Saenai Heroine no Sodatekata (Indonesia):Jilid 2

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Ilustrasi Novel[edit]


Prolog[edit]

Pertengahan Juni, matahari senja yang menyinari ruang audiovisual sepulang sekolah jauh lebih tinggi dari awal musim semi......

"Apa yang kau katakan Tomoya, menyelesaikan desain karakter sebelum akhir bulan ini itu tidak mungkin, sama sekali tidak mungkin !"

......tapi, nyaringnya suara kemarahan yang tidak memedulikan perubahan musim seperti itu saja sudah merupakan bentuk kecantikan.

"De, desain kasarnya saja tidak apa-apa !"

"Jangankan desain kasar, orang-orangan saja tidak bisa. Soalnya untuk buku baru untuk event akhir pekan depan, satu halaman pun masih belum kugambar"

"Kurasa sekuat tenaga membusungkan dada meski membongkar kondisi semenyedihkan itu pun tidak akan memperbesar ukurannya kan ?"

"Ah, motivasiku semakin jatuh. Ini flag tidak akan selesai selamanya ?"

Di depan mata orang lain, meski berkelakuan secara berlebihan supaya kelihatan menguasai pun, hanya terlihat terganggu kecilnya ukuran di berbagai tempat dan cuma terus menerus bergerak dengan gelisah.

Yah, biar mengurangi kekurangan itu pun, rambut pirang yang dengan lembutnya bergoyang sambil berkilauan memantulkan terangnya matahari senja, kalau bukan pada orang seperti aku yang berada dalam situasi menyedihkan ini, mungkin akan terlihat cantik hingga tercengang.

Itu, hanyalah penampilan kamuflase sempurna idola sekolah.

Pengarang doujin porno yang berpura-pura sebagai pelukis.

Twintails pirang yang kejam.

Ciri khas teman masa kecil yang sejarah gelapnya tersegel.

Eriri Spencer Sawamura.

"Apa boleh buat, nah, walau pahit keputusannya, bagaimana kalau pertengahan Juli ?"

"Pada waktu buku baru natsukomi[1] memasuki puncaknya seperti itu taman bunga seperti apa yang kau katakan ?"

"Ujian akhir tidak masuk dalam pandanganmu kah ?"

"......setelah natsukomi berakhir segera komitore[2]. Walau buku lipat, aku berencana membuat buku baru"

"Kenapa memalingkan pandangan"

"Apalagi Oktober ada sankuri[3], setelah itu selesai persiapan fuyukomi[4] pada akhirnya. Dengan kondisi tahun ini penuh ya mau bagaimana lagi"

"Bukannya jadwalmu itu benar-benar sama dengan tahun lalu ?!"

"Jangan khawatir ! Karena pasti tahun depan juga benar-benar sama !"

"Hentikan gaya bicara yang sama sekali tanpa harapan macam 'kapan-kapan jika ada kesempatan ~' pada tawaran yang derajat prioritasnya rendah itu !"

Mungkin, itu dianggap poin moe di anime atau komik, tapi jika dilakukan dalam kenyataan menjengkelkan arogansinya tak tertandingi, hari ini pun baik-baik saja.

Lalu, saat itu......

"Ya ampun, kalau kau mengatakan hal-hal semacam itu, tidak ada gunanya lho Sawamura"

"Cih......"

"Ka, kakak Utaha......!"

Dengan suara tenang kepada Ratu Inggris Queen Elilizabeth (Salah satu di antara 17 nama panggilan yang kuberikan sewaktu SD) tapi tanpa sungkan memberikan pendapat, adalah satu orang Yamato Nadeshiko yang lembut dan tenang.

"Yah, aku pun bulan ini ada tenggat pengumpulan plot, jadi artinya sebenarnya agak sungkan memenuhinya"

"Ka, kakaak......"

Tidak, Yamato Nadeshiko itu hanya istilah metafora untuk rambut hitamnya yang memesona, jauh dari penampilan rapi itu juga bentuk kecantikan yang tanpa kasihan dan tanpa ampun mendorongku jatuh ke keputusasaan.

Itulah, teroris budaya yang melakukan bom bunuh diri dan melibatkan sekitar (terutama aku) ini.

Pengarang light novel bertema love-comedy yang berpura-pura sebagai jenius penyendiri.

Rambut panjang hitam bermulut rampus.

Ciri khas mantan pacar yang penuh dengan kesalahan.

Utaha Kasumigaoka.

Ketika dua orang yang dipanggil kedua dewi sekolah swasta Toyogasaki berbaris di depan mata seperti ini, macam-macam perbedaan terungkap di siang bolong, walau ungkapannya sama cantik, aku hanya bisa mengembuskan nafas panjang takjub akan perbedaan kecenderungannya yang sampai sejauh ini.

Satu bentuknya jelas kurus yang diselidiki sampai batasnya.

Satu lekukannya kaya yang hampir tidak muat dengan volume yang besar sekali.

......Yah, ketika memuji-muji keduanya seperti itu, 'siapa yang berdada kecil !?' gendut katamu tadi?' akan berakhir buruk seperti memanggil ular berkepala dua dari semak-semak, jadi lebih baik diam.

"Sebenarnya, sekarang tepat ketika aku mau mulai menulis karya baru. Bagaimana pun juga, untuk memulai serial baru aku harus berjuang sekuat tenaga"

"Hebat !......walau aku menyayangkannya, tapi aku akan menanti karya barunya !"

"Terima kasih......kalau kau sudah membacanya, ceritakanlah kesanmu"

"Tentu saja !"

Tapi orang ini, ketika tersenyum sedikit malu-malu, adalah seorang malaikat hingga membuat tercengang......

"Lalu Juli aku menulis cerita pendek baru untuk majalah. Untuk sementara, aku juga mendapat fitur khusus di halaman pembukaan"

"Serius ? Aku juga akan menanti itu !"

"Kemudian karena ini serial baru, sudah jelas tanpa berhenti sejenak di awal harus mulai menyambung. Karena itu, Agustus sudah harus memasuki pengerjaan plot jilid 2......"

"La, lanjutannya secepat itu, beruntung bisa membacanya......"

"Saat tiba September menulis jilid dua, Oktober kembali menulis cerita pendek untuk majalah......sebenarnya dari awal pembuatan komik pun sudah ditetapkan dan mulai serialisasinya dari awal tahun, ada rapat akhir tahun susah ya"

"Siapa pun tidak ada waktu luang di mana pun kan ! Bagaimana bisa membuat game klub ini !?"

Meski begitu, yang seperti malaikat itu tidak berlanjut, maksudku, setan menyusahkan yang mempelajari teknik 'naikkan dan jatuhkan' secara natural......

Dengan ini itu, baru beberapa hari lalu "legenda galge yang legendaris[5]......bukan, mari buat galge yang legendaris !" demikian sumpah gigih di hadapan 4 orang yang saling berpegangan tangan, tiba-tiba awan gelap menggantung.

"Kau hanya punya waktu luang kan. Bagaimana membuatnya sendiri dengan kerja keras ?"

"Bagaimanapun juga doujin kan. Biar tidak selesai, biar makan bertahun-tahun, biar kemungkinan benarnya hanya 1%[6], asal bertanggung jawab membunuhku sudah menang kan ?"

"Ka, kalian berdua sudah berjanji kan ? Akan bekerja sama denganku membuat game dengan rajin !"

Tapi untuk memastikan kukatakan sekali lagi, yang saling berpegangan tangan 4 orang. Bukan 3 orang, 4 orang.

Di tempat ini semua anggota terkumpul, tidak kurang satu pun, 4 orang.

"Tentu saja aku mengatakan melakukannya, tapi belum berjanji kapan waktunya kan ? Kuharap Tomoya pun mengingat itu"

"Dengan kata lain, jika kami punya niat itu, menyelesaikan gamenya dalam 10, 20 tahun kemudian pun bisa......begitu"

"Kenapa cuma mencocokkan bahan saja kalian sempurna !? Biasanya kalian berdua sepasang pelawak yang saling berselisih !"


Hukum sederhana runtuhnya klub 1

"Jadwal anggotanya sama sekali tidak cocok"


Buruk, kalau begini jejak agung kami tiba-tiba ternoda......

Pengumuman produksi di natsukomi, debut mengejutkan di fuyukomi, kemudian terkenal.

Musim panas tahun depan naik tingkat jadi klub di bagian dinding, musim dingin memasuki perdagangan, semakin sukses besar.

Jika seperti itu tanpa meninggalkan sekitar, pembuuatan novel, komik, drama CD, pembuatan figure, dsb, puncak iklan antar media.

Kemudian pembuatan anime yang ditunggu-tunggu......ya, pembuatan anime adalah hal penting.

Jika animenya berhasil, bersinergi dengan karya asli mungkin kontennya akan bertahan seumur hidup, jika gagal, tinggal menunggu waktu lewatnya sekalian, termasuk karya aslinya.

Oleh karena itu, untuk menang menghabiskan waktu, menghabiskan uang, tapi yang menghalanginya pengumpulan staff.

Asal orang-orangnya sudah terkumpul, sisanya percaya dan serahkan pada kemampuan mereka.

Jika karya aslinya sampai ke isi terlalu banyak halangan, biasanya tidak akan sebaik itu......

"Hei, Rinri"

"......namaku Tomoya"

Yang menarikku kembali ke kenyataan dari penuh mimpi seperti itu adalah panggilan tidak sopannya kak Utaha seperti biasanya.

Apalagi aku tidak berniat membicarakan alasan julukannya padaku itu dalam waktu dekat.

"Selain itu, kurasa ada hal yang harus kau periksa lebih dahulu daripada jadwalnya kan ?"

"Eh, apa itu ?"

"Yah, walau ini masalah yang membayangi segalanya, uang"

"......bukannya uang sudah kau dapatkan untuk persediaan seumur hidup ?"

"......otakmu sekarang pergi ke mana ?"

Ups, sayangnya sepertinya masih ada sedikit yang belum kembali ke kenyataan.

Dalam kepalaku mencapai hingga bayangan menyerahkan lanjutannya ke produk spin-off, tanpa bekerja hidup dengan santai memperoleh penghasilan, menghabiskan masa tua dengan bahagia.

"Ah, yaah, kalau uang untuk sementara sisa kerja paruh waktu bulan kemarin masih lumayan"

"Memang masih belum memikirkannya dengan serius ya ? Yang kukatakan itu macam biaya partisipasi event, topiknya selevel itu loh ?"

"......apa yang kau katakan ?"

"Misalnya, anggap saja gamenya sudah selesai ya ? Nah, walau kurasa sampai situ juga menghabiskan biaya yang lumayan, kalau itu jadi pun jika ingin menjual dengan baik harus membuat produknya"

"Hal itu, yah......"

"Ongkos cetak DVD, membuat manual dan bungkusnya, biaya percetakan......levelnya dari ratusan ribu hingga satu juta uang melayang"

"Sa, satu juta !?"

"Yah, kalau aku salah, bisa sukses dan mengumpulkan uang akhirnya bahagia......tapi, investasi awal untuk sampai ke sana bukan sesuatu yang bisa dipandang rendah"

"Sa, satu juta......"


Hukum sederhana runtuhnya klub 2

"Uang habis terpakai, atau, tidak ada dari awal"


"Menggelikan, kenyataan seperti itu, tidak mungkin si bodoh ini menyadarinya kan"

"Kenapaa ?"

Lalu, setelah penunjukkan yang keras dari hitam, ketajaman lidah kekanak-kanakkannya pirang menusukku.

Eriri mengesampingkan kak Utaha supaya bisa maju ke depanku, kembali membusungkan dada untuk menampilkan aura intimidasi.

......makanya biar kau makin menekankannya pun adanya kak Utaha yang di sebelah hanya akan makin menanamkan padaku perbedaan yang kejam, dasar orang yang tidak belajar.

"Pokoknya pada otaku tipe konsumsi sejak lahir seperti Tomoya, tidak mungkin ada ketahanan, kemampuan analisis dan kemampuan perencanaan untuk membuat produk dari awal. Yang ada dalam otaknya 'Galge terkuat yang kupikirkan akan sukses besar dan dibuat TV anime lalu film anime dan akhirnya film live-action', hanya mimpi yang tak tercapai"

"Jangan berkata bodoh ! Hingga menaklukkan dunia dengan remake film anime lengkap puluhan tahun kemudian juga ada dalam pandanganku !"

"Makin buruk lagi itu !"


Hukum sederhana runtuhnya klub 3

"Pemimpin tidak melihat kenyataan"


"Yah, untuk mewujudkan mimpi seperti itu ada alat yang diperlukan kan ?"

"Ka, kakak Utaha......"

Kemudian, menerima embusan kekanak-kanakkan, bisikan hitam melanjutkan lagi.

Ketika Kak Utaha tiba-tiba mendesak dirinya ke depan Eriri, ia mendekatkan wajahnya sampai nafasnya mencapai ke telingaku.

Walau Eriri mulai menggerutu di belakang, saat terpukau dengan volume yang sempurna ia menghilang dari pandangan.

"Lalu, mau bagaimana ? Meminjam uang dengan walau pakai kredit konsumen ? Atau bahkan menjual ginjal ?"

"Kejam, terlalu kejam kak !?"

Kemudian, menerima embusan kekanak-kanakkan, bisikan hitam melanjutkan lagi.

"......jika kau ingin, mau aku beri pinjaman ?"

"Eh, tapi......"

"Tak usah segan-segan ya ? Bukannya aku tidak memilikinya"

Mm, jika diingat......

Orang ini, dengan kedudukan sosial siswa SMA, adalah pengarang light novel populer yang menjual total lima ratus ribu semua lima jilid karya debutnya.

Dengan kata lain, err, total lima ratus ribu itu royaltinya......seandainya sebuah 600 yen, lalu bagian pengarang □%, maka lima ratus ribu x 600 x □% itu.........

............?

"Serius !?"

"Ah, tapi tentu saja tidak mungkin tidak ada bunganya ?"

Tanpa berani membalas time-lag reaksiku yang belum selesai, seperti biasa kak Utaha memutar dan menyelinap, tepat ke kananku.

"Ti, tidak, tapi barang yang harus dikembalikan......"

"Aku tidak mengatakan dengan uang kan ? Cara membalas budinya juga, itu sendiri ada bermacam-macam"

Kata Kak Utaha, matanya bersinar mencurigakan.

Ya, kira-kira itu persis lintah darat atau janda dari bangunan eropa di adventure game.

"Ta, tapi ginjalku......"

SaeKano prolog 01.jpeg

"Bahan seperti itu sudah pasti bukan ? Bukannya permintaan yang berat. Mungkin, levelnya mengecewakan sepenuh hati"

"Be, betul ?"

"Yea, soalnya aku tidak sebegitu tertariknya dengan uang"

Hebatnya orang yang melaporkan pajak tahunannya pada usia seperti ini bicaranya beda......

"Ka, kalau begitu, apa yang harus kulakukan......?"

"Hal itu......"

Di telinga kananku, berembus nafas panas kak Utaha.

Ya, kira-kira itu persis karakter kakak perempuan atau karakter ibu guru di galge.

"Jadi......"

"Hentikaaaaaaan ~!!!"

Saat itu, dengan timing terpola yang menyegarkan, rambut pirang yang diikat di kedua sisi menggambar lintasan seperti angka delapan dan menghantam kedua pipiku berkali-kali.

Menggunakan rendahnya tinggi badan sendiri, untuk memasuki jarak antara aku dan kak Utaha dengan menunduk[7].

Betapa seorang infighter berdarah murni. Tidak, cuma campuran Jepang-Inggris.

"Su, su, sudah cukup, Utaha Kasumigaoka !"

Apalagi kalimat yang berlanjut masih menampilkan polanya.

"Tapi uang penting kan ? Sawamura juga berkata maaf kalau kerja gratis kan ?"

"Bukan di situ yang dibahas. Atau maksudku jangan menggunakanku sebagai contoh !"

"Bahkan aku tidak mengatakan pertimbanganku yaitu supaya kegiatan klub berlanjut dengan mulus seperti itu"

"Gaya bicara selalu mengejek orang seperti itu !"

Sudah kuduga kedua orang ini, sepasang pelawak yang saling tidak cocok ketika menuruni panggung......


Hukum sederhana runtuhnya klub 4

"Perselisihan sesama anggota"


"Kalau membencinya sejauh itu, seharusnya Sawamura yang meminjaminya uang kan. Toh kau sepenuhnya memperoleh uang dari pemasukan doujin kan ?"

"Mana kutahu semacam itu ! Harga, jumlah salinan, jumlah terjual, bagian keuangan kuserahkan pada Papa"

Hebatnya orang yang menyerahkan sampai pajak tahunannya sendiri ke orang tua bicaranya beda......

