Boku wa Tomodachi ga Sukunai:Jilid2 Cerita Pendek Estafet "Saint☆Aniki"

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Cerita Pendek Estafet "Santo☆Aniki"[edit]

Suatu hari seusai sekolah.

Yozora, Sena, Yukimura, Rika, Kobato, Maria, dan aku, dengan kata lain, semua anggota Klub Tetangga berkumpul di ruang klub.

Aku mengerjakan PR, Yozora membaca, Sena memainkan galge nya di PS, Yukimura cuma berdiri disana, Rika melakukan sesuatu dengan PSP nya, dan Maria dan Kobato membaca manga.

"...Kok kayaknya, kita semua cuma melakukan yang kita suka disini."

Ujarku setelah berhenti menulis.

"Terus? Memang ini yang biasa kita lakukan kan?" Kata Yozora tanpa memalingkan kepalanya.

"Iya sih, tapi... mumpung semuanya lagi pada ngumpul, kupikir gak ada salahnya kalau kita melakukan sesuatu layaknya klub sungguhan."

"Aniki. Bisa berada di sisi anda sudah lebih dari cukup bagi saya."

Kata Yukimura pelan dengan ekspresi melamun seperti biasa.

"Kamu blak-blakan banget Yukimura. Mungkin aku harus belajar darimu."

"Belajar apaan..."

"Rika sangat tertarik padamu Kodaka-senpai. Tolong ijinkan aku mempelajari rambutmu, bentuk wajahmu, ototmu, organmu, otakmu, dan semua tentangmu. Ah! Apa mungkin ini... cinta?"

"Jauh banget!"

"Aku akan berusaha mendapatkan tubuhmu dan kemudian hatimu juga akan jadi milikku."

"Mestinya kamu menarik hati seseorang dulu! Dan aku gak mau kamu dekat-dekat dengan tubuhku!"

"Apa masalahnya sih, hati dan emosi kan cuma sekedar reaksi kimia. Cuma perlu bermain-main sedikit dengan otak untuk memanipulasinya."

"Memangnya kamu ini apa? Ilmuwan gila!?"

"Memangnya senpai pikir aku ini bukan?"

"Jangan mengiyakan apa yang kubilang barusan!"

Aku membalas semua omong kosong Rika dalam satu tarikan napas.

Rika tersenyum kecil.

"Kau selalu hebat dalam memberikannya (balasan) padaku dengan cepat Senpai... Ngomong-ngomong, tidakkah kau berpikir kalau 'memberikannya dengan hebat' terdengar agak mesum?"

"Kumohon, tolong jangan bicara lagi!"

"Teriak Kodaka, dan tiba-tiba saja dia memeluk Rika dengan penuh gairah sambil mencuri ciuman dari bibirnya-"

"Aku gak mencuri apapun!"

"...Kalau diingat-ingat, Rika punya banyak kenangan buruk tentang ciuman."

"Eh!?"

Aku terkejut karena tiba-tiba saja Rika mengatakannya dengan wajah serius.

"K-Kamu udah pernah ciuman...? Dan lebih dari sekali..."

"Heh heh. Rika mungkin kelihatannya begini tapi Rika sudah punya banyak pengalaman tau. Dulu Rika pernah mencium seekor ubur-ubur dengan bergairah, tapi ubur-ubur itu malah menyengatku dan aku menghabiskan 3 hari berjuang di ambang hidup dan mati. Kira-kira sebulan setelahnya bibir Rika bengkak. Bengkaknya lebih parah dari yang kalian bisa bayangkan dan sakitnya minta ampun."

"...Terima kasih sudah mau berbagi kisah mengagumkanmu dengan kami."

"Aku masih punya banyak cerita lain tentang masalahku ketika aku lepas kendali lalu mencium kumbang rusa, udang karang, cumi-cumi, ular, dan banyak binatang lainnya."

...Ngebayanginnya aja udah sakit.

"Ada juga saat di mana aku ingin mencium planaria-ku Punya, tapi aku melakukan kesalahan waktu mendekati cawan petri dan gak sengaja malah menelannya. Aku masih bisa mengingat tragedi itu seperti baru terjadi kemarin. Tentu saja aku belajar dari kesalahanku dan belum pernah mengulanginya lagi, tapi... Rika sangat ingin ciuman pertamanya dengan mamalia dilakukan denganmu Kodaka-senpai. ...Ngomong-ngomong, yang barusan tadi adalah senjata rahasiaku untuk menggoda pria. Bagaimana? Apa kau deg-degan Senpai? "

"...Umm, apa mungkin kamu ini sebenarnya idiot kelas berat?"

Tanyaku, dan entah kenapa pipi Rika memerah.

"Kau orang pertama yang menanyakan itu padaku Senpai. Senpai selalu mencuri semua pengalaman pertama Rika..."

"Memangnya pengalaman pertama apalagi yang pernah aku curi!?"

"Kau orang pertama yang berbicara denganku semenjak aku masuk ke sekolah ini Kodaka-senpai."

"Beneran nih!?"

Aku gak percaya... Separah-parahnya orang dalam suatu hal mestinya tetap ada batasnya... saat aku memikirkan hal tersebut

"Ugahhh! Bad end lagi!!"

Sena melempar stik PS nya ke lantai.

"Ini udah yang ke lima kali! Apa sih maunya game ini!?"

"Diam Daging..."

Ujar Yozora, kesal mendengar keluhan Sena.

"Oh? Sena-senpai, apa mungkin game yang lagi Senpai mainkan itu 'The Fragrant Demon King!'?"

