian bahwa kita bisa menang."

Meski tahu ada perbedaan yang besar antara kemampuan bertarung kami, Yuuji masih dengan yakin mengatakan kita akan menang.

"Kau pasti bercanda."

"Itu tidak mungkin, kan?"

"Apa yang membuatmu begitu yakin?"

Protes datang dari setiap sudut ruangan.

Yah, tidak peduli bagaimana kau melihatnya, ini bukan perang yang dapat dimenangkan. Aku sendiri tidak menyangkalnya, meski aku sudah berjanji pada Yuuji untuk memulai perang bersama-sama. Tapi walaupun mustahil, aku tidak akan menyerah!

"Tentu saja aku punya teori. Kita memiliki beberapa faktor kuat yang akan membantu kita menang."

Seluruh kelas ribut setelah Yuuji mengatakan itu.

Apakah masih mungkin bagi kami untuk menang? Meskipun kami Kelas F, kelas terburuk?

"Biar kujelaskan."

Teman burukku itu berdiri di podium dan menunjukkan senyum berani di wajahnya, menghadap kami dari atas tanah. <- Teman Buruk tidak terdengar benar! ->

“Kouta, berhenti tiduran di tatami dan mengintip celana dalam Himeji. Ayo sini sebentar."

"!” (Menggelengkan kepala)

"Apa!"

Tsuchiya Kouta menggelengkan kepala dan tangannya, mencoba menunjukkan bahwa ia tidak melakukan kejahatan itu.

Himeji menekan ke bawah roknya; Tsuchiya Kouta menutupi tanda tatami yang tersisa di wajahnya, dan berjalan menuju podium.

Dia menakjubkan. Dia adalah satu-satunya orang yang berani setidak tahu malu itu, dan menggunakan pose yang tidak tepat untuk mengintip pakaian dalam seorang perempuan. Dia jauh lebih berani daripada orang sepertiku, yang menggunakan cermin kecil untuk mengintip.

"Tsuchiya Kouta. Orang ini adalah ‘Ninja Mesum’ yang terkenal itu."

"!” (Sengit menggelengkan kepala)

Nama Tsuchiya Kouta mungkin tidak dikenal, tapi julukan "Ninja Mesum" berbeda: julukan ini dihormati dan ditakuti oleh para siswa laki-laki; dibenci dan direndahkan oleh siswi perempuan.

"Dia adalah Ninja Mesum..."

"Bagaimana mungkin? Ninja Mesum terlihat seperti INI?"

"Tapi ada buktinya. Dia berani berbuat Mesum!"

"Ya, seperti namanya!"

Dengan tatapan sedih, dia menyembunyikan tanda tatami yang tersisa di wajahnya dengan tangan. Aku dengar dia tidak akan pernah mengakui apa yang dia lakukan dalam keadaan apapun. Nah, satu saksi mata lebih baik dari sepuluh seperti orang bilang.

"?"

Himeji tampak seperti dia punya banyak tanda tanya di atas kepalanya.

Mungkinkah dia tidak tahu dari mana julukan "Sang Pengintip" datangnya? Haruskah aku menjelaskannya padanya?

"Himeji tidak boleh dilupakan. Setiap orang tahu betapa hebatnya dia.."

"Ya? Apakah kau sedang membicarakan aku?"

"Benar, kau adalah pilar kekuatan utama; aku mengharapkan kinerja besar darimu!”

Jika kita benar-benar akan memulai Perang Ujian Panggil, aku pikir tak seorang pun yang lebih dapat dipercaya selain dia.

"Kau benar, Himeji ada di pihak kita!"

"Kalau dia di sini, kita tidak akan kalah dari orang-orang kutu buku dari kelas A."

"Tidak ada masalah selama dia di sini."

Siapa itu? Siapa orang yang terus-terusan mengirim pesan cinta ke Himeji?

"Kita juga memiliki Kinoshita Hideyoshi."

Kinoshita Hideyoshi, meskipun nilainya tidak menonjol, masih terkenal sebagai bintang dari klub drama, memiliki saudari kembar, dll

“Oooo ...."

“Dia saudaranya Kinoshita Yuuko ..."

"Tentu saja aku akan berusaha yang terbaik."

"Aku tahu kau seorang pria yang memegang kata-katanya."

"Bukankah Sakamoto disebut ‘Bocah Jenius’ ketika dia di sekolah dasar?"

"Apakah artinya dia sakit juga selama ujian pembagian kelas, seperti Himeji?"

"Artinya kita memiliki dua orang dengan kemampuan Kelas A di kelas kita."

Kita mungkin bisa menang! Terutama dengan atmosfer semacam ini! Itu benar; entah bagaimana semangat kelas meroket.

"Juga, kita punya Yoshii Akihisa."


Total diam.


Kemudian secara dramatis moral jatuh.

Apa! Apakah namaku begitu merusak? Mengapa dia menyebut namaku sekarang!

"Tunggu, Yuuji. Mengapa kau menyebutkan namaku sekarang! Kau melakukan hal yang tidak perlu, kan?”

"Yoshii Akihisa? Siapa itu?"

"Belum pernah dengar, tuh."

"Kau lihat! Semangat tiba-tiba hilang. Aku tidak seperti Yuuji dan yang lainnya, aku hanya orang biasa. Perlakukan aku biasa saja --- Tunggu, mengapa menatapku? Bukan salahku semangat kelas turun!"

(Mendesah)

Bahkan jika seseorang di kelas pernah mendengar tentang aku, itu bukan suatu hal yang baik. Karena memang tidak ada yang tahu tentang aku, aku tidak sengaja membuat sesuatu semakin kacau.

"Jika kalian tidak tahu, maka biarkan aku memberitahu kalian! Julukannya adalah 'Kansatsu Shobunsha'."

Oh tidak, dia telah mengatakannya.

"Bukankah itu istilah lain untuk idiot?"

Seseorang di kelas, memberikan pendapat yang fatal.

"N. .. Tidak! Itu hanya julukan kecil untuk seorang remaja 16 tahun yang payah."

"Ya, dengan kata lain idiot."

"Tolong jangan percaya itu. Yuuji, idiot!"

"Kansatsu Shobunsha" adalah hukuman yang diberikan kepada siswa yang memiliki masalah belajar. Aku adalah salah satu dari mereka."

"Maaf, bisa kau ceritakan apa artinya tepatnya?"

Himeji menyandarkan kepalanya ke satu sisi, dan dia tampak bingung. Karena dia adalah seorang siswi yang selalu berada di puncak piramida, wajar saja dia asing dengan julukan itu.

"Sederhananya, siswa yang melakukan pekerjaan sambilan untuk guru. Syokanju mereka memiliki kemampuan istimewa untuk dapat menyentuh benda fisik, dan dapat membantu pekerjaan."

Itu benar; biasanya syokanju tidak bisa menyentuh benda yang normal. Yang bisa mereka menyentuh atau berinteraksi dengannya adalah syokanju lainnya. Mereka seperti hantu. Lantai di sekolah dibuat khusus sehingga syokanju bisa berdiri di atasnya.

Tapi syokanjuku berbeda. Sama seperti yang Yuuji katakan, punyaku adalah salah satu syokanju khusus yang bisa menyentuh benda-benda fisik.

"Oh aku mengerti, itu luar biasa! Aku dengar bahwa syokanjus tidak hanya lucu, namun juga memiliki kekuatan yang luar biasa. Mampu menyentuh benda yang normal itu cukup praktis." Himeji menatapku dengan mata berbinar penuh dengan kekaguman dan rasa hormat; kuberitahu saja, itu membuatku gatal dan tidak nyaman.

"Ha ha, tidak seistimewa itu!"

Aku hanya melambaikannya..

Sebenarnya, tidak ada yang istimewa tentang ini. Jika aku bisa memesan syokanju secara bebas, itu akan sangat berguna. Syokanju bahkan yang lemah, jika dipanggil oleh seseorang dengan nilai rendah seperti aku, akan memiliki kekuatan yang lebih besar daripada manusia. Menghancurkan batu sesederhana ABC.

Sayangnya, aku tidak pernah dapat manfaat dari itu; jika ada, hal ini menyebabkan efek yang berlawanan.

Para syokanju hanya bisa digunakan di bawah pengawasan guru. Guru hanya akan membolehkan aku untuk memanggil ketika mereka butuh untuk pekerjaan berat. Itulah faktanya. Dan bagiku, tidak ada manfaat sama sekali. Karena hanya di bawah pengawasan seorang guru, aku hampir tidak pernah mendapatkan kesempatan untuk menggunakannya untuk tujuan sendiri.

Selain itu, nyawa syokanju dan energinya secara langsung terhubung kepadaku. Misalnya, jika syokanjuku membawa beban berat dan berlari di sekitar sekolah, aku akan merasa lelah. Jika benda berat jatuh ke kaki syokanjuku saat bekerja, aku akan merasakan sakit. Bukan hanya tidak diperbolehkan menggunakannya untuk keuntungan pribadi, rasa sakit dari pekerjaannya juga dipindahkan ke saya. Itu hukuman namanya. Oleh karena itu, menjadi "Kansatsu Shobunsha" bukan hal yang bisa dibanggakan, dan membuat tidak nyaman. Itu hanya hukuman bagi siswa yang memiliki prestasi buruk dan tidak memiliki kemauan untuk belajar. Makanya identik dengan "bodoh"

"Tunggu sebentar, karena ia adalah 'Kansatsu Shobunsha,' kalau syokanjunya dipukuli dalam perang, dia akan menderita juga, kan?"

"Itu benar. Kita akan segera kehilangan seorang prajurit!"

Mereka akhirnya tahu. Ini adalah mengapa aku ingin menghindari pertempuran. Jika syokanju milikku dipukuli, aku akan merasa sakit!

"Jangan khawatir tentang hal itu. Seorang prajurit rendahan seperti dia tidak lebih dari aset saja."

"Yuuji, kau tidak membantu sama sekali."

"Pokoknya, untuk menunjukkan kekuatan kita, aku berencana untuk menaklukkan Kelas D dulu."

“Apa! Kau tidak bisa mengacuhkanku begitu saja!"

Kami berdiri begitu berdekatan, tapi kebencianku tidak bisa tembus!

"Semua orang tidak puas dengan situasi saat ini, kan?"

"Apa yang kami inginkan adalah meja dan kursi dari Kelas A, bukan meja gaya Jepang!"

"Tentu saja!"

"Kalau begitu semuanya ambil pena di tangan kalian, kita akan bersiap untuk berperang!"

"Ooo ----"

"Oo, oo ..."

Dipengaruhi oleh momentum menakjubkan di kelas, Himeji juga mengangkat kepalan kecilnya. Aku merasa perlu untuk melindunginya, tetapi pada akhirnya mungkin dia yang akan melindungiku.

"Akihisa, nyatakan perang terhadap Kelas D. Kau harus berhasil, bahkan jika nyawa taruhannya."

Ketabahan hati seperti itu! Jika memang itu begitu penting, kenapa dia tidak melakukannya sendiri?

"Apakah mereka tidak akan memukuli utusan kelas yang lebih rendah?"

"Jangan khawatir, mereka tidak akan menyakitimu sama sekali. Bertingkah saja seperti kau dipaksa untuk pergi."

"Sungguh?"

"Tentu saja! Kau pikir siapa aku?"

Sebuah respon definitif tanpa ada kesempatan untuk sanggahan.

Itu pasti benar. Meski Yuuji suka bercanda, dia bukan pembohong.

"Jangan khawatir. Percayalah, aku tidak akan pernah berbohong kepada seorang teman."

Pernyataan yang menggembirakan.

Aku berpikir dia masih merencanakan sesuatu, tapi aku harus melakukannya. Aku tidak punya pilihan lain.

"Oke, serahkan padaku."

"Aku mengandalkanmu."

Kelas mengirimku dengan bersorak-sorai dan tepuk tangan. Aku meninggalkan kelas dan menuju Kelas D dengan suasana khusyuk dan beraduk.



"Aku kena tipu!"

Aku melarikan diri ke koridor dan berlari untuk bertahan hidup. Aku akhirnya melompat, berguling, dan merangkak kembali ke dalam kelas. Aku, aku hampir tewas! Bajingan-bajingan di Kelas D! Jika mereka menangkapku, mereka akan membunuhku! Aku ambruk di lantai kehabisan napas dan memelototi Yuuji.

"Seperti yang kuduga."

Bagaimana kau bisa berkata begitu tenang? Kau bajingan, aku akan merobekmu menjadi potongan!

"Apa maksudmu ‘seperti yang kuduga?! Kau tahu bahwa ini akan terjadi?"

"Tentu saja. Bagaimana lagi aku menjadi pemimpin kelas?"

"Setidaknya merasalah bersalah tentang hal itu!"

Meskipun aku sudah mengenalnya sejak musim semi lalu, ada beberapa hal tentang dirinya yang tidak aku mengerti.

"Yoshii, kau baik-baik saja?"

Himeji berlari ke arahku ketika melihat bajuku compang-camping.

"Ya, hanya beberapa goresan dan memar."

Shimada datang juga. Perhatian teman sekelas membantuku mengatasi rasa sakit yang lebih besar.

"Jadi begitu, baguslah… Masih ada tempat yang bisa kupukul."

"Ahh! Beri aku istirahat! Aku sekarat!"

Aku mengangkat tangan ke dada dan berguling-guling kesakitan. Bahkan jika dia adalah seorang perempuan, Shimada tidak bisa dianggap enteng.

"Jangan repot-repot dengan dia, kita rapat sekarang."

Yuuji membuka pintu dan berjalan keluar dari ruangan, dia pasti telah mencari ruangan untuk rapat. Bukankah sebaiknya kau menunjukkan sedikit simpati untuk temanmu sendiri? Dipikir-pikir, apakah Yuuji benar temanku? Ini bukan pertama kalinya aku bertanya-tanya itu, mungkin aku memikirkannya sehari sekali.

"Beritahu aku bila besok masih sakit."

Kata Himeji dan segera mengikuti di belakang Yuuji.

"Masih sakit?"

Seorang cowok dengan tubuh mungil, seperti seorang gadis muda ---- Hideyoshi, menyentuh bahuku dan berjalan keluar.

".....” ( Suara berjalan)

Ninja Mesum mengusap wajahnya dan berjalan ke arahku.

"Hei, Ninja Mesum, tanda tatami dari tadi pagi sudah hilang?"

"....” ( Menggelengkan kepala)

"Jangan repot-repot menyangkal, aku tahu itu kau."

"....” ( Menggeleng lagi)

"Di satu sisi, cukup mengesankan kau masih bisa menyangkal itu."

"....” ( Menggeleng lagi)

"Apa warnanya?"

"....” ( Menggeleng lagi)

"Biru muda."

Dia menjawab langsung.

" Ninja Mesum, kau memang menghidupkan namamu."

"....” ( Menggeleng lagi)

Tepat ketika aku sedang mengobrol dengan Ninja Pengintip ---

"Yoshii, kau harus datang juga."

Shimada dengan tegas menangkap pergelangan tanganku dan menyeretku keluar. Dan di sini aku berpikir akan punya kesempatan untuk bermalas-malasan...

"Ya, ya, ya." "Sekali saja sudah cukup."

"Ya, Bu."

"Suatu hari nanti akan ku-Das Brechen kau, hmm, bagaimana mengatakannya dalam bahasa Jepang?"

Mulut Shimada tiba-tiba melambat.

Das Brechen? Bahasa Jerman, ya?

"...'Patahkan’."

BTS vol 01 051.jpg

Suara Ninja Mesum datang dari dekat.

“Itu benar. Akan ku patahkan kau.”

"Mematahkan ku? Bukankah seharusnya kau menggunakan kata seperti “mengajar” dan “melatih? '"

“Kalau begitu akan mengambil tengahnya saja, dan menggunakan kata Züchtigung.

“… aku tidak tahu artinya.”

“Dalam bahasa Jepang, seharusnya berarti… ‘penyiksaan’?”

“Bahkan itu lebih buruk.”

“Benarkah?”

Kenapa dia hanya tahu kata-kata seperti itu, dan tidak tahu kata-kata normal?

“Omong-omong, Ninja Mesum. Bagaimana kau tahu frase ‘menembus’ dalam bahasa Jerman?”

“… belajar dari hidup normal dan prinsip moral.”

Prinsip moral macam apa yang kau jalani? Prinsip mana yang membuatmu mempelajari kata-kata seperti “penyiksaan”?

“Ninja Mesum, kau tidak pernah berubah! Otakmu kaya akan pengetahuan seks, tapi miskin dalam hal lainnya.”

"....” (tetap menggelengkan kepala)

Kami melanjutkan diskusi tidak berguna kami selagi berjalan mengitari sekolah. Yuuji, yang berjalan di depan tim, sudah mencapai atap sekolah. Dia membuka pintu dan keluar di bawah sinar matahari.

Matahari menyilaukan mata, bersinar cerah di langit tanpa awan.

Sinar matahari yang membutakan dan angin musim semi membuat semua orang (kecuali Ninja Mesum) menutup mata. Dia tidak melakukannya karena dia sibuk memandangi rok Himeji yang sedang ditiup angin.

“Akihisa, kau sudah mendeklarasikan perang, kan?”

Yuuji duduk di tangga di depan pagar besi.

“Intinya sudah ku katakan pada mereka bahwa kita akan menyerang siang ini.”

“Jadi, bukankah kita harus makan siang dulu?”

“Itu benar. Akihisa, bisakah kau makan sesuatu yang normal siang ini?

“Kalau kau memang begitu peduli, traktir aku roti.”

Aku adalah seseorang yang tidak pernah bisa mengisi apapun di perutku. Tidak ada kecuali perasaan, tentu saja.

“Hah? Yoshii tidak pernah makan siang?”

Himeji melihatku seperti tidak bisa percaya. Hidupnya pasti normal dan teratur. Dan sepertinya dia tumbuh dengan baik karena itu.

“Tentu saja aku makan siang!”

“Apakah itu terhitung makan sesuatu?”

Yuuji memotong pembicaraan.

“Apa yang kau coba katakan?”

“Nah, maksudku, bukankah makananmu… cuma garam dan air?”

Yuuji kedengaran begitu sedih dan simpatik.

Itu kasar sekali. Aku tidak akan diam saja menerima celaan ini!

“Aku juga makan gula!!"

“Yoshii. ‘Makan’ tidak bisa dikaitkan dengan air dan gula.”

“Itu benar. Kau seharusnya mengatakan ‘menjilat’.”

Semua orang melihatku dengan kebaikan yang aneh, tapi itu tidak membuatku merasa lebih baik.

“Kau seharusnya melakukan perencanaan dan menabung sejumlah uang untuk makanan. Dasar!”

“Itu karena aku, aku tidak punya uang yang cukup untuk tinggal.”

Sebenarnya, orangtuaku bekerja di luar negeri, jadi aku tinggal sendiri. Tentu saja mereka mengirimkan uang setiap bulannya… Tapi aku justru menghabiskannya untuk game dan manga. Hobi itu memang mahal!

“Nah, kalau kau tidak keberatan, biarkan aku membuatkan bekal untukmu.”

"Eh?"

Suara yang lembut datang tiba-tiba dan aku tidak bisa berpikir kecuali aku mendengar sesuatu yang salah.

“Bekal? Dari seorang anak perempuan? Buatan tangan?"

“Benarkah? Aku tidak pernah makan seuatu kecuali garam dan gula selama ini.”

"Tentu. Bila kau tidak keberatan, akan ku buatkan besok”

"Itu hebat Akihisa. Bekal makan siang yang dibuat dengan cinta, ya?”

"Ya!"

Dalam situasi seperti ini, aku perlu menunjukkan padanya betapa bahagianya aku. Sekalipun cemoohan Yuuji tidak menyenangkan.

“…Haha, Mizuki, kau terlalu baik, membuatkan bekal HANYA untuk Akihisa.”

Aku tidak terlalu mengerti kenapa Shimada menggunakan suara bosan dan mengatakan sesuatu sesuatu yang menusuk seperti itu. Bagaimana kalau Himeji berkata, “Aku tidak akan melakukannya kalau begitu,” atau sesuatu seperti itu. Bagaimana kau akan bertanggung jawab?

“Ah, tidak! Sebenarnya aku bisa membuat untuk semuanya…”

“Benarkah itu? Benar?"

“Ya, jika kalian tidak keberatan.”

Ooo, bahkan Yuuji juga mendapatkannya. Himeji terlalu baik. Bagaimanapun, aku merasa sedikit kecewa karena tidak bisa menikmatinya sendirian.

"..." (mengangguk)

“…Mari kita lihat seberapa bagus kau dalam memasak!”

Sekarang, termasuk Himeji sendiri, Dia harus membuatkan bekal untuk enam orang. Pasti akan melelahkan.

“Baiklah, kalau begitu aku akan membawa bekal semua orang ke sekolah.”

Dalam situasi begini, dia tidak pernah menunjukkan setitik pun keberatan di wajahnya.

“Himeji, kau begitu baik.”

Ini datangnya dari dasar hatiku. Benar-benar tidak mudah untuk membawa enam bekal ke sekolah; aku benar-benar tidak bisa mengerti.

Dia adalah orang yang tidak memikirkan diri sendiri dan menarik!

“Tidak, tidak ada sesuatu seperti…”

“Aku mengatakan ini agak telat, tapi ketika aku pertama kali melihatmu di kelas, aku merasa-“

“-Oi, Akihisa, jika kau ditolak sekarang, kau tidak akan dapat bekal besok.”

“-pernah mengenalmu sebelumnya.”

Aku sukses menghindari penolakan. Untungnya aku mengubah “jatuh cinta padamu” sebelum menyelesaikan kalimat itu. Penilaianku benar-benar mengagumkan.

“Akihisa, menyatakan isi hati secara terang terangan adalah adalah kebiasaan orang mesum”

Aku benci penilaianku sekarang.

“Akihisa, kadang-kadang kau melakukan hal yang hanya bisa kuimpikan.”

“Tapi… bekal makan siang dengan cinta…”

Tapi itu hanya untuk menyelamatkanku dari mati kelaparan. Semuanya karena kemiskinan!

“Cukup mengobrolnya, mari kita lanjutkan diskusi Perang Ujian Panggil!”

Oh, itu benar. Aku nyaris lupa kenapa kita di sini.

“Yuuji, aku punya pertanyaan. Kenapa kita melawan Kelas D? Jiika kita berperang sesuai urutan, target pertama kita seharusnya Kelas E. Dan jika kita mau bertarung sekali dan mati-matian, bukannya seharusnya kita memilih Kelas A?”

“Sekarang kau bilang begitu, kau benar sekali!”

“Memang benar, tapi aku punya rencana berbeda.”

Yuuji dengan percaya diri menganggukkan kepala.

“Rencana apa?”

“Walau rencanaku sebenarnya lebih dalam, alasan kita tidak menyerang Kelas E simpel. Mereka tidak berharga untuk kita ladeni.”

“Hah? Tapi peringkat mereka lebih tinggi dari kita, bukannya?”

Karena pembagian kelas berdasarkan jasil ujian, maka seharusnya Kelas E lebih baik dari Kelas F, kan? Kenapa dia bilang mereka tidak berharga untuk diladeni berperang?

“Ha, itu benar jika menurut hasil ujian pembagian kelas, tapi situasi sebenarnya berbeda. Coba lihat, siapa yang kau punya di samping kalian?”

"Er...."

Aku melakukan yang Yuuji suruh, melihat orangdi sekitarku. Hmm, siapa yang kita punya…

“Dua gadis cantik, dua idiot, dan pengintip sunyi.”

“Siapa gadis cantik yang kau maksud?”

“Apa? Yuuji, kau bereaksi ketika kusebutkan gadis cantik?”

“…"(wajah menjadi merah)

“Ninja Mesum, kau juga? Apa yang harus kulakukan? Aku tidak bisa berpikir untuk kita semua.”

“Semuanya, diamlah! Biarkan Ninja Mesum menerimanya.”

“I-Itu benar.”

“Tunggu sebentar. Sebelum kita melanjutkan rapatnya, aku ingin komplain tentang perempuan cantik tadi yang megganggu pikiran kita semua.”

“Sudahlah.”

Yuuji berdehem, dan melanjutkan penjelasannya. Apakah dia berusaha mengacuhkan keberadaanku?

“Jika Himeji bisa bertarung dengan kita, Kelas E bukan tandingan kita, sekalipun kita langsung lawan dengan modal kekuatan saja. Karena target final kita adalah Kelas A, tidak ada gunanya mengahabiskan waktu dengan kelas E.”

“Bagaimana jika langsung melawan Kelas D"

“Persentase kemenangan kita tidak sampai 100%”

“Kalau begitu, seharusnya kita mengincar Kelas A dari awal.”

Targetku adalah Kelas A, bukan Kelas D. Alasanku untuk Perang Ujian Panggil berbeda dengan Yuuji.

“Ini di karenakan debut perang pertama kita. Kalian ingin pertarungan hebat yang menarik perhatian semua orang bukan?, Di tambah lagi, kita juga harus mengalahkan kelas A.”

Ini adalah rencana untuk menang melawan Kelas A? Tapi Yuuji masih menyimpan detilnya untuk diri sendiri.

“Ma-maaf!”

Tidak biasanya Himeji berbicara keras. Apa yang sedang terjadi?

“Himeji? Kenapa?”

“Err, itu… apa yang kau bicarakan sekarang adalah tentang Perang Ujian Panggil yang Yoshii dan Sakamoto diskusikan sebelumnya, kan?

“Oh, kau bicara tentang itu. Baru saja, Akihisa datang untuk mengobrol denganku tentang betapa kau…”

“Jadi itu maksudnya!”