Tidak, mungkinkah disembunyikan dengan kekebalan diplomatik, kekayaan orang ini.

"Walau akhirnya kesempatan untuk menolong kesusahannya......menyesal pun kau tidak tahu ?"

"Aku tidak punya hobi memperlakukan lelaki sebagai budak atau gigolo sepertimu !"

Ah, jadi budakitu yang hampir dikatakannya beberapa saat lalu......

"Tidakkah kau pikir wanita yang diam-diam mendukung kesuksesan lelaki itu ada romansa tradisional ? Tapi kurasa pada seri baru kali ini akan kumasukkan satu heroine seperti itu"

"Sudah sama sekali tidak tersembunyi dalam bayangan, pokoknya orang ini tidak berhasil, sebelum itu aku tidak mungkin menyadarinya sebagai lelaki"

"Pada bagianmu yang kelihatan jelas seperti itu, aku benar-benar tidak benci tahu ?"

"Aku benar-benar benci pada bagianmu yang jahat dari lubuk hati itu tahu !"


Hukum sederhana runtuhnya klub 5

"Dalam klub terbangun hubungan bersegi banyak......?"


"......haah"

Beberapa detik setelahnya, yang tertinggal dalam ruang kelas itu adalah aku yang mengembuskan nafas panjang.

Maksudku kedua orang itu, telah pergi keluar sambil saling cekcok tanpa memberikan kesempatan untukku ikut campur.

Luar biasa, tidak satu pun kemajuan dari satu bulan lalu, kedua orang itu......

"......haaaah~"

Dan sebagainya, sekarang aku tidak punya waktu mengembuskan nafas untuk mengkhawatirkan orang lain.

Bagaimana pun juga, yang tidak satu pun kemajuan dari satu bulan lalu itu, aku juga sama.

Dibimbing oleh takdir dan pertemuan dengannya, Maret.

Membakar harapan yang besar, bertekad memproduksi game, April.

Setelah melewati berbagai liku-liku, mengumpulkan anggota terkuat, Mei.

Kemudian, menimpa cobaan secara berurutan Juni ini......

Pada awalnya, rintangan berupa waktu mendekat di depan mata.

Tanpa sempat melampauinya, rintangan berupa anggaran muncul di depannya.

Pada akhirnya, rintangan beberapa tingkat lebih tinggi daripada itu berupa jiwa kerja sama menjulang tinggi.

Dipikir bagaimana pun, situasi sampai sekarang sudah tidak ada lagi yang bisa dijelaskan.

Makanya, sudahlah, menyerah juga tidak apa-apa. Tidak masalah jika memutuskan mundur dengan berani.

Sejak awal rencananya dimulai dari ide sederhana.

Di sana tidak ada hal-hal seperti pertarungan yang mempertaruhkan kehidupan serta hidup mati manusia.

Makanya, hanya satu kata, mau bagaimana lagi.

Tetapi......

"Ngomong-ngomong, dari tadi apa yang kau lakukan Katou ?"

Biar melepaskan Copy-paste jilid 1ratapan yang sama dengan saat April itu sampai kapan pun tidak ada yang bisa dilakukan.

"Mmm, memikirkan nama klub"

"......Nama klub ?"

Karena tidak ada yang bisa dilakukan, tanpa ikut-ikutan ikut-ikutan kerusuhan di sini sama sekali, memanggilnya "orang keempat" yang memperlihatkan secara penuh kemampuan bersembunyinya di pojok kelas.

"Ya, meski sudah lewat 1 bulan sejak berdiri, klub kita itu masih belum ada namanya"

"Ah, ya......begitu ya"

Ngomong-ngomong......

Di sini pun, orang yang tidak berubah apa-apa sejak April.

Manis dan cantik berdampingan secara setengah-setengah, entah bagaimana penampilan anggun yang tidak bermandikan perhatian.

Bob-cut yang sedikit kurang keistimewaan dalam volume.

Tubuhnya lebih tinggi dari Eriri, lebih rendah dari kak Utaha.

Kebetulan, lebih kaya dari Eriri, dari kak Utaha. Miskin......

Entah ketidakmenonjolan ini juga suatu bentuk kecantikan yang mengesankan......kah ?

"Bagaimana dengan ini ? 'Tomoya no Yukaina Nakamauti'[8]......"

"......ah, tidak, apalagi karena ada klub terkenal yang namanya lumayan mirip"

"Begitu, tidak bisa ya"

Ya, tidak bisa, prioritas segala sesuatu itu.

Bagaimana pun juga, sekarang bukan situasinya untuk itu......

Yah, mungkin tidak mengerti, tapi biar mengerti pun mungkin tidak ada yang berubah, orang ini.


Hukum sederhana runtuhnya klub 6

"Ada orang tidak berguna yang tidak mengerti kenapa ia berada"


Tidak, tidak, ia bukannya tidak berguna atau contohnya.

Sebaliknya, awal dari segalanya bagiku. Lambang, simbol, dengan kata lain, paduka klub ini.

Main heroine game, cerita, dan untukku, Megumi Katou.

Dibimbing oleh takdir dan pertemuan dengannya, Maret.

Musim semi ketika aku yang sedang kerja paruh waktu, dengan angin yang tiba-tiba, memenuhi penyatuan yang dramatis dengan Katou yang kebetulan lewat, membangkitkan otak galgeku.


Membakar harapan yang besar, bertekad memproduksi game, April.

Mengetahui sebenarnya sekelas selama lebih dari dua minggu lewat pertemuan kembali, tahun ajaran baru membuatku menyadari kalau kebetulan dan takdir adalah hal yang sama sekali berbeda.

Meski manis tapi tidak menonjol, meski menikmati percakapan tapi tidak berdebar-debar, meski aku sepertinya membiarkan segalanya tapi itu tidak bisa kubiarkan......

Anak perempuan bernama Megumi Katou seperti karakter moe lokal yang desain karakternya tidak terlalu halus itu, aku memutuskan untuk merombaknya dengan mengerikan menjadi main heroineku yang ideal.


Setelah melewati berbagai liku-liku, mengumpulkan anggota terkuat, Mei.

Demi Katou, demi aku, melepaskan jaringanku yang tergila sebagai yang terkuat, yang terus tersegel sampai sekarang.

Kemudian yang dipanggil adalah, Eriri Spencer Sawamura dan Utaha Kasumigaoka.

Kedua dewi sekolah swasta Toyogasaki yang kemampuan, paras cantik, kenamaan, serta tingkat kesulitan menanganinya paling tinggi.

Sudah jelas, undangannya dipenuhi dengan kesulitan, kupikir apakah biar menyerah saja untuk sementara, golden week.

Tapi yang entah bagaimana berhasil memasukkan gadis-gadis itu ke dalam kelompok dengan usaha keras dan terus-menerus, bukan aku.

Katou yang kutetapkan seenaknya tidak punya motivasi dan hanya mengikuti arus berhasil melakukannya.

Oleh karena itu, klub kami yang bahkan namanya saja belum ditentukan, dengan ini terwujud di sini.


Kemudian, menimpa cobaan secara berurutan Juni ini......

Megumi Katou hari ini pun, berusaha keras untuk berguna demi klub.

"Ah, ya"

"Apaan ?"

"Nah, kalau begini ? 'Akkanbe Soft 4'......kan didirikan oleh 4 orang"

"......itu mirip dengan nama produsen besar dalam perdagangan. Apalagi sampai 3[9]"

Ya, berjuanglah, lambang klub kami......


Hanya dengan menciptakan kemungkinan sudah out[edit]

"Terima kasih banyak ~ Silakan datang lagi ~"

Jika menuruni tanjakan detektif di daerah sekitar dan belok kiri di persimpangan dan dari situ terus sepanjang jalan raya sekitar 200 meter, di sana, pada akhirnya adalah daerah sekitar.

Restoran keluarga 'Famille' yang sedekat itu, walaupun seharusnya malam minggu merupakan waktu tersibuknya, baru memasuki delapan menit.

"Untuk empat orang pengunjung kah ? Merokok atau tidak ? Kalau begitu silakan ke sini. Daerah bebas rokok untuk empat orang ~"

Bagaimanapun juga tempat ini terletak di tempat yang tanggung dari stasiun mana pun, juga ada masalah leher botol yaitu tidak bisa mendapatkan tempat parkir meskipun di sepanjang jalan raya karena tempatnya sempit, sebatas yang kutahu tidak ada toko yang bertahan lebih dari setahun berada di lokasi keluar masuk yang mengerikan ini.

"Stew hamburg steak dan set makanan jepang anda......maaf membuat menunggu. Mohon berhati-hati karena piringnya panas"

Yah, sebaliknya, justru karena toko ini berada di tempat seperti itu, jika dilihat dari sisi kerjanya, reputasinya bagus sebagai kerja paruh waktu lumayan yang pada waktu puncak pun tidak akan berakhir dengan sangat sibuk.

"Pesanan masuk~, selanjutnya mohon bayar tagihannya ~ ! "

Lalu posisiku sekarang, sebagai sisi pekerja di tempat ini.

Dengan kata lain, obrolan yang kedengarannya sibuk dari beberapa saat yang lalu itu, jujur saja adalah aku.......

"Bisa minta waktu sebentar, Aki ?"

"Ah, manajer, ada apa ya ?"

Tentu saja, tidak hanya sekadar bekerja.

Jika ada staf yang suka game di dapur, akan kujelaskan dalamnya memainkan galge.

Jika para pelayan tertarik dengan anime yang ngetren di ruangan, akan kuikuti kumpulan itu.

Jika ada pelanggan yang membentangkan barang promosi karakter di meja, dengan santai akan kubisikkan judul karyanya.

"Mengenai rencana tie-up yang kau ajukan sebelumnya......walau aku dapat berhubungan dengan agen melalui kantor pusat, nampaknya mereka ingin menyetujuinya"

"Serius ?!"

......apalagi, jika ada rapat perencanaan di ruang manajer aku ikut serta walau tidak dipanggil, mengemukakan usulan kolaborasi event untuk rencana berikutnya penayangan anime di televisi.

"Oleh karena itu, mereka ingin konsultasi soal barang apa saja yang dipersiapkan, bagaimana mengiklankannya, dan sebagainya. Bagaimanapun juga, aku tidak terlalu mengerti masalah semacam itu"

"Baiklah, baiklah ! Mohon biarkan aku melakukannya karena ke mana pun aku akan berangkat !"

Aku ingin menjadi otaku seperti itu.

......tidak, tapi mungkin sudah jadi seperti itu.

"Nah, mari kita lanjutkan pembicaraan itu mulai minggu depan......hari ini kau boleh pulang segera Aki"

"Tidak, hari ini pun aku akan berusaha keras hingga toko tutup"

"Itu berusaha terlalu keras namanya. Kemarin, hari ini juga, dari pagi tadi terus bekerja tanpa beristirahat kan ?"

"Tidak apa-apa, karena aku punya tujuan yang harus kucapai ! Untuk itu dipekerjakan sehari lima belas jam, disuruh menyiapkan toko tutup dua jam sebelumnya, hampir semua waktu lembur tidak dibayar, lalu dipaksa mengikutinya secara sukarela juga tidak masalah !"

".......walau kau mengatakannya tapi aku tidak sejahat itu. Pertama-tama, kau sangat-sangat bersemangat bekerja kan ?"

"Ya tidak lah, itu kan contoh, hanya contoh !"

Manajer toko yang berusia tiga puluhan, kurus, pendek dan lemah, dengan ekspresi sedikit cemas menyentuh kacamatanya.

Aku lumayan akrab dengan orang ini, walau bukan otaku tapi mungkin karena sesama karakter berkacamata.

"Yah, aku tertolong karena kau melakukan macam-macam dengan inisiatif sendiri walau kerja paruh waktu, tapi sama sekali jangan lakukan yang tidak-tidak ya ?"

"Tidak apa-apa ! Karena kurasa pekerjaan ini, adalah panggilan hidupku !"

"Haha, dapat diandalkan dong"

Ngomong-ngomong, langsung bekerja mengantar koran segera setelah anime tengah malam selesai juga panggilan hidup.

Jasa pindahan selain upah per jamnya tinggi juga bisa masuk dan keluar kapan saja adalah panggilan hidup.

Toko rental di mana besar persentase orang berminat sama dan bisa berhubungan dengan film terbaru secara gratis adalah panggilan hidup.

Kesimpulannya......aku, gila kerja.

Bekerja walau bersyukur pada hari Thanksgiving Buruh[10], juga bekerja pada hari Buruh [11] walau menuntut hak.

Aku ingin menjadi otaku yang mencukupi dirinya seperti itu.

"Ah, kalau begitu aku akan kembali, dengan ini"

Lalu, saat itu lonceng di ruangan berbunyi, memberitahukan kedatangan pengunjung baru.

"Nah, mohon bantuannya minggu depan ya, Aki"

"Trims ~ !"

Ketika menuduk dalam-dalam pada manajer, dan meninggalkan ruang manajer dengan gagahnya, aku kembali ke ruanganmedan perang sekali lagi.

Masih sekitar tiga jam lagi sampai restoran tutup......tidak, ayo kejar dengan kekuatan penuh tanpa santai-santai hingga musim dingin !

Lalu, aku pasti mendapatkannya.

Ongkos cetak DVD, membuat manual dan bungkusnya, biaya percetakan, lalu sekalian termasuk biaya untuk skenario dan gambar aslinya, biaya besar yang melebihi sa-satu juta !


"Selamat datang, untuk berapa orang......!?"

"Eh, Aki ?"

......saat aku membakar semangatku lagi.

Pemandangan yang membekukan perasaanku dalam sekejap itu terbentang di hadapan mataku.

"......du-dua orang pengunjung. Merokok......"

"Ah, bebas rokok. Apa, kerja paruh waktu baru lagi ya ?"

Bagaimanapun juga, yang ada di sana adalah......

"Eh ? Kenalannya Megumi ?"

Ya, yang di sana adalah Megumi......atau Katou.

Hal itu benar-benar seperti adegan yang diwarnai ketidaksengajaan pada manga atau light novel di mana-mana.

Hanya saja, orientasinya bukan pada jenis moe love-comedy yang aman-aman saja......

"Ah, ya, teman sekelas. Tomoya Aki"

"Hei ~ Kebetulan ya. Ah, namaku Keiichi Katou, mohon bantuannya"

"............sama-sama"

Ya, jenis keadaan ruwet, atau NTR......


※ ※ ※


"Oh Keiichi ? Ya, sepupuku"

"Se, sepupu......?"

SaeKano v02 ch01 01.jpeg

Awal Senin pagi.

Dengan keributan kelas sebelum pelajaran, aku menetapkan hati menanyakan pada Katou masalah kemarin.

Memang, kali ini tidak bisa menunggu hingga kegiatan klub sepulang sekolah.

Bagaimana pun juga, karena ini adalah krisis soal kelanjutan klub.

Tetapi......

"Ya, selain itu, ia mahasiswa tahun keempat jurusan kedokteran Jouhoku"

"Ma-mahasiswa kedokteran !?"

"Sejak kecil ia siswa teladan, jadi bahan kebanggaan seluruh kerabat, beda dengan saudari keluarga Katou"

"Mahasiswa kedokteran......"

"Minggu lalu, paman sekeluarga datang main setelah sekian lama dan bersama orang tuaku pergi nonton drama, meninggalkan kami berdua tanpa makan malam"

"........."

Balasan Katou, sepenuhnya biasa seperti biasanya.

"Daripada itu Aki, kau benar-benar cocok dengan kerja sebelumnya ya. Berkali-kali disapa orang-orang di restoran"

Hampir sepenuhnya mengabaikan bahwa secara kebetulan mengunjungiku, di restoran tempatku kebetulan bekerja paruh waktu itu dalam suatu arti adalah situasi yang telah ditakdirkan.

"Benar, otaku yang punya kemampuan komunikasi tinggi seperti Aki itu tidak sering ada kan ?"

Saat itu, yaitu bersama dengan lelaki lain, dalam suatu arti situasinya seperti shuraba.

Penyelesaian cepat dengan satu kata 'sepupu'.

"Normalnya orang-orang seperti itu, walau sangat akrab di antara sesamanya, tapi di luar itu, sama teman sekelasnya juga jarang ngobrol kan ?"

Kemudian, seringkali dengan menambahkan episode mengharukan melibatkan sesama kerabat keluarga, aku mengambil sepenuhnya rasa tegang orang ini.

......walaupun tak masalah bagiku, memberikan baretmu pada sepupu juga tak masalah, jangan meningkatkan hubungan kekerabatan, keluarga Katou.

"Kalau Aki, jangankan kelas atau seisi sekolah, pergi ke mana saja tidak berubah kan. Tanpa takut, langsung berteman dengan siapa pun.......aku iri pada bagian itu"

Sungguh, justru karena ini ya Katou......