Tanya Rika setelah melihat layar TV.

"Iya, memang kenapa?"

"Kalau gak salah ingat, ada bug di game itu yang akan membuat kita selalu mendapat bad end kalau kita memakai nama selain nama default dari game."

"Ap...!?"

Ekspresi Sena berubah pucat.

"Jadi maksudmu, selamanya aku gak akan bisa berteman sama Kaguyama!?"

"Bukan begitu, kalau Senpai mengganti namanya ke nama default tepat sebelum event yang memicu bug, Senpai bisa menghindarinya."

Meski Rika berkata begitu, Sena tetap menggelengkan kepalanya seolah sedang berkabung.

"...Aku gak bisa. Aku gak akan membiarkan hubunganku dengan Kaguyama dinodai pria lain meski cuma sesaat... Aku harus-!!"

Sena mengambil disk-nya dari dalam PS, menekan tombol reset, dan berbisik dengan suara yang amat sedih "Selamat tinggal... Kaguyama..." sebelum mematahkan disk-nya menjadi dua.

Setelah itu, dia menghapus semua save data game tersebut.

"Memangnya kamu perlu berbuat sampai segitunya!?"

"Dasar bego..."

Yozora dan aku tercengang.

Sena kemudian berkata pelan sambil memandang ke kejauhan.

"Hmph... Cuma ada dua tipe perempuan di dunia ini. Mereka yang bisa berteman denganku dan sisanya adalah perempuan brengsek. Perempuan brengsek yang gak mau jadi temanku mati saja sana...."

"Mengagumkan sekali melihatmu memegang teguh pendirianmu Sena-senpai. Tapi kalau Senpai kasih disk tadi ke Rika, memperbaiki bug semacam itu mestinya gampang."

"Kenapa gak bilang dari tadi!?"

Teriak Sena, dan sekarang dia gemetaran melihat disk yang sekarang sudah menjadi dua.

"Uu... Kaguyama... Haa... Aku jadi males main game lagi hari ini... "

Sena yang patah hati pun duduk di sofa sambil tertunduk.

"Jadi, Kodaka, ada yang mau kamu lakukan hari ini? Kalau ada, aku gak keberatan buat ikutan."

Kurasa dia mendengar apa yang kubicarakan barusan saat dia lagi sibuk bermain game.

"...Yah, kupikir gak ada salahnya mendengar idemu." kata Yozora.

"Rika belum pernah melakukan aktivitas klub sebelumnya, jadi Rika sangat tertarik tentang bagaimana seseorang melakukan sesuatu ‘layaknya klub sungguhan’."

"Saya akan melakukan apapun yang Aniki inginkan."

Kata Rika dan Yukimura.

Meskipun aku yang mengusulkannya, bukan berarti aku punya ide kita mesti ngapain...

"Hmmm..."

Setelah berpikir sebentar.

"...Gimana kalau cerpen estafet?"

Itulah ideku.

"Cerpen estafet itu apa?" tanya Sena.

"Kita semua bergiliran menulis penggalan cerita. Setelah kamu menulis bagianmu, kamu kasih cerita tadi ke orang berikutnya dan dia akan melanjutkan cerita tadi."

"Kenapa kamu mau melakukan hal begini Kodaka?"

"Ah, di novel yang kubaca ada bab tentang sebuah klub yang melakukan hal serupa, jadi itulah yang pertama kali muncul di benakku. Tapi kedengarannya asyik, dan sepertinya ini sesuatu yang orang normal lakukan."

"Ohh...? Kedengarannya memang menarik."

"Hmph... ayo kita coba kalau gitu. Toh kita memang gak ada kerjaan lain."

Sena dan Yozora setuju.

"Senpai. Rika belum pernah menulis novel sebelumnya loh."

"Begitu juga dengan saya."

"Aku juga!"

Kata Rika, Yukimura dan Maria.

Kobato tertawa kecil.

"Kukuku... Dulu aku pernah menghabiskan satu jam sehari untuk mencatat kenanganku... Itulah satu-satunya cara bagiku untuk meringankan beban dari kehidupan menyendiri..."

"Ahh, jadi yang kamu tulis itu cerita ya? Di mataku kelihatan kayak coret-coretan..."

"A-an-chan! Jangan baca buku harianku tanpa seizinku!"

"Cuma kulihat sekilas kok soalnya bukumu kebuka begitu aja. Salahmu sendiri ketiduran di kotatsu. Aku malah gak bisa membaca tulisannya, kamu beneran nulis sesuatu di situ?"

"Muu... I-itu adalah mantera sihir kuno Melkanian..."

Kobato manyun dan wajahnya memerah.

"Aku pun belum pernah menulis cerita sebelumnya, jadi kenapa kita gak menulis sesuka kita aja?"

"Cerita sih belum, tapi aku sudah pernah menulis naskah. Sama aja kan?"

"...Uhh...Iya mungkin?"

Aku memberi jawaban rancu sambil mengingat-ingat naskah Momotaro yang ditulis Yozora sebelumnya.

Bagaimanapun juga, kami semua yang ada di sini masih amatiran tapi kelihatannya gak ada yang menolak untuk menulis cerita.

"Oke, ayo kita mulai kalau begitu. Masing-masing menulis satu halaman dalam format MLA standar. Kalau sudah satu halaman, meski kalimatnya belum selesai kamu harus berhenti dan gantian sama orang berikutnya, oke? "

Tidak ada yang menyuarakan komplain.

Dan kami pun menentukan urutan menulis dengan cara suit.