Untuk menghentikan Yuuji melanjutkan pembicaraan tidak perlunya, aku dengan sengaja menaikkan suaraku.

“Jika kita tidak bisa mengalahkan Kelas D, semua yang kita bicarakan tadi tidak akan berarti.”

Menghadapi keraguanku, Yuuji tertawa keras.

“Dengan bantuan kalian semua, kita jelas bisa mengalahkan mereka.”

Menang melawan Kelas D? Dengan bantuan kami? Dalam Perang Ujian Panggil?

Ada perasaan aneh.

Kata-kata itu memberi kami semangat untuk mendapatkan kembali momentum berjalan. Walaupun situasinya kelihatan tanpa harapan, kami merasa dipulihkan dan percaya diri.

Kata-kata Yuuji sepertinya memiliki semacam kekuatan sihir.

“Hebat. Kelihatannya ini akan menjadi sangat menarik!”

“Ayo tarik kembali kutu buku Kelas A ke tanah!”

"...” (memuji)

“A-aku akan berusaha yang terbaik.”

Kalahkan Kelas A.

Kedengarannya gila; ini mungkin hanya mimpi yang tidak akan menjadi nyata.

Tapi, kalau kita tidak melakukan apapun, mimpi apapun tidak akan terwujud.

Semenjak kita semua terjebak di kelas yang sama, tidaklah terlalu buruk untuk berusaha dan bekerja untuk tujuan yang sama.

“Baiklah, biar kujelaskan strategi perangnya!”

Kami tetap di lantai atap, menikmati hembusan angin, dan mendengarkan strategi yang akan membawa kami pada kemenangan.


Soal Keempat[edit]

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini!

(1) Berapakah nilai X yang memenuhi persamaan 4 sin X + 3 cos 3X = 2 dan berada di kuadran pertama?

(2) Dari keempat persamaan berikut, manakah yang sama artinya dengan sin (A+B)?

sin A + cos B

sin A – cos B

sin A cos B

sin A cos B + cos A sin B


Jawaban Himeji Mizuki

(1) X = π/6

(2) ④

Catatan Guru:

Benar. Kamu dapat menulis besaran sudut dalam π selain menggunakan °. Jawabanmu sempurna.


BTS vol 01 061.jpg

Jawaban Tsuchiya Kouta

(1) X = mungkin 3

Catatan Guru:

Saya kira kamu mencoba untuk 'slack off' dengan menulis 'mungkin'. Walaupun mendekati, saya tidak dapat memeberimu poin.


Jawaban Yoshii Akihisa

(2) mungkin ③

Catatan Guru:

Saya telah melihat berbagai jawaban mencoba-coba murid, tetapi kamulah yang pertama kali mencoba untuk 'slack off' dalam pilihan ganda.


"Yoshii! Pasukan Kinoshita mulai bertempur dengan Kelas D di koridor!"

Dengan rambut yang dikucir her ponytail bergerak-gerak dibelakang pungungnya, orang yang berlari menujuku adalah Shimada, yang ditempatkan pada pasukan yang sama denganku. Dengan pengamatan yang teliti, kamu dapat melihat bahwa dia tinggi, dengan kaki yang panjang, lantas mengapa dia tak terlihat seperti perempuan? Bagian manakah yang salah?

"Oh, mungkin karena dadanya yang rata."

"Kupatahkan jarimu satu persatu!"

Tidak, aku telah menginjak sebuah ranjau.

"Jangan diperpanjang. Kita harus tetap fokus dalam Test Summoning War!"

Pasukan yang bertempur di garis depan adalah barisan yang dipimpin oleh Kinoshita. Pasukan cadangan kita berada di antara garis depan dan Kelas F. Saya tidak ingat menerima tawaran untuk menjadi pemimpin pasukan, tetapi sekarang saya harus mengambil tanggung jawab untuk memimpin semua orang, jadi saya harus fokus.

Pertama, kita perlu merasakan suasana pertempuran. Jika saya mendengarkan dengan seksama, saya pikir saya bisa mendengar suara pertempuran berasal dari pasukan pelopor.

"Tunjukkan apa yang kau punya, pecundang!"

"I. .. Ironman Tidak!? Saya tidak ingin pergi ke ruang perbaikan!"

"Diam! Para tahanan perang akan tinggal di ruang perbaikan dan akan belajar sampai pertempuran berakhir! Ku tidak yakin berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengakhiri, tapi sepertinya aku akan punya cukup waktu untuk mengajari Kalian! "

"To-Tolong, biarkan aku pergi aku tidak memiliki keyakinan untuk melewati siksaan!"

"Penyiksaan? Itu tidak benar, Itu hanya kuliah pendidikan luar biasa.. Di waktu ini telah berakhir, Kalian telah terdidik menjadi mahasiswa yang hobinya belajar, seperti Ninomiya Kinjiro.

"S-setan!, seseorang tolong aku......TIDAK!....." *pintu tertutup*

Baiklah, sekarang aku punya gambaran bagus seperti apa perang Ujian Panggil.

"Shimada!, sampaikan perintah pada pasukan"

"OK?, perintah apa?, kau ingin aku mengatakan apa?"

"Kabur!"

"PENGECUT!!"

ia gunakan jurus rahasianya untuk mencolok kedua mata ku.

"Ow!, mata ku!"

"Apa itu membangunkan mu Idiot!?, kau adalah pimpinan pasukan, bagaimana bisa kau mundur tanpa perlawanan"

Apa perlu memberi rasa sakit pada bola mata?, jika ingin menjernihkan pikiran ku harusnya berupa tamparan atau pukulan, bukan kedua mata ku yang di colok!.

"dengar Yoshii. Misi kita adalah mendukung pasukan bertahan Kinoshita, Di saat mereka sedang mengisi ulang Nilai Tes, kita yang berada di garis depan menggantikannya. Jika pasukan kita mundur dari sini sekarang, Nilai test mereka tidak akan terisi maksimal"

Jarang Shimada mengatakan hal serius.

Tapi yang ia katakan benar, kita memikul misi penting. Tindakan kita sekarang akan berpengaruh pada hasil perang ini, Semantara aku, berfikir melarikan diri cuma karena takut menderita di ruang perbaikan....

Shimada, kau memang pemberani, entah kenapa aku sampai menitikan air mata (Apa mungkin karena di colok tadi?).

"Maaf, aku salah, akan ku buang rasa takut ku, dan fokus untuk memenangkan pertarungan"

"Bagus, sebenarnya tidak ada yang perlu di khawatirkan, memang kita lemah jika pertarungan satu lawan satu, tapi jika bersama, kurasa akan baik baik saja"

Itu benar, sekalipun nilai kita paling rndah, itu bukan penentu faktor kemenangan. Tergantung dari strategy, kita masih punya kesempatan untuk memenangkan perang.

"Kau benar!, Aku penuh energy sekali sekarang"

"Itu baru semangat Yoshii"

Kami semua mengacungkan kepalan tangan keatas. ya, kami bisa lakukan ini.

Segera ketika semangat kami memuncak, permbawa pesan mendekati Shimada.

"Shimada, pasukan bertahan telah di pukul mundur"

"KABUR!!"

Sebentar!, itu berbeda sekali dari pidato panjang lebar yang kau katakan.

"Yoshii, ayo kita segera kabur!!"

Aku punya perasaan ini akan menyebabkan masalah besar, tapi mungkin cuma perasaan ku.

"baiklah, kita mundur terlebih dahulu, terlalu sulit untuk bertarung sekarang"

"Itu benar, kita telah lakukan yang terbaik"

Melihat kebelakang dimana kelas F berada.

Yokoda (kelas F) yang harusnya berjaga di ruang kelas berdiri di belakang ku.

"Yokoda?, kenapa kau di sini?"

"aku membawa pesan untuk mu dari Ketua Kelas"

Yokoda mengeluarkan secarik kertas dan membacanya keras-keras.

"Jika kau berani lari, Ku bunuh kau!"

"Semuanya, Maju!!!!..."

Tanpa kusadari aku telah berada di medan tempur. Ini semua untuk kemenangan kelas F!

Tiba tiba, ada seorang gadis cantik yang datang kearah ku.

"Yoshii, kau datang utuk membantu ku!"

Oh, ternyata Hideyoshi, bagaimana aku mengatakannya, abisnya dia cantik banget sih.

"Hideyoshi, kau baik baik saja?"

"Yeah, aku berhasil selamat, tapi Nilai ku berkurang banyak sekali"

"begitu, bagaimana dengan 'Syoukanju' milik mu?"

"Terlalu lelah untuk bergerak, tidak bisa lagi melanjutkan pertarungan"

"Baiklah, utamakan segera isi Nilai mu dulu"

"Kau benar, mungkin tidak cukup waktu untuk semua subject, tapi jika satu atau dua kurasa masih sempat"

Ia segera berlari ke arah ruang kelas, di ikuti di belakangnya pasukan bertahan. Tampaknya jumlah sekarang mereka lebih sedikit dari sebelum perang di mulai, pasti telah banyak dari mereka yang di kirim ke ruang perbaikan.

"Yoshii, kau masih ingat aturannya?, jika guru tidak ada kau tidak bisa memanggil 'Syoukanju'"

"Aku tahu!"

Seperti yang Shimada katakan. Selain mengguankan Nilai test kita untuk bertarung, kita juga harus mentaati aturan lainnya.



Akademi Fumizuki Aturan yang Berhubungan Tentang
Fasilitas kelas dan Perang Ujian Panggil


1. Prinsipnya adalah pertarungan antara kelas. Di bawah pengawasan guru yang mengajar subject apapun, pelajar diijinkan mengaktifkan Sistem pemanggil untuk memanggil Syoukanju dan bertarung berdasarkan Nilai mata pelajaran guru yang melakukan pengawasan. Tapi pertarungan yang menggunakan total seluruh nilai ulangan harus di bawah pengawasan kepala sekolah.

2. Pelajar hanya boleh menggunakan satu Syoukanju, dan kekuatan Syoukanjuu sama dengan kekuatan Nilai Ulangan yang terakhir di ikuti.

3. Nilai Ulangan akan berkurang jika Syoukanju menerima serangan. dan begitu Nilai Ulangan mencapai angka 0. Syoukanjuu mereka tidak bisa melanjutkan pertarungan dan pelajar akan menerima pelajaran tambahan di ruang berbaikan.

4. Pelajar boleh mengisi Nilai Ujian mereka kapan saja tanpa batasan selama Syoukanjuu mereka masih bisa bertarung.

5. Jika pelajar gagal melakukan panggilan setelah lawannya memanggil Syoukanju, maka dia akan anggap mundur dan menerima pelajaran tambahan secara otomatis di ruang perbaikan.

6. Jangkauan Syoukanjuu untuk bisa di panggil adalah 10 m dari guru pengawas

7. Pertarungan hanya boleh di lakukan Syoukanjuu, keterlibatan fisik secara langsung akan menerima hukuman.

8. Perang berakhir jika salah satu ketua kelas di kalahkan. Selama mereka dalam pengawasan, peajar di ijinkan menggunakan cara apapun untuk memenangkan peperangan. Ini adalah 'perang' yang mengguanakan Nilai Ulangan sebagai senjata. Mereka yang ingin berpartisipasi di haruskan secara mental bersiap.


Aturan ini mungkin telah secara keseluruhan, Walaupun mungkin ada beberapa perubahan dan aturan yang lebih spesifik, tapi ini adalah aturan dasarnya. Jika kau tidak membacanya dengan hati hati kau mungkin akan melewatkan aturan penting dalam perang karena dasarnya: Perang menggunakan 'Syoukanju' untuk menentukan hasilnya, tapi pelajar boleh menggunakan cara lain atau tatic selain nilai ulangan.

Sepertinya kepala sekolah yang mengawasi sekarang, Subjeck pertarungan berdasarkan total seluruh nilai ulangan seperti yang di uraikan di aturan pertama.

"Yoshii, lihat!"

Shimada yang berlari di samping ku berteriak dengan keras, ada apa?.

"Itu Igarashi sensei dan Fuse sensei, Kelas D sialan!, mereka membawa guru kimia ke sini"

Jika di lihat guru kimia untuk tahun kedua Igarashi sensei dan Fuse sensei berdiri di koridor yang terhubung dengan bangunan sekolah baru dan lama.

Begitu rupanya, durasi perang bisa lebih lama jika hanya satu guru yang mengawasi, tapi dalam hal ini, Kepala sekolah, mereka sengaja menambah jumlah pengawas untuk menghabisi kita dalam satu serangan.

Itu sebabnya Hideyoshi mundur lebih awal dari yang di rencanakan.

"Shimada, bagaimana dengan Nilai kimia mu?"

"Buruk, cuma dapet sekitar 60"

Seperti yang di harapkan dari kelas F, tidak peduli seberapa rendah nilai standar, 60 bukanlah hasil yang bagus.

"Baiklah kita harus menjauhdari Igarashi sensei dan Fuse sensei, menuju kepala sekolah"

"Menuju Takahashi sensei?, Dimengerti"

Shimada dan aku mengendap endap di pojokan.

Semuanya Lihat!, pahlawan kesiangan dan asistennya datang.

"Ah!, yang mengendap ngendap di sana, Onee-sama dari kelas F, Igarashi sensei, cepat kesini"

"Sialan, malah ketahuan"

Salah satu pelajar kelas D menemukan Shimada dan membawa Igarashi sensei, kemari. Celaka, jika kita tidak segera memanggil 'Syoukanju" hanya akan butuh satu serangan untuk mengirim kami ke ruang perbaikan.

"OK Shimada, ku serahkan dia padamu, sampai nanti!"

"Sebe-...Normalnya perkataan itu harusnya 'serahkan ini pada ku, pergilah! "

"ini bukan negeri dongeng"

"Yoshii, kejam sekali kau!"

"Onee-sama, tidak akan ku biarkan kau lari"

"Miharu, sepertinya aku harus bertarung untuk nyawa ku"

Aku beridiri 10 m jauhnya dari Igarashi sensei, jadi aku bisa tenang melihat kekalahan Shimada. Perempuan dari kelas D sudah memanggil 'Syoukanju'.

Shimada siap melakukan serangan balik, ia menatap Miharu dan berteriak.

"Summon!!"

Bersama dengan teriakan Shimada, lingkaran sihir bersama berbentuk Geometrik tercipta di bawah kakinya. Ini adalah tanda pengaktivasian sistem peanggil di bawah pengawasan guru. Setelah itu 'Syoukanju' di hadapannya muncul.

Di samping menggunakan seragam militer dan membawa sebilah tipis sabre di tangan, ia memiliki Pony Tail dan mata bersemangat seperti Shimada, tingginya tidak lebih dari sekitar 8 cm. Lebih tepatnya ini adalah 'Versi Chibi Shimada Minami', dan bersebrangan juga dari lawannya versi chibi dari pemiliknya hanya menggengam sebilah pedang biasa.

"Aku telah menunggu saat ini, setelah Onee-sama menolak ku"

"Tak bisakah kau menyerah!!!"

Pertempuran bisa di mulai kapan saja, walaupun aku tidak berada di medan tempur aku tidak bisa berhenti bergetar melihatnya.

"Shimada, tentang 'Onee-sama' yang ia bicarakan"

"Aku tidak mau kamu!, Onee-sama akan menjadi Miharu Onee-sama apapun caranya"

"Jangan mendekati ku, aku gadis normal yang suka dengan lawan jenis"

"Kau bohong!, Onee-sama juga mencintai Miharu!!"

"Kau tidak tahu apa-apa tentang ku"

BTS vol 01 071.jpg

Aku merasa, Shimada telah berada di tempat yang tak terjamah oleh ku.

"Bersiaplah Onee-sama"

Kedua 'Syoukanju' saling berhadapan dan siap bertarung.

"HAAAAAA"

"YAAAAAA"

Teriakan mereka memenuhi koridor.

'Syoukanju' mereka saling mengangkat pedang tinggi tinggi dan menyerang dengan tenaga brutal.

"Kau..."

"Miharu tidak akan kalah!"

Kedua 'Syoukanju' saling menyalurkan kekuatan mereka lewat pedang. Bahkan mereka yang menonton merasa tegang.

"Shimada, nilai lawan mu jauh di atas angin!!, melawannya langsung tidak akan menguntungkan mu"

"Aku tidak perlu kau untuk mengingatkannya, tapi aku kesulitan mengendalikan 'Syoukanju' ku untuk melakukan jurus special"

Setelah kalah dari pertarungan pedang. 'Syoukanju' Shimada tidak punya lagi kekuatan, dan senjatanya jatuh ketanah.

"Itu dia!"

"Sial!"

Lawan segera mengunci 'Syoukanju' Shimada ketanah. Nilai ulangan mereka yang menunjukan kekuatan terlihat dari angka yang muncul di atas. kepala.




Kelas F Shimada Minami VS Kelas D Shimizu Miharu

Kimia

53 VS 94




Shimada, kenapa kau bohong tentang Nilai ujian mu, Itu bahkan tidak sampai 60.

"Onee-sama, kemenangan ini milik ku"

Lawan mengacungkan pedang pada 'Syoukanju' Shimada, jika cuma pergelangan tangan atau kaki yang terkena serangan Poin Nilai hanya akan berkurang sedikit, tapi jika jantung atau leher di pastikan mati dan Shimada pun akan berakhir di ruang perbaikan. Sekarang Shimada tidak bisa bergerak sama sekali.

"Ti-tidak!, aku tidak mau ke ruang perbaikan"

"Ruang perbaikan?, Hu...Hu........"

Wajah senang pun menghiasi Shimizu dan menarik Shimada meninggalkan tempat.

Eh...Shimizu, itu ke arah UKS kan?"

"Huhuhu, Onee-sama, pasti banyak ruang kosong di UKS sekarang"

"Yoshii, tolong aku, perasaan ku mengatakan ada sesuatu yang lebih berbahaya di ruang UKS"

Iya sih, perasaan ku juga, tapi......

"ku bunuh kau!, siapapun yang berani berdiri di jembatan cinta Miharu dan Onee-sama akan di bunuh!"

Maaf, shimada, aku terlalu takut

"Pengorbanan mu tidak akan pernah terlupa"

"Ahh!, Yoshii, kau menyerah sebelum mencoba!"

"Kematian bagi mereka yang mencoba mengehentikan ku!"

Celaka!, sekarang Shimizu akan menyerang ku.

"Minggir Yoshii!, Summon"

Suara dari samping ku, itu sugawa!, kau terlihat seperti Messiah sekarang.




Kelas F Sugawa Ryou VS Kelas D Shimizu Miharu

Kimia

76 VS 41




Sugawa menebas musuh sampai jatuh ketanah.

Aw!, yeah, Sugawa menang, sepertinya Shimizu kehilangan banyak poin dari pertarungan sebelumnya, membuat ini kemenangan instan.

"Shimada, kau tidak apa?"

"Yeah, aku selamat, terimakasih sugawa, Iro- maaf, Nishimura sensei!, segera bawah maniak ini ke ruang perbaikan"

"Oh!, Shimizu rupanya, ayo ikut aku, biar ku berikan pendidikan yang bagus"

Kebalikan dari Shimada, 'Syoukanju' SHimizu telah mati tidak bisa bergerak, inilah yang kami sebut kondisi gugur di perang 'Ujian Panggil'.

"Onee-sama, Mihru tidak akan ernah menyerah, jangan kira bisa lulus dengan tenang!!!"

Setelah meningalkan kalimat yang penuh makna berbahaya, Shimizu di paksa masuk ruang perbaikan.

Di suut pandang berbeda perng ini cukup mengerikan juga.

"Yoshii"

"Shimada, kau pasti lelah, segera kembali dan isi Nilai Kimia mu"

"Yoshii"

"Baiklah sugawa, kau ikut aku perang ini masih berlanjut"

"Yoshii!!!"

"I-iya?"

"Tega sekali kau mencoba lari meninggalkan ku seorang diri"

"...A-aku tidak tahu apa maksud mu?"

Ini adalah medan tempur. Keinginan membunuh membuat kulit ku iritasi...... tapi cuma ada Shimada di belakang ku.

"..."

"...."

Kami berdua terdiam sesaat, Mengapa aku punya perasaan abis ini gak bakal berakhir bagus.

"Matilah kau Yoshii Akihisa!!!, Summo-"

"seseorang, amankan dia!!!, segera bawa pergi dari sini"

Sugawa menghentikan tindakan Shimada dan mencoba membujuknya di saat bersamaan.

"Minggir!, dia musuh ku, dia musuh bebuyutan ku!!!"

Untuk itu ada benarnya juga.

"Sugawa, maaf, aku minta tolong pada mu"

"Di mengerti"

"Lepaskan aku Sugawa!, Yoshii, tidak akan ku maafkan kau!"

"Cepat bawa dia, ratapannya bisa membunuh ku!!"

"tung....lepaskan, akan ku bunuh kau!!!!"

Setelah meninggalkan beberapa kalimat yang penuh makna mengancam,


Fifth Question[edit]

Dalam kalimat berikut, isi ( ) dengan jawaban yang benar.

Cahaya adalah gelombang dan ( ).


Jawaban Himeji Mizuki:

[partikel]

Komentar Guru:

Jawaban bagus.


Jawaban Tsuchiya Kouta:

[objek yang akan menolak semua benda yang mendekatinya.]

Komentar Guru:

Jawabanmu selalu mengejutkanku!


BTS vol 01 101.jpg

Jawaban Yoshi Akihisa:

[Senjata pahlawan]

Komentar Guru:

Saya juga senang main game.



"Ketua Kelas CD Hiraga Genji Gugur di Medan Perang!"

"Oooo---"

Suara ini yang menggemuruh di sekolah merupakan teriakan kemenangan Kelas F dan tangisan kekalahan Kelas D.

"Luar biasa! Aku tidak percaya kita menang melawan Kelas D!"

"Sekarang kita bisa mengucapkan selamat tinggal pada tatami dan meja kecil!"

"Ah, sekarang barang-barang rusak tersebut menjadi milik Kelas D!"

"Hidup Sakamoto Yuuji!"

"Aku cinta Himeji!"

Orang-orang memuji Ketua Kelas Yuuji dari segala penjuru.

Aku melihat ke arah Yuuji berdirim dikelilingi siswa Kelas F dan kelas D, yang telah kalah.

"Ah, itu sih bukan apa-apa! Kalau kalian memujiku begini, apa yang harus kukatakan?"

Yuuji menggaruk pipi dan memutar pandangannya. Mengejutkan, ternyata dia pemalu.

"Sakamoto! Aku ingin menjabat tanganmu!"

"Aku juga!"

Semua orang memperlakukannya sebagai pahlawan. Jika dilihat dari situasi ini, kau bisa memahami betapa tidak sukanya kami terhadap Kelas F. Tatami di sana sudah rusak, jadi wajar bagi kami untuk membnci ruangan kelas tersebut.

OK, aku harus membaur dalam kerumunan dan mencari kesempatan untuk mendekati Yuuji.

"Yuuji!"

"Oh, bukankah itu Akihisa?"

Yuuji menolehkan kepalanya.

Aku melangkah mendekatinya dan senyum menghiasi wajahku.

"Aku ingin menjabat tangan Yuuji juga!"

Dan kujulurkan tanganku.

"Oooo!"

(suara remuk)

"Yuuji...... Aku hanya ingin menjabat tanganmu, kenapa kau menggenggam tanganku seperti ini?"

"Diam... sudah tentu aku harus menahan tanganmu seperti ini... Hmph!"

"Wa!"

Tanganku sepertinya dibalikkan ke arah yang salah.

Aku tidak bsia menahan rasa sakitnya, jadi aku menjerit seperti babi yang tertusuk dan secara tidak sengaja menjatuhkan pisau di tangan lainnya.

"......"

"Yuuji, selamat memenangkan perang bersama yang lainnya."

"......"

"Aku tidak pernah tahu melaksanakan pekerjaan dengan teman sekelas bisa memberimu perasaan yang memuaskang. Aku tersentuh bahkan sendi pergelangan tanganku terasa sakit!"

"Apa yang kau rencakanan barusan?"

"Aku hanya ingin menggunakan tangan ini, yang bisa hancur kapan saja, untuk menjabat tanganmu dan berbagi keceriaan kemenangan!"

"Oi, seseorang ambilkan palu!"

"W... tunggu! Aku minta maaf!"

"Hmph."

Dia melepaskanku akhirnya. Itu pengalaman yang sangat menyakitkan!

Kalau dipikir-pikir, apa yang akan dia lakukan dengan palu?

"*membual*"

Kelihatannya Yuuji mengucapkan sesuatu, apa yang dia katakan?

"paku..."

Aku tidak akan melawannya lagi.

"Aku tidak pernah membayangkan Himeji sebenarnya anggota Kelas F... sulit dipercaya."

Suara seseorang dari belakangku.

Aku menoleh ke balakang dan melihat Hiraga, yang sudah sulit berjalan dan pelan-pelan datang ke kami.

"Ah, aku... minta maaf atas kejadian sekarang."

Himeji juga lari ke kami dari arah berlawanan.

"Tidak, kau tidak harus meminta maaf. Ini hanya hasil yang kami dapat dari tidak melawan Kelas F secara serius."

Dunia kompetisi memang keras. Mereka kalah karena dicurangi, tapi Himeji tidak perlu meminta maaf.

"Aku akan menyerahkan ruangan Kelas D sesuai aturan. Hanya saja, sekarang sudah agak larut, bagaimana kalau kita lakukan besok?"