Apa pun yang terjadi tidak akan jadi drama, securiga apa pun sama sekali tidak akan khawatir, main heroine gampangan seperti peran pembantu yang punya rasa aman hingga menjijikan......

"Memangnya ada yang seperti ituuuuuu~!!"

"Aki ?"

......sampai malam kemarin.

"Ka, Katouu ! Apa kau mengerti apa yang telah kau lakukan ?!"

"Ah, mungkinkah kau tidak suka dilihat saat bekerja ? Maaf, tapi itu kebetulan"

"Tidak, makanya bukan soal aku !!"

"......?"

"Itu, itu......itu tidak boleh !"

"Itu apa ?"

"Makanya itu...anu, ia......orang itu !"

"......Keiichi ?"

"Ya, Keiichi !"

Walau di restoran keluarga terus duduk menghadap Katou, lelaki yang makan bersamanya dan mengantarnya pulang dengan mobil !

Walaupun kakak sepupu tapi mahasiswa kedokteran ! Mobilnya Audi pula !

Sekalian poninya halus, cocok dengan ungkapan seorang dengan dagu ramping[12] yang pernah ngetren dulu, penampilan yang tidak terasa berminyak......tidak pula kulit kering......ah sudahlah aku tidak peduli lagi !

"Ada yang salah dengan ia ?"

"Maksudku ia ! Itu yang kukatakan tadi !

"Uwa......"

Kata Katou mundur dengan hebatnya.

Tidak, aku mengerti. Memang aku yang sekarang menjengkelkan. Biar tidak melihat dari awal pun terlalu menjengkelkan dengan hebatnya.

Tetapi, sebagai galgamer aku tidak mungkin mundur di sini.

"Ka, Katou, dengar ya......ada hal yang ingin kukatakan padamu"

"Y-ya ?"

"Berhentilah dengan orang itu......"

"Apanya yang berhenti ?"

"Macam-macam ! Makan bersama, naik ke mobilnya, semua hal yang sepertinya mengundang kesalahpahaman !"

"Maaf, sudah kuduga aku tidak mengerti maksudmu. Soalnya Keiichi kan kerabatku ?"

"Dilarang memanggilnya dengan nama itu !"

"Tapi kau masih memanggilku Katou"

"Be, betapa kebetulannya...... apa ini kenakalan takdir ?!"

"......kemungkinannya, bukannya sekitar seperempat ?"

Te-tenanglah, jangan gelisah Tomoya Aki.

Katou hanya tidak menyadari ini......seberapa seriusnya pengkhianatan terhadap moe user.

Oleh karena itu, seharusnya ia mengerti jika aku menjelaskan dengan baik dan mendetail.

"Kakak sepupu itu......adalah flag kakak laki-laki yang terlalu kuat......"

"......apa-apaan itu ?"

"Cerita semasa kecil......"


Setiap tahun, saat tahun baru dan festival obon, yang hanya bisa bertemu ketika seluruh kerabat terkumpul di kampung halaman adalah anak laki-laki yang dengan kepintaran dari umurnya yang lebih tua, lebih dewasa dari anak perempuan......

Anak perempuan yang selalu berlarian mengitari bukit dan ladang bersama anak laki-laki sebaya itu tapi entah bagaimana anehnya jadi malu di hadapan anak laki-laki yang tersenyum simpul ke arahnya, walau menyesal mengejeknya dan menghindarinya secara aneh saat hari perpisahan, itu adalah kebiasaan tiap tahun.

Tetapi suatu tahun, datanglah titik balik.

Saat menolak ajakan dari anak laki-laki seperti biasanya dan pergi ke gunung sendirian, anak perempuan itu tanpa sengaja kakinya terkilir dan tidak bisa bergerak.

Ketika tersadar dalam sekejap senja tiba di gunung, gaok gagak yang mengerikan bergema dalam hutan yang suram, kelelawar mulai beterbangan di sekitar.

Pada anak perempuan yang gemetar hingga tidak bisa mengeluarkan suara minta tolong, dikuasai ketakutan alih-alih kesendirian seperti itu, seorang anak laki-laki muncul menembus semak-semak.

Saat digendong ia yang dipenuhi goresan menuruni gunung, suara yang tidak keluar hingga beberapa saat lalu mulai mengalir bersamaan dengan tangis, terus-menerus menangis di belakang hingga sampai di rumah nenek.

Kemudian, yang terus memanggil anak laki-laki itu 'kakak' berkali-kali dengan suara yang dipenuhi tangisan adalah Megumi.


"............"

"............"

"Tidak, biar kau katakan 'adalah Megumi' itu"

"Lalu, dengan ingatan pada masa itu yang timbul di kepala saat ini, apa kau tidak berbisik sendiri hingga tak terdengar macam 'Bolehkah kupanggil kakak setelah sekian lama ?' di tengah makan malam ?"

"Normalnya tidak loh"

"Orang melakukannya di galge !"

"Eh ~"

Apalagi hanya pada waktu itu ia jadi 'Eh ? Tadi kau mengatakan sesuatu?" si brengsek tuli bego luar biasa itu sudah......!

"La, lalu janji pernikahan ! Apalagi terus percaya dan menunggu janji sewaktu masa kecil itu !"

"Makanya karena kerabat aneh kan kalau berpikir seperti itu"

"Tidak aneh, kalau aku Keiichi akan merasa sangat moe !"

"Eh~"

Sepupu adalah kekerabatan tingkat empat[13]yang bisa menikah.

Apalagi karena dibesarkan bersama sejak masa kecil langsung jadi 'kakak' itu bibit utama kandidat protagonis galge.

Memangnya ada orang yang tidak ingin posisi pahit manis seperti itu ? Tidak, tidak ada !

......terbatas bagi otaku sih.

"Kalau Katou gadis normal untunglah......"

"Tapi kurasa aku akan dimarahi kalau selalu terlalu normal pada Aki"

"Tapi kau yang sekarang heroine galge yang dibebani oleh larangan percintaan seperti A*B[14]"

"Sejak kapan hal semacam itu......?"

"Namun kalau muncul karakter rival yang terus mendirikan flag itu dan mengacuhkan user yang merupakan protagonis itu sudah......kh"

"Eh, Keiichi juga muncul di game ?"

"Apalagi seolah-olah pamungkasnya pada hari kau datang dengan mahasiswa kedokteran !"

"Ngomong-ngomong apa kau punya suatu prasangka pada mahasiswa kedokteran ?"

"Katou tidak mengerti......mungkin, seumur hidup"

Antara kami galgamer dengan mahasiswa kedokteran, menghadapi main heroine yang sama sekali tidak memendam apa-apa perbedaan rasa jauh itu seperti ye ye ye.

"Fuu...h"

Lalu aku menghirup satu nafas besar menenangkan hati, sekali lagi menghadap Katou dengan ekspresi yang tulus.

"Katou, sekali lagi kumohon......"

"Ah~, ya"

Kemudian Katou dengan ekspresi yang datar yang seimbang menunggu kata-kataku.

"Mungkin tak masuk akal. Mungkin menjengkelkan. Mungkin kau akan berpikir bodoh kah orang ini ?"

"Err, maaf. 'Mungkin'-nya itu tidak perlu......"

"Biarpun begitu, kuharap jangan bertemu dengannya......dengan Keiichi untuk sementara. Kalau bisa sampai gamenya selesai kuncilah perasaan cinta itu"

"Pertama-tama sudah berapa kali kukatakan itu bukan cinta......"

"Ini bukan hanya sekedar keegoisanku......"

"Ah, aku mengakui kalau kau memasukkan keegoisanmu"

"Sebagai kreator yang bersumpah untuk membuat galge terkuat, sebagai perwakilan klub yang bersumpah untuk menyukseskan rencana ini, kemudian, sebagai tuan produser yang bersumpah untuk menjadikanmu main heroine !"

"Kenapa cuma yang terakhir pakai tuan ?"

"Kumohon yang[15]...... Katou !"

Aku memohon dengan menundukkan kepala dalam-dalam hingga membentur meja.

Karena ini adalah perasaan yang paling bisa kulakukan sekarang.

Pada Katou, aku percaya telah menyerahkan seluruh keinginan galgamer......,

"Errr, maaf. Tapi aku akan jalan bareng segera akhir pekan ini"

"Ooouuuuuuuttt ~~~ !!"

Ketika aku mengangkat tangan kanan mengacungkan jempol, membengkokkan kaki ke luar, menurunkan pinggang[16], lonceng pertama bergema dalam kelas.

......selain itu, walau tepat di tengah percekcokan yang mungkin bisa ditangkap sebagai percekcokan antar kekasih kami yang mencolok seperti ini pun, teman-teman sekelas sama sekali tidak menghiraukannya seperti biasa.


※ ※ ※


"I, ini mal Rokutenba[17]......?"

Tengah malam di kamarku, hari ini tidak terdengar suara anime yang biasanya.

Sebagai gantinya yang berbunyi hanya suara gerakan HD Recorder menderu tenang. Suara membalik halaman majalah. Kemudian campuran desah dan monologku.

"Perginya ke tempat ini......?"

Keringat dinginku menetes lagi pada halaman berwarna Ja**n & Tokyo **lker[18] yang terbentang di atas meja.

Pada halaman itu ditampilkan tulisan 'Bulan ini buka ! Artikel panjang Mal Rokutenba' dengan banyak foto berwarna.


Mal Rokutenba.


Berdasarkan artikel di majalah kota, adalah shopping mall yang dibuka di Kota Tamasaki[19] awal bulan ini.

Menurut artikel pengantar, pada area perbelanjaan terkumpul lebih dari 100 merek dari dalam dan luar negeri, dan lagi, area restoran dengan lebih dari 30 toko ternama tersedia, selain itu juga didirikan kompleks bioskop, sebuah fasilitas raksasa.

Ya, ini adalah tanah terjanji Katou......

Tempat yang dijanjikan untuk jalan akhir pekan ini dengan sepupunya, Keiichi.

Lalu sekarang, adalah tempat yang sudah ditetapkan untuk jalan denganku, akhir pekan ini......


Er~mm, mari menceritakannya dengan teratur.

Awalnya, sepertinya Katou mencoba mengajak gadis-gadis teman sekelas.

Kemudian ditolak mentah-mentah dengan alasan 'tidak mau pergi karena setelah buka langsung penuh sesak'.

Sepertinya begitu. Aku sangat mengerti perasaan teman itu.

Di tengah terik ini, yang menghabiskan tidak kurang satu jam berdesak-desakan dengan orang di kereta itu orang M macam apa (Tapi kalau Comiket beda).

Lalu, ketika bicara masalah itu dengan lelaki kerabat yang datang main secara kebetulan, sepertinya rencana pergi main bersama telah diselesaikan dengan lancar. Apalagi jadi diputuskan untuk diantar dengan mobil.

......Tidak begitu. Dengan keakraban seorang kerabat, menemaninya pada siksaan seperti itu adalah Keiichi yang keluar dari daerah orang suci.

Daripada itu, berpikir adanya maksud tersembunyi aku sangat bisa mengerti. Tapi aku sama sekali tidak bisa menerimanya !

Dengan ini dan itu, aku yang tidak bisa menyetujui satu-satunya rencana Katou itu tipikal protagonis galge, tanpa sadar berteriak saat itu juga......


'Maka sebagai gantinya aku akan pergi ! Aku akan menemani Katou bersama ke mal Rokutenba !'

'Aki mau ? Ya, kalau begitu okelah. Akan kukirim email penolakan ke Keiichi'

"Oke !?"

Walau sampai saat ini, aku memandang rendah baiknya hubungan (bagaimana pun) dengan Katou.

Tapi, ketika aku pikir memang kasihan Keiichi, sepertinya ia dengan cepat membalas 'Mengerti. Salam untuk pacarmu'.

Bukannya itu cuma sekedar hubungan kerabat ? Eh tapi dari awal Katou sudah bilang begitu.


"I, ini mal Rokutenba......"

Kemudian waktu bergerak......maksudku ketika aku sadar kembali, keringat dingin bercucuran.

Berapa banyak pun membaca artikel liputan khusus, bayanganku yang berada di tempat itu tidak bisa terpancar.

Bagaimana pun juga shopping mall ini dibuat sepenuhnya untuk riajuu pada umumnya seperti keluarga atau pasangan.

Tidak ada fasilitas yang lembut dengan otaku macam planetarium, akuarium, atau taman hiburan.

Walau ada kompleks bioskop yang hampir bisa, nampaknya seluruhnya tidak ada tempat yang menayangkan anime satu judul pun.

Yang paling fatal adalah, tidak ada Ani**te[20].

Membenci kami sejauh itu kah, mal Rokutenba......

Lalu, kenapa kau ingin ke tempat seperti ini, Megumi Katou......

Apa aku pergi ? Aku, benar-benar pergi ke tempat itu kah ?

Dapatkah aku terus hidup jika ada U**qlo dan A*C mart[21] ?

Apalagi, bersama dengan anak perempuan ?

Ke tempat ini, yang dipikir bagaimana kalau pun lelaki dan perempuan yang pergi berdua saja itu hanya terlihat seperti kencannya riajuu......?


Baru setelah saat ini aku tersadar.

Anak perempuan bernama Megumi Katou itu, walau sulit diperhatikan karena keakrabannya, sesungguhnya adalah gadis SMA yang sepenuhnya normal.

Mengecek majalah mode, libur melihat-lihat aksesori, sepatu atau baju.

Filmnya cinta-cintaan atau film Jepang yang lagi ngetren.

Live atau konsernya bukan Anisama[22] tapi idol atau semacam POP.

Walau kelebihan besarnya yaitu punya hubungan dan pengertian yang baik mengenai otaku, tapi tetap saja tidak akan mengerti pembicaraan yang mendalam.

Anak perempuan, yang pada dasarnya tinggal di dunia yang berbeda dariku seperti itu......

"......harus aku yang menetapkan makan siang dan di mana tempatnya"

Sekarang bukan saatnya untuk bimbang.

"Kencan" kali ini adalah gaya pertarungan yang sama sekali berbeda dengan yang diminta sampai saat ini.

Tidak mungkin melalaikan penyelidikan awal.

"Oh, gula-gula sepuasnya, apa ini bisa"

Hei, Katou......

Kau pernah mengatakan aku punya kemampuan komunikasi yang tinggi atau langsung akrab dengan siapa pun kan ?

Tapi, itu kesalahpahaman.

"Eh, apa-apaan jumbo parfait ini ? Sesuai namanya, unbelievable......"

Hanya justru karena aku selalu mewarnai komunitas itu dengan warnaku secara paksa, aku bisa ada di sana sebisanya.

Tidak bisa bercampur dengan komunitas yang tidak berubah......

"......ng ?"

Ngomong-ngomong Keiichi, walau aku tiba-tiba ingat sekarang, "pacar" yang tertulis di emailmu itu APA MAKSUDNYA ?


※ ※ ※


Kemudian, walau tidak tahu untuk siapa, akhir pekan yang ditunggu-tunggu......

'......Eh?'

"Maaf, suhu badanku melebihi 39 derajat......karena itu aku tidak bisa pergi. Mohon maaf"

Di sana, yang bersungguh-sungguh meminta maaf dengan Katou di gagang telepon adalah aku.

'Apa ? Kenapa ? Masuk angin ?'

"I, iya, sepertinya begitu......"

Tidak bisa dikatakan......tidak mungkin bisa dikatakan......

Karena terlalu mengkhawatirkan soal kencan aku terkena demam pertumbuhan[23].


Menjenguk itu, event rute tersendiri kan ?[edit]

Ketika tersadar, aku terlempar di tengah cahaya putih.

Membiarkan silau dan sakitnya untuk beberapa saat berkelip di mataku, secara perlahan menyesuaikan dengan dunia putih.

......aku sadar itu adalah pencahayaan berlebihan di area perbelanjaan.

Apalagi sepertinya aku ditinggalkan sendirian di toko baju yang penuh dengan para gadis dan pasangan.

Kenapa, aku di tempat seperti ini......?


'Ah, apa anda mencari sesuatu ~ ?'


Lalu, pria berambut coklat yang sepertinya penjaga toko dengan jelinya menemukanku yang kebingungan itu, berbicara denganku dengan terus terang dan aneh.

Saat itu, kali ini bukan hanya mataku, seisi kepalaku juga berwarna putih......

Tidak, sebenarnya, aku tidak mencari apa-apa.

Makanya jangan mendekatiku, jangan mengajak berbicara, jangan melihatku dari atas ke bawah seperti meremehkan.

Jangan mengamati pola kemeja, jangan memastikan satu-satu sampai cara kerah berdiri.

Seburuk itu kah memasukkan kaus oblong dalam celana panjang ? Hari ini tidak disengaja loh.