Urutannya bisa dilihat di bawah ini.


Pertama ------ Yukimura Kusunoki

Kedua ------ Yozora Mikadzuki

Ketiga ------ Kodaka Hasegawa

Keempat ------ Sena Kashiwazaki

Kelima ------ Kobato Hasegawa


Rika membuka word processor di laptopnya. Dan cerpen estafet Klub Tetangga pun dimulai...

【Bagian Yukimura Kusunoki】

Pada suatu hari, Kodaka-aniki sedang berjalan-jalan di kota.

"Kenapa!?"

Baru satu baris yang ditulis Yukimura, tapi aku sudah berteriak saking konyolnya.

Waktu aku tahu kalau Yukimura dapat giliran pertama, aku langsung cemas dan berpikir "Bisa gawat nih. Bukannya ini sama ajak kayak si Fumika Soga yang dapat giliran pertama cerita estafet di 'Klub Literatur[1]'?" dan tampaknya apa yang kucemaskan betul-betul terjadi.

Kau memang menakutkan Yukimura...

Aniki adalah orang yang sangat hebat, unggul di bidang sastra dan seni militer, seorang ksatria yang menghancurkan yang kuat dan menyelamatkan yang lemah, penuh dengan karisma, dan dicintai oleh seluruh penjuru negeri.

Suatu hari, Aniki pergi ke kota untuk memperkosa seperti biasanya.

"Ksatria macam apa yang menghancurkan yang kuat dan menyelamatkan yang lemah tapi malah pergi memperkosa orang!? Dan dia sudah biasa melakukannya!? Itu sama aja penjahat!"

Sial... Lagi-lagi aku berteriak saking bodohnya...

Dan itu kulakukan meskipun aku tahu kalau tiba-tiba berteriak waktu lagi membaca dalam hati membuatku kelihatan kayak orang bego.

"Kodaka. Kamu kelihatan bego banget, teriak-teriak sampai wajahmu merah begitu." kata Yozora.

"Ugh, pelaku kejahatan seksual. Kamu yang paling parah." kata Sena.

...Aku melanjutkan membaca meski hatiku rasanya seperti mau hancur oleh kesedihan.

Aniki hendak mengenakan zori-nya[2], tapi menyadari kalau zori-nya terasa hangat meskipun sekarang sedang musim dingin.

Aniki menjadi murka dan memanggilku, pelayannya.

"Hey Yukimura! Barusan kau memakai zori-ku kan, dasar kau anjing sialan! "

"Saya tidak memakainya. Saya menempelkannya di dada saya untuk menghangatkannya."

Aku melepaskan kimonoku dan menunjukkan pada Aniki bekas dimana aku menempelkan zori di dadaku.

Rasanya malu, tapi aku tidak keberatan menunjukkan apapun pada Aniki ku.

Setelah memperlihatkan dadaku padanya, Aniki memuji tindakanku.

"Loyalitasmu padaku patut dipuji. Teruslah melayaniku seperti yang kaulakukan sekarang."

"Baik Tuan!"

Karena itulah aku bersumpah untuk selalu setia kepada Aniki, dan kami pun hidup bahagia untuk selamanya.

"Ggguuooohhhhhaaahhh...."

Aku mengerang, tidak tahu yang mana dulu yang harus kuteriaki.

"Onii-chan serem..."

Aku menenangkan diriku setelah melihat Maria hampir menangis.

"...P-pertama-tama, Yukimura."

"Ya?"

Yukimura mengangguk pelan (tampak bangga dengan karyanya).

"Pertama: Jangan akhiri ceritanya kalau kamu dapat giliran pertama."

"Astaga, saya minta maaf atas kecerobohan saya."

Kata Yukimura, agak terkejut.

"Dan juga... uhh, jangan plagiat. Ini kan uh, mirip sama cerpen tentang saat di mana Hideyoshi Toyotomi bekerja sebagai pelayannya Nobunaga Oda kan?"

"Cerita itu memang cukup terkenal."

"Begitu ya..."

Yukimura terlihat agak sedih.

"Dan juga, yah... eh gak, lupakan aja..."

"T-t-tunggu sebentar, Senpai."

Rika bertanya dengan nada gugup yang tidak biasanya.

"Apa Senpai lupa meneriaki masalah yang paling besar disini!?"

"?"

"...Ah! Apa jangan-jangan Senpai dan Yukimura sudah punya hubungan seperti itu, makanya ini gak perlu dikoreksi...!?"

"...Kamu ngomongin apa sih?"

"Ini, bagian yang ini!"

Rika menunjuk ke layar monitor.

"Bagian tentang Hideyoshi dan Nobunaga? Udah kuomongin kan barusan?"

"Peduli setan sama mereka! A-Aku ngomongin soal bagian ini! B-bagian tentang melepas baju dan menunjukkan dada padamu! Bukannya Yukimura agak terlalu balak-blakan di bagian ini!?"

"......?"

Aku kurang menangkap apa maksud Rika jadi aku memiringkan kepalaku dalam kebingungan.

"Ah, aku mengerti." kata Yozora.

"Kamu pikir Yukimura itu cewek kan."

Kali ini giliran Rika yang memiringkan kepalanya dalam kebingungan.

"? Apa maksudnya Yozora-senpai?"

Ahh... Akhirnya aku mengerti apa maksud Yozora.

"Rika. Yukimura itu cowok."

"!?"

Ekspresi yang dibuat Rika waktu aku mengatakannya adalah ekspresi paling bodoh yang pernah kulihat.