Menyedihkan sekali bagi komandan yang kalah di medan perang! Dalam tiga bulan ke depan, mereka tidak bisa melakukan Perang Tes Monster Panggilan, jadi dia harus menerima amarah dan dendam dari teman sekelasnya dalam ruangan payah itu. Ketua kelas akan menjadi pahlawan jika menang dan pecundah kalau kalah.

"Tentu saja tidak ada yang salah kalau kita lakukan besok. Ya? Yuuji?"

Melihat keadaan sekarang, aku tidak kuasa meminta Kelas D untuk menyerahkan ruangannya sekarang, jadi aku berpaling dan meminta pendapat Yuuji.

"Tidak, itu sama sekali tidak perlu."

Aku tidak bisa percaya jawaban yang keluar dari mulut Yuuji.

"Hah? Kenapa?"

"Karena aku tidak berencana mendapatkan ruangan Kelas D."

Yuuji bilang pada kami seolah dia telah mengatkannya dari awal, padahal sampai sekarang aku belum tahu rencananya.

"Yuuji, ada apa? Bukankah kita sudah mengorbankan tenaga untuk mendapatkan fasilitas normal ini, kan?"

"Bukannya kau melupakan sesuatu? Target kita ruangan Kelas A!"

Mengalahkan Kelas A, adalah target aku dan Yuuji.

"Kalau memang begitu, kenapa kita tidak melawan Kelas A dari awal? Bukankah ini sangat aneh?"

Kalau memang pada akhirnya kita akan melawan mereka, kenapa tidak lakukan dari awal, daripada menghabiskan waktu dan tenaga seperti ini.

"Sadari batas kemampuanmu! Inilah kenapa kau selalu disebut 'Abang Dungu' oleh anak SMP sekitar sini."

"Apa? Berhenti mengatakan sesuatu yang hanya setengah benar!"

"Ah, maaf. Seharusnya kubilang hanya anak SD yang memanggilmu seperti itu, kan?"

"...... bukan itu masalahnya."

"Apa...... Kau sungguh punya nama panggilan seperti itu?"

J-jangan melihat ke arahku! Berhenti melihatku dengan ekspresi itu di wajahmu!

"Lagian, aku tidak berniat mengambil fasilitas ruangan Kelas D."

"Ini adalah hasil terbaik bagi kami... tapi apa kau yakin?"

"Tentu saja, dengan satu syarat."

Itu benar. Kalau kita melepaskan mereka begitu saja, pertarungan tidak ada gunanya.

"Mari kita dengarkan dulu!"

"Jangan khawatir, bukan sesuatu yang spesial. Kalau aku memberimu sinyal, aku ingin kau merusakkan benda itu di balik kaca. Itu saja."

Jari Yuuji menunjuk mesin AC bagian luar di balik kaca.

Tapi, mesin itu bukan peralatan Kelas D. Fasilitas Kelas D cuma peralatan normal yang bisa kau temukan di sekolah miskin sekalipun, yang tidak termasuk AC. Mesinnya ada di situ karena tidak cukup di ruangan kelas pemiliknya, jadi mereka menaruhnya di luar Kelas D.

"Mesin AC bagian luar milik Kelas B?"

"Tentu saja, merusakkannya akan berakibat kau dimarahi guru, tapi tawaranku seharusnya masih kedengaran baik bagimu, kan?"

Kalau mereka "tidak sengaja" merusakkannya, paling parah mereka akan diberi surat peringatan. Tapi, jika mereka bisa melakukannya demi tetap memiliki ruangan Kelas D selama tiga bulan ke depan, tidak ada penawaran yang lebih baik dari ini.

"Kedengarannya bagus bagi kami. Tapi kenapa kau mau kami melakukan ini?"

Pertanyaan Hiraga kedengaran sangat beralasan. Kalau tujuan kami adalah Kelas A, kenapa kami melakukan hal yang tidak ada hubungannya seperti merusakkan peralatan Kelas B dan mentarget mereka?

"Itu ada hubungannya dengan taktik kita melawan Kelas B."

"Benarkah? Kalau begitu dengan senang kuterima tawaranmu itu."

"Aku akan berbicara denganmu lagi lusa, pada waktu yang sama. Kau bisa kembali sekarang."

"OK, terima kasih. Semoga kau bisa mengalahkan Kelas A seperti rencanamu."

"Haha, berhenti mengatakan hal yang kau maksud. Sebenarnya kau percaya kami akan kalah, kan?"

"Itu benar. Kelas F tidak akan pernah mengalahkan Kelas A. Itu cuma mimpi dan harapan belaka."

Ketua Kelas D mengangkat tangannya dan pergi.

"Semuanya! Terima kasih atas kerja keras hari ini! Besok, kita akan memulihkan nilai yang sudah kita gunakan, jadinya semuanya pulang dan istirahat! Itu saja untuk sekarang!

Setelah Yuuji mengeluarkan komando, semuanya berbicara satu sama lain dan berjalan kembali ke kelas untuk mengepak barang lalu pulang.

"Yuuji, apa kita pulang juga?"

"Ya!"

Perasaan menang sangat hebat, tapi kalau boleh kukatakan, sebenarnya aku sangat lelah. Besok, kami akan melanjutkan peperanganya, jadi aku sebaiknya langsung pulang dan istirahat!


Soal Keenam[edit]

Jawablah soal berikut ini:

Tuliskan formula molekul dari Benzene.


Jawaban Himeji Mizuki:

"C6H6"

Komentar Guru:

Soal yang mudah, kan?


BTS vol 01 151.jpg

Jawaban Tsuchiya Kouta:

"Ben + zene = Benzene"

Komentar Guru:

Kau menghina kimia?


Jawaban Yoshii Akihisa:

"B-E-N-Z-E-N"

Komentar Guru:

Datanglah ke ruang guru nanti, bersama Tsuchiya.



"Kerja bagus, teman-teman. Terima kasih untuk kerja keras kalian mengambil tes-tes itu."

Yuuji berkata sambil berdiri di belakang meja guru dan meletakkan tangannya di atasnya.

Sepanjang pagi ini kami mengerjakan tes. Tes-tes itu selesai belum lama ini. Sekarang kami mau makan siang. Untuk mengisi kembali sejumlah skor yang hilang dalam semua mata pelajaran, jumlah tes yang kami kerjakan sungguh mengerikan.

"Kita akan mulai Perang Tes Syokanju dengan Kelas B siang ini. Kalian siap untuk membantai?"

"Oooo...!"

Semangat kami masih tinggi, dan itu adalah satu-satunya senjata kelas kami.

"Tujuan Perang ini adalah untuk menahan musuh dalam kelas mereka; untuk itu, kita tidak boleh kalah dalam pertarungan di koridor."

"Oooo...!"

"Himeji Mizuki akan jadi komandannya. Teman-teman, bersiagalah dan bersiap untuk mati."

"Aku... Aku akan berusaha sebaik-baiknya."

Dengan malu-malu Himeji berjalan keluar dari kerumunan; mungkin ia tidak ingin berteriak seperti para cowok.

"OOOO...!"

Semangat pasukan garis depan bertambah melebihi batas karena mereka bisa bertarung bersama gadis cantik.

Kesimpulannya, inti dari Perang ini adalah pertarungan di koridor; jika kami kalah disana, habislah kami. Maka, dari 50 murid di Kelas F, kami mengirim 40 murid untuk pertarungan itu. Pasukan ini akan dipimpin oleh Himeji, yang adalah murid terkuat di kelas kami dan yang kedua terkuat di sekolah ini, jadi kami seharusnya bisa menang tanpa banyak kesulitan.


(?)


Ketika bel yang menandakan istirahat siang selesai berbunyi, Perang melawan Kelas B akhirnya dimulai.

"OK, ayo semua! Target kita adalah meja-meja yang sistematis!"

"Siap, sir!"

Untuk bisa sukses menahan musuh dalam kelas mereka, kami harus mengontrol setiap momen-nya.

Kami bergegas ke koridor di luar Kelas B dengan kecepatan penuh.

Karena banyak murid di Kelas B menguasai pelajaran bukan-sains dan karena guru matematika Hasegawa-sensei bisa menciptakan wilayah pemanggilan yang lebih besar, kami memilih matematika sebagai pelajaran utama untuk bertarung; dengan kata lain, jika kami ingin menyelesaikan pertarungan secara cepat, Hasegawa-sensei akan sangat berguna.

Di sisi kami juga ada guru Komposisi Inggris Yamada-sensei dan guru fisika Kimura-sensei. Kali ini, kami perlu meningkatkan jumlah guru pengamat dan membantai musuh secepat mungkin!

"Aku bisa melihat murid Kelas B!"

"Mereka membawa Bu Takahashi!"

Murid-murid Kelas B berjalan pelan di hadapan kami, tapi jumlah mereka hanya 10. Mereka pasti pasukan barisan depan, dan mereka hanya ingin menguju kemampuan kami.

"Jangan biarkan mereka kabur hidup-hidup!"

Bersamaan dengan teriakan yang menakutkan ini, Perang melawan Kelas B secara resmi dimulai.


Kelas B Nonaka Chounan VS Kelas F Kondou Yoshimune

Nilai Gabungan

1943 VS 764


Apa!? Dia terlalu kuat! Mereka seperti berada di level yang benar-benar berbeda!


Kelass B Kaneda Ichiyuuko VS Kelass F Mutou Keita

Matematika

159 VS 69


Kelas B Satoi Mayuko VS Kelas F Kimishima Hiroshi

Fisika

152 VS 77


Perbedaan kemampuan bertarungnya terlalu besar; pasukan garis depan kami terus-menerus kalah. Kalau kami tidak mengirim pasukan pembantu sebelum skor mereka mencapai 0, jumlah pasukan kami akan berkurang sangat banyak.

Ketika aku berusaha mengamati apakah kami punya bala bantuan atau mungkin rute-nya telah dihalangi oleh musuh...

"A-aku terlambat... M-maaf..."

Himeji yang hampir kehabisan napas tiba di tempat; kurasa ia pasti berlari sepanjang jalan menuju garis depan.

"Himeji Mizuki di sini!"

Salah satu murid Kelas B berseru. Sepertinya Kelas B sudah tahu bahwa Himeji tidak masuk ke Kelas A dan menyelidikinya, kurasa?

Semua murid Kelas B tampak syok ketika mereka mendengar hal itu. Sangat mudah dilihat bahwa mereka takut sekali pada Himeji.

"Himeji, meski kau baru saja tiba, tapi bisakah...?"

"Y-Ya. Aku pergi sekarang."

Himeji segera bergegas ke tengah-tengah arena pertarungan. Melihat gadis itu saja bisa membuatmu merasa tenang. Aku benar-benar ingin memotretnya sekarang dan menyimpannya sebagai sufenir.

"Pak Hasegawa, aku Iwashita Ritsuko dari Kelas B, dan aku mau menantang matematika Himeji Mizuki dari Kelas F!"

"Ah, Pak Hasegawa, aku Himeji Mizuki; senang bertemu denganmu."

Segera saja Himeji menjadi target musuh; mungkin musuh kami ingin menyingkirkannya secepat mungkin?

"Ritsuko, aku akan membantu!"

Seorang gadis lain dari Kelas B maju dan memanggil syokanju-nya di saat yang bersamaan. Dua dari sepuluh murid Kelas B menantangnya; kelihatannya mereka benar-benar takut pada Himeji.


"Summon!"


Lingkaran sihir muncul setelah pemanggilan, dan syokanju yang sangat familiar muncul di hadapan kami.

Syokanju-syokanju musuh mengacungkan pedang dan tombak mereka pada syokanju Himeji, tapi syokanju itu tampak sangat tenang dan hanya menggenggam greatsword-nya yang sudah pernah kami lihat sebelumnya.

Kini ketiga syokanju dengan wajah respektif pemilik mereka saling berhadapan, tapi...

"Eh? Syokanju Himeji pakai aksesori."

"Ah, ya. Karena nilai Matematika-ku cukup baik..."

"Kau bisa pakai aksesori dalam pelajaran yang kau kuasai?"

Syokanju Himeji yang hanya setinggi dua kepala itu memakai gelang indah di tangan kirinya selain memegang greatword.

"I-itu...!?"

"Dia bukan lawan yang bisa kami hadapi!"

Para musuh mulai panik ketika melihat gelang itu.

Ah, aku jadi ingat: memakai gelang berarti...

"Erm, aku akan menyerang."

Himeji memegang kencang tangannya; mengikuti tindakan Himeji, syokanju-nya melesat menuju musuh dari sisi kiri.

"Tunggu sebentar!"

"Ritsuko! Hindari serangannya!"

Kedua Syokanju mereka melompat ke samping dengan dramatis. Tiba-tiba, gelangnya syokanju Himeji mengeluarkan sinar terang.

  • Beep!*


"Ahhh!"

"Ri... Ritsuko!"

Seketika setelah gelang itu bersinar, salah satu syokanju musuh yang tidak sempat kabur langsung diselimuti api.


Kelas F Himeji Mizuki VS Kelas B Iwashita Ritsuko & Kikuiri Mayumi

Matematika

412 VS 189 & 151


Jadi, pakai gelang berarti syokanju bisa menggunakan kemampuan spesial? Meskipun aku sudah lupa berapa tepatnya skor yang dibutuhkan untuk itu, aku ingat peraturan entah-di-bagian-mana yang mengatakan bahwa syokanju dari murid yang nilainya di atas jumlah tertentu bisa memakai gelang yang membuat mereka memiliki kemampuan spesial. Peraturan ini tidak ada gunanya untukku, makannya aku melupakannya.

"M-maaf. Aku tidak bisa lembut dalam pertarungan!"

Syokanju Himeji menghampiri musuh yang sudah hilang kontrol karena mengelak dari serangan sebelumnya, kemudian membelah syokanju itu juga senjatanya, membunuhnya dengan instan dan memenangkan pertarungan.

"Iwashita dan Kikuiri tewas di pertarungan!"

"Apa!? Bagaimana mungkin!?"

"Himeji Mizuki lebih menyeramkan dari rumornya!"

Delapan murid sisa dari kelas B kelihatan sangat syok; yang tidak mengejutkan kenapa mereka bisa kelihatan begitu.

Ngomong-ngomong, Himeji, kau terlalu kuat.

"T-teman-teman, lakukan yang terbaik...!"

Himeji berkata sesuatu yang tidak terdengar seperti perintah dari seorang komandan, tapi justru sangat efektif.

"Aku akan mengerahkan kekuatanku!"

"Himeji yang terbaik!"

Jumlah penggemar Himeji bertambah drastis.

"Himeji, kau bisa istirahat sekarang!"

"Ah, ya."

Semangat musuh telah turun drastis, jadi lebih baik Himeji istirahat sekarang. Kemampuan spesial memang bisa menyebabkan damage yang besar, tapi juga menghabiskan banyak poin. Bahkan jika tidak ada Himeji, mengalahkan barisan depan musuh sekarang hanya masalah waktu saja.

"Ganti dengan pasukan utama sekarang sekaligus mundur. Jangan mati di pertarungan!"

Dan itu adalah komando musuh. Yang penting kami sudah mencapai target kami dengan sukses. Biar musuh mundur perlahan, batasi gerak mereka dalam ruang Kelas B, maka pertarungan untuk hari ini akan berakhir. Semua ini berkat kemampuan bertarung Himeji yang luar biasa sehingga rencana kami berjalan dengan lancar, terima kasih banyak!

"Akihisa, aku mau kembali ke kelas sekarang."

"Hah? Kenapa?"

Hideyoshi berjalan ke arahku ketika aku sedang mengamati situasi perang secara keseluruhan.

"Kembali"? Apa yang terjadi pada pasukan utama?

"Ketua kelas di Kelas B itu..."

"Cowok yang bernama Nemoto."

"Kau bilang 'Nemoto'; maksudmu Nemoto Kyouji?"

"Iya."

Cowok yang bernama Nemoto Kyouji punya reputasi yang sangat buruk. Menurut rumor, ia ahlinya melakukan trik kotor dan akan melakukan apa saja untuk bisa meraih tujuannya. Ada rumor tentang "meracuni tim lawan dalam permainan bola", "bawa senjata waktu berkelahi dengan yang lain", dsb. Aku tidak terlalu percaya ia sebusuk itu, tapi berhati-hati juga tak ada salahnya.

"Aku mengerti, kalau begitu lebih baik kita kembali secepatnya!"

"Meskipun kurasa Yuuji tidak akan jatuh dalam jebakannya, sebaiknya kita kembali untuk memastikan semuanya baik-baik saja."

Sesudah memberitahu Himeji tentang ini, Hideyoshi dan aku membawa beberapa orang dan kembali ke kelas.



"Wha, jahat sekali!"

"Aku tidak pernah membayangkan mereka benar-benar akan melakukan ini semua."

"Benar-benar kejam."

Ketika kami kembali ke kelas, kami melihat meja teh kami sudah berlubang-lubang, juga semua pensil dan penghapus kami rusak serta patah menjadi dua.

"Ini gawat; kita jadi tidak bisa menambah skor kita dengan lancar."

"Yeah, ini mungkin masalah kecil, tapi benar-benar akan mempengaruhi penambahan skor kita."

Ngomong-ngomong, kupikir Nemoto itu pengecut.

"Jangan terlalu dipikirkan. Memang butuh waktu untuk memperbaikinya, tapi tidak akan terlalu berpengaruh pada rencana kita."

"Yah, kalau begitu, Yuuji, kami turuti saja perkataanmu."

Sepertinya ada sesuatu yang mencurigakan.

"Bagaimana kelas ini bisa jadi serusak ini, dan Yuuji, bagaimana bisa kau tidak tahu?"

Kelas ini tidak seperti ini sebelum istirahat siang, jadi pengrusakan pasti terjadi antara waktu pertarungan dimulai sampai sekarang. Dan Yuuji seharusnya ada di kelas dan bisa menghentikan mereka, kan?

"Mereka ingin membuat kesepakatan denganku dan aku pergi untuk bernegosiasi, jadi kelas ini kosong waktu itu."

"Kesepakatan apa?"

"Yah, jika tidak ada di antara kita yang memenangkan Perang ini sebelum jam 4 sore, maka Perang-nya akan dilanjutkan besok pagi jam 9, dan sampai saat itu, kedua pihak tidak boleh melakukan apapun yang berhubungan dengan Perang Tes Syokanju."

"Mengerti. Dan kau setuju?"

"Yep."

"Tapi kalo sampai pada titik 'stamina menentukan kemenangatn', kita seharusnya lebih punya keuntungan, kan?"

"Itu benar bagi kita semua kecuali Himeji."

Ah, aku mengerti.

"Setelah mengurung mereka dalam kelas, Perang akan berakhir untuk hari ini; pertarungan yang sesungguhnya akan dimulai besok."

"Ya. Sepertinya kita memang tidak bisa mengalahkan mereka hari ini."

" Saat itu, kemampuan bertarung Himeji akan sangat diperlukan, dibanding seluruh kelas."

Maksudnya pertarungan akan berfokus dalam area tertentu? Kalau begitu bakalan sama seperti perang melawan Kelas D dan biarkan Himeji membantai Ketua Kelas, begitu?

"Jadi itulah kenapa kau menerima saran mereka: membiarkan Himeji bertarung dalam kondisi sempurna?"

"Ya. Ini cara yang bagus menurutku."

Oya? Bagus kalau begitu.

Tapi, aku merasa sedikit janggal. Mereka menghancurkan meja kami, terus membuat kesepakatan yang menguntungkan untuk kami di waktu yang bersamaan. Kupikir Nemoto Kyouji bukanlah orang yang naif.

"Akihisa, kita harus pergi ke garis depan sekarang; mereka mungkin menggunakan cara kotor lagi."

Hideyoshi berlari keluar kelas setelah ia berkata begitu.

"Yeah. Yuuji, sisanya terserah kau."

"Oh, aku mau menyiapkan pensil dan penghapus baru."

Yuuji mengangkat tangannya dan mengucapkan 'dadah'. Aku kemudian mengejar Hideyoshi.

Aku berhasil mencapai Hideyoshi dengan segera tanpa perlu berlari cepat.

"Aku tetap berpikir bahwa kita belum benar-benar melihat 'yang sesungguhnya' dari mereka!"

"Yeah. Kurasa mereka tidak akan cuma melakukan itu saja; kita sebaiknya berhati-hati."

Trik curang apa yang akan mereka lakukan selanjutnya? Sialan, mereka punya kemampuan bertarung yang jauh lebih baik daripada kami, tapi kenapa mereka tidak langsung saja menghadapi kami?

Kami hampir sampai di arena pertarungan.

"Ingat, hati-hati!"

"Kau juga, Hideyoshi!"

Setelah saling mengingatkan satu sama lain, kami kembali pada pasukan kami masing-masing.

"Yoshii! Akhirnya kau kembali!"

Yang menyambutku kembali adalah Sugawa. Hah? Bukannya yang seharusnya mengontrol pasukan adalah Shimada?

"Maaf membuat kalian menunggu! Bagaimana situasinya sekarang?"

"Sangat buruk bagi kita."

"Hah!? Kenapa!?"

Pasukan utama musuh tidak pernah muncul, dan kemampuan bertarung kami lebih baik dari mereka; kenapa sekarang situasi kami malah memburuk?

"Shimada tertangkap dan ditawan."

"Apa!?"

Sekarang mereka menggunakan tawanan!? Apa mereka benar-benar yakin mereka akan menang dengan trik curang!?

"Musuh cuma tinggal 2 orang, tapi kita jadi tidak bisa menyerang mereka. Apa yang harus kita lakukan?"

Pasukanku jadi terkonfrontasi berkat insiden ini.

"Hmmm... biar kulihat dulu situasinya sebelum bikin keputusan."

"Kalau begitu lebih baik kita kesana sekarang. Mereka menghalangi kami di koridor sana."

Sugawa memimpin, dan aku mengikutinya.

Setelah melewati pagar-pagar betis yang dibuat pasukanku, di depanku jelas terlihat situasi tepat seperti yang Sugawa katakan: Shimada dan syokanju-nya ditawan oleh 2 murid Kelas B.

Dan ada guru remedial di sebelah mereka.

"Shimada!"

"Y-Yoshii!"

Kenapa jadi terdengar seperti sinetron?

"Berhenti kalian! Lebih dekat lagi dan aku akan memberikan serangan terakhir ke syokanju-nya dan mengirim gadis ini ke ruang remedial!"

Salah satu musuh yang menangkap Shimada maju dan membatasi gerakanku.

Mereka tidak hanya membuat murid cewek yang sangat langka di kelas kami tewas, tapi mereka juga secara sengaja menawannya untuk menakut-nakuti kami dan menurunkan semangat kami di saat yang bersamaan. Benar-benar strategi yang sangat hebat.

Kalau kami langsung menerobos sebelum mengalahkan mereka, mereka akan menewaskan Shimada dan membuat kami merasa bersalah karena telah mengirimnya ke ruang remedial.

...Tidak apa-apa.

"Semua, bersiaplah menyerang!"

"Ketua, kau yakin!?"

Tidak ada cara lain! Selalu ada korban dalam setiap Perang! Ini bukan balas dendam karena aku disiksa terus setiap hari; ini hanyalah keputusan yang memang sudah seharusnya diambil oleh seorang ketua!

"T-tunggu, Yoshii!"(?)

Bahkan musuh pun menyuruhku berhenti; sungguh tidak keren.

"Bukannya kau seharusnya heran kenapa dia bisa ketangkap oleh kami?"

"Ya karena dia idiot."

"Aku akan membunuhmu!"

Hah? Apa? Kenapa Shimada terdengar lebih kuat dariku meskipun dia sedang ditawan?

"Gadis ini percaya informasi palsu tentang kau yang terluka dan kemudian meninggalkan pasukan, pergi ke UKS untuk melihat kondisimu."

Dia bilang apa!?

"Shimada..."

"A-apa?"

Apa aku berpikir terlalu banyak? Kelihatannya wajah Shimada memerah.

"Membunuhku diam-diam sewaktu aku terluka, apa kau iblis!?"

"Bukan karena itu aku pergi!"

Benar-benar menakutkan. Sekarang aku tidak bisa tidur siang dengan tenang di UKS.

"Memangnya salah kalau aku ingin menjenguk dan melihat bagaimana keadaanmu!? Aku mencemaskanmu, tahu!"

Hah...?

"Shimada, apa itu benar?"

"I-Iya. Tidak boleh?"

Shimada terlihat sedikit marah dan mengalihkan pandangannya ke samping.

Benar-benar. Dia, mencemaskan aku. Shimada yang itu...

"Haha, Sekarang kau mengerti. Dengarkan aku dan jangan lakukan apapun."

"Semuanya, serang!"

"Kenapa!?"

Kenapa? Apa pertanyaan seperti itu perlu dijawab?

"Dia bukan Shimada! Dia pasti musuh yang menyamar!"

Kalian memilih orang yang salah untuk disamar! Shimada yang itu tidak akan pernah bersikap lembut! Kalau dia benar-benar Shimada yang asli, pasti dia bakalan sangat senang mengirimku ke neraka!

"Oi, tunggu sebentar! Shimada yang ini asli!"

Murid-murid Kelas B, betapa tidak kerennya kalian.

"Diam! Kau tetap ingin menipu kami meskipun kami sudah tahu? Busuk sekali!"

"Aku cuma membertahumu, dia benar-benar asli..!"


Kelas B Suzuki Jirou VS Kelas F Tanaka Akira

B.Ing-Writing 33 VS 65


Kelas B Yoshida Takuo VS Kelas F Sugawa Ryou

B.Ing-Writing 18 VS 59


Kalahkan kedua orang itu dulu! Bantai syokanju mereka!