Pokoknya kalau dipikir dengan tenang, cocok atau tidak gayaku sekarang ya cocok saja.

Apa ? Salahkah menyebutnya celana panjang ? Aku kan hanya mengikuti gaya bicara yang sama dengan orang tua.

Oi, hanya karena aku membawa tas di punggung jangan mengubah sikap dengan jelas.

Lalu, jangan menentukan selera seseorang dari sepatunya. Karena kurasa nyaman ketika memakai ini.

Berisik, jangan memanggilku tuan. Apa kalau aku wanita ia akan memanggilku nona ?

Panggil aku dengan benar, tuan Aki atau tuan Tomoya. Tuh, dengan cepat jadi seperti otaku kan.


Graarrgh, sampai kapan aku berada di tempat seperti ini ?! Kembalikan aku ke kamarku sebelumnya !


※ ※ ※


"~~~h !"

Entah bagaimana setelah itu, saat tubuhku yang terbantai di aula gaya barat ditemukan, aku terbangun dari mimpi mengerikan itu.

Aku membuka mata, saat berteriak tanpa suara, merah menguasai dunia.

Membiarkan silau dan sakitnya untuk beberapa saat berkelip di mataku, secara perlahan menyesuaikan dengan dunia merah.

......aku sadar itu hanya matahari terbenam yang bersinar dari jendela.

Jadi begitu, sudah petang.

Artinya, siang aku tidur terus-terusan kah ? Padahal sudah Sabtu, tapi malah menyia-nyiakannya seharian.

......tidak, sebenarnya yang jadi sia-sia apa-apa bukan aku.


'Ya, baiklah kalau seperti itu. Mau pergi kapan pun tidak masalah sebenarnya'

'Karena panas, jangan kebanyakan pakai AC ya. Lalu sering-sering minum air ya ?'

'Kalau begitu, semoga cepat sembuh'


Hari ini, aku sudah melakukan hal buruk pada Katou.

......bukan saatnya untuk mengalirkannya dengan mudah semacam itu.

Meski berjanji untuk kencan dengan terpaksa pas sudah harinya malah ditinggalkan, levelnya pasangan yang sudah bosan di tahun ketiganya pun akan berpisah......

Tidak, itu contoh yang buruk. Levelnya pasangan baru dalam bulan ketiganya pun akan berpisah.

"Panas......"

Suara jangkrik yang sudah mulai mengerit, suara tiupan angin AC, suara pena dengan mulusnya menggores......

Di tengah kamar yang tenang, hanya beberapa macam suara kecil seperti itu yang bergema.

Kugoyangkan kepala yang masih linglung, saat sedikit kembali ke kenyataan, aku langsung sadar kalau dalam mulut terasa kering kerontang.

Padahal memakai AC, namun kaus oblong yang kupakai lumayan lembap dengan keringat.

Entah bagaimana nampaknya panasku masih belum turun, seluruh tubuhku lesu, tenggorokanku yang haus panas.

"Mau kuambilkan minum?"

"Ya, aku mau cola"

"Baiklah......"

Dengan lambat aku bangun dari tempat tidur, keluar dari kamar.

Menuruni tangga sembari menahan kepala yang masih melayang-layang, memasuki dapur.

Walau kucoba mengintip ke ruang keluarga, seperti sudah diduga orang tuaku tetap tidak ada di rumah.

Karena tidak ada pilihan lain, aku sendiri mengeluarkan nampan dari lemari, membuka kulkas mencari minuman......

"............?"

Tanpa mengambil apa pun aku bergegas menutup kulkas, keluar dari dapur.

Terus langsung berlari menaiki tangga, dengan kekuatan yang jauh berbeda dari saat turun.

Kemudian dengan kekuatan itu membanting pintu kamar......

"Kenapa kau ada di siniiii ~ !?"

Kuteriaki gadis berambut pirang berbaju olahraga yang tengah berusaha keras membuat ilustrasi dengan konsentrasi penuh di mejaku.

"Ah, minumannya letakkan di sana. Khawatir kalau naskahnya basah"

"Apa kau tidak merasa yang dikhawatirkan saat ini itu masuk ke rumahku seenaknya dan tanpa alasan apa pun menggambar naskah !?"

"Mau bagaimana lagi. Berapa kali kubunyikan bel om dan tante tidak keluar, kau ya kau, tidak bangun-bangun"

"......lalu, soal naskahnya ?"

"Yaah, itu ya itu, ini ya ini......pokoknya karena aku sendiri punya batas waktu tiap bulan, kau tidak perlu mengatakan hal-hal sedingin itu kan ?!"

Eh ? Sepertinya memalukan, yang harusnya marah itu aku tahu ?

Pertama-tama, normal kan kalau datang lagi jika tidak ada yang keluar setelah membunyikan bel ? Mbak tetangga.

Tidak, sebelum itu......

"Jadi, kenapa kau datang ke sini, Eriri ?"

"Tidak ada apa-apa"

SaeKano vol02 ch02 01.jpeg

Walaupun akhirnya penutupan negeri selama 7 tahun telah dicabut baru-baru ini, namun aku tidak mengira hubungan diplomatik telah dipulihkan hingga bisa memasuki rumah tanpa alasan apa pun......

Apalagi, pada hari libur yang dinantikan.

Pokoknya harusnya aku pun berangkat kalau tidak panas......ah, mungkinkah.

"Barangkali kau men......"

"Tidak mungkin !"

"......paling tidak tolaklah setelah aku sampai mengatakan 'jenguk' dong ?"

Mengantisipasi sampai sejauh mana orang ini ? Atau jawaban itu karena sepenuhnya tahu soal aku sakit.

"Tempo hari, kau telah membantuku buat naskah event kan. Aku hanya berterima kasih untuk itu"

"Ah, aaah......yang bulan kemarin"

"Lihat, yang kuletakkan di sana, terimalah"

Ketika kulihat lagi ke atas meja, memang di sana terdapat bingkisan kertas yang dibungkus secara sederhana.

"Kalau akhirnya kau memberikan barang, tidak apa-apa kan kalau kusebut menjenguk"

"Apanya yang tidak apa-apa ! Berterima kasih adalah tata krama yang wajar bagi manusia, menjenguk adalah event flag bagi anak perempuan, ada perbedaan kesadaran yang tidak dipendam di sana !"

"O, oooh......"

Apa pun yang dikatakan, orang ini juga diwarnai otak galge yang sama sepertiku ya.

Yah, tapi ada perbedaan pendapat mengenai siapa yang mewarnai.

"Yah, untuk sekarang terima kasih......oh, persik kalengan, jadi kangen"

"Ya kan, kutemukan di lantai bawah swalayan dan tanpa pikir panjang kubeli"

"Lalu......eh, oh, ini blewah kan ?"

"Kau tidak suka ?"

"Tidak, aku jarang memakannya......atau maksudku terlalu mahal sebagai terima kasih untuk bantuan sejauh itu"

"Kalau begitu tenang saja. Soalnya ini tepat diambil dari hasil penjualan event sebelumnya"

Itulah masalahnya kan......makanya ini borjuis.

"Terus, emm, pisang, apel......sepertinya banyak buah-buahan ya"

"Soal itu, aku hanya minta isikan sekenanya saja dengan fruit parlor"

Memangnya kalau mengkhawatirkan barisan produk yang sangat terlihat menjenguk itu salah ya ?

Lalu, setelah mengambil semua buah-buahan itu, yang terakhir dari bawah bungkusan kertas, terlihat bungkusan bubuk halus berwarna mencolok yang cukup aneh.

"......Cit**n soda[24] ?"

"Ya, katanya diproduksi ulang dalam waktu terbatas"

"......kenapa benda seperti ini ?"

"Itu juga membuat kangen kan ? Sewaktu kecil, apa kau tidak membawanya saat piknik ?"

"Ah, benar-benar membuat kangen. Nah sekarang juga aku akan membuatnya jadi jangan sungkan-sungkan meminumnya"

"Aku tidak ingin bongkahan pewarna buatan itu. Bukannya sudah kukatakan aku ingin cola ?"

Walau yang sakit itu aku tapi apa wanita ini tidak bisa puas kalau tidak menggangguku sekali saja......


"Hei, apa panasmu sudah turun ?"

"Masih sekitar 38 derajat"

Saatnya kembali ke topik utama.

Dengan ini dan itu, setelah menyajikan barang jengukan selayaknya, kami menghabiskan waktu senja.

Apalagi yang menyiapkannya seakan-akan hal yang lumrah yaitu orang sakit, aku.

Bagaimana pun juga, tidak mungkin menyerahkannya kepada penjenguk ini. Selain jari-jarinya, mengenai penglihatannya juga..

"Tetappi, masuk anginmu itu ya......biar salju pun turun gara-gara itu pasangan di suatu tempat tidak seharusnya berpisah"

Sembari menghamburkan sinismenya yang biasa Eriri meminum cola.

Ngomong-ngomong, gelas Eriri adalah gelas karakter kedua 'Ano Yuki no Prism' versi 'Mariko Migiwa', dan punyaku versi 'Ui Amame' gelas karakter pertama dari karya yang sama, masing-masing karakter rekomendasi yang penuh dengan pertimbangan.

"Kh ! Uhuk-kuhuk ! Memang ini tidak bisa diminum Tomoya !"

"Tidak apa-apa, dibanding saat meminumnya, saat membuatnya juga bencana......"

Ya, aku, baru saja beberapa saat yang lalu mendapat pelajaran bahwa 'Sebaiknya bubuk Cit**n soda tidak dimasukkan ke dalam cola'.

Akibat kolaborasi mengagumkan bubuk jus dan cola yang keduanya asam karbonat, kain lap, karpet, dan meja jadi berwarna hijau tua......

"Pokoknya, sudah sepuluh tahun sejak terakhir kau terbaring di tempat tidur kan ? Pastinya sebelum itu......"

"Ingatan itu dalam jarak tujuh tahun sama sekali hilang. Apa pun yang kau katakan, aku tidak sekuat itu tahu"

"......begitulah"

Obrolan yang sedikit mulai berjalan menghilang begitu saja. Terutama karena aku.

Masalahnya karena kami ketika melampaui level sebentar, tidak ada interaksi dalam waktu yang lama, tidak bisa mengangguk dengan patuh walau mengisahkan cerita lama sekarang.

Yah, kalau mengatakan hal yang sebenarnya juga, memang selama sepuluh tahun ini aku tidak masuk angin, tapi menjengkelkan mengakui soal itu.

Tentu sepuluh tahun sebelumnya itu......di sisiku yang terbaring karena gondok, adalah gadis Inggris seperti boneka Perancis (Sinisme terbaiknya orang Jepang) dengan ekspresi seperti menangis menatapku, rasanya.

"Itu mengingatkanku, dulu kau sering masuk angin kan. Dalam sebulan kira-kira sekali tidak masuk sekolah......"

"Hal itu dalam jarak tujuh tahun sama sekali hilang. Sekarang aku sepenuhnya segar bugar pun kau tidak tahu ya"

"......yeah"

Wajah Eriri Spelunker[25] Sawamura (Salah satu di antara 17 nama panggilan) saat itu, sudah tidak ada lagi pada ia yang sekarang.


"............"

Langit senja sampai beberapa saat yang lalu tanpa disadari sudah berwarna gelap.

Suara jangkrik akhirnya berhenti, angin AC bertiup tanpa perubahan, kemudian, suara pena pun......

"............"

Akhirnya, setelah kesunyian yang cukup canggung beberapa saat lalu pun, Eriri tidak menunjukkan tanda-tanda akan pulang.

Terus membelakangiku yang tiduran dengan tenang di tempat tidur dan menjalankan pena dengan mulus.

Seperti dari awal tidak ada aku sama sekali di tempat ini......padahal ini kamarku.

"......Ngomong-ngomong, Eriri"

Memang aku yang sudah jemu dan bosan, sekali lagi bicara ke punggung itu dan mengincar kesempatan.

"Apa ?"

Entah ia juga menunggu kah, dengan posisi yang canggung ia membalas sekenanya.

"Apa kau pernah kencan ?"

"Srrrk"

Detik berikutnya, terdengar suara kertas yang robek tertusuk pena.

"Aaaaaaaaa ~ !!"

Langsung dilanjutkan teriakan setengah mati Eriri......nampaknya entah bagaimana cukup berlanjut. Kasihan.

"Ke, ke, ke......"

"Segitu terkejutnya kah dengan pertanyaan itu ?"

"Sekarang kalau menggunakan kata usang macam kencan itu siapa pun akan tegak bulu kuduknya ! Apalagi dari otaku jijik sepertimu !"

"Justru karena otaku jijik tidak punya pengetahuan soal itu jadi memakai kata usang. Lalu sekarang disebut apa ?"

Aku tidak ingin disebut otaku jijik oleh orang yang menggambar naskah doujin ero dengan rajinnya dengan pakaian olah raga Sabtu malam di rumah otaku jijik, tapi karena kalau membahas di situ ceritanya akan jadi terlalu rumit, aku yang puas menerima kritikan merasa dewasa.

"Pokoknya yang menanyakan seorang gadis punya atau tidaknya pengalaman semacam itu adalah otaku jijik yang tidak bisa membaca suasana !"

"Sudah hentikan soal otaku jijik ya. Maksudku karena cara menyingkat yang aneh itu istilahnya jadi semakin tidak pantas loh"

"A-ataukah ini ajakan tersirat ? Itu permintaan maaf atas yang sebelumnya ? Jangan lari dari ujung ke ujung !"

"Siapa yang mengajakmu......atau akan kutolak lebih dahulu, tapi karena ini bukan balasan tipikal tsundere, jangan salah paham ya"

Sambil mengatakan itu, aku memerahkan pipi dan menghadap ke arah lain......tidak, menjijikan.

"Lalu dengan siapa !? Karena ibu tidak akan marah tolong katakan dengan jujur !"

"Aku tidak kenal dengan ibu yang benar-benar tidak marah yang mengatakan itu"

"......Katou ya ?"

"Sama sekali bukan ! Aah ~ karena tidak ada perkembangan akan kuubah gaya bicara"

Walau sebagian benar tapi keseluruhan salah, akan kutolak total (secara keseluruhan).

Lihat, aku dewasa kan.

"Yang ingin kudengar itu......masalah manusia, sebaiknya bersikap bagaimana kalau tandang"

"......tandang ?"

"Dengan kata lain seperti pergi ke tempat atau ketika dipojokkan dalam situasi yang ia tidak suka, bagaimana sebaiknya membiarkannya berlalu"

"Tempat atau situasi yang tidak disukai itu contohnya ?"

"Contohnya melihat pakaian dengan anak perempuan di shopping mall, pergi nonton film yang bukan anime atau tokusatsu, makan di tempat yang bukan restoran cepat saji......"

"Apa-apaan itu ! Bukannya itu sepenuhnya kencan !?"

"Katamu tadi kencanitu kata usang......"

Kemudian, suatu ketika tidak dapat dimengerti apakah dewasa atau anak-anak......


"Oleh karena itu ya, itu benar-benar cuma contoh. Sebenarnya kalau bukan shopping mall, atau tidak bersama dengan anak perempuan juga tidak apa-apa"

"Sepertinya kelewat mencurigakan......tapi ya sudahlah, lalu ?"

Setelah itu, entah Eriri sedikit tenang, menghentikan tangan yang menggambar naskah, menghadapkan kursi ke arahku.

Kemudian memandang rendah aku yang terbaring di tempat tidur......tidak, mendengarkan ceritaku tanpa diam sambil memandang rendah ke arahku.

"Mengenai situasi tandangku, contohnya Roppongi Hills, Ebisu Garden Place, atau Harajuku To**memo cafe[26]......"

"Yang terakhir rasanya selain sangat diperuntukkan bagimu juga sudah lama tutup"

"Saat membeli CD pun, kalau di mate & gema ada kartu anggota jadi sempurna, rasa keputusasaan saat salah masuk Ta**reko atau H*V[27]"

"Terus orang-orang berkumpul di A*zon[28]......"

"Terbatas di Sunshine, kalau keluar sedikit dari Nam**town[29] tiba-tiba jalannya jadi cepat"

"Tapi kalau keluar dari Sunshine seperti itu aku tertarik dengan bagaimana caramu berjalan di Otome Road"

Benar-benar, sama sekali tidak bisa diam. Terus-terusan membalas kata demi kata. Ah~ brisik, seperti aku.

"Saat berada dalam situasi mencekik seperti itu, apa yang akan kau lakukan ?"

"Kenapa tanya itu padaku ?"

"Kalau kau, kurasa mungkin akan mengerti......kau selalu memakai topeng"

"Tidak suka ?"

"Sama sekali tidak, dendam atau benci pun tidak, kalau aku"

"............"

"Tidak, bukan apa-apa, apa pun"

Biarpun begitu, kami berdua masih agak tidak berusaha sebaik mungkin, entah gara-gara atau berkat sakitku......