"C...Cowok...?"

"Iya."

"Kamu beneran cowok?"

Kali ini Rika bertanya pada Yukimura.

"? Seperti yang bisa Anda lihat saya adalah laki-laki, memang kenapa?"

Yukimura terlihat bingung.

"Meskipun kamu pakai baju pelayan perempuan?"

"...Yah, aku bisa mengerti kenapa kamu heran."

Aku tersenyum masam pada Rika.

Penampilan Yukimura memang layaknya seorang gadis muda cantik bahkan hingga detail terkecil, ditambah dia mengenakan baju pelayan perempuan.

Aku ragu ada orang di planet ini yang bisa tahu kalau Yukimura itu cowok tanpa dikasih tahu terlebih dulu.

Dan setelah kupikir-pikir, memang belum pernah ada yang bilang tentang hal ini ke Rika.

"Jadi aku manggil dia... Yukimura-kun...?"

"Begitulah kira-kira."

"Jadi maksudmu Yukimura menulis baris semacam ini dan baris semacam itu pada Kodaka-senpai meskipun dia itu cowok..."

Rika sedikit bergetar.

"...Hey?Rika?"

Aku memegang pundak Rika, dan saat itu juga

"SHAAAAAAAAAA!!"

Tiba-tiba saja Rika mengeluarkan teriakan aneh.

"K-kamu kenapa?"

Rika, yang sedang terengah-engah, berkata padaku, yang benar-benar kebingungan

"Maksudku, dia itu cowok! Cowok lho! Cowok x Cowok! Dunia BL ada di sini! Rika beneran terangsang sekarang! Rasanya aku mau pingsan!"

"B-begitu ya."

"Senpai!"

"A-apa?"

"Apa Senpai sudah melakukan hubungan seks dengan cew... cowok mengagumkan ini!?"

"Mana mungkin!"

"Ehhh. Seks sesama jenis itu biasa dilakukan sama prajurit zaman dulu loh, dan bahkan Nobunaga pun pernah melakukannya dengan Shingen, jenderalnya yang seksi."

"Iya, tapi aku kan bukan prajurit."

"Gak mungkin..."

Rika terlihat kecewa dari lubuk hatinya yang terdalam.

"Aniki."

Yukimura yang entah kenapa pipinya merona, berkata padaku

"Kalau Aniki menginginkannya, saya tidak keberatan anda melakukan apapun kepada saya."

"OHH MYYYY GODDDDDD!"

Rika berteriak sambil memasang pose kemenangan dengan mata yang berapi-api.

Yang kulihat di sana bukanlah image cewek jenius yang sudah hancur, melainkan seorang cewek mesum sejati.

"Aku ingin cepat-cepat menuliskan rasa gejolak di dadaku ini! Yozora-senpai!"

"Apa?"

"Maukah kau bertukar giliran menulis cerpen estafet denganku!?"

"Enggak."

Yozora, yang mendapat giliran berikutnya, dengan cepat menolak.

"K-kok enggak mau!?"

"Soalnya aku geli ngeliat tingkahmu..."

"Oh gitu ya... mau gimana lagi. Kalau sudah begini Rika cuma bisa membiarkan imajinasinya terbang bebas sampai giliran Rika tiba."

Aku mendapat firasat akan lebih baik kalau Yozora bertukar giliran dengannya.

Aku memandangi Rika yang terus terengah-engah dengan kencang.

"Haa Haa... Kodaka-senpai. Sekarang, kau sudah telanjang dalam pikiranku Kodaka-senpai."

"Berhenti membayangkannya!"

...Itu pertama kalinya aku memukul cewek di kepala.

"Hmph... Cewek itu merepotkan banget..."

Yozora menghela napas sambil berpaling menghadap laptop dan mulai menulis ceritanya.

【Bagian Yozora Mikadzuki】

Kodaka pergi bersama dengan anak buahnya, Yukimura.

Ketika tiba di kota, dia melihat seorang wanita sedang diperkosa oleh sejumlah besar pria yang mengelilinginya.

Wanita yang sedang diperkosa itu memiliki rambut pirang dan mata biru, wajah yang mengesalkan, dada besar yang menjijikan, dan secara umum terlihat seperti orang tolol.

"KAMU GOBLOK YAAA!?"

Sena berteriak marah ketika membaca apa yang ditulis Yozora.

"K-kenapa aku diperkosa di tengah kota!?"

"Diam Daging. Gak ada yang bilang kalau itu kamu kan? Atau kamu sadar kalau kamu itu cewek bertampang tolol berambut pirang dan bermata biru dengan dada besar menjijikan?"

Yozora membalas tenang dengan sedikit nada jengkel pada ucapannya.

"Ghhh... Bagian tentang tolol dan menjijikan itu sama sekali gak benar...!"

Sena dengan enggan melanjutkan membaca sambil menggertakkan giginya.

Wanita tersebut meminta pertolongan Kodaka yang kebetulan lewat tanpa sedikitpun menunjukkan rasa malu.

"Oink oink, kumohon tolong selamatkan aku si babi yang buruk rupa ini. Nama dari babi mengenaskan yang Anda lihat ini adalah Sena Kashiwazaki oink!"

"Barusan kamu menulisnya! Kamu menulis namaku!!"

Teriak Sena, dengan mata berair.

"Kebetulan aja nama kalian sama. Seenggaknya bedakan dong antara fiksi sama fakta Sena Kashiwazaki."

"Jangan pakai nama lengkapku cuma untuk hal-hal kayak begini! Eh bentar, bukannya ini pertama kalinya kamu manggil aku pakai nama lengkapku!?"