"Aaah...!"

"Tolong aku...!"

Keduanya langsung dibawa pergi oleh guru remedial. Setelah membantai mereka, aku merasa bahagia.

Terus, sekarang tinggal...

"Semuanya, hati-hati! Musuh kita itu mungkin saja membuka samarannya dan menyerang kita!"

Dialah si palsu yang mencoba menyamar menjadi Shimada!

"Y-Yoshii, kau kejam... Padahal aku benar-benar mengkhawatirkanmu..."

"Hentikan akting jelekmu itu, dasar aktor kelas bawah!"

Shimada yang asli tak akan pernah berkata seperti itu!

"Ih, benar! Aku benar-benar mengkhawatirkanmu!"

"Kepung dia. Walau dia berasal dari Kelas B, dia tidak akan bisa bertarung melawan kita semua sekaligus."

"Aku serius! Kudengar 'Yoshii melihat celana dalam Mizuki dan tidak bisa berhenti mimisan', dan aku jadi sangat cemas!"

"Tahan serangan! Dia Shimada yang asli!"

Cuma dia satu-satunya orang yang percaya pada kebohongan idiot macam begitu.

"Shimada, kau baik-baik saja?"

Aku mengulurkan tangan pada Shimada yang terduduk di lantai. Sialan kalian, Kelas B; berani-beraninya kalian menggunakan trik kotor seperti ini!

"..."

(?)

"Baguslah kalau kau baik-baik saja. Aku mencemaskanmu!"

"..."

"Beristirahatlah dalam kelas. Kau pasti capek kan?"

"..."

"Oya, ngomong-ngomong, mereka itu benar-benar pengecut. Apa mereka tidak punya harga diri sebagai manusia?"

"..."

Shimada tidak bereaksi.

(?)

"Ah... Shimada. Sebenarnya..."

"...Apa?"

Akhirnya ia memalingkan kepalanya dan memandangku.

Aku berusaha keras untuk tersenyum penuh permintaan maaf padanya, yang sekarang menatapku tajam.

"Aku tahu itu benar-benar kau sejak awal?"

Shimada ngamuk.



"...Dimana aku?"

Ketika aku siuman, aku melihat langit-langit yang penuh debu. Ini... ah, kelas kami.

"Ah, kau sudah sadar?"

Suara yang imut terdengar di sebelahku. Mungkinkah itu Himeji?

"Aku cemas sekali. Yoshii, kau terlihat seperti telah dihajar oleh seseorang kemudian didorong dari atas tangga."

Jawaban yang tepat.

"Meskipun ini 'Perang', tak perlu melukai seseorang sampai seperti ini kan?"

Tidak, kurasa sebutan yang lebih tepat adalah pembantaian-oleh-satu-pihak...

"Tidak penting. Bagaimana Perang Tes Syokanju-nya?"

Aku mencoba bangkit, duduk di tatami dan merasakan sekujur tubuhku sakit.

"Menurut kesepakatan, kita sekarang sedang gencatan senjata. Perang-nya akan dilanjutkan besok."

"Terus situasi kita?"

"Kurang lebih kita sudah menyerang sampai ke depan kelas mereka, sesuai rencana. Tapi, kita kehilangan lebih banyak dibanding yang kita kira pada awalnya."

Yuuji membaca laporan kerugian di kertas selembar demi selembar. Meskipun rencana kami cukup berhasil, tapi kami tetap menderita kerugian yang besar. Sepertinya kami tidak menang dengan telak di pertarungan di koridor, dan karena kami mengirim sebagian besar sumber daya manusia ke sana, hasilnya tidak terlalu bagus untuk keseluruhan rencana kami.

"Meskipun ada sedikit kecelakaan, sepertinya semuanya berjalan lancar untuk saat ini?"

"Bisa dibilang begitu."

Tapi, lawan kami adalah Nemoto Kyouji, si pengecut itu; dia pasti punya beberapa rencana rahasia.

"... *ketukan di pintu*"

"Oh, Muttsulini. Ada sesuatu yang perlu dilaporkan?"

Sebelum aku menyadarinya, Muttsulini sudah ada disampingku.

Muttsulini adalah anggota tim intelijen, jadi dia tidak ambil bagian dalam pertarungan hari ini. Tugasnya adalah mengawasi dan melaporkan apapun yang terjadi di markas musuh.

"Hah? Ada yang aneh dengan Kelas C?"

"... *angguk*"

Menurut informasi Muttsulini, Kelas C sedang bersiap untuk Perang Tes Syokanju. Jika mereka tidak berniat menantang Kelas A, maka hanya ada satu alasan...

"Mereka ingin memilih lawan yang mudah. Mereka benar-benar bajingan pengecut."

Seperti yang Yuuji katakan, mereka berencana menyerang pemenang dari Perang ini. Akan lebih mudah bertarung dengan lawan yang sudah kecapekan.

"Yuuji, apa rencanamu?"

"Hm, apa ya...?"

Yuuji mendongak dan melihat ke arah jam. Sekarang jam 4:30-belum terlalu sore.

"Kita sebaiknya membuat kesepakatan dengan Kelas C juga. Kalau kita mengancam mereka dengan ancaman 'Kelas D akan menyerang kalian', aku yakin mereka tidak akan jadi menyerang kita."

"Dan mereka memang tidak percaya kita akan memenangkan Perang kan?"

Seharusnya tidak akan susah membuat kesepakatan dengan Kelas C.

"Oke. Ayo."

"Yeah."

Aku mencoba bangkit meskipun masih merasa kesakitan. Tapi kurasa badanku masih baik-baik saja.

"Untuk rencana cadangan, Hideyoshi, tinggallah dalam kelas."

"Hah? Kenapa? Memangnya tidak apa-apa kalau aku tidak ikut kalian?"

"Kalau wajahmu terlihat, strategi rahasiaku buat keadaan emergensi nanti tidak akan berhasil."

"Aku tidak terlalu mengerti sih, tapi ya sudahlah!"

Hideyoshi duduk kembali dengan patuh. Aku jadi ingin tahu, keadaan emergensi apa yang dimaksud Yuuji?

"Kalau begitu, ayo kita pergi. Mungkin akan sedikit berbahaya karena jumlah kita cuma sedikit."

Tanpa Hideyoshi, Yuuji, Himeji, Muttsulini, dan aku berjalan menuju Kelas C.

"Yoshii, aku menghabiskan banyak waktu hanya untuk membersihkan darahmu dari jari-jariku; aku akan membuat perhitungan denganmu nanti."

"Memangnya itu salah Yoshii?"

Ketika kami sampai di koridor, kami melihat Shimada, yang sedang mengelap tangannya dengan sapu tangan, dan Sugawa, yang menggendong tas di punggungnya.

"Ah, Shimada, Sugawa. Kebetulan sekali. Ayo kita pergi ke Kelas C."

Meskipun kurasa tidak akan terjadi, tapi mungkin saja murid-murid Kelas C akan menyerang kami, dan pergi kesana dengan hanya beberapa orang saja akan berbahaya. Juga kami butuh orang tambahan untuk menjaga Himeji. Aku terus berpikir begitu sambil memanggil kedua sahabat baikku itu.

Tentu saja, sebagai sahabat baik, mereka tidak akan menolak ajakanku.

"Hmmm, oke?"

"Buatku sih tidak masalah."

Sekarang aku punya cadangan yang bisa kupercaya.

"Cepatlah, atau Ketua Kelas C bakalan sudah pulang."

"Ya, ayo!"

Sesudah Shimada dan Sugawa bergabung bersama kami, kami meneruskan langkah menuju Kelas C.

"Aku Ketua Kelas F, Sakamoto Yuuji. Siapa Ketua Kelas disini?"

Masih banyak murid yang tinggal di Kelas C. Seperti yang dilaporkan Muttsulini: mereka bersiap-siap untuk Perang Tes Syokanju dan mengincar target yang lebih cetek.

"Aku. Mau apa kau?"

Gadis yang muncul di hadapan kami berambut sangat pendek. Bukankah dia Koyama, bintang di klub voli? (?)

"Aku mau bernegosiasi denganmu sebagai Ketua Kelas F. Kau punya waktu sekarang?"

"'Negosiasi'? Hah..."

Meskipun aku tidak suka menjelek-jelekkan wanita, Koyama sangat jauh dari 'lembut' dan 'menenangkan'. Sesudah mendengar apa yang Yuuji katakan, dia tersenyum jahat.

"Yeah, aku disini untuk mengajukan perjanjian non-agresi."

"Perjanjian non-agresi... Bagaimana menurutmu, Nemoto?"

Koyama berbalik dan bicara pada sekelompok murid di ujung kelas.

Hah? "Nemoto"?

"Tentu saja tidak. Perjanjian macam itu tidak diperlukan kan?"

"Apa!? Nemoto!? Kenapa ada Kelas B disini!?"

Cowok yang berjalan ke arah kami sambil membawa sekelompok orang adalah musuh utama kami: Ketua Kelas B, Nemoto Kyouji. Berambut pendek, dengan janggut yang belum dicukur di sekeliling mulutnya, dan sinar mata jahat. Penampilannya sangat berkebalikan dengan Yuuji yang punya sorot mata tajam.

"Jahat sekali, Kelas F. Kalian mengingkari perjanjian. Bukannya kita sudah sepakat bahwa kita tidak akan melakukan apapun yang berhubungan dengan Perang Tes Syokanju?"

"Apa kau bilang...?"

"Kalian yang duluan ingkar janji kan? Aku cuma melakukan apa yang akan kalian lakukan!"

Sesudah dia berkata begitu, sekelompok murid yang ada di belakangnya bergerak. Orang yang tersembunyi di belakang mereka adalah Hasegawa-sensei, yang memang pendek dan berada di arena pertarungan barusan.

"Hasegawa-sensei! Yoshino dari Kelas B menantang-"

"Tidak secepat itu! Sugawa dari Kelas F menerima tantangannya! Summon!"

Tepat ketika Yoshino dari Kelas B hendak menyerang Yuuji secara tiba-tiba, Sugawa melompat ke depan dan menerima tantangan itu untuk melindungi Yuuji. Kerja bagus, Sugawa!

"Kami tidak mengingkari perjanjian! Ini cuma di antara Kelas C dan Kelas F-"

"Tidak ada gunanya, Akihisa! Nemoto pasti akan menggunakan kalimat 'semua yang berhubungan dengan Perang Tes Syokanju' sebagai alasan!"

"Ya, dan memang itu yang akan kuperbuat♪"

"Omong kosong!"

"'Omong kosong' juga adalah teori yang sangat berguna!"

"Akihisa, lari!"

"Sial!"

Kami pergi secepat yang kami bisa, meninggalkan Sugawa yang sedang bertarung.


Kelas B Yoshino Takayuki VS Kelas F Sugawa Ryou

Matematika 161 VS 41


"Jangan biarkan mereka lolos! Kalahkan Sakamoto!"

Suara Nemoto dan langkah-langkah yang berlari terdengar di belakang kami.

Jujur saja, keadaan saat ini sangat berbahaya. Bukan cuma kami tidak bisa bertarung menghadapi Kelas B, tapi juga satu-satunya harapan kami, Himeji, telah banyak menghabiskan skor Matematika-nya. Nemoto pasti tahu itu, makanya dia memanggil Hasegawa-sensei kesana. Dia menggunakan trik kotor lagi, dan kali ini berhasil dengan efektif.

"Hah, hoo..."

"Himeji, kau baik-baik saja?"

Kami berlari di sepanjang koridor dengan kecepatan penuh, tapi langkah Himeji makin lama makin pelan. Tubuhnya lemah, jadi lari-larian seperti ini pasti sangat sulit baginya.

"K-Kalian... duluan saja..."

Saat berkata begitu napas Himeji terengah-engah. Kami tidak bisa kabur dari musuh kalau begini, tapi kami juga tidak bisa kehilangan Himeji. Kalau kami kehilangan Himeji, siapa yang tahu apa yang akan terjadi pada Perang besok. Dan lagi, aku tidak bisa meninggalkan seorang gadis demi menyelamatkan nyawaku sendiri!

Apa tidak ada yang bisa kami lakukan sekarang...?

"Yuuji!"

"Apa, Akihisa!?"

"Serahkan semuanya padaku! Yuuji, kaburlah bersama Himeji!"

Aku berdiri dan memandang ke belakang, dan Himeji dan Yuuji berlari melewati aku.

Aku tidak pernah membayangkan diriku sendiri bakalan pernah mengucapkan kata-kata keren seperti itu. Apa aku terlihat cukup keren?

"Y-Yoshii, j-jangan khawatirkan aku-"

"Mengerti. Kuserahkan padamu."

Yuuji memotong ucapan Himeji, dan menyetujui saranku. Inilah Yuuji yang kukenal, dia tidak pernah mencapur-adukkan perasaan dengan keputusan yang penting yang harus diambilnya, sehingga dia dapat dengan tenang memutuskan sesuatu sesuai situasi.

"... *berhenti berlari*"

"Tunggu, Muttsulini, kau juga harus pergi dari sini. Kurasa kau bakalan jadi kunci di pertarungan besok."

Muttsulini berhenti bersamaku pada saat yang bersamaan. Aku menghargai tindakannya itu, tapi kurasa dia punya misi lain yang lebih penting yang harus diselesaikan; kami juga tidak bisa kehilangan dia sekarang!

"Kalau begitu, kalau aku yang tinggal, tidak apa-apa kan, Ketua?"

Shimada berhenti berlari, dan berdiri di sampingku.

"...Apa aku bisa mengandalkanmu?"

"Tentu saja bisa. Serahkan saja padaku!"

(?)

"... (Semoga beruntung)"

Muttsulini mengacungkan kedua jempolnya, dan langsung kabur dari tempat ini dengan segera.

"...Apa yang harus kita lakukan sekarang? Ketua?"

"Ah, aku punya ide."

"Hah? Sungguh?"

Shimada menatapku dengan tatapan kaget.

Wa--- kelihatannya dia tidak pernah benar-benar percaya padaku, sungguh wakil ketua yang tidak sopan.

"Aku tidak mau berakhir di ruang remedial, jadi serahkan saja padaku!"

"Itu mereka! Yoshii dan Shimada dari Kelas F!"

"Bunuh mereka!"

Musuh mendekati kami dengan cepat. Hasegawa-sensei juga ada di antara mereka.

"Oy, Kelas B! Berhenti!"

Untuk menurunkan semangat dan menghentikan mereka, aku sengaja membentak mereka.

"Kalian punya nyali. Kalian pikir kalian bisa mengalahkan kami, hanya berdua saja?"

"Tidak, sebelum kita bertarung, aku ingin mengatakan sesuatu pada Hasegawa-sensei."

Kalau kami menunjukkan kelemahan kami pada musuh, situasi bakalan jadi tak terkendali, jadi aku terus menggertak mereka.

(Yoshii, kau gila? Kau mau protes pada Hasegawa-sensei dan bilang bahwa mereka mengingkari perjanjian?)

(Yah pokoknya aku punya ide.)

Aku berbisik pada Shimada yang sekarang mulai panik. Ah, dia terlalu paranoid.

"Ada apa, Yoshii?"

Hasegawa-sensei maju ke depan. Beliau masih terengah-engah, mungkin beliau perlu lebih banyak berolahraga?

"Apa sensei tahu kalau Kelas B tidak mematuhi kesepakatan?"

Beliau kan guru, tentunya seorang guru tidak akan berpihak pada murid yang tidak patuh pada peraturan.

(Si licik, Nemoto itu pasti sudah memikirkan alasan yang bagus.)

"Dari yang kudengar, yang mengingkari perjanjian adalah Kelas F, kan? Kalau kau protes karena diserang seperti ini, sebelum berkata sesuatu tentang perjanjian, kau seharusnya instropeksi diri dulu kan?"

Kurasa komentar guru itu sedikit kasar. Dan aku yakin Nemoto telah memutar-balikkan fakta waktu menceritakan hal ini pada Hasegawa-sensei, seperti yang sudah Shimada bilang.

(Ini tepat seperti yang kubayangkan, apa rencanamu selanjutnya?)

"..."

(Aku percaya padamu, Yoshii.)

Shimada mengedipkan sebelah matanya.

Terbeban dengan ekspektasi Shimada, aku berkata,

"Tamatlah kita..."


"Cowok ini idiot!"


Kejam sekali.


"Sakamoto! Yoshii... Apa... Apa dia akan baik-baik saja?"

"Tentu saja! Aku tidak bisa menjamin yang lainnya, tapi aku yakin Akihisa pasti tidak akan mengalami kesulitan."

"Tapi..."

"Dalam hal pelajaran dia memang parah. Tapi, nilai jelek bukan segalanya kan?"

"M-maksudmu?"

"Si bodoh itu... Dia bukan 'Kansatsu Shobunsha' biasa."



"Summon!"

Keempat musuh kami memanggil syokanju mereka bersamaan.

Kami terus kabur, tapi koridor ini penuh dengan jalan buntu. Cuma tinggal masalah waktu saja sebelum kami benar-benar harus berhadapan dengan mereka.

"Yoshii, kita harus berbuat apa?"

"Kau bertanya padaku? Lalu aku harus bertanya pada siapa?!"

"Apapun lah, pokoknya pikirkan sesuatu!"

Shimada dan aku berlari sambil saling berseru satu sama lain.

"Oke, aku mengerti! Shimada, kau hadapi mereka semua sekaligus!"

"Oke oke, terus?"

"Aku kabur."

"Aku pasti akan menghabisimu suatu hari nanti!"

Sekarang kami sampai di jalan buntu yang lain. Di depan kami hanya ada dinding dengan jendela kecil.

"Shimada, panggil syokanju-mu sekarang."

"Panggil sekarang?"

"Lalu biarkan syokanjumu menerima serangan menggantikan aku."

"Mati saja kau!"

"Wa! Kenapa kau tiba-tiba mengamuk? Memangnya kau berserker?"

Aku terus berlari sambil menghindari tonjokan-tonjokan Shimada.

Sial. Jalan buntu lagi.

Aku menyandarkan punggungku ke dinding dan melihat musuh semakin mendekat.

"Kalian pasti kelelahan setelah berlarian kesana kemari!"

"Ngomong-ngomong, memangnya kita harus mengejar mereka?"

"Tidak ada cara lain. Sementara kita dengan bodoh 'bermain' dengan mereka, Sakamoto dkk berhasil kabur."

"Kalau begitu, ayo kita habisi mereka lalu kembali!"

Ketika mereka menyadari kami tidak bisa kabur lagi, mereka yang sudah kehabisan tenaga akibat mengejar-ngejar kami mulai ngobrol di hadapan kami.

Kalau memang tidak perlu mengejar kami, kenapa tidak biarkan saja kami kabur!?

"Oi, sudah selesai ngobrolnya?!"

Shimada jadi marah dan membentak mereka karena perkataan mereka yang tidak sopan tadi. Oh, bahkan dalam situasi seperti ini, Shimada tetap galak.

"Karena... Ah!"

"Apa?"

"Kalian kelas terjelek."

Berani-beraninya dia! Aku harus membalasnya!

"Kami bukan kelas terjelek! Cuma kebetulan saja muridnya jelek-jelek!"

"Yoshii, diam!"

Hah? Aku mencoba membalas mereka, kenapa Shimada malah marah?

"Jangan meremehkan kami hanya karena kami dari Kelas F!"

"Oh begitu? Memangnya level F seperti kalian bisa melakukan apa?"

"Coba saja sendiri! Summon!"

Shimada berseru dan kemudian muncullah Chibi Shimada yang sudah sering kulihat.

"Akan kubuat kau mengerti perbedaan kekuatan kita!"

Cowok Kelas B yang bertengkar dengan Shimada itu juga memanggil syokanju-nya, yang menggenggam pisau. Syokanju itu melesat ke arah kami. Meskipun dia tidak bisa membuat gerakan rumit, dia punya kekuatan yang besar.

"Kau!"

Shimada juga membuat syokanju-nya melesat maju.

Lalu serangan dashyat dari musuh membuat syokanju Shimada---


Kelas B Kudou Shinji VS Kelas F Shimada Minami

Matematika 159 VS 171


"Kau, kau benar-benar dari Kelas F?"

Tidak, mereka setara! Apa yang sebenarnya terjadi?

"He he, ini salahmu, kenapa kau pilih matematika. Untuk pelajaran ini, tidak masalah jika aku tidak mengerti kanji[1]!"

OH, Shimada kau sangat keren!

"Ngomong-ngomong, Shimada, berapa skor Sastra Kuno-mu?"

"Cuma satu digit!"

Dia sangat yakin! Itu juga keren sekali!

"Kudo, kau butuh bantuan? Kau tidak mau dikirim ke ruang remedial kan?"

"Sial, tolong bantu aku!"

Kudo menggigit bibirnya, merasa menyesal. Sungguh memalukan meminta bantuan waktu melawan Kelas F.

Kemudian situasinya berubah jadi buruk bagi Shimada. Kedua syokanju itu menggunakan senjata mereka dan bertarung dengan sekuat tenaga, tidak ada di antara mereka yang bisa bergerak sekarang. Kalau jumlah musuhnya bertambah, Shimada pasti kalah.

"Shimada, butuh bantuan? Kau tidak mau dikirim ke ruang remedial kan?"

"Kau cuma bakal merepotkan aku!"

"Kau kejam!"

Aku menyesal dan menggigit bibirku. Dia benar-benar jahat padaku!

Tapi, saat ini bukan saat yang tepat untuk bercanda. Tak peduli betapa lelahnya aku, aku tidak bisa kabur begitu saja. Sudah waktunya untukku bergabung dalam pertarungan.

"Summon!"

Lingkaran sihir yang familiar muncul di sebelahku. Syokanju yang memiliki kemampuan bertarung yang sama dengan skor matematikaku, perlahan muncul.


Wajahnya yang terlihat kuat!

Tubuhnya yang kekar!

Gerakannya yang cepat dan gesit!

Kekuatan absolut yang terlihat saat dipanggil!


"Jangan pedulikan Yoshii! Kau bisa lihat, dia lemah!"

"Kembalikan! Kembalikan deskripsi ketampananku!"

"Pergi sana, lembek!"

"Shimada, apa kau benar-benar partner-ku? Kenapa kau menistaku terus-terusan?"

Benar bahwa syokanju-ku cuma memiliki bokutou[2] sebagai senjata dan terlihat lemah.

Sekarang aku dikepung oleh musuh (salah satu di antara mereka adalah teman sekelasku sendiri)!

"Kita dalam masalah."

Kening Shimada sedikit berkerut.

Meskipun tadinya dia bisa menang, tapi sekarang skor-nya dengan skor-ku tidak beda jauh. Jelas sekali dia telah menghabiskan banyak skor.

"Selamat tinggal!"

Murid Kelas B itu menyuruh syokanjunya menyerang; syokanju Shimada tidak sempat menghindar. Sekarang saatnya aku pamer!

"Rasakan tendanganku!"

Aku membuat syokanju-ku melesat maju dan menyandung musuh dari samping.

"Ah!"

Meremehkan kemampuanku plus tidak biasa mengontrol syokanju, syokanju musuh tersandung dengan mudah.

"Belum berakhir!"

Aku mengayunkan bokuto-ku ke arah musuh, memukulkannya ke tanah. Sekarang saatnya!

"Ah----"

Dengan cepat syokanju-ku mencengkeram kepala bagian belakang syokanju musuh, dan membantingnya ke tanah.

Boom! Hal itu membuat suara yang sangat keras di sepanjang koridor.

"Hah?"

Semuanya berkata begitu secara bersamaan.

Akhir dari pertarungan ini dengan segera dapat diputuskan.



Kelas B Sanada Yuka VS Kelas F Yoshii Akihisa

Matematika 166 VS 51


Skor kami baru saja muncul di udara.

Sungguh memalukan! Skor-nya dia tiga kalinya skor-ku!

"Apa! Skor-nya Sanada lebih tinggi kan? Kenapa dia bisa dikalahkan syokanju lemah itu?"

Kudo dari Kelaas B protes pada guru. Tak ada gunanya kau protes, toh semuanya ini tidak ada hubungannya dengan guru.

"Hah? Syokanju-ku masih hidup?"

Syokanju yang sudah kuhajar tadi mulai berdiri, kekuatanku memang tidak cukup...

"Yoshii, apa yang terjadi?"

"Ah... Kurasa ini untungnya jadi 'Kansatsu Shobunsha'?"

Dari yang kulihat waktu Perang lawan Kelas D, ternyata mengontrol syokanju itu tidak mudah.

Tenaga yang luar biasa serta perbedaan ukuran membuat syokanju lebih susah dikontrol. Karena itu, biasanya murid-murid hanya menggunakan teknik serangan yang simpel dan langsung, dan membiarkan skor menentukan hasilnya.

"Apa maksudnya 'untung'?"

"Maksudnya, aku terbiasa mengontrol syokanju!"

Sebagai "Kansatsu Shobunsha", aku sudah memanggil syokanju-ku jutaan kali, dan rasa sakit serta lelah yang dibiaskan padaku membuatku punya beberapa keuntungan----aku bisa membuat syokanju-ku melakukan aksi-aksi yang lebih rumit. Kalau aku cuma tahu aksi simpel seperti "berlari" atau "ayunkan pisau", aku tidak akan pernah bisa melakukan pekerjaan ekstra yang biasanya diberikan para guru.

"Ini cuma kebetulan!"

Musuh mengacungkan pisaunya lagi dan menyerangku. Tapi ekspresinya ketakutan membuatku sedikit senang.

"Ha!"