"Yah, paling tidak persiapan itu perlu. Pepatah mengatakan 'Kenali dirimu, kenali lawanmu dan kau tidak akan takut dengan kapal penumpang'"

"Ah, aaah......"

Kenapa nampaknya menggunakan pelajaran dari Titanic itu sedikit tidak nyambung. Maksudku, apa kau benar-benar memeriksanya, Eriri ?

"Walau tidak suka, walau tidak tertarik, tapi kau harus meluangkan waktu saling berhadapan dengan tepat kan"

"Soal itu untuk sementara......lihat, ini ada majalah yang tidak cocok di kamarku"

Kugali Tokyo Wal**r yang kubeli dan kulempar ke lantai dalam beberapa jam setelah beberapa hari.

Yep, mengenai tempat di mana meluangkan waktu dengan tepat ini aku harus memikirkannya kembali.

"Aku mengerti, mal Rokutenba ya. Eh, sudah kuduga kencan......"

"Ah~, pokoknya kulanjutkan ceritanya ya"

Makanya itu kata yang sudah usang atau tidak. Kenapa terus-terusan kencan bertubi-tubi ?

"Lalu, kalau kau masih juga membentur tembok......pokoknya tersenyumlah"

"Senyum ?"

"Ya, sebaiknya jangan berlagak seperti pamer dan terpaksa mengerti. Dengan wajah senyum dan 'apa ?' lebih baik"

"Begitu ya, wajah seperti 'Eh, apa itu......' ya ?"

"Bentar, senyum kan kataku ! Kenapa pasang wajah seperti menarik diri begitu ?"

"Eh, salah......?"

Nuansanya sulit ditampilkan dalam ekspresi wajah......

"Walau tidak mengerti apa yang ia katakan pokoknya senyum. Tahan diri dari pertanyaan yang tidak perlu. Jangan berkata & bertindak seperti kau terasing dari sekitar. Memaksakan pendapat sendiri itu tidak masuk akal......"

"......ah sepertinya itu membosankan"

"Sebaiknya kau sedikit membiarkan pasanganmu yang mendapat penghargaan. Kalau tidak, kau akan membuat lebih banyak musuh loh ?"

"Apa-apaan mengincar seri itu"

"Taktik tandang ?"

"............"

Tentu, karena ingin menang kemustahilan akan muncul. Ada juga si bodoh yang sampai kena demam pertumbuhan.

Jika begitu, mungkin hal yang dikatakan Eriri secara umum tepat.

"Singkatnya, selama tidak menonjol, orang tidak akan tertarik atau memusuhimu jadi tenang saja"

"Kenapa seperti Katou ya"

Dalam kasusnya, walau ia tidak mengincar itu tapi malah memancing kesedihan yang tidak perlu.

"Nah, walau tidak cocok dengan gayamu tapi terima saja"

"Benar juga. Soalnya kalau diabaikan ada yang tidak disukai kan ? Kalau dengan orang yang akhirnya berhubungan dengan susah payah, harus mau benar-benar diterima kah ?"

"Kalau seperti itu, di kandang saja lebih baik"

Kandang kami......dengan kata lain itu adalah lapangan otaku.

Pastinya kalau di sana, memakai seragam yang sama, bicara bahasa yang sama dan diberi dukungan kuat oleh suporter yang sama.

Kami, yang menerima kekuatan dari suporter itu akan menampilkan performance yang tinggi.

Yah, tapi kadang malah jadi pertandingan luar biasa bodoh saling hajar sepuasnya oleh anggotanya sendiri.

"Oleh karena itu, memiliki wajah kedua sama sekali bukan hal yang buruk......untuk dirimu sendiri, juga untuk orang lain, kan"

Saat tandang, nona besar berdarah campuran, jagoan klub seni, idola sekolahan.

Saat kandang, gadis otaku pengurung diri, ilustrator yang sedang naik daun, pengarang doujin daerah dinding.

Kepribadian Eriri Spencer Sawamura, dengan demikian bertarung sampai akhir musim dengan memperoleh poin kemenangan di kandang dan menahan poin kemenangan lawan pada titik minimal saat tandang, dilatih sebagai tim kuat secara umum.

......mmm, karena kurasa balasan berupa 'saat tandang pun kau lumayan kuat kan !' mungkin tidak berarti apa-apa baginya jadi anggap saja aku menahan komentar di sini.

"Tapi aku, kapan pun, aku ingin menang dengan aku yang biasanya"

Tapi, tanpa diduga seperti yang ditunjukkan Eriri, memilih taktik tergantung situasiku, strategi untuk menang melewati musim, gaya berpikir yang efektif dan efisien seperti itu bagaimana pun aku tidak terlalu bisa.

"Mustahil kalau begitu......aku, bahkan Kasumigaoka Utaha juga punya wajah yang lain. Terus memakai topeng"

Tapi, kata Eriri berubahlah.

Katanya hiduplah lebih pandai di dunia.

......tanpa diduga, sejak saat kami berpisah itu, terus-menerus.

"Tapi ya......"

"Hmm ?"

"Terlepas dari kau dan kak Utaha, Katou sama sekali tidak seperti itu ya"

"............"

Ya, ada juga orang yang sama sekali tidak mengerti taktik atau strategi seperti itu dari awal.

"Ia, lebih dari aku cara bertarungnya baik kandang atau tandang sama saja"

"........................"

Ya, apalagi tidak semangat, tidak loyo, di mana pun, kapan pun, situasi apa pun, berinteraksi dengan datar terhadap pasangannya.

"Bagiku, bagiannya yang itu, dalam suatu arti mengagumkan......"

"..........................................kh"

Ya, justru karena itu, walau kecenderungannya sama sekali berbeda denganku, pada Katou yang tidak menunjukkan tanda-tanda cara berpikir yang efektif dan efisien seperti itu, atau barangkali tidak memikirkan apa-apa, mungkin terasa simpati yang hampir ke kasihan.

"Yaah, tapi akibatnya sellalu terasa seri......eh, apa ? Kalau dipikir memang tepat apa yang dikatakan Eriri......"

"Habis-habisan bergantung padaku, akhirnya, kesimpulannya Megumiitu ya......"

"......eh ?"

Ketika mau menyetujui pendapat Eriri, entah bagaimana ia diam-diam gusar.

"Jadi pasangan kencannya Katou kan ? Iya kan !?"

"Kembali ke situ lagi kah !?"

"Lihat, karena ibu tidak akan marah, dengan jujur......"

Ketika tangan Eriri kapan saja akan meraih figure di rak......

"Ping pong"

"ttop ~ ! Tunggu sebentar, ada tamu, tamu !"

Dengan timing yang sangat pas bagian depan interkom berbunyi.

Benar-benar bahaya. Kalau itu dilempar tidak salah lagi kali ini perpisahan kami levelnya jadi tak termaafkan seumur hidup.

Tetapi, jam segini siapa......

"Ma, masa......gawat"

"......gawa ?"

Eriri tergesa-gesa meloncat ke tempat tidurku, mengintip ke luar dari celah di gorden.

Bagaimana pun juga, soal dari jendela kamar ini dapat terlihat tamu di jalan masuk itu, adalah kondisi rumah yang sudah ditangkap orang ini sepuluh tahun lalu.

Tapi, kenapa Eriri setergesa-gesa ini......

"Eh, bohong ! Kenapa ia !?"

"......ia ?"

Dengan suara Eriri yang terkejut seperti keheranan itu, aku juga mengintip ke luar jendela.

Di sana ada......

"......Kak Utaha ?"

Wanita cantik berambut hitam, yang dari penampilannya saja kelihatannya tenang, berdiri diam dengan semacam buket di sebelah tangannya.


Ah, tapi kalau terjadi event kebetulan bertemu itu masih rute bersama kah ?[edit]

"Kalau begitu, maaf mengganggu"

"Maaf, berantakan......"

Meski aku mengajak kak Utaha masuk sambil membuka pintu, tapi bukan wanita yang lebih tua yang datang menjengukku itu yang kulihat baik-baik, tapi isi kamarku yang seharusnya tidak ada orang lain.

"Hee, lebih rapi dari dugaanku ya. Mengabaikan tingkat otaku barang yang ada"

"Eeh, yaa......"

Memang, kamarku sudah rapi. Terutama dari beberapa saat lalu.

Walau di atas meja tersisa tumpukan buah-buahan yang separuh dimakan, piring dan gelas sudah benar-benar berkurang satu persatu.

Naskah di atas meja tulis dengan rapinya dibereskan, ada aroma deodoran entah untuk memastikan.

Noda hijau di karpet masih apa adanya, kalau itu ya mau bagaimana lagi.

Ya, tidak ada yang terlewat, Eriri.


'Sebentar Tomoya ! Bawalah Utaha Kasumigaoka ke luar ! 10 menit cukup !'

'Bagaimana caranya ?'

'Karena tidak ada minuman ayo ke toserba, kau harus pakai alasan yang pas !'

'Be, begitu ya......lalu, kenapa aku yang harus melakukan itu ?'

'Sudah jelas kan ?! Supaya aku bisa pulang pada kesempatan itu !'

'Be, begitu ya......lalu, kenapa kau sebenci itu ditemukan oleh kak Utaha ?'

'Soalnya orang itu kalau melihatku pasti akan merendahkanku dengan gaya sok tahunya seperti biasa ! Matanya yang menampakkan 'Aku tahu segalanya lho Sawamura' itu menjengkelkan sekali !'

'Menyusahkannya hubungan kalian......'


Yah, tapi percakapan itu terjadi sekitar sepuluh menit lalu.

Setelah itu aku mengikuti rencana Eriri, membawa kak Utaha dari jalan masuk belanja di toserba setempat sekalian menarik undian[30], dan pulang ke rumah dengan sedikit santai.

"Ah, buah-buahan ini, walau hanya sisa silakan dinikmati"

"Sebanyak ini......ada yang datang menjengukmu ?"

"......aku membelinya sendiri kalau-kalau hal seperti ini terjadi"

Ngomong-ngomong, aku lupa mengatakan satu hal penting.

Sangat disayangkan, hadiahnya F.


※ ※ ※


"Oh, enaknya melon ini. Terasa borjuis"

"......Lalu, kenapa bisa tahu aku masuk angin ?"

Entah masih tidak bisa membuang kecurigaan akan sesuatu kah, kak Utaha sambil mencomot buah-buahan, mengatakan hal sugestif yang aneh.

"Aku menerima email dari Katou, tengah hari"

"Begitu ya......"

Tentu karena Katou, yang dalam artian seperti jaringan klub, menyebarkan informasi ini dengan sangat datar.

Dengan kata lain, seharusnya yang menyampaikan informasi tentang aku sakit pada Eriri juga......apanya yang bukan menjenguk.

"Walau Katou juga sepertinya bingung ingin menjenguk atau tidak, kalau semua orang pergi juga hanya akan melelahkan yang sakit jadi tidak usah kataku"

"......haa, gitu ~"

Sambil minum es kopi, kak Utaha dengan enteng mencurahkan hal yang penting.

Ngomong-ngomong, gelas yang digunakan kak Utaha, sayang sekali adalah barang pasaran yang sangat normal.

Meski kucoba menggunakan mug karakter 'Koisuru Metronome' yang dengan susah payah kuajukan untuk hadiah pembaca majalah dan entah bagaimana kudapatkan, yang paling aneh sang pengarangnya sendiri dengan sopan menolaknya.

Mau bagaimana lagi, sekarang gelas itu diabadikan di atas meja jadi vas dihiasi bunga yang dibawa kak Utaha saat menjenguk.

Tidak, makanya sekarang informasi tidak berguna itu tidak masalah......

"......tidak puas ?"

"Tidak, bukan apa-apa"

Ya, bukan apa-apa......hanya sedikit tidak puas tahu ?

Maksudku, meski orang-orang yang disebarinya informasi muncul semuanya seperti ini, tidak ada reaksi apa-apa dari orangnya sendiri sebagai penyebar utama terpenting.

Nah, bagaimana pun juga yang meninggalkan janji itu aku, yang memaksa mengajak juga aku, yang salah curiga pada lelaki kerabat juga aku, pertama-tama, yang melibatkannya dalam klub yang aneh juga aku.

......eh, kalau dipikir seperti itu, ia benar-benar baik berhubungan denganku ya. Seperti orang suci yang memberikan telinga kirinya dan dinodai obrolan otaku ketika telinga kanannya dinodai komentar pelecehan seksual.

"Nah, soal itu, sebaiknya kalian saling menebusnya kan, pada kencan berikutnya"

"Ia juga menulis itu di email !?"

Astaga......sampai menyebarkan kencanitu juga kah Katou......

Mungkin setelah ini, orang yang jadi benar-benar menyukainya, perasaan hati yang serius itu, juga akan disebarkan pada semuanya dengan artian seperti jaringan klub kah ?

Jangan-jangan gadis bernama Megumi Katou itu, meski gampangan, tidak, justru karena gampangan jadi bisa dikatakan orang yang sulit didekati dan tak masuk akal......

"............jelaslah, tidak mungkin kan menulisnya di email, Katou itu"

"Iya kan ~ !"

Kecurigaanku yang semakin menjadi-jadi itu, dihapus habis kak Utaha dengan sepatah kata.

Biarpun begitu, kenapa meski mengatakan sepatah kata itu ada time lag ?

Mengapa sambil melihat wajahku menaikkan sedikit ujung mulut ?

Walau segitunya mengusikku......tapi ya, mungkin menyenangkan, sungguh.

"Kudengar secara langsung, ketika ada sedikit keperluan dan kutelepon"

"Lalu dengan mudah Katou membicarakannya ?"

"Yah, tentu dengan mudah......setelah diberi pertanyaan yang mengarahkan"

"Menakutkan !?"

"Tidak apa-apa. Karena aku benar-benar memerhatikan perasaan pendengar. Tentu bahkan orangnya sendiri tidak sadar telah membongkarnya lho ?"

"Sangat menakutkan !?"

Sang Uta yang terjatuh atau Utaha Kasumigaoka, hari ini pun kira-kira sama hitamnya dengan rambut panjangnya.


"Bagaimana pun juga, meski hari ini pertama kalinya kucoba bicara macam-macam dengan Katou, tapi sangat menyenangkan ya"

"Pertama-tama, kurasa masalahnya adalah meski tiap minggu melaksanakan meeting, kak Utaha dan Eriri sama sekali tidak ngobrol dengan Katou"

"Soalnya anak itu kesayangannya Rinri kan ? Itu artinya dorongan atau paksaan produser, maksudku menimbulkan kesan untouchable pasti mereka kekasih ya, dari sisi produksi siapapun tidak bisa ikut campur"

"Selain sama sekali tidak begitu, kalian tidak menganggapku setinggi itu, juga sangat ikut campur bukan !"

Yah, terlepas ocehan sembarangan kak Utaha, seandainya game yang kubuat sukses besar lewat doujin, lalu sejajar dengan produsen besar, kemudian dikembangkan besar-besaran dan jadi anime, kurasa aku harus berhati-hati untuk benar-benar tidak mengatakan ini, yep.

"Yah, terlepas dari itu, terus, bicara soal apa ?"

"Kalau soal apa, obrolan gadis-gadis normal ?"

"Aku hampir tidak bisa membayangkan obrolan gadis normalnya kak Utaha"

"Pertama-tama pokoknya obrolan soal anak laki-laki"

"Walau aku punya firasat buruk, standar ya"

"Apa yang kau rasakan terhadap Rinri ?"

"Teman. Teman yang sangat-sangat datar"

Aku yakin dengan prediksi jawaban ini.

Biar dipanasi kak Utaha sejauh apa pun, Katou tidak ada elemen menjawab selain itu.

Secara fakta, secara kepribadian, kemudian, secara kesadaran orang itu juga.

"Pernah pergi sampai sejauh mana ?"

"Tempat terjauh kota Wago"

Untuk menebus yang berikutnya, mungkin sampai tempat yang sedikit lebih jauh lagi.

"Nah, setelah ini dan itu kami jadi sangat keasyikan dan lupa waktu"

"Tidak terasa satu pun elemen yang mengasyikkan sampai sekarang......"

"Kemudian inti pembicaraan mendekati soal pengalaman pertamaku dan Rinri......benar, waktu itu menyakitkan"

"Tidak ada ! Tidak ada pengalaman pertama ! Sama sekali tidak melakukan hal yang menyakitkan !"

"Tidak apa-apa, soalnya yang sakit adalah hati"

"Itu juga bermasalah ! Hentikanlah rumor bodong......tidak, rumor bohong semacam itu !"

"Bukannya tidak ada kenyataan seperti itu ? Katou benar percaya itu tahu ?"

"Tidak, yang memercayai semakin bermasalah ! Ampun......"