Aku sedikit kagum pada Sena yang bisa mengingat hal semacam itu.

"Oh ya? Kalau gitu kamu mesti berterima kasih karena aku menggunakan nama lengkapmu, Sena Kashiwazaki."

"T-tapi kan, uu..."

Sena kembali melayangkan pandangannya ke cerpen sementara pipinya merona tanpa alasan jelas.

Si babi betina yang menjijikan, Sena Kashiwazaki, memohon pertolongan Kodaka dengan cara yang amat menyedihkan.

"Oink oink, Kumohon selamatkan aku oink! Tolong selamatkan wanita bernama Sena Kashiwazaki ini yang nilai keberadaannya jauh lebih rendah daripada seekor kecoak biasa oink!"

Para laki-laki itu terus memperkosa Sena Kashiwazaki tanpa henti.

"Gyahaha, percuma saja kau menangis minta tolong Sena Kashiwazaki! Lagian, kau itu cewek menjengkelkan yang merasa dirinya hebat mentang-mentang kaya dan sedikit pintar, padahal kenyataanya kau hanya pelacur yang kerjaannya main eroge di ruang klub!"

"Jelas-jelas itu aku! Gak mungkin ada orang lain yang kayak begitu selain aku! Bisa gak sih kamu sedikit lebih baik sama aku!?"

Bentak Sena, hampir menangis.

Bahkan aku pun jadi gak tahan melihat Yozora yang berbuat sampai sejauh ini.

Meskipun cuma novel, kayaknya aku kesulitan menikmati adegan kejam kayak gini...

"...Kayaknya aku memang sedikit kelewatan. Kalau gitu, mulai sekarang aku akan berhenti mendeskripsikan adegan pemerkosaanmu."

"Kamu bilang 'pemerkosaanmu'! Barusan kamu bilang 'pemerkosaanmu'! Jadi yang kamu tulis dari tadi itu memang aku kan!!"

"Gak usah memusingkan hal sepele kayak begitu."

Yozora menyapu bersih komplain dari Sena.

"...tapi seenggaknya adegan pemerkosaannya sudah selesai... Kodaka pasti akan menyelamatkannya kan?"

"Tolong aku! Tolong aku! Segera kemari dan tolonglah aku si Sena Kashiwazaki!"

Sena Kashiwazaki terus berteriak minta tolong dengan memalukan.

"Aku menolak. Lagipula, aku hanya tertarik pada gadis kecil."

Kodaka hanya tertarik pada gadis kecil, karena itulah ia mengabaikan Sena Kashiwazaki dan melanjutkan perjalanan untuk mencari mangsa berikutnya.

"Kodaka! Kenapa kamu gak nolongin aku!?"

"Eh!? Bukan aku yang nulis!!"

Aku panik ketika Sena, entah kenapa, membelalak padaku dengan mata yang berair.

"Tunggu, lupakan soal itu, Yozora! Kenapa kamu tulis aku cuma tertarik sama gadis kecil!?"

Saat aku bertanya padanya, Yozora membelalak padaku dan berkata

"Kamu juga gak bisa bedain mana yang fiksi mana yang fakta? Ini cuma fiksi belaka. Gak ada kaitannya sama Kodaka yang asli."

"Bener sih, cuma... Muu..."

Meski belum sepenuhnya puas, aku memalingkan wajahku ke laptop.

Kalau begitu, akan kulawan api dengan api.

【Bagian Kodaka Hasegawa】

Slash! Fwoosh! Bang!

"Gyaaa, kita dijebak!"

Aku hanya berpura-pura mengabaikan Sena, dan dengan cepat berbalik untuk menghabisi para penjahat yang menyerang Sena.

"M-makasih... sudah menyelamatkanku. K-kupikir seenggaknya aku harus berterima kasih!"

Kata Sena (yang asli) sambil tersipu.

"Mengabaikanmu malah akan membuatku merasa gak enak, makanya..."

"Mu..."

Yozora memasang ekspresi kesal.

Berdasarkan info yang kudapat dari para penjahat itu, persembunyian mereka terletak di sebuah gua di barat.

Untuk menciptakan keamanan bagi para penduduk yang tinggal di daerah tersebut, aku memulai perjalananku ke persembunyian para penjahat yang meneror kota.

Tentu saja, aku tidak pernah bermaksud untuk memperkosa siapapun, dan aku yang hanya tertarik dengan gadis kecil juga hanya muslihat belaka.

Itu hanyalah strategi untuk mengelabui musuhku.

Ketika sampai di persembunyian para penjahat, beberapa penjahat mulai muncul dari berbagai arah.

"Siapa kau?"

"Aku tidak perlu memberitahukan namaku pada kalian."

Aku menendang penjahat-penjahat itu kesana kemari.

Orang-orang mungkin mengira aku terlihat menakutkan, tapi mereka tahu kalau sebenarnya aku adalah orang baik dengan rasa keadilan yang tinggi dan hati yang lembut yang tidak akan mengabaikan mereka yang membutuhkan.

"Onii-chan keren banget!"

"Kukuku... Bajingan semacam itu bukanlah masalah bagi belahan diriku..."

"Begitulah Aniki. Aniki sungguh seorang pria sejati diantara pria-pria lain."

Maria, Kobato, dan Yukimura memberiku pujian.

Tapi

"......Kodaka..."

...Hah, kok tatapannya Yozora dingin banget.

Yozora terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu, tapi malah menghela napas dan berkata

"...Yah, yang penting kamu senang..."