Aku membuat syokanju-ku memblokir serangannya. Kalau aku menerima serangannya secara langsung, bokuto-nya pasti bakalan patah, jadi aku harus bertahan dengan mengalihkan serangan musuh.

"Ah!"

Pisau musuh terlempar ke samping, dan tubuhnya kini dapat diserang.

"Haaa!"

Kubiarkan syokanju-ku melesat maju dan memukul pinggang serta kepala syokanju musuh.


Kelas B Sanada Yuka VS Kelas F Yoshii Akihisa

Matematika 126 VS 51


Skor yang ditampilkan berubah sedikit. Aku sudah menindas musuh sampai seperti ini, tapi skor kami masih beda jauh. Syokanju-ku memang benar-benar lemah!

"Kita sebaiknya mulai serius sekarang!"

"Meskipun aku tidak mau menindas Kelas F seperti ini, tapi kita tidak bisa diam saja."

Dua murid yang sedari tadi tidak ikut bertarung kini maju. Situasinya jadi semakin gawat kalau begini.

"Ah, tunggu dulu. Setidaknya kita bertarung secara adil, dua lawan dua!"

"Yoshii, kau salah, sekarang bukan empat lawan dua."

"Hah? Pasukan cadangan sudah disini?"

"Sekarang lima lawan satu!"

"Shimada, kau mengkhianatiku?"

Memangnya seberapa besar kebenciannya padaku?

"Terima ini!"

Bersamaan dengan beberapa seruan tidak berguna, syokanju musuh mulai menyerang. Aku membuat syokanju-ku menunduk menghindari serangan.

"Orang ini!"

"Cowok yang tidak-mati-mati-juga ini!"

Wa! Jumlah syokanju musuh baru saja bertambah dua kali lipat! Apa ini yang namanya hukuman kematian?

Syokanju musuh berdiri berdampingan dan bergegas maju ke arahku. Aku tidak bisa membiarkan mereka mengepungku sebelum aku mengalahkan mereka.

"Sudah jelas kita bisa mengalahkan dia dengan satu kali pukul..."

"Tapi serangan kita tidak ada yang mengenainya..."

"Orang ini seperti Lendir Besi"

Aku tidak selemah itu!

"Hey!"

Dengan marah aku melesat ke salah satu musuh dan menonjok perutnya, telak!

Dan tanganku jadi sakit. Inilah akibatnya melakukan kekerasan.

"Bisakah kita mulai sekarang?"

"Sial! Aku mundur!"

Kudo menyadari bahwa dia tidak bisa menang melawanku satu-lawan-satu jadi dia memutuskan untuk mundur. Dia sudah menghabiskan banyak skor di pertarungan barusan, jadi kabur memang pilihan yang tepat. Sekarang jadi tiga-lawan-dua---Tidak, Shimada juga sudah kehilangan banyak skor, jadi sekarang tiga-lawan-satu.

"Shimada, sekarang!"

Aku memberi instruksi pada Shimada yang sedang tidak diserang musuh, dan yang sedang memandangi tabung pemadam kebakaran yang pernah kugunakan sebelumnya.

"Roger!"


Soal Ketujuh[edit]

Jawablah pertanyaan berikut:

Apa bentuk komparatif dan superlatif dari kata “good” dan “bad”?


Jawaban Himeji Mizuki:

"good — better — best

bad — worse — worst"

Komentar Guru:

Jawabannya benar


BTS vol 01 195.jpg

Jawaban Yoshii Akihisa:

"good — gooder — goodest"

Komentar Guru:

Aku terkejut kau membuat kesalahan yang sangat umum. Bentuk komparatif dan superlatif untuk good dan bad tidak hanya dibentuk dengan menambahkan “er” dan “est”; Lain kali jangan lupa.


Jawaban Tsuchiya Kouta:

"bad — butter — bust"

Komentar Guru:

Arti ketiga kata itu adalah 'jelek', 'mentega', 'payudara'.



Aku akan menggunakan taktik tersembunyi yang aku bilang kemarin.”

Ini kalimat pertama yang dikeluarkan Yuuji saat dia masuk sekolah keesokan paginya.

“Taktik? Ini belum waktunya untuk bertarung, kan?”

Kini waktu menunjukkan jam setengah sembilan, dan pertarungan dijadwalkan berlangsung pada jam 9.

“Aku tak menggunakannya pada kelas B; Target kita adalah kelas C.”

“Ah, begitu toh. Apa yang akan kau lakukan?”

“Aku berencana membuatmu. Hideyoshi, mengenakan ini.”

Yuuji mengambil seragam wanita dari tasnya setelah mengatakan itu.

Seragam ini menggunakan hitam dan merahs ebagai warna dasar. Ia merupakan sekeping karya seni langka dalam masyarakat dan siswa-siswa dari sekolah lainnya.

Kalau dipikir-pikir, Yuuji, bagaimana kau bisa mendapatkan ini? Apa yang terjadi padamu?

“Tak masalah, tapi mengapa kau ingin aku mengenakan ini?”

Hideyoshi, sebagai lelaki, kaus eharusnya lebih perhatian, kan?

Lagipula, setelah mengenakannya, Hideyoshi lebih nampak sebagai seorang gadis, hampir persis seperti saudara perempuan kembarnya di kelas A---

“Aku ingin kau bersikap seperti Kinoshita Yuuko, dan berpura-pura sebagai utusan dari kelas A.”

Oh begitu, jadi itulah mengapa dia ingin Hideyoshi memakai seragam wanita!

Hideyoshi punya saudara perempuan kembar di kelas A. Mereka terlihat sama persis, seperti kembar monozigotik (penerjemah: monozigotik itu berarti kembar dari satu zigot yang sama, padahal, kalau berbeda kelamin, bisa dipastikan kembar itu tidak berasal dari satu zigot). Perbedaan mereka adalah hasil ujian mereka dan cara mereka berbicara.

Dengan kata lain, berpura-pura jadi saudara perempuannya, dan menggunakan nama kelas A, menekan kelas C?

“Hideyoshi, cepat kesana dan ganti seragammu!”

“Oh, OK...”

Hideyoshi mengambil seragam dari Yuuji, dan bersalin di depan mereka.

Apa ada yang salah? Apa perasaan aneh di dadaku ini? Meski dia seorang lelaki, aku tak bisa melepas mataku darinya!

"..." *Suara gambar diambil*

Si Pendiam Porno menggunakan kecepatan yang hampir membuat jemarinya kebakaran dan terus menekan tombol di kamera.

Beruntung, bukan aku saja yang berperasaan aneh ini.

“OK, aku sudah bersalin. Huh? Ada apa dengan kalian?”

Kupikir wajah kami pasti terlihat sangat rumit, begitu?

“Apa yang harus kukatakan? Aku juga tak yakin!”

“Kalian sangat aneh.”

Tidak, penampilanmu yang aneh! Mengapa kau terlihat begitu cantik?

“Baiklah, ayo ke kelas C.”

“Ya....”

Yuuji keluar ruang kelas dengan Hideyoshi.

“Ah, aku juga ingin pergi.”

Aku dengan cepat membuntuti mereka.

Aku telah memikirkan inis ejak kemarin. Ada jarak yang sangat panjang antara kelas C dan kelas F. Meski ini lebih karena perbedaan ukuran tiap ruang kelas, aku masih berharap sekolah dapat membangunnya dengan lebih sederhana.

Kami terus berjalan, dan akhirnya berhenti di depan ruang kelas C.

“Maaf, Hideyoshi. Kau harus kedalam sendirian.”

karena dia perlu berpura-pura sebagai utusan dari kelas A, Aku dan Yuuji yang meruapakan murid kelas F tak bisa tetap disampingnya. Oleh karenanya kami berencana bersembunyi di suatu tempat dan mengamati bagaimana ini berjalan.

“Aku tak ingin benar-benar kesana...”

Hideyoshi tampak sangat tak berkeinginan melakukannya. Ini dapat dimengerti, berpura-pura menjadi saudara perempuannya dan mencurangi musuh bukan sebuah pengalaman yang baik untuk dilalui.

“Kami mengharapkanmu.”

“Ah...tiada cara lain...”

“Maaf, tapi mohon kompori mereka sepanas yang kau bisa. Buat mereka membenci kelas A dari dasar lubuk hati. Kupikir kau seharusnya bisa melakukannya.”

Hideyoshi seorang jenius dalam hal akting, dengan julukan ‘Bintang Klob Drama’. Meski dia tak jago saat belajar, kemampuannya di hal lain cukup mencengangkan.

“Ah...jangan taruh terlalu banyak harapan di pundakku...”

Hideyoshi mendesah dan berjalan gontai menuju kelas C. Dia terlihat sagat tak senang. Bisakah dia mencurangi mereka dalam kondisinya sekarang?

“Yuuji, kau yakin Hideyoshi baik-baik saja? Kupikir kita lebih baik menukar rencana...”

“Kupikir seharusnya tak masalah.”

Benarkah? Aku terus merasa bahwa Hideyoshi sama sekali tak ingin melakukannya. AKu hanya berharap bahwa kemampuan aktingnya takkan dipengaruhi instabilitas mentalnya.

“Aku khawatir...”

“Shhhhhh! Hideyoshi hendak masuk kedalam ruang kelas.”

Yuuji menaruh jari di mulutnya. Kami begitu jauh; Seharusnya emreka tak bisa mendengar kami. namun lebih baik main aman dan ikut saja apa yang dikatakan Yuuji.

  • Suara pintu dibuka* kami mendengar suara pintu yang dibuka Hideyoshi.

“Kalian babi-babi jorok, tutup mulut sekarang!”

...Wow

“Hideyoshi benar-benar sesuai julukannya.”

“Ya, tak ada cara lain yang lebih baik untuk mengompori mereka selain ini.”

Bahkan meski dia tak mengatakan apapun, Kebencian kelas C pada kelas A akan naik secara dramatis, kan?

“A-Apa katamu!”

Teriakan itu pasti datang dari ketua kelas C, Koyama. AKu bisa merasakan amarah dalam kata-katanya tanpa melihat wajahnya. Ini sesuai perkiraan, mereka dibentak bagai babi-babi tanpa mengetahui apa yang tengah berlangsung.

“Jangan bicara padaku! Atau bau babi kalian yang menjijikkan akan menulariku juga!”

Kau berjalan mendekati mereka sendiri lalu menyalahkan mereka yang menyebarkan bau babi? Wow, apa kau tak berlebihan?

“Kau Kinoshita dari kelas A, kan? Jangan pikir kau bisa begitu arogan hanya karena hasil ujianmu bagus. Apa yang kau lakukan disini di ruang kelas kami?”

Dalam hal nama buruk di sekolah, Kinoshita Yuuko lebih terkenal dibandingkan Hideyoshi. Hideyoshi pun tengah mengenakan sehelai seragam wanita sekarang; jadi tak mungkin mereka tahu. Lagipula, dia telah berhasil mengompori mereka, yang telah menurunkan kemampuan menghakini mereka. Ini sempurna.

“Bagiku, hal yang paling tak dapat dterima adalah adalah bahwa ruang kelas A dibangun disamping ruang kelas jelek dan bau ini! Bagi orang-orang sepertimu, sebangun kandang babi lebih dari cukup!”

“Apa! Apa kau mencoba mengatakan bahwa kami berada pada tingkat yang sama dengan kelas F?”

Oi, Koyama! Dia tak pernah mengatakan apapun soal kelas F!

“Meski Aku tak ingin mengotori tanganku, aku akan memberikanmu satu tawaran istimewa dan mempersilahkanmu pergi langsung ke kandang babi.”

Apa ini tingkat minimal dari kemampuan akting untuk masuk klub drama? Atau apa sekolah kami memang terlalu aneh?

“Kalian tengah bersiap-siap untuk Perang Jelmaan Ujian, kan? Yakinkan diri kalian bersiap dengan sebaik-sebaiknya, karena nanti kami akan membersihkan kalian para babi kotor, semuanya!”

Setelah Hideyoshi mengatakan itu, dengan sengaja dia menghantam tanah dengan keras saat meninggalkan ruangan.

“Apa itu OK?”

Hideyoshi tampak segar kembali dan berjalan menuju kami.

“Ya, kau telah melakukannya dengan baik.”

“Kita tak punya waktu untuk diganggu lawan seperti kelas F! Semuanya, bersiaplah untuk perang dengan kelas A!”

Teriakan-teriakan mengerikan datang dari ketua kelas C, Koyama. Sepertinya rencana berlangsung dengan sangat mulus bagi kami. Namun tetap saja, mengapa aku merasa agak bersalah?

“Rencana telah berhasil dilaksanakan. Kita harus memulai persiapan kita untuk perang melawan kelas B.”

“Ah, OK.”

Tiada waktu untuk terganggu oleh hal-hal remeh. Perang Jelmaan Ujian akan dimulai dalam 10 menit.

Dengan cepat, kami berjalan kembali ke ruang kelas F.

“Gunakan pintu-pintu dan dinding-dindeng dengan sebaik-baiknya! Jangan buat daerah pertarungan membesar!”

Perintah Hideyoshi bergema di medan perang.

Tepat pukul 9, pertempuran dengan Kelas B resmi pecah. Kami melanjutkan dari posisi kami di pertempuran kemarin, yang tepat di depan ruang kelas B., dan mulai menyerang.

Berdasarkan suruh-suruhan Yuuji, tujuan kami adalah menjaga agar musuh tetap di ruang kelas.

Selama kami mengikuti suruhan tersebut, ada masalah baru.

Sesuatu tampak kurang baik pada Himeji.

Meski dia seharusnya menjadi komandan, dia tak memberikan perintah sama sekali.

Selain itu, dia tampak tak ingin mengambil bagian dalam pertempuran. Apa yang terjadi padanya?

“Coba gunakan hanya satu subjek pada satu waktu untuk mengalahkan musuh! Lihat-lihat klo ada bala bantuan!”

Karenanya, yang memimpinpasukan sekarang adalah wakil komandan, Hideyoshi. Dia mengikuti suruhan Yuuji dan mencapai banyak hasil dalam beberapa jam.

“Jalan masuk kiri tengah diserang balik musuh!”

“Kami kekurangan tenaga Pustaka Klasik. Kami perlu bala bantuan!”

Jalan masuk kiri yang tengah diserang musuh tengah disupervisi Takenaka-sensei, kan?

Ini kedengarannya sama sekali tak bagus. Ada banyak siswa di Kelas B yang jago dalam subjek-subjek terkait pustaka. Jika kami tak membalas serangan mereka dengan petarung-petarung kami yang kuat, kemungkinan ini bisa memberikan mereka kesempatan untuk menembus pasukan kami.

“Himeji, mohon berikan dukungan ke sayap kiri!”

Dalam rencana Yuuji, Himeji punya tugas yang penting dilakukan pada siang hari. Meski aku merasa tak enak untuk kepagian mengganggu Himeji, ini tak dihindari.

“Ah, i-itu...”

Pada saat penting ini, Himeji tak langsung bergabung dalam pertarungan. Dia terlihat hendak menangis, panik, dan jalan berputar-putar. Ini kelihatannya tak bagus; musuh-musuh akan tembus!

“Haaa!”

Aku berteriak, mendorong menembus kerumunan, dan berlari menuju sayap kiri.

Setelahnya, aku membisikkan sesuatu pada guru yang mensupervisi, Takenaka-sensei.

“Bla-bla....jika ini diumumkan...citramu...”

“!”

Takenaka-sensei mendorong kepalaku ke bawah, dan mulai melihat-lihat sekelilingnya.

Aku tak pernah membayangkan bahwa aku harus menggunakan info yang mengancam yang ku persiapkan bila keadaan darurat---versi Pustaka klasik! Ini bukan bagian dari rencana.

“A-aku perlu pergi sebentar!”

Tepat seperti yang kuperkirakan, kami bisa sedikit bernapas lega.

“Mereka yang masih memiliki nilai pustaka klasik pergi ke jalan masuk kiri! Nereka yang nilainya termakan segera remed!”

Ini hanya penyelesaian sementara, tapi seharusnya menyelesaikan masalah untuk saat ini.

Kini waktunya.

“Himeji, ada apa?”

Aku dengan cepat menanyai Himeji apa yang kupikirkan. Aku tak tahu apa yang terjadi, tapi sepertinya ada sesuatu yang salah dengannya. Tak mengetahui penyebab akan membuat kami dalam posisi tak menguntungkan di pertempuran.

“A-Ah, aku baik-baik saja!”

Himeji buru-buru menggelengkan kepala, rambut panjangnya juga berayun mengikuti gerakannya. Gerakannya sangat berlebihan.

Jelas-jelas ada sesuatu yang salah dengannya.

“Pasti ada sesuatu yang salah, kan? Bisakah kau memberitahuku jika ada sesuatu? Mungkin apa yang kau katakan bisa mempengaruhi rencana kita.”

“S-Sumpah, tak ada apa-apa!”

Dia terus membantahnya, tapi sepertinya dia akan menangis setiap saat. Pasti ada sesuatu yang salah dengannya!

“Mata pelajaran di jalan masuk kanan telah diubah ke Bahasa Jepang Modern!”

“Apa yang terjadi dengan guru matematika!”

“Mungkin diculik Kelas B!”

Bahkan mata pelajaran sayap kanan pun telah diubah ke yang Kelas B jago, kami dalam maslah besar sekarang!

Aku akan bertarung!”

Himeji dengan cepat berlari keluar dan berencana bergabung dengan pertarungan setelah mengatakan itu. Namun---

“Ah...”

Dia tiba-tiba berhenti bergerak dan menelungkupkan kepala.

Apa yang terjadi? sepertinya Himeji melihat sesuatu lalu berlaku seperti itu.

Aku memandang arah yang tengah dilihat Himeji.

Di ujung pandanganku ada seorang sialan yang bersender di jendela dan melihat ke bawah pada kami---Nemoto.

Apa yang Nemoto lakukan?

Memang tak jelas dari tempatku berdiri, jadi aku mulai melihat dengan penuh perhatian tapi tak melihat sesuatu yang istimewa---

“!”

Tiba-tiba, sesuatu dalam tangannya melompat dalam pandanganku.

Itu benda yang sangat biasa. Tak sulit untuk mendapatkannya, tapi itu juga sesuatu yang tak bsia kau beli.

Benda di tangannya adalah---

Surat yang Himeji si pemalu ingin sembunyikan dariku 3 hari lalu.

“Oh, begitu, jadi begitu toh!”

AKu tengah berandai-andai ketika kudengar tentang perjanjian dengan Kelas B. Si licik nan Culas Nemoto takkan pernah memberikan perjanjian yang adil.

Sepertinya dia berencana melumpuhkan Himeji. Jika benar begitu, maka akan beralasan baginya untuk berjanji. Jika Himeji tak bisa bertarung, maka perjanjian akan sangat berguna untuk Kelas B.

Itu benar-benar suatu taktik yang bagus. Tiada kehilangan maupun resiko.

“Himeji.”

“Y-Ya...”

“Karena kau merasa tak enak, jangan memaksakan dirimu bergabung dalam pertarungan. Perang Jelmaan Ujian belum berakhir, kau perlu menjaga kesehatanmu.”

“Ya.”

“OK, aku punya sesuatu yang lain yang harus kulakukan dan perlu pergi sekarang juga.”

“Ah...”

Meski Himeji nampak hendak ingin mengatakan sesuatu, Aku terus saja berbalik darinya dan berlari menjauh dari TKP (penerjemah: tempat kejadian perkara, disingkat aja biar gampang dan enak) karena aku punya sesuatu yang lebih penting untuk ditangani.

“Nemoto, kau telah melakukans esuatu yang sangat meanrik.”

Aku tak bisa menghentikan diriku untuk emngatakan hal itu.

Si bangsat itu, aku harus membunuhnya, bagaimanapun jua!

☆ “Yuuji!”

“Huh? Ada apa, Akihisa? Apa kau kabur dari pertempuran? Jika ya maka aku akan menggunakan gunting untuk menusukmu!”

Saat aku buru-buru kembali ke ruang kelas, Yuuji tengah menulis sesuatu di buku catatan. Saat aku melihat lebih dekat, buku tersebut mengandung seluruh info untuk kekuatan yang tersisa, baik musuh maupun kami.

“Aku perlu bicara denganmu.”

“Maka aku akan memaksakan diriku untuk mendengarkanmu!”

Sekarang aku tak punya waktu untuk membalas candaannya, dan sepertinya Yuuji menyadari sikapku berbeda dari biasanya. Dia melihat padaku dengan serius, jadi aku juga melihatnya dengan wajah serius.

“Aku perlu seragam yang Nemoto tengah pakai sekarang.”

“Apa yang terjadi padamu?”

S-Sial! Ini kedengarannya seperti aku seorang mesum!

“Ah, no, itu, er...”

Sebenarnya aku menginginkan surat dalam seragam itu, tapi aku tak bisa menjelaskannya...apa yang harus kulakukan? Jika aku tak menjelaskannya, aku akan jadi lelaki mesum yang menginginkan mengingnkan sehelai seragam yang dikenakan lelaki lain, Aku pasti akan menghadapi takdir penanyaan nan kejam.

“Pasti, tak masalah. Saat kita memenangkan pertempuran, aku akan memikirkan cara untuk mendapatkannya bagimu.”

Dia setuju? Jangan berikan reaksi ini padaku! Ini seperti mengatakan “Tak mengejutkan bahwa kau punya keinginan semacam itu!”

Di sisi lain, aku tak bisa menjelaskan keadaan. Sial...Meski sakit rasanya, kini aku hanya bisa menerima kesalahpahaman ini.

“Itu saja?”

Yuuji melihatku dengan wajah tak tertolong. Tentu saja bukan hanya itu yang kumau.”

“Aku juga berharap kau tak mengirimkan Himeji kedalam pertarunagn.”

“Alasannya apa?”

“Aku tak bisa bilang.”

Meski nanti Himeji akan menceritakan padanya, ini bukan sesuatu yang bisa kuberitahukan padanya.

“Aku tak bisa mengirim dia tak peduli keadaan apapun?”

“Ya, tak peduli apapun keadaannya.”

Yuuji menggunakan tangannya untuk menahan dagunya, dan menimbang-nimbang permintaan yang kubuat.

Permintaaku yang baru saja kubuat sekarang sangat tak beralasan.

Tak menggunakan Himeji untuk bertarung melawan Kelas B tak hanya mengurangi kekuatan bertarung kami secara drastis, itu juga tindakan bunuh diri. Adalah sangat mungkin pertempuran ini akan terlepas dari kami karena permintaan ini, dan Yuuji harus bertanggung jawab atas hasilnya.

“Aku memohon padamu, Yuuji!”

Aku membungkuk dalam-dalam pada Yuuji.

Aku juga mengerti permintaan ini terlalu egois.Ini tidak hanya akan gagal memberikan Yuuji keuntungan apapun saat menerima permintaanku, ia juga akan harus menanggung bahaya yang sangat besar. Jujur, bila aku jadi dia, aku takkan menerima permintaan tak beralasan seperti ini tanpa menjelaskan keadaan.

“Aku bisa menyetujui hanya dengan satu syarat.”

“Satu syarat?”

“Kau akan melaksanakan misi yang direncanakan untuk Himeji. Aku tak peduli bagaimana kau melakukannya; kau mesti berhasil bagaimanapun jua.”

Meski Yuuji menerima permintaanku, dia benar-benar terbuat dari kaliber yang lebih tinggi dariku.

“Tentu saja, percayakan saja padaku! Aku pasti akan menyelesaikan misinya!”

Sudut bibir Yuuji perlahan naik.

“Jadi apa yang harus kulakukan?”

“Serang Nemoto pada waktu yang tepat dengan mata pelajaran apapun.”

“Ada bala bantuan?”

“Tak ada. Jalan masuk kelas B harus dihalang.”

“Permintaanmu sangat sulit dipenuhi!”

AKu dalam masalah besar sekarang.

Pertarungan sekarang dilakukan di kedua jalan masuk ruang kelas B. Karena lokasinya, pertarungan hanya bisa dilakukan satu lawan satu. Ini adalah langkah kunci untuk mendapatkan lebih banyak waktu untuk melakukan rencana Yuuji. Untuk mendekati Nemoto, yang menyiapkan sebentuk formasi dalam ruang kelas, seseorang harus memiliki kemampuan bertarung yang sangat kuat. Ya benar, seseorang dengan kekuatan mirip Himeji, dan aku tak punya kekuatan semacam itu.

“Apa yang terjadi jika aku gagal?”

“Kegagalan bukan suatu pilihan; kau harus menyelesaikan tugas meski bayarannya nyawamu.”

Dia berbicara dengan nada yang sangat kuat yang sanagt berbeda dari biasanya. Sepertinya misi ini sangat dekat dengan keseluruhan taktik.

Apa yang harus kulakukan? Bagaimana aku bisa berhasil di misi ini?

“Baiklah, aku mengandalkanmu sekarang.”

Yuuji bangkit dan bersiap meninggalkan ruang kelas, meninggalkanku yang baru saja berpikir dalam-dalam.

“Huh? Kemana kau mau pergi?”

“AKu akan ke Kelas D untuk memberikan mereka perintah-perintah. Ini tentang persetujuan waktu itu.”

Kelas D...Kemungkinan besar soal mesin AC diluar ruang kelas mereka.

Itu tak penting. Apa yang harus kulakukan sekarang, bagaimana aku bisa menyelesaikan misi untuk Himeji...

“Akihisa.”

Sebelum Yuuji berjalan keluar ruang kelas, dia berbalik padaku dan mengatakan:

“Hasil ujianmu sangat jelek; namun, seperti Hideyoshi dan si mesum pendiam. kau punya sesuatu yang tak bisa ditandingi yang lain. Itulah mengapa aku bisa sangat mempercayaimu.”