Kak Utaha racun mematikan dan Katou yang transparan tanpa warna......

Mungkinkah kedua orang ini, kalau dicampurkan jadi senjata pembunuh terkuat yang tidak disadari siapa pun ?

"Nah, setelah ini itu, adalah waktu yang sangat bermakna"

"Makanya di mana maknanya obrolan tadi......"

"Kurasa aku sedikit mendekati pembentukan heroine bernama Megumi Katou"

"Eh......"

Ketika aku terkejut dan memandang kembali kak Utaha, tanpa disadari cahaya yang berada di matanya berubah.

"Kepribadian, perkataan & perbuatan, ucapan khas, minat, makanan favorit, warna favorit......"

Beda dari sinisme yang dipenuhi racun halus dingin biasanya, sedikit panas, sedikit serius, sedikit seperti malu-malu......

"Ulang tahun, golongan darah, tiga ukuran......macam-macam informasi yang bisa kuambil darinya"

"Anu, untuk pertama bisakah memberitahuku tiga ukuranyang terakhir saja ?"

"Sekarang tolong dengarkan cerita orang"

"Baik......"

Oleh karena itu, biar kucoba bertindak bodoh supaya tidak kelihatan malu seperti ini pun, tidak dibiarkan kabur seperti itu.

"Dengan ini, secara umum data personal yang penting untuk pembuatan karakter sudah lengkap kan"

Hal itu, adalah mata pencipta ketika ia benar-benar melakukan aktivitas produksi.

"Tentu seperti yang dikatakan Rinri, tak bisa kutolak kalau satu satu datanya tidak banyak keistimewaannya dan tipis"

Cahaya mata yang sedikit malu-malu, saat kebetulan bertemu sebagai pengarang dengan karir belum berpengalaman yang tidak terbiasa dengan fans pada perkataan, perbuatan serta pandanganku yang terang-terangan sebagai fans menyakitkan.

"Tetapi, kalau mengonsentrasikan satu satu itu, sedikit dideformasi, menggeser porosnya dengan halus, kurasa bisa diangkat sebagai karakter dalam cerita"

Biar selalu berlagak sebagai penyindir yang tenang pun, pada akhirnya kalau kedoknya sebagai pengarang dibongkar, sifat alami penderita chuunibyou menyakitkan sedang tertidur.

Pada bagian rencana menuangkan khayalan sendiri yang melimpah ke dalam karya, tak perlu memberikan pandangan seperti kritikus segala.

"Itu......"

Dengan kata lain, saat ini......

"Ya, ayo segera memulai kerja"

"Kak Utaha...... !"

Bagi gadis itu, waktunya telah tiba.

"Pertama dari membuat plot skenario dan pembuatan karakter main heroinenya......bagaimana ?"

"Te, terima kasih kak ! Ini kunjungan yang terbaik !"

Sungguh, bagiku yang sekarang tidak ada hadiah yang lebih dari ini.

Pokoknya beda dari orang yang menggambar naskah doujin lain di depan mataku, biar membawa persik kalengan atau melon pun. Atau membawa citro* soda untuk semakin mengganggu, jangan bercanda.

"Tidak usah segitunya berterima kasih. Hanya saja, karena akhirnya pekerjaan bisnis selesai, aku ingin membereskannya segera"

"Ya, dapat diandalkan ! Memang kak Utaha apa pun yang dikatakan adalah orang baik"

Begitulah, meski kulupa berapa banyak caciannya menyayat hati baru-baru ini, orang bernama Utaha Kasumigaoka itu, pada dasarnya kakak kelas yang sangat penolong dan baik hati.

"Bukan begitu, cuma perbedaan antara teman dan lawanku sedikit tajam"

"Ya, ya, kayak pimpinan Yakuza !"

"Kau dikeluarkan"

"Bos !?"


※ ※ ※


Lalu, setelah itu pembicaraan pun bersemi, soal pergerakan sekitar light novel baru-baru ini, hinaan editor, pertarungan dengan bagian editor dan penjualan soal jumlah cetakan edisi pertama karya baru, terus berlanjut tanpa henti.

Eh, tapi apa ia pikir tidak apa-apa membicarakan yang terakhir pada aku yang orang biasa ini ?

"Nah, nampaknya aku terlalu lama berada di rumah orang sakit, sudah waktunya"

"Begitu kah......"

Terlepas dari itu, belum 30 menit kak Utaha sudah siap meninggalkan tempat duduknya.

Ketegasan sekitar ini juga, pada dasarnya berbeda dengan seseorang yang sama sekali tidak ada niatan pulang dan tinggal terlalu lama dengan santai tanpa memikirkan orang.

Benar-benar, meski bedanya hanya satu tahun, kenapa bisa sedewasa ini ?

......tentu itu termasuk juga kejahatannya, kecurangannya, dan kekeraskepalaannya saat menjadi musuh.

"Latar dan plotnya, untuk sementara tenggat waktu pertamanya akhir minggu depan, bagaimana ?"

"Cukup. Terima kasih walau sibuk, kak......"

"Ya, tidak apa-apa......karena aku pun lumayan senang. Bersatu lagi dengan Rinri......"

"Tidak ada bersatu. Pertama-tama apanya yang lagi ? Hentikan seenaknya memalsukan masa lalu seperti hubungan yang dalam begitu"

"Itu contoh kecil kan"

"Kalau dicontohkan oleh pengarang aktif yang kaya emosi akan mudah melahirkan berbagai kesalahpahaman !"

Meski aku selamat karena tidak sebegitunya memengaruhi Katou, sepertinya kalau dengan yang lain akan jadi bahaya tandanya semakin menjadi-jadi.

"Tapi yang senang itu sungguh lho ? Bisa berhubungan lagi denganmu. Tapi kurasa ia pun sama"

"Er, tapi aku sama sekali tidak ada niat untuk berpisah dengan kak Utaha"

Yah, terlepas dari Eririia.

Eh, pertama-tama kalau merasa menyenangkan berhubungan denganku, seharusnya segera bergabung ke klub. Tidak mencari kesalahan pada proposal tidak berguna itu.

Karena kalau menambah sepatah kata yang tak perlu ceritanya akan jadi ribet lagi kuputuskan diam di sini.

"......Yah, kalau perasaan dari sisi pengguna, hal itu mungkin saja"

"......apa artinya ?"

Tapi kak Utaha tidak menelan sepatah katanya yang tidak perlu seperti aku......

Soal apa itu ?

Apa kakak punya semacam rasa gelisah ?

Itu pun, rasanya gelisah yang mencekik hingga tidak bisa diam !

"Hei Rinri......tidak, Tomoya, ingatlah ?"

"Kakak......?"

Entah membaca rasa gelisah dalam lubuk hatiku itu atau tidak, kak Utaha berdiri di hadapanku, menatapku tepat di mata.

"Apa pun akan kulakukan untukmu kan ?"

"Eh, eeeh......"

Lalu, mengutarakan kalimat berbahaya seperti rayuan.

Itu pun dari jarak dekat hingga menarik nafas.

"......yah, itu juga kalau ada kelebihan waktu, uang, dan emosi"

"Tiba-tiba jadi normal !?"

Kegelisahanku itu dapat disapu bersih oleh sepatah kata kak Utaha lagi.

Oleh karena itu, kenapa meski hanya menambah sepatah kata ada time lag yang sepanjang itu......

"Toh kalau ada waktu luang, aku tidak segan-segan bekerja sama kan ? Seperti sampai sekarang"

Lalu, mengalihkan pandangan ke sisi kananku sedikit, melepaskan senyuman yang hanya sedikit tipis, seperti sangat kejam.

Akibatnya, kak Utaha mengembuskan nafasnya di telinga kananku lagi.

Ini menggelitik perasaan yang tak tertahankan lagi. Ah sudahlah.

"Maaf......tapi yang bisa kulakukan hanya memberikan jari kelingkingku"

"Kau tidak perlu meneruskan material itu lagi"

"Ah, begitu ?"

Dengan perasaan seperti itu, kak Utaha sudah kembali ke aslinya.

"Kalau begitu"

"Ah, akan kuantar sampai pintu masuk......"

"Tidak usah, orang sakit tidur saja dengan tenang"

Setelah kak Utaha membelakangiku seolah tidak ada apa-apa, ia dengan cepat keluar dari kamar.

Walau aku sampai memikirkan apa-apaan tingkahnya yang menghasut tadi......yah, tingkah orang ini bukan yang pertama kalinya.

"Ah, lalu......kau juga seharusnya menyembunyikan sepeda dulu"

"Sepeda ?"

"Sudah ya"

"Ya......"

Lalu, sampai seakhir-akhirnya, sembari meninggalkan ucapan perpisahan yang seperti memberi pertanda, kak Utaha menutup pintu kamar.

Selanjutnya, bergema suara yang perlahan menuruni tangga, suara menutup pintu masuk di depan.

Saat kubuka gorden di jendela, wujud kak Utaha dari belakang di pintu masuk, dengan cepat ditelan kegelapan.

Tanpa disadari, di luar telah sepenuhnya menjadi gelap.

".........Fuuh"

Kembali sendirian di kamar, aku yang seperti kehabisan tenaga menarik nafas perlahan-lahan.

Meski kukira seharian akan bosan karena hanya terbaring masuk angin dari pagi, dari siang ada berbagai orang yang datang dan melakukan berbagai hal.

Hal yang menjengkelkan, hal yang disyukuri, hal yang mengkhawatirkan, kemudian, hal yang menyenangkan......

Terutama kenyataan bahwa rencanaku semakin mulai berjalan, meningkatkan semangatku yang seharusnya sakit, panasnya pun nampaknya sedikit naik lagi.

Akibatnya kepalaku mulai agak pusing, tapi untungnya sekarang tidak ada orang aku berbaring di tempat tidur.

Sudah, tidur saja. Lalu ubah istirahat menjadi tenaga untuk esok.

Saat awal minggu, akhirnya produksi game sungguh-sungguh dimulai.

Mulai sekarang, tidak ada waktu luang karena kalah dengan penyakit.

Ah, sekalian aku harus berhadapan dengan 'masalah Mal Rokutenba'......


'Srrt'


"......?"

Ketika tanganku meraih saklar lampu, dan ketetapan hati mulai minggu depan dalam dadaku......

'Srrrrrrrt'

"A......"

Dari dalam kamar, bergema suara besar yang aneh yang bukan pena, AC, atau jangkrik.

'Krrk, krrrrrrk'

Apalagi suara aneh itu berubah suara dan nyaringnya, tetapi, hanya arahnya yang tidak berubah, terdengar dari sisi barat kamar.

Tapi, di arah itu, tidak ada kamar di sampingnya......

'Dukk'

"A......"

Hanya saja, pintu lemari......

'~~~!?'

"......Kau tidak apa-apa ?"

Hanya ada pintu lemari yang tidak bisa dibuka dengan mudah dari dalam, dipenuhi dengan dakimakura.

'Bukbukbuk ! Bukbukbukdukkrrktoktok!'

"......Aku mengerti jadi jangan hancurkan kamarku"

Dengan kata lain, karena tidak ada cara lain selain membukanya dari luar, sembari menahan kepalaku yang semakin pusing, aku meraih pintu itu, menariknya dengan seluruh tenaga.

Lalu......

"Adududududududu......h"

"Tidak puas ya kalau tidak membenturkan kepala tiap kali datang ke kamarku......?"

Aku juga menarik keluar gadis berambut pirang yang memeluk semacam dakimakura dengan kedua tangannya.

"Haah~ Sedikit lebih lama dan aku akan pingsan karena panas"

"Kau tidak pulang......?"

Lebih basah oleh keringat daripada aku yang sakit, bahkan wajahnya merah......tentu dalam berbagai arti lagi panas-panasnya.

"Wa, wanita itu......benar-benar menjengkelkan......apanyaa yang 'apa pun akan kulakukan untukmu' !"

Ah, jadi begitu, tingkah kak Utaha yang menghasut tadi......sindiran ya.

Tidak, tentu rasanya selain itu juga ada macam-macam yang tersirat. 'Terasa borjuis', 'Semua orang pergi juga', lalu 'Kau juga seharusnya menyembunyikan sepeda dulu'......

Telepatikah kedua orang ini......berkali-kali aku meragukannya, tapi apa mereka benar-benar bertengkar ?

Biarpun begitu......

"Pokoknya, padahal aku susah-susah membuat waktu supaya kau melarikan diri, kenapa malah tidak pulang ?"

"A~h, itu, aku kelewatan timingnya ketika sedang membereskan gelas"

"......sungguh ?"

"Di......di mana alasanku untuk berbohong ?"

"............"

"............"

Aku tidak begitu yakin tidak ada alasannya, atau alasannya tidak masuk di akal.

"Haah, sudahlah, pulang sana"

Tapi, sekarang sudah cukup. Aku kelelahan.

"Tak perlu kau katakan"

Sambil menyebarkan gerutunya yaitu ungkapan kasar yang luar biasa cocoknya untuk kemarahan yang klise ke sekitar, Eriri mau keluar ruangan dengan derap langkah yang bergema.

"Ah, lalu !"

"Masih ada ya......"

"Aku juga akan mulai desain karakter dari awal minggu......sepertinya entah bagaimana naskah doujinnya bisa selesai esok"

"Gitu ya"

"Eh, apa-apaan tingkah tidak pedulian begitu !? Padahal saat Utaha Kasumigaoka bilang melakukannya kau segitu senangnya !"

"......tidak, aku sangat tertolong. Senangnya ~ Wah ini kunjungan yang terbaik~"

"Makanya kenapa cuma pas giliranku ditambah akhiran yang tidak tertarik ?!"

"Anu, yaah......"

Soalnya kalau orang ini, alasannya terlalu jelas......

"Sudah kukatakan dari awal niatku begitu kan ? Bukannya dipancing wanita itu atau melawannya, bukan yang seperti itu"

"Ah~ begitu"

Nah, tidak salah lagi dipancing dan melawannya sekuat tenaga kan.

"......tidak percaya ?"

"Yang mana pun aku tertolong. Terima kasih. Aku mengharapkannya"

"......cih"

"Jadi, sampai jumpa minggu depan ya"

"Hmph !"

Entah ucapan terima kasih yang seperti tulus di akhir itu efektif (aslinya sih memang benar-benar berterima kasih), akhirnya marahnya sedikit reda, kali ini Eriri keluar kamar dengan langkah cepat.

Kemudian saat pergi, menarik kenop pintu dengan sekuat tenaga......

"Tunggu, letakkan itu"

"Cih"

Dakimakura yang dikepitnya di tangan terjepit jadi pintu tidak tertutup.

Orang ini, memancing barang yang paling premium dalam lemari......


Susah dikatakan, tapi rasa~nya bukan deh #kalimat yang memunculkan niat membunuh[edit]

"Aku benar-benar minta maaf untuk akhir pekan !"

"............"

Senin pagi awal minggu.

Aku yang menemukan Katou berjalan cepat sembari menghilangkan kehadirannya dari stasiun ke sekolah di tengah orang banyak dengan mengerahkan seluruh pancaindra, langsung bergegas menyusulnya.

......tidak, walau menurutku bukan berarti menghilangkan kehadirannya dengan sengaja, sulit loh menemukan Katou itu.

"Lain kali pasti akan kutebus ! Jadi cerialah !"

"............"

Lalu, walau aku sepenuh hati mencoba minta maaf sejak saat menyusulnya, bagaimana pun juga reaksinya tidak baik.

Mulutnya tertutup rapat-rapat, pandangannya lurus ke sini, hampir tidak bereaksi.

Yah, walau tidak bisa dikatakan tidak seperti sikap datarnya yang biasa, dari semuanya, ia tidak menjawab.

"A-ada apa ? Mungkinkah semarah itu ?"

"Ah, tidak, anu, aku hanya sedikit terharu"

"Pa-pada apa ?"

"Pada Aki yang merendah untukku"

......kalau dipikir-pikir, pada akhirnya itu memang reaksi yang seperti Katou.

"Eh, tapi kau tidak menganggapku orang yang setinggi itu kan ?"

"Ya, kurasa begitu, pada orang selain aku"

"......apa kau tidak merasa itu justru karena Katou adalah main heroine yang spesial bagiku ?"

Walau lega karena akhirnya keseharian seperti biasanya juga, tapi yah untuk sementara kalau dipikir lagi, aku bersumpah akan berhubungan dengan Katou sedikit lebih baik lagi.

Pertama, mari tahan diri dari ungkapan luar biasa tidak sopan yang halus semacam sulit ditemukan, terpendam, atau orang rendahan.

......eh, 'halus' dan 'luar biasa' itu tidak cocok ya, secara halus.