"M-maksudmu apa hah!?"

Yozora mengalihkan matanya dengan tampang sedih di wajah dan tidak memberiku jawaban.

...Sial... Apa salahnya membuat diri sendiri terlihat sedikit keren di dalam cerpen.

"Berikutnya aku kan? Hehe... Kubalas kamu sekarang."

【Bagian Sena Kashiwazaki】

Tepat pada saat itu, bos dari para penjahat muncul. Dia adalah wanita berambut hitam dengan tatapan jahat di matanya, dan segala tentang dirinya mirip seperti seekor cacing rendahan yang tidak dapat dibandingkan dengan diriku.

"Gububu, Aku adalah Yozora Mikadzuki, penjelmaan dari kejahatan itu sendiri."

"Akan kuhabisi kau!"

"Gehehe, percuma saja"

Plaaaaakk!

Entah dari mana Yozora mengambil sebuah pemukul lalat dan memukul kepala Sena dengannya.

"Oww! Kok mukul aku sih!?"

"Ada lalat yang mengerubungi daging. Kamu harus hati-hati soalnya daging gampang busuk di musim panas."

Yozora menjawab seolah-olah tidak terjadi apa-apa kepada Sena yang komplain dengan mata berair.

Meski kekuatan Yozora Mikadzuki sangat lemah, tapi dia masih bisa memberi perlawanan sengit pada Kodaka.

Dengan mudah Kodaka jatuh ke dalam perangkap busuk Yozora berhubung Kodaka tidak terlalu pintar.

"Buhyahya, waktunya untuk menghabisimu."

"Sialan, apa ini akhir dari diriku? Oh dewa..."

Mungkin doa Kodaka sampai ke surga. Tiba-tiba saja awan hitam terbelah dan cahaya surgawi turun menyinari dari surga ketika seorang wanita cantik berambut pirang bermata biru, yang dapat dengan mudah dikira seseorang sebagai seorang dewi, turun ke atas mereka.

"...Ngomong-ngomong, mereka lagi di dalam gua." kataku memberitahu.

"Peduli setan, gak usah ambil pusing sama detailnya!"

Secara mengejutkan, sang dewi tersebut ternyata adalah wanita cantik mempesona yang diselamatkan Kodaka sebelumnya, Sena Kashiwazaki.

"Seperti yang kalian lihat, aku adalah sang dewa. Diriku yang diperkosa di tengah jalan hanyalah ujian bagi manusia, dan sebenarnya aku dapat dengan mudah mengenyahkan para penjahat tersebut. Makhluk jahat, enyahlah!"

Saat ia berseru, Yozora dihancurkan oleh petir sang dewa, dan dia berubah ke bentuk yang sama menjijikannya dengan lap debu yang sudah usang.

Plak!

Yozora memukul Sena dengan pemukul lalat tanpa mengatakan apapun.

"U-udah dong mukulnya!"

"Berlututlah dan minta pengampunan dariku Yozora. Jika kau melakukannya, akan kuselamatkan kau karena aku adalah dewa yang murah hati."

"Hiiii, Sena-sama, aku tidak akan berbuat jahat lagi buuu. Tolong ampuni aku!"

Yozora meraung-raung dengan cara yang tidak sedap dipandang mata, dan tanpa rasa malu menjilati sepatuku layaknya seekor anjing.

Kodaka juga berterima kasih kepada sang dewa, dan sebagai hadiahnya aku menginjak kepalanya. Ekspresi Kodaka berubah menjadi penuh kenikmatan dan memohon "Sudilah kiranya engkau mengijinkan aku untuk menjilat kakimu." Aku membuat pengecualian dan melepas kaus kakiku agar Kodaka dapat menjilat kaki-

"Dasar cewek mesum!" "Kamu tolol ya!?"

Teriak Yozora dan aku.

Di saat yang bersamaan Yozora memukul kepala Sena dengan pemukul lalat.

"K-kamu ngapain sih!? Mestinya kamu tuh berterima kasih aku cuma menyuruhmu menjilat kakiku padahal aku bisa membunuhmu dengan mudah!"

Aku jadi pusing melihat Sena yang benar-benar berpikir kalau kami seharusnya berterima kasih padanya.

"...Kamu pikir aku mau menjilat sepatu milik seonggok Daging kayak kamu...? Ini pertama kalinya aku aku merasa benar-benar terhina..."

"J-jangan sok suci deh, kamu malah bikin aku diperkosa!"

Sena yang dikuasai oleh amarah mencoba beradu argumen dengan Yozora, tapi tentu saja Yozora tidak peduli.

"Minta maaf, Daging."

Tiga kata itu dilontarkan dengan sangat dingin hingga dapat membuat tulangmu membeku.

"K-kenapa aku mesti minta maaf..."

"......"

"Uuu~... I-iya deh... Aku minta maaf... Mungkin aku sudah sedikit kelewatan..."

Sena bergumam dengan wajah yang kelihatannya hampir menangis.

"Kurasa kamu gak tulus minta maafnya..."

Kemudian, aku gak tahu kenapa, tapi Yozora menjulurkan salah satu kakinya ke depan Sena.

"A-apa maumu sekarang?"

"Kamu gak ngerti...? Begini kan kamu membuat mereka menunjukkan rasa terima kasih dalam cerpenmu...?"

"G-gak bakal aku melakukan hal kayak begitu... Uuu..."