“Yuuji...”

“Lakukanlah dengan baik, aku takkan mengubah rencana.”

Setelah mengatakan itu, Yuuji meninggalkan ruang kelas.

Aku jago apa ya? Teknik mengendalikan syokanju baik-baik-ku tak berguna bila bertarung dalam suatu daerah sempit.

“Ah!”

Meski itu bukan benar-benar suatu kelebihan, aku masih punya satu teknik khusus dibandingkan yang lain. Ada sebuah cara untuk menyelesaikan misi yang hanya bisa dilakukan seseorang yang nilainya serendah aku. Namun ia perlu keteguhan yang membaja.

“Ini pasti sangat menyakitkan!”

Hanya membayangkan apa yang akan terjadi saja menyebabkan nyeri yang sangat kuat menjalari tubuhku.

Yang mengejutkan adalah aku mengumpulkan tekadku dengan begitu mudah.

“OK! Kini waktunya mengajari si jahat satu pelajaran yang takkan terlupa!”

Aku berikan pipiku beberapa tabokan untuk menyemangati diri.

Kini ada jalan dengan kemungkinan berhasil tinggi, dan bisa dilakukan bila aku punya keberanian! Aku tak punya alasan untuk kabur. Konsekuensi? Siapa peduli!

"Minami! Muto and Kimishima! Datang dan bantu aku sebentar!”

Aku meneriaki ketiga orang yang tengah ujian untuk memperbaiki bilai mereka.

“Ada apa>?”

“Untuk apa?”

“Aku tengah ujian sekarang.”

Nilai mereka bertiga telah termakan banyak saat pertempuran kemarin, jadi misi mereka adalah menjalani ujian untuk memperbaiki nilai mereka.

“Hentikan ujiannya, dan datang serta bantu aku. Ini misi yang akan menentukan hasil pertempuran ini.”

“Kedengarannya sangat penting.”

“Ya, tiada omong kosong sekarang.”

“apa yang harus kulakukan?”

“Bertarung dengan syokanjuku.” ☆

“Apa kalian berdua serius?”

Supervisor pertarungan syokanju dari Kelas D----Endo sensei sang guru bahasa Inggris, mengingatkan kami lagi.

“Ya, tentu saja.”

“Cepat atau lambat, Aku akan bertarung dengan si tolol ini.”

Aku dan Minami saling menatap.

“Tapi tak perlu datang jauh-jauh ke Kelas D dan bertarung, kan?”

Tepat seperti yang dikatakan guru, kami sengaja datang ke kelas D untuk bertarung. Selain kami berdua sebagai murid kelas F, ada murid-murid kelas F lainnya di sekitar kami. Ini pasti situasi yang sangat aneh bagi Endo-sensei.

“Kami tak bisa lakukan apa-apa terhadap hal ini, si tolol ini adalah 'Kansatsu Shobunsha.' Jika kami bertarung di ruang Kelas F yang kumuh, kekuatan syokanjunya pasti membuat seluruh ruang kelas ambruk”

Kalian berdua, mohon pikirkan tentang ini sekali lagi!”

“Tidak, aku telah menetapkan hati. Jika aku tak membayar apa yang biasa dia lakukan padaku, Aku takkan pernah tidur dengan tenang.”

“Baiklah. Ada pepatah: Dua orang mungkin lebih saling mengerti setelah pertarungan, sepertinya itu juga bagian dari pendidikan!”

Endo sensei menghembus dalam-dalam dan menjauh dari kami setelah mengatakan itu.

Kini kami bisa menghadirkan syokanju kami.

AKu mengambil napas dalam-dalam, lalu berkata lantang.

“Memanggil Syokanju---“

“Syokanju ang biasa hadir di depan mataku. Meski ada banyak masalah saat menjadi "Kansatsu Shobunsha,", ini adalah pertama kalinya aku berterimakasih karena mendapatkan julukan ini.

“Serbu!”

Syokanju Minami muncul di layar untuk menjawab keinginan bertarungku. Aku membuat diriku yang lain memegang erat bokutonya, begitu erat sehingga bokuto hanpir menyatu dnegan tangannya, dan berlari menuju musuh. Maju!

Menghadapi musuh yang ada dinding di belakangnya, syokanjuku menggunakan inertia dari larinya dan mengayunkan sekepal pukulan yang kuat.

  • PONG*

“Sial!”

Gerakan itu terlalu jelas dan musuh menghindarinya dnegan mudah.

Setelahnya, nyeri dari pukulan Syokanju berbalik menerpaku.

“OHHHH!”

AKu memerintahkan Syokanjuku untuk melayangkan pukulan yang lebih keras.

Musuh menghindari ke samping dengan mudah dan pukulan itu mendarat lagi di tembok.

“Aduh...”

Kepalanku menderita nyeri hebat lagi.

Pukulan itu cukup untuk mengguncang seluruh ruang kelas, yang juga akan memiliki gaya reaksi nan besar. Ada rasa nyeri yang hebat dari pangkal kepala hingga ujung kaki dan itu membuatku merasa sakit.

“Aki, kita bisa kehabisan waktu.”

Kata Minami yang memandang jam di dinding.

Kini 2.57 siang, hanya 3 menit dari waktu dimulainya misi.

“Bukankah waktunya kalian menyerah? Menggunakan begitu banyak orang untuk menutup jalan masuk ruang kelas membuat ruangan sangat panas.”

Suara dari pemimpin Kelas B, Nemoto, terdengar dari kejauhan.

“Apa? Sang Pemimpin Kelas B Tak bernyali berencana menyerah sekarang?”

Suara yang menyahut dan kukenal itu milik Yuuji. karena Himeji tak bisa bergabung dalam pertempuran, dia yang perlu menggunakan pasukan utama kami dan memimpin mereka?

“HA!”

Syokanju itu bergerak lagi.

Gerakan besar itu masih gagal mengenai musuh.

Sepertinya si syokanju kehilangan kemampuan belajarnya dan terus memukul tembok dengan kekuatan penuh. Sebelum nyeri reda, nyeri baru langsung muncul.

“Apa? Seharusnya kau yang harus menyerah, kan?”

“Itu bukan urusanmu.”

“Benarkah? Bahkan meski kondisi penyelamatmu, Himeji, tak terlihat bagus?”

“Untuk lawan sepertimu, tak perlu memakai Himeji. Aku meninggalkannya untuk beristirahat di belakang.”

“Hmph! Sepertinya kau agak jago ngomong, pemimpin kelas pecundang.”

“Pecundang? Jika kau berbicara mengenai Kelas F, kau sebentar lagi akan menikmati perasaan itu.”

“HA!”

Ini serangan keempat.

Cairan hangat menetes dari kepalanku.

Saat aku melihatnya, sepertinya ku kehilangan cukup banyak darah. Ada kolam darah kecil di lantai sekarang.

“Ada suara keras dari dinding untuk waktu lama, apa yang tengah berlangsung?”

“Siapa tahu? Mungkin kalian terlalu menjijikkan dan membuat yang lain memberi kalian masalah?”

“Hmph, ngomong saja sesukamu, pemenang akan segera ditentukan. Semuanya, serbu keluar bersama-sama!”

“Atur lagi barisan! Mundur dulu!”

“Apa? Membanggakan diri dan kabur di saat bersamaan?”

“Aki, waktunya sudah dekat.”

“Ya, aku tahu.”

Aku berikan tanda pada teman-teman di sekelilingku.

Semuanya mengangguk dalam diam.

“Yoshii, Shimada apa yang kalian rencanakan?”

Endo-sensei tiba-tiba berbalik dan memandangi kami.

Aku perlu menyelesaikan tugas sebelum dia menyadari pertarunagn pura-pura kami dan memanggil kembali para syokanju.

“OHHHHHHH!”

Aku menggunakan seluruh kekuatabku dan melenguh.

Ini pasti disudahi di kali kelima! Tiada kesempatan berbalik!

“Aku akan meninggalkan sisanya padamu, Akihisa.”

Setelah memancing pasukan utama menjauh, Yuuji menggunakan suara jelas dan biasanya untuk membuat pengumuman.

Kini tepat jam 3 siang, misi dimulai sekarang!

"HAAAA!"

Aku memusatkan seluruh kekuatan syokanju pada kepalannya, dan meninju dinding.

Tujuan kami sejak awal adalah dinding yang memisahkan Kelas D dan Kelas B. Pertarungan dengan Minami hanyalah alasan untuk memanggil syokanju.

“Urgh!”

Nyeri yang menjalari seluruh tubuhku menstimulasi saraf.

Namun, hanya aku yang bisa melakukan ini. Dengan harga menderita nyeri yang berbalik, syokanjuku memiliki kemampuan menyentuh benda-benda fisik.

  • Suara dinding ambruk*

Seberkas suara ambruk membuka jalan ke Kelas B.

“Apa?”

Di belakang dinding yang ambruk ada wajah Nemoto, yang tak karuan lantaran saking terkejutnya.

Hampir seluruh pasukan musuh telah meninggalkan ruang kelas untuk mengejar kelompok utama Yuuji.

Kini kesempatan yang sangat jarang. Karena pasukan utama tidak ada, kekuatan pertahanan di sekitar pemimpin kelas sangat lemah, kini waktunya menang!”

“mati kau, Nemoto Kyouji---“

Kami menyerbu maju dan bersiap menantang Nemoto, yang masih terpaku karena semua perubahan tiba-tiba ini.

“Endo-sensei! Shimada Kelas F ingin---“

“Yamomoto Kelas B menerima tantangan! Memanggil Syokanju!”

“Sial! Itu para pengawal pribadi!”

Para pengawal pribadi yang diam di ruang kelas menghadang jalan di depan kami.

Hanya ada sekitar 20 mmeter dari Nemoto, namun kami berada dalam suatu ruang kelas kecil yang membuat jarak ini terlihat sangat jauh.

“H-Hahaha! Kalian benar-benar mengejutkanku! Namun kalian sangat tak beruntung! Rencana serangan kejut kalian masih gagal!”

Nemoto Kyouji sengaja tertawa keras untuk menutupi kelakuannya tadi.

Memang benar rencana serangan kejut kami telah gagal/ Para pengawal pribadi sudah mengelilingi Nemoto. Karena nilai kami lebih rendah, kami tak bisa memecahkan keadaan sekarang dengan tiba-tiba. Namun kami telah mencapai tujuan kami.

Aku tahu ini perubahan topik yang sangat cepat, tapi izinkan aku menjelaskan karakteristik tiap subjek! Tiap subjek diajar oleh guru yang berbeda. Berdasarkan sang guru, keadaan tes juga akan berbeda.

Contohnya, Kiuchi sensei, sang guru matematika menilai ujian dnegan sangat cepat.

Contohnya Tanaka sensei, sang guru sejarah dinia yang sangat longggar dalam hal penilaian.

Contohnya Endo-sensei, sang guru bahasa Inggris, yang kini ada di TKP, cenderung “memberikan” beberapa nilai saat menilai ujian.

Lalu, bagaimana dengan pendidikan kesehatan?

Guru pendidikan kesehatan tak benar-benar cepat dalam menilai ujian dan kriteria penilaiannya juga tak terlalu longgar. Daerah pemanggilan juga tak begitu jauh dan sang guru tak berlari begitu cepat. Karakteristik dari pendidikan kesehatan, adalah sang guru---

  • Suara orang-orang mendarat*

Jalan masuk dihadang. Ruang kelas terisi paanas yang tak terbayangkan, tiba-tiba seorang siswa dan seorang guru muncul di TKP; seberkas suara mendarat nan jelas menggema ke seluruh ruang kelas.

Karena AC rusak, jendela-jendela dibuka agar udara mengalir.

Kedua orang turun dari atap dengan tali, lalu melompat kedalam ruang kelas dan mendarat tepat di depan Nemoto Kyoji. Ya benar, karakteristik pendidikan kesehatan adalah kemampuan luar biasanya untuk bergerak kemana-mana.

“Tsuchiya Kouta, Kelas F.”

“Si-sialan...kau!”

“Akan menantang Nemoto Kyouji Kelas B dengan Pendidikan Kesehatan.”

“Si mesum pendiam---“

Karena pengawal pribadinya tengah bertarung dengan kami, Nemoto Kyouji tak punya pengawal yang melindunginya. Kini dia tak punya jalan kabur.

“---Memanggil Syokanju.”

Tsuchiya Kouta Kelas F VS Nemoto Kyoji Kelas B Pendidikan Kesehatan nilai 441 VS nilai 203

Pisau pendek di tangan syokanju berkilat, dan langsung menewaskan musuh. Pertempuran melawan Kelas B resmi berakhir disini.


Pertanyaan Kedelapan Mohon jawab pertanyaan berikut : Perempuan akan menampakkan karakteristik seks sekunder setelah ( ), dan lalu mengembangkan karakteristik kewanitaan.

Jawaban Himeji Mizuki : "Menstruasi" Komentar Guru : Jawaban yang tepat.

Jawaban Yoshii Akihisa : "Besok" Komentar Guru : Apa kau tak kecepatan?


Jawaban Tsuchiya Kouta : “Ia disebut menstruasi, datang bulan pertama sejak perempaun lahir. Dalam istilah medis, datang bulan disebut periode menstruasi. Menstruasi sangat berhubungan dnegan fator usia dan berat badan. Ia biasanya muncul saat tubuh perempuan mencapai 43 kg, tapi usia akan berbeda pada tiap orang. Di Jepang, rata-rata usia adalah 12 tahun. Ada faktor lain disamping berat badan, seperti ras, cuaca dan lingkungan yang akan mempengaruhi waktu kemunculan menstruasi...” Komentar Guru: Kau menulis terlalu banyak.

‘Akihisa, kau benar-benar putus asa!”

Itu hal pertama yang dikatakan Hideyoshi padaku setelah pertempuran berakhir.

“Urgh...sakit, ini benar-benar sakit...”

Bagaimanapun juga, tanganku benar-benar nyeri. Meski tidak semua gaya berbalik padaku, nyeri hasil dari menghancurkan tembok dengan tangan kosong tak main-main.

“Taktik semacam ini ...benar-benar sesuai sifatmu.”

“Apa iya? Bukankah seharusnya kau lebih memujiku lagi?”

“Ini adalah operasi luar biasa dan jantan yang memaksa dirimu pada keadaan yang sangat berbahaya dan lalu menggunakan rasa tak aman untuk menyelesaikannya.”

“...Apa kau mencoba mengatakan bahwa aku seorang tolol?”

Menghancurkan tembok di sekolah bukan masalah kecil. Aku dipaksa tinggal di kantor guru untuk menerima konseling psikologi. Jika ini bukan kenakalan pertamaku di sekolah, aku mungkin tak bisa naik kelas, atau bahkan ditendang keluar sekolah.

“Yah, inilah kekuatan Akihisa.”

Yuuji menepuk bahuku.

Menjadi tolol adalah kekuatanku? Itu bukan sesuatu yang bisa dibanggakan!

“Sekarang, mari kita mulai pertemuan yang membuat beberapa orang senang tapi juga menghinakan yang lainnya. Bagaimana pendapatmu. Pemimpin Kelas Pecundang?”

“...”

Nemoto, bagaikan balon tanpa udara sedikitpun, duduk diam di tanah.

“Sebenarnya, aku berencana mengambil seluruh peralatan kelasmu, dan lalu memberikkanmu meja-meja kecil bergaya jepang nan cantik sebagai hadiah. namun, aku bisa memberikan kalian selembar perjanjian istimewa, yang membuat kalian lolos dari hukuman ini.”

Pengumuman Yuuji sepertinya membuat reaksi-reaksi yang tak diharapkan.

“Tenang semuanya. Aku telah mengatakannya sebelumnya, target kita adalah Kelas A. Akhir kita bukan disini.”

Ya, dia benar.”

“Tempat ini hanya titik transisi bagi kita. Jadi selama Kelas B menyetujui syarat kita, kita akan melepas mereka untuk sekarang!”

Semua orang di kelasku menunjukkan pengertian pada apa yang diumumkan Yuuji. Yuuji telah mengatakan sesuatu yang mirip saat kami bertempur dengan Kelas D, jadi temen-temen sekelas sudah mengerti dia lebih baik.

“...Apa syaratnya?”

Nemoto bertanya dnegan suara lemah.

“Syaratnya berhubungan denganmu, Pemimpin Kelas Pecundang.”

“Berhubungan denganku?”

“Ya. Kali ini kau sudah telah menggunakan cukup banyak permainan-permainan kotormu, dan jujur saja, aku tak menyukaimu sejak tahun kemarin.”

Meski apa yang Yuuji katakan tak sopan, Nemoto benar-benar melakukan apa yang dikatakan Yuuji, jadia tiada yang bangkit dan membantunya. dan sepertinya dia juga mengerti situasinya.

“Aku akan memberikan kalian, Kelas B, kesempatan istimewa yang tiada duanya ini.”

Yuuji menambahkan apa yang kuminta darinya kemarin kedalam persyaratan.

“Pergi ke kelas A dan katakan pada mereka bahwa Kelas B sangat siap untuk Ujian Penyummonan. Jika kalian melakukan itu, aku takkan mengambil peralatan kelas kalian. Namun, ingat untuk tidak mengumumkan pertempuran melawan Kelas A; atau kalian takkan bisa menghindari pertempuran. Yang perlu kalian lakukan adalah membuat mereka mengerti bahwa kalian berencana bertempur, itu saja.”

“...Itu saja?”

Mata Nemoto penuh dengan rasa tak percaya. Jika ini berjalan sebagaimana rencana sebelumnya, ini akan menjadi semua yang kami minta darinya. Namun...

“Ya, selama ketua kelas B memakai ini dan mengatakan persis sama dengan apa yang baru saja kukatakan, aku akan memaafkan nyawamu kali ini.”

Ini adalah taktik untuk mendapatkan seragamnya, tapi kupikir Yuuji juga mencampur sedikit perasaan pribadinya kedalamnya.

“Be-berhenti bercanda! berani-beraninya kalian menyuruhku melakukan tindakan bodoh semacam itu!”

Nemoto mulai panik dan tak bisa berbicara dnegan benar; kupikir dia benar-benar membenci ini!

“Murid-murid Kelas B pasti akan melakukan apa yang dikatakan Tuan Yuuji (penerj: ini dari terj inggris, tapi rasanya yang asli pakai –sama)!”

“Percayakan saja pada kami! Kami pasti akan membuatnya mengenakan seragam perempuan ini!”

“Jika melakukan ini bisa melindungi peralatan Ruang kelas, kami tak punya pilihan lain!”

Ini adalah sleuruh dukungan hangat yang datang dari Murid-murid Kelas B. Dari sikap mereka, aku bisa membayangkan hal-hal kotor yang biasa dilakukan Nemoto.

“Dengan ini kita telah sepakat.”

“Oi! J-jangan mendekat! Kalian mesum...Ugh!”

“Diamkan dia dulu!”

“Oh, makasih.”

Tiba-tiba, seseorang dari Kelas B memberikan sekepal tinju ke perut ketua kelas mereka. bahkan Yuuji pun terkejut dengan kecepatan perubahan sikap mereka.

“Sekarang, mari kita mengganti bajunya. Akihisa, kuserahkan ini padamu.”

“Dimengerti.”

Aku mendekat pada Nemoto, yang tengah terbaring di tanah dan mulai melepas bajunya. Meski tiada hukuman yang lebih buruk dari melepas baju seorang lelaki, tiada yang dapat kulakukan karena ini salah satu tujuanku.

“Urgh...Urgh...”

Nemoto membuat suara-suara. Oh tidak, mungkin dia akans egera bangun.

"Ahhhh!"

"Urgh!"

Agar yakin dia tak bangun, aku memberikannnya sekepal tinju lainnya. Setelahnya, aku mengambil seragam lelakinya yang aku hapal, dan bersiap membantunya mengenakan seragam perempuan ini.

“Err...bagaimana aku memakaikan ini?”

Cara mengenakan seragam perempuan sangat berbeda dari seragam lelaki. Aku bahkan tak tahu harus mulai dari mana.

Saat aku kebingungan dan tak tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya----

“Izinkan aku membantumu.”

Seorang perempuan dari Kelas B memunculkan dirinya untuk membantu.

“Benarkah? Terima kasih atas bantuannya. Ini adalah kesempatan langka, jadi berikan dia sedikit riasan cantik juga!”

“Itu mustahil, karena dasarnya sudah busuk.”

Itu sangat kasar.

“Kalau begitu, Aku akan serahkan ini padamu.”

Aku serahkan Nemoto pada perempuan itu dan mengambil seragamnya dari TKP.

Mungkin ada di sekitar sini?

Aku mencari-cari pada seragam Nemoto, dan akhirnya menemukan sebuah objek.

“...Ketemu, ketemu.”

Aku mengambil surat yang terlihat sangat kuhapal dan menaruhnya di saku.

Kini, apa yang harus kulakukan dengan seragam ini? Yah, aku memutuskan untuk melemparnya jauh-jauh. Karena ini adalah sebuah kesempatan untuk mengizinkan Nemoto menikmati sentuhan dan rasa dari sehelai seragam perempuan saat pergi pulang.

Aku memikirkan semua hal ini, dan berjalan menuju ruang Kelas F sebelum yang lain sampai.

Setelah melempar seragam Nemoto ke tong sampah, aku menarik surat dari sakuku.

“Kini waktunya mengembalikan ini ke pemiliknya yang sebenarnya.”

Aku menaruh surat itu kedalam tas Himeji yang berada di atas meja, dan misi ini resmi berakhir.

“Yoshii!”

“Apa!?”

Tiba-tiba, seseorang berteriak dari belakang. Aku tak bisa tidak menjerit bagaikan seorang tolol, malunya aku.

“A-Ada apa?”

Aku melihat ke belakang dalam panik, dan melihat Himeji berdiri disana.

"Yoshii....."

matanya terlihat seakan siap menangis kapan saja.

“A-ada apa?”

Kupikir misiku menyentuh tas Himeji telah diketahui, jadi aku mulai benar-benar panik. Tiba-tiba, Himeji memelukku, memeluk dengan sangat erat.

“Waaa!”

“T-terima kasijh atas bantuanmu...Aku benar-benar tak tahu-menahu soal apa yang harus kulakukan...”

Orang yang benar-benar tak tahu apa yang harus dilakukan seharusnya aku, kan? Sial! Apa ini taktik yang baru ditemukan untuk memaksa orang mengubah perhatian mereka?

“Ba-bagaimanapun juga, kau perlu tenang dulu, Aku akan bermasalah bila kau menangis seperti ini.”

“Y-Ya.”

Untuk menenangkan Himeji, aku mendorongnya ringan menjauh dariku.

Ah, sial! Mengapa aku harus mendorongnya menjauh! Aku takkan mendapatkan kesempatan seperti ini lagi!

“Maafkan aku, Aku kesenangan...”

Himeji mengusap matanya yang agak memerah setelah menangis.

Ah! Aku ingin sekali mengatakannya! Mohon sekali lagi peluk erat diriku!

“Aku ingin...ingin...”

“Apa?”

Ah! Itu keluar mulutku! Aku akan berada dalam masalah besar bila aku tak bisa mengatakan sesuatu untuk mengeluarkan diriku dari sini!

“...menghantam tembok lagi.”

Bodohnya aku! aku benar-benar seorang tolol ! apa kau seorang teroris? Mengapa kau ingin menghantam tembok lagi!

“Er, jika kau melakukannya lagi, kau takkan bisa naik kelas...”

Ya, aku mengerti. Aku sudah tahu itu. Jangan tatap aku seperti itu!

“...Kalau begitu, aku perlu bergabung dengan yang lain.”

“ah, mohon tunggu sebentar.”

Aku merasa benar-benar lemah dan mencoba berbalik dan kabur, tapi Himeji menarik lengan bajuku.

“A-Ada apa?”

“Er...”

Mungkin dia ingin memperkenalkan seorang dokter yang bagus padaku> Sial! Aku tak pikir bahwa apa yang kukatakan sebelumnya akan berbalik menghantamku segera. Mengapa aku harus menghadapi penghinaan semacam ini setiap waktu!

“Soal surat itu, makasih atas bantuanmu.”

Himeji menundukkan kepalanya dan berterima kasih padaku dengan suara yang sangat kecil.

“tak apa-apa! Aku hanya kebetulan menemukan surat itu dan mengambilnya dari seragam Nemoto.”

“Itu...sebuah kebohongan, kan?”

“Tidak, itu tak benar...”

“Yoshii, kau benar-benar lembut. saat aku perlu meninggalkan kursiku saat ujian pembagian kelas, kau juga bangkit dan bangkit pada pengawas, ‘Hanya karena meninggalkan kursi sebab merasa tak enak, ini sangat tak adil...!”

Kalau dipikir-pikir, hal seperti itu dulu terjadi. karena pengawas terlalu acuh, aku tak bisa tidak jadi marah.

“Dan, pertempuran ini...dimulai karenaku, kan?”

“Eh? Ah, tidak! bagaimana itu mungkin?”

Hehe, kau tak bisa menyembunyikan ini lagi. Karena, saat pengenalan diriku dihentikan, aku melihat Yoshii menanyai Yuuji untuk mendiskusikan sesuatu.”

Dia melihat kami berdiskusi? Kalau begini aku tak bisa menyembunyikannya lagi.

“Aku sangat, sangat bahagia. Yoshii, kau sangat baik, tepat seperti ketika kau di SD...”