"Ngomong-ngomong, maafkan aku juga ya ? Tidak datang menjengukmu"

"Ah, bukan apa-apa"

Karena perkataan dan tindakan pahit manis macam 'Hah ? Aku tidak menunggumu ! Toh kalau datang juga cuma jadi gangguan !' sudah kemarin, jadi tidak apa-apa.

"Aku memang bingung mau pergi atau tidak, akhirnya setelah berkonsultasi kuhentikan saja"

"Aku mengerti, kak Utaha menghentikanmu kan ?"

"Bukan, Sawamura loh ?"

"Hah ?"

"Kan kita pernah bertemu sebelumnya di rumah Aki, jadi aku juga coba mengajaknya menjenguk bersama kali ini tapi......"

"......terus bagaimana ?"

"Katanya karena waktu SD saat masuk angin Aki memburuk memusnahkan hingga satu kelas jadi tidak usah"

"......hoo"

Jadi aku waktu SD adalah senjata biologis entah di mana.

Tapi, dengan ini aku paham arti kalimat 'Kenapa ia !?' yang dikatakan Eriri saat kak Utaha datang kemarin.

Di antara mereka, kemungkinan bertemu secara kebetulan waktu itu hanya dengan Katou......

"Pagi, para Otaku"

"Ah, pagi"

"Pagi Miiko"

Sembari bertukar sapaan pagi dengan gadis teman sekelas 1, aku mati-matian menyusun strategi yang dilakukan dua orang gadis kemarin dalam kepalaku.

Mungkinkah setelah kak Utaha mengecoh Eriri, kemudian melindunginya ?

Betapa tak berartinya ya pertarungan pikiran yang mereka lakukan, klubku......


"Ya, aku berbincang macam-macam. Dengan kak Kasumigaoka itu"

"Hee"

Lalu pembicaraan tanpa henti berubah, kali ini gosip kak Utaha.

"Jadi dengan kata lain artinya aku bicara dengan Utako Kasumi......rasanya hebat ya"

"Makanya, kalian kan tiap minggu bertemu......"

Sebaliknya, rasa sejauh ini walau hubungannya sampai mendapat kursus drama kilat.

Inikah yang namanya beda 'status' ?

"Tapi ya, memang yang namanya pengarang, selera percakapannya bagus ya~"

"Kau mengerti soal itu ya......"

Maksudku, kak Utaha yang membuka pembicaraan berselera bagus dengan Katou ini memang novelis yang hebat......novelis ?

"Ngomong-ngomong, Katou......"

"Ng ? Apa ?"

Saat itu, aku mengingat hal yang penting.

"Apa yang dikatakan Kak Utaha, soal aku ?"

"Eh......?"

'Kemudian inti pembicaraan mendekati soal pengalaman pertamaku dan Rinri......'

Bahwa kak Utaha, novelis yang luar biasa......adalah penyombong yang buruk.

"Erm, walau kurasa tidak ada, soal aku lelaki yang kejam, terrendah, mengejekku soal semacam itu, gunjingan, gosip, atau fakta......"

"......itu semua memang termasuk dalam fakta kan"

"Ia mengatakannya !?"

"Eh, ermm......yah, cuma sedikit"

"Ceritakan ! Ayo semuanya, segala-galanya !"

"I, itu tidak mungkin. Karena ada perjanjian sesama gadis tidak bisa kukatakan ~"

"Katou, kalau kau mendapat pelecehan seksual dari atasan oleh kak Utaha akan kuberi bimbingan loh ?"

"Kalau aku mendapat pelecehan otaku, seksual, dan dari atasan oleh Akiorang lain aku diskusi dengan siapa ya ?"

Sialan, emang kak Utaha, sempurna menyegel mulut Katou.

Eh ? Sumpah yang tadi ? Soal apa ya......?

"Oh, geng Tomoya, pagi ya"

"You, kau yang lambat. Tidak ada latihan pagi ya hari ini ?"

"Pagi Nagashima"

Terlepas dari itu, sembari bertukar sapaan pagi dengan pria teman sekelas 2 anggota klub rugby seperti ini, tiba-tiba aku merasa sesuatu......

Baru-baru ini, akhirnya pandangan teman sekelas terhadap Katou berubah.

......bukan sebagai teman atau pacarku, tapi anggota komunitas otakuku.


※ ※ ※


Ruang audiovisual biasanya, sepulang sekolah......

Di ruangan luas sebesar dua ruang kelas lain digabungkan, dan mungkin 100 orang dapat masuk jika dijejalkan, hari ini pun hanya ada suara 4 orang bergema sia-sia.

Seperti membuktikan nama audiovisual, di keempat pojok ruangan terpasang layar LCD besar, lalu seperti menyertainya di langit-langit ada proyektor, di depan ruangan ada layar ekstra besar bertenaga listrik.

Apalagi dan lagi, bagian belakang ruangan berdampingan dengan ruangan siaran sekaligus ruangan persiapan audiovisual, dipisahkan oleh jendela berkaca tebal, yang pada festival sekolahsaat genting bisa dijadikan teater mini untuk perkumpulan penayangan marathon anime.

Ada alasan mendalam kenapa klub tanpa nama seperti kami (bahkan artinya benar-benar tidak punya nama) bisa menduduki tempat yang dilengkapi peralatan paling mahal seantero sekolah seperti ini setiap hari.

Akibat sejak kelas satu 'Aku paling mahir menggunakan ruang audiovisual !' dan menggunakan ruangan ini dengan efektif, aku dianggap sangat berguna sebagai tipe baru dari guru-guru yang gaptek.

Berkat itulah bagi guru mana pun, sudah jadi standar untuk langsung memanggilku dari ruang siaran di sana jika terjadi suatu masalah saat pelajaran menggunakan peralatan di ruangan ini, tanpa disadari, terbentuk suasana kalau aku menduduki ruangan ini pun tidak akan mengatakan apa-apa.

"Nah Katou, tolong ekspresi kesal kali ini"

"Ke, kesal......?"

"Itu loh, muka saat ada hal yang sedikit tidak disukai. Rasanya seperti sedikit menggembungkan pipi 'apa-apaan itu, tidak mau tahu lagi ah'"

"Eh ? Eh ?"

"Bentaar, tadi aku kan tidak meminta ekspresi yang kebingungan...wajah yang kesal cepat, kesal ! Soalnya aku harus mengumpulkan semua pola ekspresinya hari ini juga !"

"Ba, baiklah !"

Lalu, di ruang audiovisual sepulang sekolah yang telah menjadi rutinitas dengan perasaan seperti itu, suara marah yang melayang ini juga jadi rutinitas.

Biarpun begitu, hari ini, ada satu hal yang lepas dengan rutinitas sampai sekarang itu......

"Hei Katou......susah jadinya kalau kau tanpa ekspresi seperti pipi yang penuh kapas karena pengobatan gigi itu. Bisa tidak sedikit lebih marah lagi ~"

"Ma, maaf, Sawamura......anu, nah, seperti ini ?"

Walau suara marahnya berasal dari orang yang sama, tapi orang yang menerimanya dengan serius berbeda.

"......itu sih, 'ekspresi yang sedikit menyesal' menurut situasi saat ini"

"Su, sulit ya......"

Katou meluruskan punggung, dengan wajah yang tegang duduk tegak lurus di kursi.

Eriri juga duduk di kursi, di hadapannya berdiri kanvas besar, sambil dengan lincah mengayunkan pensilnya.

Apalagi, pose Eriri lagi buruk-buruknya, jarak antar wajahnya dengan kanvas tidak terpisahkan bahkan sepuluh senti saja.

Soalnya ia sama sekali tidak memakai kaca mata di depan orang banyak.

"Coba bayangkan......situasi seperti dikatai Tomoya hal-hal yang kejam, atau saat mendapatkan pelecehan seksual"

"Aku tidak pernah melakukannya ! Sungguh, sama sekali tidak, sedikit pun !"

"Maaf Aki, bagaimana pun kau mengatakannya itu bohong"

"Ah, ekspresinya jadi datar lagi......sudahlah, akan kuulang dari awal !"

"Hii"

Yah, terlepas dari itu, situasi ini nampaknya persis seperti Eriripelukis yang mengarahkan Megumimodel tentang ekspresi yang detail, kalau orang yang hanya tahu Eriri biasanya melihat ini, tidak salah lagi akan melihatnya seperti ini pasti kegiatan klub seni.

Atau mungkin, entah berapa banyak manusia yang sadar kalau sebenarnya ini kerjaan desain karakter untuk galge......

"Lalu Tomoya !"

"Ya ! Kalau ada sesuatu yang bisa kubantu......"

"Aku ingin lemon tea"

"Eh......"

"Kurasa kau tahu sih, tapi jangan lip**n ya ? Itu lebih ke teh hitam jadi tidak cocok dengan lidahku"

Ya, ini adalah pekerjaan desain karakter game.

Akhirnya, rencana yang kubuat sudah mulai berjalan.

Makanya, lihat, disuruh melakukan pekerjaan penting seperti ini......eh, oi.

"Anu, aku kan produser sekaligus direktur rencana ini......"

Dengan kata lain, adalah keberadaan yang tidak mungkin dihilangkan, tidak hanya pada rencana ini, pada tempat ini juga.

"Ah, begitu ya ? kalau dipikir benar juga ya"

Entah akhirnya Eriri mengerti apa yang ingin kukatakan kah, ia menepuk tangannya......

"Katou mau apa ?"

"Eh, anu......?"

Dengan kebaikan hatinya, ia sampai menanyakan pesanan Katou juga.

"Tidak mungkin Tomoya hanya membelikan punyaku kan. Selain suasana tempat ini akan memburuk, sebagai direktur juga tidak memperlakukan seluruh staf secara adil kan"

"Begitukah, Aki ?"

"......Katou kopi saja ya ?"

Kalau aku berkata 'Bukan begitu !' atau semacamnya di sini, suasana tempat ini akan memburuk, sebagai direktur juga tidak memperlakukan seluruh staff secara adil kan......

"Nah, aku ingin cafe au lait"

"Baiklah......"

Lalu, akhirnya, sifatnya yang rendah hati tapi tidak segan-segan itu seperti Katou.

"Erm, uangnya......"

"Tidak usah Katou. Karena yang seperti ini biasanya traktiran produser"

"............"

Ya, aku adalah produser sekaligus direktur rencana ini, Tomoya Aki......

Hanya saja sekarang, sembari menikmati kegembiraan produksi game yang sudah mulai berjalan, diam-diam hanya mengerjakan apa yang bisa kulakukan.

"Ah, sekalian aku juga ingin makanan yang tidak mengotori tanganku"

"............"

Aah, sibuk, sibuk.


"Kak Utaha......aku membelikan minuman"

"............"

Orang ini berada pada sisi jendela yang berlawanan dengan Eriri......

Pada tempat duduk paling ujung di sisi koridor, di mana cahaya matahari terbenam pun tak sampai ke sana, tampak sosok Kak Utaha diam-diam mengetik keyboard notebooknya.

"Kakak kopi hitam tidak apa-apa kan ? Ini"

"............"

Tangannya yang mengetik keyboard tidak berhenti.

Tapi, mulutnya lebih tidak bergerak daripada biasanya.

Sungguh, diam-diam sedang keasyikan.

Ini luar biasa. Aku tidak pernah melihat kak Utaha yang sedang berkonsentrasi sejauh ini.

"Lalu kuenya juga ada......silakan jika lapar"

"............"

Ah, tidak, tapi mungkin sampai sekarang aku cuma tidak pernah menyaksikan produksi sungguhan di tempat sebenarnya.

Tapi, serius, gaya konsentrasi ini menakjubkan.

Barangkali ini, pertanda lahirnya mahakarya......

"Rinri"

"Ya ?"

Lalu, aku yang mau menunggu ke belakang supaya tidak mengganggu kak Utaha yang berkonsentrasi itu, sebaliknya malah dihentikan olehnya.

"Ada yang manis-manis ?"

"Erm, kalau Pocky"

"Nah, berikan itu"

Bukannya mencari di kantong makanan, seperti biasa matanya tidak terpisah dari layar dan tangannya terus tidak terpisah dari keyboard.

"Ya, kalau begitu ini, silakan"

Makanya aku, kalau bisa membantu barang sedikit, membuka wadah Pocky, meletakkannya tepat di sebelah di tangan kanan kak Utaha, dan menunggu di belakang lagi......

"Kubilang berikan itu kan ?"

"Makanya di situ"

"Bagaimana aku memakannya dalam kondisi seperti ini ?"

"Makanya pakai tangan kanan"

"Seperti biasanya tidak berguna......!"

"Eh......?"

Ketika kukira kak Utaha mengejek sambil menjulurkan lidahnya, ketikan keyboardnya jadi semakin cepat dan kasar.

Saat tanpa sengaja kuintip layarnya, di sana huruf-huruf tampil dengan kecepatan yang tak terkejar mata......


'Dasar kakanda payah ! Chicken ! Pengecut !'

'Bisa makan sendiri kan ? Ruri, tahun ini sudah berapa umurmu......'

'Bukan itu masalahnya ! Sudah kubilang kan kalau aku sibuk, tak bisa melepaskan tanganku......cih !'


"......anu, saat ini, benar-benar sedang membuat plot kah ?'

Daripada itu, ini kalau dikatakan secara jujur 'A ~ hAku lagi sibuk tau !'......?

"............"

"............"

Pada pertanyaanku yang itu pun kak Utaha tidak bereaksi.

Hanya saja, dialog karakter adik perempuan di layar semakin bertambah ekstrem, kemudian jadi kekanak-kanakkan......

"............"

"Anu, artinya seperti ini, kah......?"

Jadi, aku mengambil sebatang pocky dari bungkusnya, kubawa dekat wajah kak Utaha supaya tidak menghalangi pandangannya, lalu ujungnya ke bibir......

Saat itu.

"gajigajigajigaji"

"Uwaah !?"

Tanpa sempat tersentak, pocky yang kupegang di tangan, telah habis menghilang dan hanya menyisakan bagian yang tak dilumuri coklat.

Pocky game neraka macam apa ini. Bisa sampai makan jariku kurasa.

Lalu, selagi aku memikirkan hal itu pun, produksi plot kak Utaha terus berlanjut, dialog baru menutupi layar.


'Kakanda ! Satu suapan lagi ! Satu suapan lagi !'

'Semanja apa sih kamu ini......'


"Kak Utaha......"

"............"

Dari kata-katanya, dari kalimatnya, apa tak punya rasa malu orang ini ?

Tidak, mungkinkah ini yang namanya kelakuan pengarang......tapi kurasa bukan.

"Anu......kalau begitu, ini sebatang lagi"

"pokipokipokipoki"

"Makanya jangan serakus itu kak"

Tapi bagiku, sudah cukup terbiasa pada batang yang kedua.

Dengan kata lain, kurasa daripada disebut pocky game, ini memberi makan koi......

"Bakki"

"Kyaah ?"

Saat kukira aku sudah kembali tenang, kali ini dari sisi ruang kelas yang berlawanan, suara seperti kayu kering yang patah dan suara terkejutnya Katou.

"Tidak bisa, pensil untuk sketsa kasarnya sudah patah. Segera belikan direktur"

"Eriri......"

Kalau pensilnya patah, jadikan di ujungnya, bukan batangnya......


※ ※ ※


Kemudian, setelah itu kegiatan klub berlanjut dengan baik-baik saja...

"Apa-apaan ini ? Katou, pandangan jijik pun kau tak bisa ya !?

"Orang normal tak bisa melakukannya kan......"

Tegangan kemarahan Eriri......setelah membuatku mengira tinggal dua tingkat, naik dengan cepat.

"Ah mau bagaimana lagi, nah berikutnya ekspresi marah......dengan perasaan ada tanda marah di dahimu"

"Anu, jadi Sawamura......"

"Hah ? Itu juga tidak bisa ? Kalau tanda keringat ? Atau mungkin di wajahmu juga tidak bisa diberi garis tegak lurus !?"

"Daripada mungkin, apa level kemungkinannya itu, begitu"

"Kalau begitu tidak ada satu pun desain SD yang bisa dibuat kan ! Bagaimana sebaiknya ya......"

"Ma, maafkan aku......?"

Atau harus kukatakan, mau bagaimana pun juga kurasa siapa pun tidak bisa apa-apa dengan itu......


"Fu, fu, fu......?"

"Ka, kakak......"

"Ku......kukkukku......apa-apaan ini, emang gawat ya anak ini, kelewat tidak berguna !"

Lalu, kali ini kak Utaha yang dirasuki sesuatu.

"uffuffuffuffu......khaa, a, ahahahahahaa"

Mengetuk meja dan keyboard keras-keras, hingga dengan ganasnya menggoyangkan kaki......siapa orang ini ?

"kejaam ~ kedua orang ini sangat lekat ~ tak dapat dimengerti ~"

"Kakak ? Kak Utaha ! A, anu, sebentar......ya ?"