Sena merendahkan dirinya sambil menerima tatapan dingin Yozora, dan perlahan-lahan meletakkan tangannya pada sepatu Yozora, membuka mulutnya dan

"--Enak aja aku disuruh menjilat sepatumu, bego! Dasar tolol!"

Plak!

Tiba-tiba saja Sena berdiri, mengambil pemukul lalat dari tangan Yozora, dan memukul Yozora di kepala dengannya. Setelah memukulnya sekali, dia berlari keluar dari ruang klub secepat pelari olimpiade.

"BE~GO BE~GO DASAR YOZORA E’EK!!"

"......Daging sialan...!"

Yozora menatap pintu yang sekarang tertutup sambil gemetar karena amarah.

"...Sena udah pergi, tetep lanjut gak nih?"

"Hmph, gilirannya Daging udah habis. Jadi gak masalah."

"...Fufufu... Sekarang akan kutunjukkan sefragmen kecil dari kebijaksanaanku yang melimpah pada kalian makhluk rendahan..."

Kobato melontarkan kalimat tersebut yang membuatku tidak dapat mengharapkan kebijaksanaan apapun darinya, dan kemudian berpaling menghadap laptop.

【Bagian Kobato Hasegawa】

Aku mendekat...

Tepat pada saat belahan jiwaku akan menyentuhkan bibirnya pada sepatu dewa menjijikan yang menyesatkannya itu...

Tiba-tiba saja suara merdu bergema menembus pikiran Loga Wilheim Zeirys...

"Siapa lagi itu Loga!?"

Teriakku kebingungan melihat nama baru yang muncul entah dari mana asalnya, yang kemudian dijawab Kobato

"Tidak mungkin... apa kau sudah lupa? Itulah nama asli dirimu... Tak peduli berapa kali kau telah bereikarnasi, semestinya nama itu sudah terukir dalam jiwamu-"

"Kamu pikir kamu ini siapa, Teisushimaro dari abad ke 6?"

"Aku bukan komedian garing!"

Ohh, jawaban yang brilian adikku.

Bangunlah... Darah kegelapan.

Berkat suara yang merdu dan entah mengapa terasa familiar, pikiran Loga terbebaskan dari genggaman sang dewa dan sekali lagi kembali ke dirinya yang sebenarnya.

Suara itu merupakan suara milik sesama anggota klan malam agung yang selalu mengawasinya, Leysis Vi Felicity Sumeragi, melintasi ruang dan waktu dan menjadi tanda kebangkitan belahan jiwaku, Loga, ke dirinya yang sesungguhnya.

Kenangan tentang mereka pun telah kembali saat itu juga. Kenangan yang manis dan pahit.

Pertemuan yang tak disengaja antara Leysis dan Loga terjadi dulu sekali di 'Transilvania' abad ke 13.

"...Terlihat seperti kisah panjang yang baru saja dimulai."

"Kukuku... jalan yang telah ditempuh jiwaku tidak akan cukup ditulis hanya dalam satu halaman seperti ini..."

"...Ngomong-ngomong Kobato, ini kayaknya cuma salah ketik, tapi yang benar itu Transylvania pakai y, bukan Transilvania."

Wajah Kobato menjadi merah padam.

Wilheim Zeirys, putra dari tuan tanah di masa itu, sedang pergi berburu ketika ia secara kebetulan bertemu dengan seorang gadis cantik yang sedang mandi si sungai.

Mata Wilheim dan gadis tersebut bertemu dan saling terikat oleh ketertarikan satu sama lain.

"...Bagian yang ini kok rasanya agak terburu-buru."

"Kukuku... anak manusia tak akan dapat memahaminya tak peduli berapa kalipun kujelaskan... getaran yang mereka berdua rasakan sudah cukup bagi jiwa mereka..."

Gadis yang memiliki sepasang mata heterokromatik, bukti bahwa ia adalah anggota klan malam, bernama Leysis Vi Felicity Sumeragi. Ia adalah Ratu Malam yang hidup dalam kesendirian.

Kerabat dari sang malam dan bagian dari sang siang.

Cinta terlarang mereka berdua pun akhirnya mendatangkan tragedi.

"...Cerita ini memberiku perasaan aneh."

Setelah selesai membaca, Yozora membuat ekspresi wajah yang aneh.

"Kukuku... Ini hanyalah prolog dari kisah yang keren... butuh setidaknya seratus halaman untuk menceritakan kisah perjalanan kami melewati siklus kematian dan kebangkitan..."

"Tolong simpan kisahmu itu dalam notebook-mu sendiri..."

Kataku letih.

"Kukuku... Akhirnya sekarang giliran Rika."

Kata Rika sambil membetulkan kacamatanya, yang sejak tadi berada dalam mode delusi dan membuat suara-suara aneh seperti "Ah ♥" dan "Stoppp ♥" sambil berguling-guling di lantai (Yozora dan aku pura-pura tidak melihat apa-apa).

Aku mendapat firasat buruk, tapi barusan ceritanya mengarah ke arc Loga dan Leysis.

Dengan begini mestinya dia tidak punya ruang untuk menulis cerita sinting tentang aku dan Yukimura... semoga saja.

【Bagian Rika Shiguma】

Ini dan itu terjadi, yang mengakibatkan Kodaka memperoleh kekuatan kegelapan dan mengalahkan sang dewa. Kemudian Kodaka memutuskan bahwa selanjutnya dia akan menghancurkan seisi dunia.

"""Ini dan itu!?"""

Kobato, Yozora, dan aku berteriak bersamaan.

D-dasar Rika, dia menamatkan arc sebelumnya hanya dengan 11 karakter barusan...!