Apa? Aku tak bisa tidak merasa keadaan ini, adegan ini, sangat aneh. Aku bahkan merasakan rasa lumpuh yang tak pernah kurasakan sebelumnya. Meski aku kurang mengerti apa yang terjadi, aku sama sekali tak menyukai keadaan ini!

“S-Surat itu, aku harapkan yang terbaik bagimu!”

bagaimanapun jua, mari ubah topiknya sekarang juga atau ini mungkin berkembang ke tahap di luar jangkauan imajinasiku.

“Ah...Ya! Aku akan melakukan yang terbaik!”

Himeji tersenyum dan menjawab apa yang kukatakan. Ketika melihat senyumnya, aku tak bisa tidak memikirkan: gadis ini sangat menyukai Yuuji! Aku tahu ini dari dulu sekali, aku tahu aku tak bisa menyaingi Yuuji. Meski aku tak menyukainya, aku tak bisa berbuat apa-apa soal ini.

“Terus, kapan kau akan “menembak”?”

mari mencoba memainkan isu sedikit, setidaknya aku bisa melakukan ini, kan?

“Er...kupikir itu harus menunggu hingga semuanya selesai....”

wajah Himeji memerah saat menjawab pertanyaanku.

“Begitu toh, kupikir menembak langsung lebih baik daripada selembar surat!”

“B...benarkah begitu? Yoshii lebih suka begitu?”

“Ya. Jika aku orangnya, mengatakannya di hadapanku akan membuatku lebih bahagia!”

Karena Nemoto, surat in menjadi ingatan buruk. Kupikir ini lebih baik bagi diri Himeji sendiri.

“Benarkah? Jangan lupa apa yang kau baru katakan!”

“Eh? Ah, aku tahu.”

Opiniku mungkin berbeda dengan Yuuji, tapi Himeji nampak sangat senang, seakan dia mendapatkan saran yang penting.

“P-pakaian ini, roknya terlalu pendek!”

“Jangan khawatir soal itu; kau akan baik-baik saja jika kau berjalan pelan-pelan.”

“S-Sialan kau Sakamoto, berani-beraninya kau membuatku melakukan ini....”

“Jangan menyia-nyiakan waktu! Nanti Kau punya syuting foto di luar, jadi kau takkan tepat waktu jika tak cepat-cepat!”

“T-tunggu, aku tak pernah mendengar itu sebelumnya!”

Tiba-tiba, suara-suara rusuh datang dari koridor. Sepertinya pertunjukan telah dimulai.

“Apa yang terjadi?”

“Ga tahu.”

Kini ada sesi syuting foto luar yang baru disamping mengirimkan secarik pesan ke Kelas A. Sepertinya hari ini akan menjadi ingatan nan indah yang takkan pernah dilupakan nemoto.

“Bagaimanapun jua, semoga berhasil.”

“Ya! Terima kasih!”

Himeji memberikan jawaban bersemangat lalu meninggalkan ruang kelas, betapa ringan langkahnya!

Kini waktunya bagiku kembali ke grup.

Aku mengikuti Himeji, dan bersiap meninggalkan ruang kelas.

“...Tunggu, sebelum itu.”

Aku berjalan menuju kursi Yuuji, dan mengambil tasnya.

“bagaimanapun, mari tinggalakan beberapa kata kasar di buku teks Yuuji!”

Aku bukan seseorang yang bisa menyelamati seorang lelaki beruntung dengan mudah.



Pertanyaan ke Sembilan

Jawablah pertanyaan berikut ini:

Sebutkan lima nutrisi dasar yang dibutuhkan manusia.


Jawaban Himeji Mizuki:

"1. Lemak, 2. Karbohidrat, 3. Protein, 4. Vitamin, 5. Mineral"

Komentar Guru:

Tepat sekali, Himeji!


Jawaban Yoshii Akihisa:

"① Gula ② Garam ③ Air keran ④ Air hujan ⑤ Mata air"

Komentar Guru:

Bukannya cuma kau yang bisa bertahan dengan semua ini?


Jawaban Tsuchiya Kouta:

"Itu disebut menarche, periode pertama sejak wanita dilahirkan. Dalam bahasa medis, periode ini disebut periode menstruasi. Menarche sering dihubungkan dengan faktor usia dan berat badan. Biasanya ini muncul saat berat badan si wanita mencapai 43 kg, tapi faktor usia bisa berbeda-beda tergantung individu masing-masing. Di Jepang, rata-rata usianya 12 tahun. Ada juga faktor lain selain berat badan, seperti ras, cuaca, dan lingkungan sosial yang akan mempengaruhi waktu terjadinya menarche..."

"Menarche bisa terjadi sebelum si wanita berusia 10 tahun, yang biasanya disebut menarche prematur. selain itu, menarche yang terjadi setelah 15 tahun disebut menstruasi yang terlambat. Juga, jika menarche tidak pernah terjadi sampai umur 18 tahun disebut promaru amenorrhea..."


Komentar Guru:

Mohon maaf, aku hendak menginformasikan padamu bahwa ujian kesehatan sudah lewat sejam yang lalu.



Sesudah itu, aku pergi ke ruang guru untuk mengikuti pelajaran privat dengan mereka. Lalu aku pulang ke rumah dalam keadaan lelah dan langsung tertidur begitu aku menyentuh ranjang. Aku benar-benar kecapaian dan jatuh ke alam mimpi seperti selembaran kain kumal.

Esok paginya kami menghadiri rapat setelah mengikuti ujian mengisi kembali skor kami.

Rapat itu adalah rapat diskusi taktik yang terakhir sebelum kami menghadapi lawan terakhir, Kelas A, dan mengucapkan selamat tinggal pada ruang Kelas F.

"Pertama-tama, aku ingin mengucapkan terima kasih pada semua orang yang telah membantu Kelas F sampai sejauh ini. Aku benar-benar bersyukur untuk semua bantuan yang kalian berikan."

"Yuu...Yuuji, apa yang salah denganmu? Tidak biasanya kau mengucapkan sesuatu seperti itu!"

"Yeah, kupikir juga begitu, tapi kata-kata itu berasal dari lubuk hatiku yang paling dalam."

Aku tersentuh dengan perkataannya. Siapa yang pernah mengira kami, murid-murid Kelas F, bisa mencapai sebegini banyak dalam perang ini...

"Karena kita sudah sampai sejauh ini, kita harus menghalalkan segala cara supaya bisa memenangkan perang melawan Kelas A. Kita akan membuktikan pada para guru bahwa hasil ujian bukanlah segalanya, oke?"

"YEAH---!"

"ITU BENAR---!"

"Hidup bukan berarti belajar!"

Sebelum pertarungan terakhir, aku merasa hati kami semua bersatu.

"Terima kasih banyak. Mengenai perang dengan Kelas A, aku berencana menantang mereka berduel."

Aku tidak terkejut karena aku sudah mendengar hal itu tepat sebelum rapat. Namun, mereka yang baru pertama kali mendengarnya terlihat sedikit terkejut; ruangan ini dipenuhi ketegangan.

"Apa artinya itu?"

"Siapa yang bakal mewakili kita dalam duel?"

"Kau yakin kita bisa menang?"

"Tenang semua! Biar kujelaskan rencanaku sekarang."

Yuuji memukul meja untuk menenangkan semuanya.

"Yang akan berduel, tentu saja, Kirishima Shouko dan aku."

Ketua Kelas A adalah Kirishima Shouko dan ketua Kelas F adalah Sakamoto Yuuji. Jika perlu seseorang untuk ditunjuk mewakili kelas dalam duel, tentu saja ketua kelas wajib dipilih.


Aku mengerti semuanya sampai titik ini.

Tapi, aku tidak mengerti bagaimana Yuuji akan bisa menang.

Musuhnya adalah Kirishima. Dia bukan hanya pemimpin seluruh murid, nilainya juga lebih tinggi dari Himeji, yang sudah terlalu bagus bahkan jika dibandingkan dengan murid Kelas B. Meskipun ini terdengar jahat, tapi----

"Si bodoh Yuuji tidak akan pernah menang melawan--- WAH!"

Sebuah pisau Stanley mendadak melesat melewati pipiku. Sialan kau Yuuji, kau mau membunuhku?

Kurasa dia tidak sekejam itu. Sejelek apapun Yuuji, dia tidak akan pernah sengaja berpikir untuk membunuh temannya sendiri...

"Lain kali targetnya adalah telingamu."

Sepertinya aku bukan temannya Yuuji.

"Tapi seperti yang Akihisa bilang, Shouko sangat kuat. Kalau aku menantangnya secara langsung, aku tidak mungkin punya kesempatan untuk menang."

Karena kau mengakui kau tidak bisa menang, tidak perlu melempar pisau Stanley itu padaku kan?

"Tapi bukannya itu sama saja seperti pertarungan kita melawan Kelas D dan Kelas B? Kita pasti akan kalah kalau kita berhadapan langsung dengan mereka."

Tapi kami terus menang sampai sekarang.

"Kali ini tidak akan sama seperti waktu itu. Aku harus mengalahkan Shouko dan Kelas F akan mendapatkan ruang Kelas A. Kemenangan akan menjadi milik kita."

Yuuji telah memimpin kami meraih kemenangan dalam Perang Tes Pemanggilan yang semula kami pikir tidak bisa kami menangkan, jadi meskipun rencana Yuuji kedengaran tidak terlalu meyakinkan, tidak ada seorangpun di kelas yang tidak setuju dengan rencananya.

"Serahkan semua padaku! Aku akan memperlihatkan pada kalian semua kekuatan dari mantan 'Anak Jenius'."


"OHHHH----"


Kelihatannya tidak perlu menanyakan pendapat tiap orang. Kami semua percaya pada Yuuji.

"Sekarang, biarkan aku menjelaskan detail taktiknya... Aku berencana menantang Shouko dalam beberapa bidang yang terbatas."

"Bidang yang terbatas? Pelajaran apa saja yang mau kau pilih?"

"Sejarah Jepang."

Sejarah Jepang? Kalaupun Kirishima kurang mahir dalam Sejarah Jepang, aku tidak pernah mendengar nilai Sejarah Jepang Yuuji bagus. Kenapa dia mau memilih pelajaran itu?

"Tapi aku mau membatasi cakupan ujiannya. Level kesulitannya setingkat dengan level sekolah dasar dan skor maksimal adalah seratus. Syokanju tidak akan dipakai dan hasilnya hanya bergantung pada skor ujian."

Ujian setingkat sekolah dasar dengan nilai maksimal seratus?

Dengan kondisi ini, umumnya bisa dipastikan keduanya akan mendapat nilai seratus dan orang pertama yang membuat kesalahan akan kalah. Kalau begitu, tantangannya menjadi seberapa fokus mereka. Sepertinya kesempatan kami untuk menang bakalan lebih tinggi dibanding bertarung langsung melawan mereka.

"Tapi kalau kalian berdua dapat nilai yang sama, kalian akan diberikan pertanyaan lain kan? Kalau begitu pertanyaannya mungkin akan makin sulit. Bukannya itu akan jadi kerugian bagi Yuuji, yang sudah berhenti belajar beberapa lama?"

"Yeah, Akihisa benar."

Mekipun kelihatannya kami bisa menang dengan rencana ini, ini juga merupakan pertaruhan yang berbaya. Dan kunci dalam rencana ini adalah Yuuji?

"Hei, jangan meremehkan aku. Soalnya taktik yang hanya mengandalkan hoki bukanlah taktik sama sekali."

"Apa? Yuuji, kau tahu bagaimana membuat Kirishima kehilangan fokus dalam ujian?"

"Tidak. Aku tidak berpikir cewek itu akan kalah dalam pertanyaan level SD hanya karena kehilangan fokus."

Itu benar. Selain itu, teknik-teknik yang bisa digunakan dalam ujian yang diawasi tidak pernah bisa mempengaruhi Kirishima. Kalau begitu apa yang bisa dia lakukan untuk menang?

"Yuuji, berhenti merahasiakan rencanamu! Sudah waktunya kau mengatakan kartu as-mu!"

Semua orang dalam kelas mengangguk setelah Hideyoshi berkata demikian.

"Ah, maaf. Pidato pembukanya ternyata lebih panjang dari yang kuduga."

Yuuji menggelengkan kepalanya, dan mulai berkata lagi.

"Hanya ada satu alasan yang membuatku memilih duel macam ini. Itu karena aku tahu cewek itu pasti akan salah menjawab satu pertanyaan."

Satu pertanyaan? Pertanyaan macam apa itu?

"Pertanyaannya adalah ---- 'Pembaruan Taika'."

"Pembaruan Taika? Pertanyaan seperti kapan siapa melakukan apa? Memangnya pertanyaan itu akan keluar?"

Meskipun kurasa sekolah tidak akan menyiapkan pertanyaan macam begitu, tapi sekolah yang mendukung murid-muridnya untuk belajar sebanyak-banyaknya mungkin akan mengeluarkan soal seperti itu.

"Tidak, bukan pertanyaan selengkap itu. Pertanyaannya jauh lebih simpel dari itu."

"Kau bilang simpel, mungkin pertanyaan soal tahunnya?"

"Oh Hideyoshi, BINGO! Seperti yang kau bilang barusan, kalau pertanyaan tentang tahun berapa itu keluar, kemenangan akan menjadi milik kita."

Tahun berapa Pembaruan Taikan terjadi? Pertanyaan mudah seperti itu, apa si pintar Shouko akan salah menjawab? Bahkan aku tahu bahwa 'Nightingale menangis. Pembaruan Taika'[1], bahkan aku ingat tahunnya dengan kalimat ini!

"Pembaruan Taika terjadi di tahun 645. Pertanyaan ini begitu mudah yang bahkan Akihisa pun bisa menjawabnya dengan benar."

Tolong... Jangan... Lihat aku...

"Tapi Shouko pasti akan salah menjawab dan kita akan menang. Pada waktu itu kita bisa mengucapkan selamat tinggal pada kelas butut ini sesuai rencana."

Ngomong-ngomong, ada sesuatu yang membuatku penasaran untuk waktu yang lama---

"Errr----Sakamoto."

"Eh? Ada apa, Himeji?"

"Kau...akrab dengan Kirishima?"

Tepat sekali. Yuuji menyebut Kirishima dengan sebutan "cewek itu" atau "Shouko". Kalau mereka tidak akrab satu sama lain, dia tidak akan menggunakan sebutan-sebutan itu.

Tidak mungkin, cowok di hadapanku ini... Bukan cuma Himeji yang menyukainya, bahkan Kirishima yang pintar dan cantik tidak berdaya menghadapi pesonanya?

"Yeah, Shouko adalah teman masa kecilku."

"Semua, LAKUKAN!"

"Apa? Kenapa semua mematuhi perintah Akihisa dan siap melempar sandal?"

"Diam, kau musuh semua pria! Kami akan mengorbankanmu sebelum kami mengalahkan Kelas A!"

"Apa salahku?"

Tidak perlu bertukar kata lagi. Semua laki-laki di kelas mempunyai pendapat yang sama. Aku merasa diberkati bisa belajar di kelas yang kompak seperti ini.

"Apa itu kata-kata terakhirmu? Tunggu, Sugawa, masih terlalu dini melepas kaos kakimu. Kita harus menjejalkan senjata terlarang itu ke dalam mulutnya setelah kita menangkapnya."

"Mengerti!"

Musuh para lelaki, nikmatilah empat-puluh-tujuh pasang kaos kaki bau milik kami!

"Err, Yoshii."

"Eh? Ada apa, Himeji?"

"Apa Yoshii menyukai Kirishima?"

"Ah, lumayan! Soalnya dia sangat cantik!"

"..."

"Eh? Himeji, kenapa kau siap menyerangku? Dan Minami, kenapa kau mengangkat meja guru dan menargetkannya padaku?"

"Semuanya tenang!"

Hideyoshi menepuk tangan dengan keras untuk mencegah situasi bertambah buruk; dia benar-benar kalem.

"Humph, Hideyoshi, kau tidak benci Yuuji?"

"Tenanglah dan pikirkan lagi, kalian semua. Kita semua sedang membicarakan Kirishima Shouko kan? Kurasa dia tidak akan pernah tertarik dengan pria seperti Yuuji."

Oh, benar juga.

"Sebenarnya, dia mungkin tertarik pada orang lain..."

"Kau benar."

Kami semua mendadak fokus pada seseorang.

"A-Apa? Apa aku melakukan kesalahan?"

Himeji mulai panik. Jangan khawatir, kau tidak melakukan kesalahan apapun. Walaupun kau tidak berbuat apa-apa, kemungkinan besar orang itu akan melakukan sesuatu padamu.

"Apapun itu, Shouko dan aku adalah teman masa kecil, dan aku sengaja memberitahu jawaban yang salah tentang pertanyaan itu waktu kami masih kecil."

Meski aku masih meragukan hubungannya dengan Kirishima, aku akan membiarkannya untuk saat ini karena Kirishima hanya menyukai wanita.

"Cewek itu tidak akan melupakan semua yang sudah dia pelajari karena dia adalah murid terbaik."

Otak pintar yang dengan mudah mengingat segala sesuatu akan menjadi kunci kegagalannya kali ini.

"Aku akan menggunakan fakta ini untuk mengalahkannya, dan mengganti meja-meja kita dengan----"

"Meja-meja kelas atas!"


"Duel?"

"Benar. Ketua Kelas F dan Kelas A akan mewakili kelas masing-masing dalam duel menentukan pemenang Perang Tes Pemanggilan."

Ini deklarasi perang yang biasa.

Penyampai pesan yang dikirim untuk mendeklarasikan perang dengan Kelas A adalah sang pemimpin Yuuji, dan beberapa anggota penting dalam kelas kami seperti Himeji, Hideyoshi, Mutsuriini, dan aku.

Kalau saja ini dilakukan tiap kali, seragamku tidak akan ada yang tercabik-cabik.

"Err, sebenarnya apa tujuan kalian?"

Orang yang sedang bernegosiasi dengan Yuuji sekarang adalah Hideyoshi------- kakak perempuannya, Kinoshita Yuuko. Dia terlihat persis seperti versi perempuannya Hideyoshi. Tapi, jika aku mengakui aku tertarik pada gadis itu, berarti aku juga mengakui aku tertarik pada Hideyoshi...

"Tujuan kami tentu saja memenangkan perang ini."

Kinoshita Yuuko jelas sekali mencurigai kami. Hal ini dapat dimengerti, karena kami adalah kelas beranking paling rendah, yang menantang murid paling pintar di angkatan ini --- Kirishima, untuk berduel, yang sangat tidak masuk akal. Wajar jika dia takut kami merencanakan sesuatu yang lain.

"Meskipun kupikir ini ide yang bagus untuk menyingkirkan Perang Tes Pemanggilan yang merepotkan, tidak ada gunanya mengambil resiko."

"Kau benar-benar pintar!"

Jawaban yang sudah diduga, kini negosiasi resmi dimulai.

"Ngomong-ngomong, bagaimana kabarnya perang antara kelasmu dan Kelas C?"

Yuuji menyilangkan tangannya dan menggunakan tangan yang lain untuk menopang dagunya. Dia bersikap sangat tenang dan berkata.

"Cukup makan waktu, tapi kami terlalu hebat untuk mereka, jadi tidak ada masalah sama sekali."

Kelas C telah diejek oleh Hideyoshi dan berperang melawan Kelas A. Perang itu hanya memakan waktu kira-kira setengah hari. Sekarang Kelas C memakai peralatan yang selevel dengan Kelas D.

"Kelas B kelihatannya tertarik untuk berperang melawanmu!"

"Kelas B... Maksudmu ITU yang kemarin?"

"Yeah, kualitas kelas bisa dilihat dari ketuanya. Meskipun mereka belum mendeklarasikan perang secara resmi, siapa yang tahu apa yang akan terjadi nanti!"

"Tapi Kelas B baru saja berperang dengan Kelas F. Jadi dalam periode persiapan selama tiga bulan, mereka seharusnya tidak berhal mendeklarasikan perang kan?"

Salah satu peraturan dari Perang Tes Pemanggilan adalah adanya periode persiapan selama tiga bulan antar perang.

Kelas yang kalah dalam perang tidak berhak mendeklarasikan perang yang lain dalam waktu tiga bulan. Peraturan ini dibuat untuk mencegah kelas yang kalah menantang kelas yang menang, dan membuat jenjang per kelas makin jauh.

"Kau harus tahu, tak peduli bagaimana kelihatannya, perang itu berakhir dengan 'Kesepakatan Damai', jadi mereka tidak terikat oleh peraturan ini... Bukan hanya Kelas B, Kelas D juga."

Itulah alasannya mengapa kami tidak mengambil peralatan kelas mereka.

"Apa itu ancaman?"

"Kedengarannya tidak terlalu menyenangkan; bagaimana kalau menyebut ini permintaan?"

Aku merasa Yuuji persis seperti Nemoto. Menggunakan teknik negosiasi seperti ini membuat Yuuji tak ada bedanya dengan penjahat.

"Oke, aku mengerti. Walaupun aku tidak tahu apa yang kalian rencanakan, tidak mungkin ketua kelas kami kalah. Aku terima permintaan kalian."

"Eh? Benarkah?"

Dia menerimanya tanpa pikir panjang. Meskipun aku tidak ambil bagian dalam percakapan barusan, aku berseru karena aku terlalu kaget.

"Karena, aku tidak mau bertarung melawan kelas yang memiliki ketua seperti ITU..."

Ah, itu mengingatkanku. Nemoto memakai seragam cewek saat dia mendatangi Kelas A. Aku tidak menyangka sesuatu seperti itu secara tidak langsung membantu permintaan kami diterima dengan mudahnya, benar-benar kejutan yang cukup menyenangkan.

"Tapi kami memiliki beberapa syarat. Perang ini bukan hanya berupa duel antara ketua kelas. Benar, mari lakukan seperti ini. Masing-masing kelas pilih lima orang, dan bertarung dalam lima duel yang berbeda. Kelas yang memenangkan tiga pertarungan berarti memenangkan perang. Bagaimana? Kalau kalian terima, kami juga terima permintaan kalian."

"Hmmmm..."

Pada awalnya gadis itu tidak kelihatan terlalu berhati-hati, tapi ternyata dia sangat waspada. Kami tidak boleh meremehkan dia.

"Begitu, kau mencoba mencegah kami mengirim Himeji?"

"Ya, walaupun kurasa itu bukan masalah besar. Tapi jika Ketua Kirishima berada dalam kondisi yang kurang baik sementara Himeji sedang sangat baik, mungkin akan ada beberapa kecelakaan yang tidak terprediksi sebelumnya."

Ucapannya benar-benar merendahkan Himeji.

Tapi dia tidak bicara besar, karena Kirishima memang benar-benar menyeramkan.

"Jangan khawatir! Aku yang mewakili Kelas F dalam pertarungan."

"Tidak mungkin, aku benar-benar tidak percaya padamu."

Gadis itu kemudian berkata bahwa ini perang, bukan kompetisi. Dan dia benar.

"Oya? Kalau begitu aku setuju dengan persyaratanmu!"

Aku tidak percaya Yuuji berkata demikian.

Kau serius? Lima duel berbeda, memangnya kita punya kesempatan untuk menang?

"Benarkah? Senangnya~"

"Tapi kami yang akan memilih pelajarannya. Tidak apa-apa kan kalau kau memberi kami sedikit keuntungan?"

Begitu, Yuuji hendak bernegosiasi dengan cara seperti itu. Penting bagi kami untuk memilih pelajaran. Lawan tidak akan begitu baiknya menerima duel satu-lawan-satu dan mempersilakan kami memilih pelajaran. Jadi Yuuji sengaja menerima syarat mereka tentang lima duel berbeda supaya kami bisa mendapat kesempatan memilih pelajarannya.

"Eh? Hmmm..."

Kinoshita Yuuko memikirkan hal itu dengan berhati-hati. Negosiasi ini mewakili keputusan kelas. Hasilnya bisa sangat mempengaruhi perang nanti, jadi dia harus benar-benar hati-hati.

"Aku terima!"

"WAH!"

Aku terkejut.

"Aku terima saran Yuuji."

Tiba-tiba terdengar suara kalem dan lantang.

Tidak ada yang menyadari kapan Kirishima tiba. Aku tahu gadis itu pendiam, tapi aku tidak pernah mengira dia bisa menyembunyikan aura keberadaannya seperti ahli silat profesional.

"Apa? Kau yakin, Ketua Kelas?"

"Sebagai gantinya, aku ingin menambahkan syarat lagi."

"Syarat?"

"Ya."

Kirishima mengangguk. Dia memandang Himeji dari atas ke bawah sementara Himeji bersembunyi di belakang Yuuji, dan berkata.

"Pihak yang kalah harus menerima permintaan apapun dari pihak yang menang."

I-Ini adalah krisis terbesar bagi keperawanan Himeji! Apa, apa, apa, apa yang harus kulakukan? Kalau sesuatu seperti ini terjadi... Aku bakal jadi sangat panik sampai tidak bisa tidur! Aku bahkan tidak punya uang untuk membeli kamera digital!

"...(suara foto diambil.)"

"Mutsuriini, masih terlalu dini untuk mengambil foto sekarang! Apa kau berencana untuk kalah?"

Kenapa ini harus terjadi? Hal ini pasti bakal mempengaruhi moral kelas. Apa Kirishima telah merencanakan hal ini dari awal? Kirishima Shouko, dia benar-benar hidup sesuai nama ketua OSIS, dia benar-benar menyeramkan.

"Bagaimana kalau begini: kau menentukan tiga pelajaran, sementara sisanya ditentukan oleh kami, bagaimana?"

Meskipun ini tetap tidak memberikan keuntungan secara penuh kepada kami, usul Kinoshita Yuuko tetap memberikan sedikit keuntungan. Sekarang, apa yang harus kami lakukan?

(Himeji, apa kau setuju?)

(Eh? Apa maksudmu?)

(Maksudku kalau kita kalah, Himeji, maka kau akan...)

(Walaupun aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, tapi kupikir hal itu tidak menjadi masalah.)

(Menerima hal itu dengan mudahnya... kau yakin? Kalau kita kalah, Himeji dan Kirishima akan---)

"Negosiasi selesai."

"Y-Yuuji! Bagaimana bisa kau memutuskan ini secara sepihak! Himeji belum setuju dengan syarat itu!"

Meskipun kau ketua kelasnya, tetap saja kau egois! Soalnya ini berhubungan dengan kebahagiaan Himeji!

"Jangan cemas. Aku tidak akan membiarkan Himeji dapat masalah."

Dia berkata begitu dengan percaya diri. Dia benar-benar yakin kami akan memenangkan pertarungan?

"Kapan duelnya dimulai?"

"Hmm, bagaimana kalau kita mulai jam sepuluh?"

"Oke."

Kirishima itu unik. Cara bicaranya mirip dengan Mutsuriini.

"Oke. Karena negosiasi sudah selesai, mari kita kembali ke kelas!"

"Benar. Kita perlu melaporkan ini pada seisi kelas."

Setelah pertemuan itu selesai, kami meninggalkan ruang Kelas A.

Pertempuran terakhir tinggal sebentar lagi.



"Apa kalian semua siap?

Guru pengawas hari ini adalah Takahashi-sensei, wali Kelas A, dan dia sudah banyak membantu kami di pertempuran-pertempuran sebelumnya. Hari ini dia memakai kacamata dengan desain yang indah yang membuatnya terlihat berintelijensi tinggi, dan kakinya yang panjang dengan rok ketat terlihat mempesona.

"Ya."

"Tak masalah."

Medan perang kali ini adalah Kelas A. Bukan hanya karena kelas ini lebih luas, lantainya juga jauh lebih bagus dari tatami butut, yang bisa terbelah kapan saja.

"Secara resmi duel pertama dimulai sekarang. Mohon maju ke depan."

"Aku yang pergi!"

Lawan kami mengirim kakaknya Hideyoshi, Kinoshita Yuuko.

Dan orang yang mewakili kelas kami dalam pertarungan ini adalah ------

"Ijinkan aku!"

Adiknya, Kinoshita Hideyoshi.

Pastinya Hideyoshi tahu pelajaran yang merupakan kelemahan kakaknya dan bagaimana cara mengganggu konsentrasinya. Kunci pertarungan ini adalah bagaimana Hideyoshi mengacaukan perasaan kakaknya-----

"Ngomong-ngomong, Hideyoshi?"

"Ya?"

"Apa kau tahu Koyama dari Kelas C?"

"Apa? Siapa?"

Eh? Kenapa rasanya aku punya firasat buruk?

"Tidak apa-apa kalau kau tidak tahu. Kau bisa kesini sebentar?"

"Eh? Kakak, kenapa kau menyeretku ke koridor?"

Ekspresi Hideyoshi terlihat seperti murid-murid Kelas C saat mereka dimarahi Hideyoshi waktu dia menyamar jadi kakaknya...


"Kakak, ini waktunya pertarungan------ Kenapa kau mencengkeram tanganku?"

"Kau berbuat sesuatu pada anak-anak Kelas C ya? Kenapa aku jadi orang yang mengumpati anak-anak kelas C babi?"

"Hahaha. Soal itu, aku hanya melakukan apa yang kupikir kepribadianmu yang sebenarnya, kak-----Ah, kakak! Tidak... Jangan memelintir sendiku kesitu..."

(*suara pintu dibuka*)


Kinoshita Yuuko membuka pintu dan masuk ke dalam kelas.

"Hideyoshi berkata dia ada hal darurat yang harus diurus lalu pulang. Kau mau mengirim orang lain untuk menggantikannya?"

"T-Tidak... Kami menyerah di pertarungan ini."

Bahkan Yuuji pun tidak berani berkata apapun pada Kinoshita Yuuko, yang sedang tersenyum dan mengelap darah di tangannya dengan sapu tangan.

Takahashi-sensei mengetik di komputer notebook dan layar lebar di dinding menunjukkan hasil dari pertarungan ini.


Kelas A Kinoshita Yuuko VS Kelas F Kinoshita Hideyoshi

Tanda-tanda kehidupan MENANG VS MATI


Tidak ada seorangpun yang yakin Hideyoshi masih hidup.

"Selanjutnya."

"Aku akan pergi. Pelajaran yang kami pilih adalah Fisika."

Wakil dari Kelas A adalah Sato, dan wakil Kelas F kali ini adalah---

"Oke Akihisa, kuserahkan padamu."

"Eh!? Aku!?"

Apa! Aku mewakili kelasku dalam duel! Tidak akan ada jalan balik kalau aku kalah!

"Jangan khawatir, aku percaya padamu."

Benarkah? Yuuji, kau...

"Huh... Kali ini, waktunya aku serius."

"Yeah, tidak perlu menyembunyikannya lagi. Biarkan semua orang tahu kekuatanmu yang sebenarnya."

"Hei, memangnya Akihisa sebegitu kuatnya?"

"Tidak, aku tidak pernah mendengar hal itu."

"Yuuji cuma bercanda lagi, kan?"

Anak-anak Kelas F, yang seharusnya adalah kawanku, telah mengatakan komentar yang sangat kejam.

Yah sudahlah. Wajar kalau mereka berpikir seperti itu setelah melihat penampilanku yang sebelum-sebelumnya. Namun, kali ini berbeda.

"Kau Akihisa? Mungkinkah... kau..."

Lawanku Sato kelihatannya telah menyadari sesuatu dan mulai gemetaran.

Pengamatannya cukup baik.

"Ah, kau sudah menyadarinya? Kau benar. Aku tidak pernah menunjukkan kekuatanku sampai saat ini."

Bersiap untuk bertarung, aku menggulung lengan bajuku dan menggerakkan pergelangan tanganku sedikit sebagai pemanasan.

"Jadi kau adalah..."

"Benar, seperti yang kau pikirkan. Meskipun aku menyembunyikannya selama ini, sebenarnya aku ini----"

Aku menghela napas dalam dan mengumumkan pada semua:

"----kidal!"


Kelas A Sato VS Kelas F Yoshii Akihisa

Fisika 389 VS 62


Aneh sekali. Bagaimana mungkin aku bisa kalah setelah aku menunjukkan kekuatanku yang sebenarnya?

"Bego kau! Memangnya hasil ujian berhubungan sama tangan mana yang kau gunakan?"

"Mi-Minami! Daya reaksi kalian sudah cukup menyakitkan, kumohon padamu tolong berhenti menghajarku, oke?"

Kelihatannya aku tidak bisa menang melawan musuh yang punya nilai 6 kali lebih besar dibanding aku yang hanya punya kecepatan.

"Oke, pertarungan yang sebenarnya dimulai sekarang."

"Tunggu, Yuuji! Sejak awal kau tidak pernah percaya padaku!"

"Percaya? Apa itu? Makanan?"

Aku ingin sekali menonjoknya dengan tangan kiri emasku.

"Sekarang, grup ketiga mohon bersiap-siap."

"...(berdiri)"

Mutsuriini berdiri.

Kekuatan dari memilih mata pelajaran mulai menguntungkan kami sekarang.

Ini karena 80% dari total semua nilai Mutsuriini didapat dari pelajaran kesehatan. Dalam mata pelajaran ini, bahkan Kelas A tidak bisa menantangnya.

"Kalau begitu giliranku sekarang!"

Kelas A mengirim seorang gadis dengan rambut berwarna terang dan pendek yang terlihat sangat mirip laki-laki. Siapa dia, kenapa aku tidak mengenalnya?

"Senang bertemu denganmu, aku Kudo Aiko yang baru pindah kesini kelas satu akhir semester lalu."

Dia berbadan rata yang membuat dia terlihat seperti laki-laki.

"Pelajaran apa yang mau kau pilih?"

Takahashi-sensei bertanya pada Mutsuriini.

"Kesehatan."

Mutsuriini memilihi mata pelajaran terkuatnya.

"Kau Tsuchiya kan? Kelihatannya kau sangat percaya diri dalam pelajaran kesehatan."

Kudo mulai berbicara pada Mutsuriini. Apa situasinya sekarang? Dia murid pindahan, jadi dia tidak tahu kekuatan Mutsuriini yang sesungguhnya? Tapi dia terlihat sangat santai.

"Tapi aku juga ahli dalam pelajaran ini... tidak sepertimu, aku lebih unggul dalam praktek!"

P-Pernyataan macam apa itu? Untuk beberapa alasan, jantungku berdetak sangat kencang sekarang!

"Hei, kau yang disana, kau Akihisa kan? Kelihatannya kau tidak tahu cara belajar. Ijinkan aku mengajarimu pelajaran kesehatan kalau ada waktu, oke? Jangan cemas, aku akan mengajarimu dengan latihan praktek."

Bagaimana dia bisa tahu jantungku berdebar keras sekarang? Dan dia berkata pada semua orang dia ingin mengajariku pelajaran kesehatan!

"Ha, memangnya apa yang ku ..."

"Aki tidak akan pernah punya kesempatan itu, jadi tidak ada gunanya belajar kesehatan!"

"Benar! Dia tidak pernah perlu mempelajari itu!"

"Shimada dan Himeji, tolong lihat Akihisa. Dia kelihatan sangat sedih!"

Aku tidak sebegitunya tidak beruntung kan? Bahkan orang seperti aku akan punya kesempatan untuk menggunakan pengetahuanku tentang kesehatan!

"Kedua pihak silakan bersiap untuk memanggil."

"O---ke. Memanggil syokanju!"

"Memanggil syokanju!"

Syokanju yang sangat mirip dengan pemilik masing-masing muncul sambil memegang senjata. Syokanju Mutsuriini terlihat sama seperti ketika dia bertarung melawan Kelas B. Senjatanya adalah dua kodachi[2]. Sementara itu, syokanju Kudo...

"Apa? Kenapa kapaknya super besar?"

Syokanju Kudo memegang sebuah kapak raksasa yang terlihat sangat kuat. Syokanjunya juga memakai gelang, yang berarti dia bisa menggunakan kemampuan spesial. Astaga rohku! Kudo benar-benar kuat!

"Mari kita tentukan siapa yang lebih kuat, yang jago di teori atau yang jago di praktek sesungguhnya."

Kudo tersenyum dengan manis. Setelah itu, gelang syokanjunya bersinar dan dia mulai menyerang.

Ada halilintar mengitari kapak syokanju Kudo dan dia melesat ke arah Mutsuriini dengan kecepatan yang tidak bisa dipercaya.

"Da-dah, Mutsuriini!"

Kemudian, tangan syokanjunya yang kuat mengayunkan kapak. Serangan ini tidak mungkin dihindari!

"Mutsuriini!"

Tepat ketika kapak itu hendak membelah syokanju Mutsuriini menjadi dua---

"Akselerasi."

Gelang di tangan syokanju Mutsuriini bersinar, dan cahayanya menyelimuti pemiliknya.

"Hah?"

Kelihatannya Kudo tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Tidak hanya dia, bahkan aku pun sama sekali tidak mengerti. Bagaimana caranya syokanju Mutsuriini meloloskan diri dari jarak serang lawan?

"Akselerasi akhir."

Mutsuriini dengan tenang berkata. BTS vol 01 259.jpg

Mendadak, darah bermuncratan dari setiap bagian tubuh syokanju Kudo ketika syokanju itu jatuh.


Kelas A Kudo Aiko VS Kelas F Tsuchiya Kouta

Pelajaran Kesehatan 446 poin VS 572 poin


Lu-luar biasa! Skor Mutsuriini mungkin lebih besar dari jumlah seluruh nilaiku!

"Waktu melawan Kelas B, dia tidak sedang berada dalam kondisi terbaiknya."

Yuuji mulai menjelaskan padaku, yang kini sangat syok. Aku tidak pernah tahu bahwa Mutsuriini sangat menyeramkan kalau dia berkonsentrasi!

"Mu-Mustahil... Bagaimana bisa aku..."

Kudo berlutut di lantai, dia terlihat sangat syok juga.

"Sekarang 2 VS 1, siapa berikutnya?"

Takahashi-sensei masih melanjutkan kompetisi dengan tanpa ekspresi di wajahnya. Sepertinya dia tidak terlalu peduli bahkan jika anak-anak kelasnya kalah.

"Ah, y-ya, sekarang giliranku."

Kami sudah pasti mengirim Himeji, satu-satunya orang di Kelas F yang bisa bertarung melawan Kelas A secara langsung.

"Kalau begitu aku yang jadi lawanmu!"

Orang yang berjalan dari kubu Kelas A adalah---- Kubo Toshimitsu!

"Akhirnya muncul juga kau, wakil ketua OSIS."

Ya, namanya adalah Kubo Toshimitsu!

Kemampuannya hanya sedikit di bawah Himeji, ranking tiga umum di kelas dua. Dia adalah wakil ketua OSIS kelas dua karena Himeji tidak melalui tes pembagian kelas dengan baik kemarin.

"Pertarungan ini yang paling kukhawatirkan."

Sudah seharusnya Yuuji cemas.

Kemampuan Kubo hampir sama baiknya seperti Himeji. Perbedaan total skor mereka bahkan kurang dari dua puluh. Dan karena Himeji telah bertarung selama beberapa hari terakhir ini, kami tidak bisa terlalu yakin berkata bahwa Himeji bisa menang...

"Apa mata pelajarannya?"

Takahashi-sensei bertanya pada mereka.

Ngomong-ngomong, pihak yang mana yang boleh memilih pelajaran sekarang? Pertarungan Hideyoshi sangat kacau dan kini aku tidak tahu lagi.

"Aku pilih jumlah semua pelajaran."

Tepat ketika aku sedang berpikir, Kubo menjawab pertanyaan Takahashi-sensei dengan ringan.

"Hey tunggu dulu! Jangan dengan mudahnya memutuskan---"

"Aku sih setuju saja."

"Himeji?"

Himeji menghentikan aku yang sedang protes. Kau yakin kau akan baik-baik saja?

"Kalau begitu......"

Sama seperti pertarungan yang sudah-sudah, Takahashi-sensei terus bermanuver dengan komputernya.

Kedua belah pihak memanggil syokanju mereka, duel ini akan ditentukan beberapa detik lagi.


Kelas A Kubo Toshimitsu VS Kelas F Himeji Mizuki

Jumlah skor seluruh pelajaran 3997 poin VS 4409 poin


"Benarkah?"

"Sejak kapan Himeji mulai berkembang begitu pesat?

"Dengan skor seperti ini, dia bahkan bisa menantang Kirishima Shouko!"

Seruan kaget terdengar dari mana-mana.

Perbedaan skor mereka lebih dari empat ratus? Meskipun aku tahu bahwa Himeji sangat kuat, tapi ini bukan skor yang bisa diperoleh manusia normal!

"Sial! Himeji, bagaimana bisa kau jadi begitu kuat......"

Kubo menyesal sekarang, dan bertanya pada Himeji. Kemampuan mereka masih kurang-lebih sama sampai beberapa waktu lalu. Tidak ada seorangpun yang menduga perbedaannya akan jadi sangat besar, itulah mengapa Kubo sangat gelisah.

"A-Aku suka semua orang di kelas, dan semua anak di Kelas F adalah orang-orang yang rela berkorban untuk temannya tanpa mengharapkan imbalan."

"Kau suka Kelas F?"

"Ya. Itulah sebabnya aku bisa terus berusaha keras."

Kata-kata Himeji sungguh menyenangkan hati.

Benarkah? Himeji, kau benar-benar menyukai Kelas F, kelas yang terdiri dari cowok-cowok bodoh. Tapi aku ada dalam Kelas F ini, membuatku merasakan hangat dalam hatiku.

"Skor sekarang 2 VS 2."

Ekspresi Takahashi-sensei sedikit berubah, yang merupakan fakta agak aneh. Apa karena perkembangan Himeji yang luar biasa atau karena Kelas F ternyata bisa bertarung melawan Kelas A?


"Duel terakhir, kedua pihak harap bersiap."

"Oke."

Orang yang berjalan keluar dari kubu Kelas A adalah musuh terkuat---- Kirishima Shouko.

Orang yang pastinya kami kirim tentu saja---

"Giliranku."

Satu-satunya, Sakamoto Yuuji.

"Apa pelajarannya?"

Mungkin karena mereka berpikir tidak mungkin Kirishima Shouko bakal kalah, tidak terdengar sedikitpun suara yang keluar dari Kelas A. Mereka cuma melihat ke Kirishima dan Yuuji dengan kalem.


"Aku memilih Sejarah Jepang, kajiannya terbatas sampai level sekolah dasar dan skor maksimal seratus."


Mendadak terjadi keributan di segala penjuru.

"Skornya ada batas maksimum?"

"Level sekolah dasar? Bukannya itu berarti mereka akan dapat nilai penuh?"

"Pertarungan ini akan ditentukan oleh seberapa fokus mereka..."

Ini juga akan memberikan kami kesempatan untuk menang.

Kelas A juga menyadarinya, jadi mereka mulai ribut sekarang.

"Mengerti. Aku harus menyiapkan beberapa pertanyaan. Silakan tunggu disini sebentar."

Takahashi-sensei menutup laptop-nya dan berjalan keluar kelas.

Takahashi-sensei sangat antusias dalam edukasi, mungkin dia mengumpulkan beberapa set pertanyaan SD?

Aku menatap sang guru meninggalkan lokasi dan berbalik ke Yuuji segera.

"Yuuji, aku berharap padamu."

Aku menggenggam erat tangan Yuuji. Kami telah melakukan semua yang kami bisa. Sekarang semuanya bergantung pada hasil duel Yuuji.

"Yeah, serahkan saja padaku!"

Dia juga menggenggam erat tanganku.

"...(mengulurkan tangan)"

Mutsuriini menghampiri kami dan menunjukkan pose tangan kemenangan pada Yuuji.

"Tenagamu banyak membantuku, terima kasih banyak."

"...(ha)"

Bibir Mutsuriini terangkat sedikit, kemudian dia kembali ke tempatnya semula.

"Sakamoto, terima kasih telah memberitahuku semua cerita itu."

"Ah, maksudmu cerita tentang Akihisa? Jangan cemas, dan lakukan yang terbaik."

Hah? Cerita tentangku? Apa yang Yuuji katakan barusan?"

"Ya pasti."

Himeji melontarkan jawaban yang enerjik. Yuuji juga tersenyum senang. Itu adalah wajah yang perhatian dan lembut.


"Duel terakhir adalah Sejarah Jepang. Kirishima dan Sakamoto, silakan datang ke ruang kelas bervideo."

Takahashi-sensei kembali ke kelas dan memberi perintah pada kedua ketua kelas.

"OK."

Kirishime memberikan jawaban singkat lalu meninggalkan ruangan.

"Yah, aku harus pergi sekarang."

"Sakamoto, hati-hati."

"Yeah."

Himeji mengucapkan selamat tinggal pada Yuuji kemudian Yuuji pergi menuju tempat pertarungan terakhir.

Pertarungan terakhir akhirnya dimulai. Bukan masalah apa kami akan menangis atau tertawa, perang tes pemanggilan akan berakhir sebentar lagi.


pertanyaan terakhir

pertanyaan:silahkan mengisi () dengan tahun yang benar

pada tahun (),kristen pertama kali di perkenalkan di jepang.

jawaban kirishima shouko: "1549"

komentar guru : jawaban yang benar,tidak ada komentar pada khususnya

jawaban sakamoto yuuji: "pada musim dingin yang penuh dengan salju yang putih bersih,saya merasakan dingin dan tangan ku menggigil pada tahun 1993."

komentar guru: tidak peduli seberapa romantis kamu membuat tampilan jawabanmu,jawaban yang salah tetaplah salah.


"3 VS 2,kelas A menang"

ini adalah kalimat pertama yang takahashi sensei katakan pada kami ketika kami melangkah ke dalam kelas video.

ya,aku tahu,kita kalah.kita dikalahkan tanpa diragukan lagi.

"yuuji,aku menang"

kirishima berjalan menuju yuuji,yang berlutut di tanah

"bunuh aku"

"baiklah,jika kau sudah siap aku akan membunuhmu tarik napas dalam - dalam dan mati!!"

"yoshii tenanglah!"

himeji memegang saya kembali dari belakang

"idiot ini mendapat nilai lima puluh tiga jika ia mendapat nol mungkin itu karena ia lupa untuk menulis namanya!! sebuah nilai seperti ini...."

"ini adalah hal terbaik yang bisa kulakukan"


Untuk pembaca yang membeli buku ini, senang berjumpa denganmu. saya Kenji Inoue, yang memenangkan hadiah ENTAME ke-8 dengan novel ini, dan memulai perjalanan menulisku.

Karena ini adalah novel pertama saya, sudah pasti saya tidak memiliki pengalaman dalam menerbitkan novel sebelumnya. Dari pesta selamatan atas memenangan hadiah tersebut, hingga pertemuan sebelum menerbitkan bukunya, semuanya sangat baru untuk saya, jadi saya selalu panik. Diantara semua pengalaman ini, satu yang sangat membuat saya panik adalah ketika diberitahu saya memenangkan hadiahnya, dan harus bertemu dengan editor. Tolong biarkan saya menggunakan beberapa ruang untuk menjelaskan apa yang terjadi.

Pada hari pertama kami bertemu, saya pergi ke tempat pertemuan 20 menit lebih awal. Saat itu saya menyiapkan jawaban untuk pertanyaan yang mungkin ditanyai nanti. Seperti jenis novel apa yang ingin saya tulis di masa depan, apa yang akan saya lakukan jika terdapat volume kedua, dan tempat seperti apa yang saya sukai ketika menulis. Sebagai seorang dewasa yang bekerja dalam masyarakat, saya sudah menyiapkan jawaban biasa di otak saya yang tidak akan mengecewakan dia.

Setelah berpikir sekitar lima belas menit, editornya akhirnya datang.

Tidak ada masalah, tidak perlu cemas. Saya sudah cukup siap dan sudah berlatih di otak saya beberapa kali. Pertanyaannya pasti sekitar minat, khususnya untuk produk lokal yang terkenal tanpa kehilangan apapun. Tidak peduli bagaimanapun dia menyerang, aku tidak akan dikalahkan! Lalu, pertanyaan pertama yang ditanyakan editor ke saya adalah --

Tn. M (Editor) : "Inoue lebih memilih dada besar atau dada rata?"

Saya terkejut.

Ah, dia benar-benar orang yang bekerja di ladang kreatifitas, bahkan pertanyaan yang dia tanyakan sangat kreatif. Bahkan jika pertanyaan yang dia tanyakan di luar perkiraanku, jika saya tidak dapat menjawab dengan jawaban yang memuaskan, itu akan memalukan diri saya sendiri sebagai orang dewasa yang bekerja dalam masyarakat. Meskipun saya sedikit pemalu, saya masih mengekspresikan pilihan saya seperti ini: "Besar lebih baik...... ". Setelah itu editor tersebut mengangguk dan menanyakan pertanyaan berikutnya.

Tn. M: "Apa kamu Siscon atau lebih memilih wanita dewasa? "

Si professinal sangat mengerikan. Saya tidak pernah mengira dia lebih tertarik dengan kesukaan pribadi saya daripada rencana untuk masa depan. Jika saya sudah merencanakan pertanyaan seperti ini, saya mungkin bisa mengatakan jawaban yang dewasa seperti "Saya lupa saya memiliki sepupu perempuan seumuran dengan saya.". Saya hanya bisa menjawab pertanyaan ini seperti orang biasa, "Saya ingin mempunyai seorang kakak yang cantik dan lembut yang tidak akan menggangu adik laki-lakinya". Sekarang aku melihat kebelakang, jika aku dapat menjawab pertanyaannya dengan tenang, aku mungkin tidak akan mendapatkan posisi rendah di perusahaan penerbitan iya kan? jika beberapa diantara pembaca ingin menjadi seorang penulis novel, demi posisi masa depan anda di perusahaan penerbitan, kau harus menyiapkan jawaban untuk dua pertanyaan diatas.

Jika saya berhenti menulis disini, orang-orang mungkin berpikir saya ini seorang idiot yang normal benar? Mohon izinkan saya untuk menjelaskan sendiri. Meskipun isi dalam catatan penulis sedikit bodoh, novelnya bukanlah cerita yang membosankan. karena ini dapat diterbitkan, ini pasti memiliki sesuatu yang setidaknya sebagus novel lain. Ini mungkin terdengar sedikit sombong, saya sangat yakin dengan satu bagian novel ini. Apakah itu? Saya rasa semua pembaca telah mengetahuinya iya kan? Benar sekali! Itu adalah ilustrasi novel ini!

Saya ingin menggunakan ruang yang tersisa untuk berterima kasih kepada beberapa orang lagi. Pertama-tama kepada juri, saya sangat berterima kasih dan saya ingin mengatakan 'Cara novel ini ditulis memiliki beberapa masalah' sebagai saran. Juga untuk bagian editor dan orang yang membuat novel ini berhasil diterbitkan, dan juga senpai yang memberi saya banyak saran pada pesta selamatan. terakhir tapi bukan sedikit, untuk pembaca yang membeli buku ini, saya persembahkan ucapan terima kasih terpaling saya, dan berharap mendapat kesempatan untuk bertemu semuanya lagi.




Back to Halaman Utama