Satu-satunya yang dapat menghentikan Kodaka tak lain dan tak bukan adalah pelayan setianya sendiri, Yukimura.

"Berhentilah mencoba untuk menghancurkan dunia. Anda masih punya saya Aniki."

"Begitu ya... kau benar, Yukimura."

Kodaka, yang kekuatan kegelapannya telah ditenangkan oleh kekuatan cinta, memeluk erat Yukimura.

"Gyaaa! Jangan, stoppppp!!!(<-- teriakanku)"

"Aniki, punyamu besar sekali..." Yukimura mengambil batang milik Kodaka yang berdiri tegak layaknya Revolving Stake Yalseiten dan membungkus batang tersebut dengan mulutnya.

"Ahh-" Kodaka mengeluarkan erangan yang terdengar mirip dengan suara roda tank Guntanker.

Sambil membuat suara percikan erotik seperti ketika Aigga milik pasukan Zeon mengisi bahan bakar, Yukimura menggunakan lidahnya layaknya Daf Heatwave untuk menggodai meriam partikel milik Kodaka.

"A-Aku sudah tak tahan lagi!" "Terus, terus seperti itu, Aniki." "UNIVERSE!"

Kodaka melepaskan semua syahwatnya di dalam mulut Yukimura dengan sangat kuat hingga dapat mengimbangi kekuatan Breast Flare milik Mazunger X.

"Haa haa..." Kodaka terengah-engah kencang dengan daya pikat yang sama kuatnya dengan Gamudan Exia ketika dia berubah ke mode TransEM.

"Batang Aniki, masih sangat energik..."

Ya, meski barusan menembak, Giga Bazooka milik Kodaka tidak melemah sedikitpun.

"Aku ingin menjadi satu denganmu Aniki..." "Baiklah, sekarang giliranku untuk membuatmu merasakan kenikmatan!"

Kodaka menyiapkan batangnya, yang energinya meluap-luap layaknya bor mega milik GenesicGaoSaiGar, dan dengan ganas menghujamkannya ke dalam buritan Yukimura membentuk sebuah unit kombinasi.

"Ahh-!" Yukimura membiarkan erangan manis terlepas dari mulutnya. Suaranya mirip seperti ketika Marua terkena Nerve Crack milik Death Eve dan-

"Uu~ Aku udah ngisi satu halaman aja... Masih belum cukup nih."

Kata Rika penuh penyesalan setelah dia mengisi satu halaman penuh dengan tidak karuan.

"...Apaan nih..."

"Muu... Rasanya seperti membaca sesuatu yang luar biasa menakjubkan dan luar biasa tak berguna secara bersamaan... Serius deh... apa sih ini..."

Yozora mengusap pelipisnya dengan wajah letih.

"Aniki..."

Aku gak yakin kenapa, tapi Yukimura menatapku dengan ekspresi melamun di wajahnya.

"...Saya bisa memahami sebagian besar yang ditulis di sini. Tapi jika saya berusaha memvisualisasikannya dalam pikiran saya, rasanya kemampuan memproses otak saya tidak kuat atau semuanya tertutup mosaik dan rasanya seperti meledak-ledak..."

"...Aku juga ngerasain hal yang sama."

Untuk kasus ini, mungkin akan lebih baik kalau aku tidak bisa membayangkannya sama sekali.

"Umm Senpai, tolong jangan terlalu serius membacanya. Rika malu... Aku sendiri yang menulisnya, tapi bahkan aku merasa kalau tulisanku terlalu erotis. Rika tidak tahu kalau dia itu gadis yang senakal ini..."

Rika menutupi wajahnya yang merah padam, tapi sejujurnya aku gak tahu apa yang ada dalam pikirannya.

"Haa haa... Rika harus pergi ke ruang Rika dan menggunakan meja untuk menenangkan dirinya..."

Rika terhuyung-huyung keluar dari ruang klub dalam kondisi trans.

"Menenangkan dirimu"? Apa kamu bakal...

"B-berikutnya Maria kan?"

"I-iya..."

Yozora dan aku menoleh ke Maria untuk menyembunyikan kecanggungan kami.

...Hanya saja Maria sudah bergulung di sofa seperti bola dan tidur dengan damai.

"Kukuku... Gadis itu telah ditidurkan dan terhanyut oleh mimpi buruk saat tengah membaca tulisan agungku... Bagaimanapun juga, kekuatan Tuhan tidak ada apa-apanya dibanding kekuatan kegelapan..." kata Kobato.

Kurasa dia bosan dan tertidur.

"Haa..."

Aku menghela napas dan kemudian bertanya

"Apa yang mau kamu lakukan? Kayaknya lebih baik kita membiarkan dia tidur. Sena dan Rika juga udah pergi..."

Yozora menghela napas, masih dengan ekspresi letih di wajahnya.

"...Sekarang sudah larut, kita selesain ini lain kali aja... itupun kalau ada lain kali."

"...Ya, ide bagus."

Sambil memprediksi kalau kami tidak akan pernah lagi melanjutkan menulis cerpen ini, aku menganggukkan kepalaku.

Dan begitulah, tirai ditutup untuk cerpen estafet pertama Klub Tetangga.

Referensi[edit]

  1. Kemungkinan ini mengacu pada karakter dalam light novel “Ranobe bu” karya Hirasaka Yomi sendiri.
  2. Zori http://id.wikipedia.org/wiki/Z%C5%8Dri
Mundur ke Adik Perempuan Kembali ke Halaman Utama Maju ke Karaoke