SaeKano v02 ch04 01.jpeg

Wajah kak Utaha yang kemarin tersenyum sambil mengatakan 'Apa pun akan kulakukan untukmu kan ?", sekarang sudah tidak ada lagi.

Perubahannya selevel ragu-ragu ketika dikatakan oleh teman untuk memberikan pukulan terakhir macam "Serang ! Serang Tomoya ! Ia sudah bukan kak Utaha yang kau kenal lagi !".

"Ahaa, ahahaa, kukkukukuku......eh !? Eh hey Rinri !"

"I, iyaa !?"

Ekspresi wajah kak Utaha yang akhirnya menyadari panggilan dan tatapanku mendadak berubah lagi.

Persis seperti......itu loh, topeng Noh yang tiba-tiba berubah jadi wajah Hannya, di boneka karakuri.

"Jangan melihat ke sini ! Jangan tanya apa-apa ! Jangan katakan apa-apa !"

"Aku sungguh-sungguh minta maaf !"

......mungkinkah 'balas budi burung bangau' itu, sang wanita pekerja yang saat tengah menenun suasananya jadi misterius seperti ini hingga dijauhi oleh sang pria lalu menangis saat berpisah yang menulisnya, tak punya situasi tersembunyi macam itu kan ?

Bagaimana pun juga......

Kegelapan kreator itu, dalam ya.


※ ※ ※


"Akhirnya dimulai ya ~"

"Iya ~"

Persinggahan sepulang sekolah, kafe bergaya log-house yang biasanya.

Di sana, ada aku dan Katou, yang mengadakan pesta kecil-kecilan, perayaan jalannya pembuatan game.

"Maksudku, melelahkan ya ~"

"Iya ~"

......atau sebaiknya kukatakan dari hari pertama sampai aku harus mendukung Katou, kegiatan klub hari ini tanpa ampun telah mengikis habis kekuatan fisik dan mental kami.

Buktinya tanpa melihat menu Katou berturut-turut memesan makanan manis, terlebih lagi sampai menambahkan topping ogura.

Bahkan aku pun menanyakannya dua kali. Pesanan yang tidak seperti ia 'pesan' itu.

"Rasanya, seperti hari ini baru pertama kalinya aku bertemu dengan Sawamura yang asli......"

"Begitu kah, untunglah"

Tingkat pencemarannya yang kurang dari 10 tahun dibandingkan denganku itu, sungguh manusia yang bahagia.

"Maksudku, Sawamura itu, aslinya "gue banget" ya"

"Akhirnya kau mengerti kah, sifat aslinya yang bengis......"

Eriri bengis, kak Utaha jahat......

Di sini pun, aku menangkap sulitnya nuansa dalam bahasa Jepang.

"Tapi ya, aku ragu saat Aki menjelaskan itu dengan tampang sok tahunya"

"Soalnya itu, jujur saja ya orang yang paling menderita karenanya itu adalah aku ini......"

"Kurasa sebaliknya"

"Sebaliknya ?"

"Aki sendiri, bisa saja kan kau memberikan pengaruh yang fatal terhadap pembangunan karakter Sawamura ?"

"............sama sekali tidak, sungguh, sedikit pun tidak"

Aku ingin membalasnya dengan paling tidak harusnya katakan 'pengaruh yang penting' kan ?, tapi kalau aku mengatakan itu mungkin artinya aku mengakui kesalahan fatalku jadi kutolak seluruhnya (segala tuduhannya).

"Atau maksudku, bayangan Aki berkedip pada setiap kata-kata Sawamura......oleh karena itu aku bisa disebut terkejut, bukannya bingung, gini loh rasanya kau hanya bisa jadi dirimu yang biasanya"

"Makanya kataku itu cuma perasaanmu saja kan, kubunuh juga anak satu ini......eh gak, maaf"

Ups, hampir saja kepribadianku terbagi dengan gaya bicara yang terlalu kejam.

Untuk menenangkan diri, aku membasahi tenggorokanku dengan es kopi dalam sekali tenggak.

Pada rasa kopi yang lumayan pahit, tersebar dengan ajaibnya tajamnya manis madu, gum syrup, susu dan krim segar......keseimbangannya terlalu buruk kan ini.

"Ah, yaah, cepat atau lambat kau akan bisa mengatasi Eriri......daripada itu cerita yang lain dong"

"Kalau begitu, kali ini giliran evaluasi kegiatan dari Aki"

"Susah......kebanyakan tidak melakukan apa-apa"

"Ah, maaf"

Tentunya aku tidak merasa kalau aku tidak bisa menunjukkan rasa keberadaanku hingga dikasihani Katou.

Bicara soal apa yang kulakukan hari ini, yaitu sambutan sebelum kegiatan yang tidak selesai akibat gangguan dari Eriri, dan sambutan setelah kegiatan yang dibatalkan akibat dua orang yang lekas-lekas pulang......

"Ya, nah, sebaiknya berjuanglah untuk yang berikutnya ya ? Sampai tidak jadi gangguan bagi semuanya"

"Apa-apaan pengumuman di luar kekuatan perang itu ! Katou, jangan-jangan kau, merasa kalau aku tidak akan muncul ke permukaan lagi ya ?"

"Memang ?"

"Pekerjaan direktur itu baru setelah ini tahu !"

Ya, terlalu lekas kalau merasa depresi di sini.

Memang, aku tidak bisa menggambar, juga menulis karangan. Dan tentu, jadi heroine saja tidak mungkin (kecuali trap).

Untuk menunjukkan keberadaanku pada lokasi produksi game, aku hanya bisa mengawasi barang yang telah selesai, menyusunnya, serta mengecek kemajuan produksi.

Oleh karena itu langsung memulai pekerjaan seperti sekarang, dan tidak menghentikan pekerjaan siapa pun, jadi adalah wajar kalau tidak melakukan apa-apa pada kondisi saat ini yang tak ada hasilnya.

"Jadi begitu, dasar sok. Jadi ada artinya kau memaksaku kan ?"

"Tidak, itu bukan pekerjaan direktur, tapi selera produser"

"Fuun ?"

"......ah, tadi bukan apa-apa"

Padahal tadi aku bermaksud mengatakan hal macam 'Memaksa itu tak ada di industri mana pun ! Karena itu legenda kota !"......tapi aku memang sudah kecapekan.

"Yah, ngomong-ngomong, akhirnya pembuatan gamenya dimulai ya ~"

"Begitulah, ya, akhirnya ya"

"Kalau selesai untuk sementara aku ingin pergi main ~"

"Eh, woy, baru mulai sudah langsung merencanakan waktu selesai"

"Ahaha, maaf"

"Yah, tapi ada rasa tidak berterima kasih yang minggu lalu......tunggu kau, Mal Rokutenba......!"

"......err, kalau sampai terasa sebegitu menekannya, ke tempat lain tidak apa-apa lho ?"

"Aku tidak merasa begitu !" Siapa menyebarkan kabar burung macam itu ! Aku juga ingin cuci mata, nonton film romantis, kapan saja aku siap ayo !?"

"Oleh karena itu, tidak usah melakukan yang tidak-tidak. Di Jo*polis[31] pun aku bisa sepenuhnya bersenang-senang"

"Apa-apaan pandangan dari atas itu, menjengkelkan ! Kalau begini jadinya apa pun yang terjadi aku akan pergi ke Mal Rokutenba ! Masuk ke toko makan kue sepuasnya dan hanya pesan satu minuman ! Terlebih lagi dengan dua sedotan !"

"Ermm, kalau itu aku yang tidak mungkin melakukannya"

"Yeah aku menang !"

"Eh, sekarang aku yang kalah?"

Seperti itu......

Untuk sesaat, kami benar-benar seperti pasangan sungguhan, bersenang-senang ngobrol.


Ah, setelah itu......

Kami berdua, sampai akhir tidak menyebut-nyebut soal kak Utaha hari ini .


※ ※ ※


"......jadi , ini adalah versi pertama plotnya. Tapi masih latar dasar dan cerita seputar main heroinenya saja sih"

"Cepatnya !?"

Kemudian hari berikutnya, masih di ruang audiovisual sepulang sekolah.

The Untouchable kak Utaha Kasumigaoka kemarin, sembari menggosok mata yang jelas membengkak, melemparkan berkas yang diikat klip ke atas meja.

Pada sampulnya, tertulis dengan font MSP Gothic, ukuran huruf 24 seperti ini.


'Rencana galge Rinri yang sangat sehat dan penuh dengan etika, oleh Rinri (sementara)'


"......jadi, apa judul sementara ini ?"

"Sehat kan ? Kalau begini CER*[32] tidak akan melayangkan keluhan"

"Tidak, yang jadi target pemeriksaan kan bukan cuma judulnya. Juga justru karena doujin tidak ada kaitannya dengan lem**** moral[33]"

Pertama-tama, meski sama sekali tidak menyentuh soal isinya seperti biasa, apa ada artinya susah-susah memberi judul baru sementara ini......?

"Yah, pokoknya, dengan ini bagian pekerjaan untuk minggu ini untuk sementara bisa dianggap selesai kan ?"

"Errr......lebih dari cukup"

Kucoba membalik-balik halamannya, beberapa lembar kertas A4 kosong dipadati oleh huruf-huruf, dilihat bagaimana pun juga, tidak kurang dari dua kali lipat proposal yang kutulis selama golden week.

Terlebih lagi mungkin, tidak hanya volumenya, isinya juga nampaknya beberapa kali lebih tebal.

Ini hanya dalam satu malam......pengarang komersial......

"Jadi, itu, aku ingin sedikit mendiskusikannya untuk ke depannya"

Saat aku kehilangan kata-kata karena terlalu kagum seperti itu, kak Utaha menunjukkan ekspresi wajah yang agak menyesal.

"Nah, bukan berarti aku bilang aku tidak suka ikut serta kegiatan ini ya ? Tapi......"

"Ah......"

"Hanya saja, dari sekarang aku ingin menahan diri dari pekerjaan di tempat ini, bagaimana ya......"

Walau memberikan wajah seperti itu setelah mencapai hasil yang sampai sejauh ini pun, aku agak tidak mengerti maksudnya, tapi dengan melanjutkan kata-kata sebelumnya, yah rasanya bermacam-macam tujuan jadi kelihatan jelas.

"Ah, sebenarnya aku tidak bilang kalau aku pulang saja hari ini. Bagaimana pun juga kalau nanti aku menuju ke masyarakat, meski hanya aku yang pekerjaannya selesai lebih awal dan tidak ada yang dikerjakan pun, harus sengaja lembur karena mencocokkan dengan rekan kerja yang lambat kerjanya yang bahkan hanya kerja di waktu normal, dikatakan oleh atasan 'ada masalah dengan rasa kerjasama', nilainya malah lebih rendah daripada rekan kerja yang tak punya kemampuan, organisasi busuk macam itu pun ada"

"Hentikanlah berkata hidup seperti ini susah macam itu dengan kedudukan sosial sebagai siswi SMA !?"

......walau terasa nadanya menyesal, tapi lidah tajamnya seperti biasa menusuk ke segala arah, atau haruskah kukatakan memang begitulah kak Utaha ?

"Jadi, sekalian, sungguh ini benar-benar sepele, sedikit saja, ada satu lagi permintaanku......kalau bisa melupakan tingkah laku dan perkataanku yang kemarin itu, aku tertolong"

Lalu pada akhirnya, ia bicara mengenai masalah utama yang dilihat semua orang itu.

Yah, meski pembukaannya terlalu panjang, ketika selesai mengatakan apa yang ingin dikatakan, kak Utaha sedikit lega, sedikit kegelisahan muncul di matanya, dan menatap kami.

"Aku sih tidak peduli. Masalah macam itu"

"Be, benarkah itu ? Tomoya......?"

"Ya, soalnya mengeluarkan suara aneh, tertawa terkekeh-kekeh, menggoyang-goyangkan kaki dengan kejam dan membuat kami menjauhkan diri itu, kak Utaha adalah kak Utaha kan"

"Kau menarik diri kan, kau peduli kan......"

Akibat ekspresi gelisahnya yang lebih baru daripada yang kuduga lebih manis daripada yang kuduga, secara refleks aku telah menginjak ranjau tanpa memikirkan akibatnya.

Tapi, berkebalikan dari jawaban karena rasa penasaranku itu......

"Itu, kalau seorang kreator adalah sifat yang wajar kan ?"

"Sawamura......?"

Orang yang sepertinya paling gampang dipanas-panasi, malah memberikan jawaban aneh yang melegakan.

"Saat dalam kepala lagi membuat sesuatu, ia akan memisahkan diri dari dunia, tenggelam dalam khayalan yang mustahil, dan sepenuh hati mengikis hati. Tidak aneh kalau isinya itu sedikit keluar lewat mulut"

"Ya, memang begitu lho ? Pokoknya aku lagi melakukan produksi. Barang yang tingkatnya dewa. Aku harus angkuh, dan tentu saja akan ngamuk saat dunia tidak berjalan sesuai dengan keinginanku"

"Ka, kak Utaha......?"

Lalu, kak Utaha yang bersimpati dengan bantuan yang sangat-sangat langka itu, menunjukkan lanjutannya seperti 'enak saja, aku dewa tahu'.

"Oleh karena itu kendalikan. Taklukkan dunia. Pelukis dengan warna, pengarang dengan kata-kata. Soalnya, hanya itu senjata yang bisa kami gunakan"

Kalau dipikir-pikir dewanya bertambah jadi dua......?

Apa-apaan para pasien chuunibyou tersembunyi ini ? Apa semua kreator begini ?

"Pastinya seperti itu. Mungkin itu lumayan jauh dari akal sehat di dunia ini. Tetapi, saat membuat cerita tidak terasa seperti itu. Kalau aku harus mengatakannya, dunia lah yang aneh, kurasa"

"Mengerti......aku mengerti ! Biarpun begitu, betapa banyaknya orang di dunia ini, yang tak menghadapi kesulitan apa pun, sekedar mencari kesalahan pada karya orang dan merendahkan karena merasa ia di atas......cih"

Terlebih lagi, sampai menderita perasaan teraniaya yang parah !?

"Sungguh, aku ingin menghancurkannya......orang-orang bodoh itu"

"Aku punya banyak pola cara untuk menghancurkannya dalam kepalaku"

"Sawamura, kau lebih suka mengabaikannya secara fisik, atau secara sosial ?"

"Yah, utamanya secara sosial......tapi aku sudah memikirkan banyak pola cara-cara untuk menyudutkannya"

"Kalau kekuatan mengendalikan internet itu, sampai sejauh mana ya kau memilikinya~"

"Kemampuan super hacker dalam kepalaku lumayan tinggi loh ? Mau kubeberkan speknya ?"

"Hentikan ! Kalian berdua sudah hentikan !?"

Kenapa kedua orang ini cuma saat isinya memanaskan kepala seperti ini mereka jadi akrab.

Begini ya yang namanya otak kreator itu......dunia yang sama sekali tidak bisa kuikuti.


Ah, kemudian, hari ini sampai sini Katou tidak berbicara sedikit pun, dengan ini kujelaskan kalau ia hanya gemetaran di sampingku seperti anjing kecil.

......terus ada kan ? Selalu.


※ ※ ※


Kemudian hari ini pun, kegiatan produksi yang sehat dan penuh dengan etika dimulai......

"Tidak bisa ! Sama sekali tidak bisa ! Benar-benar tidak bisa ! Rehat bentar !"

"I~yaa"

"Hey Katou, dalam situasi ini jangan menjawab dengan riang seperti itu......"

"Maaf Sawamura......ah, ngomong-ngomong aku punya Roll Cake, mau makan bareng ? Tapi cuma barang murah dari toserba sih"

"Coba serius cerita orang itu......yah, aku terima"

"Aku juga bawa kopi, tidak apa-apa hitam ?"

"Ah ~, kalau bisa aku ingin susu"

Dalam waktu 30 menit, nampaknya terhambat dengan sehatnya.


"Hey Sawamura"

"Apa ?"

"Karakterku setipis itu ya ?"

"Ya, tipis"

"Sekitar apa, sejauh apa ?"

"Sama rata, apalagi kepalang tanggung tipisnya"

"Artinya itu tanpa ekspresi ?"

"Kalau tanpa ekspresi bisa berdiri sebagai karakter yang tak punya perasaan. Dalam kasusmu, karena tidak bisa menetapkan ekspresi wajah sejauh itu, didorong jadi tipe aya****[34] pun tidak bisa. Sungguh, baru kali ini ada karakter yang tidak bisa digunakan sejauh ini"

"Uu~mm, maaf ya tidak bisa membantu"

"......tidak marah dan mengubah ekspresi ya"

"Eh, mungkinkah, tadi itu sengaja memancing supaya mengeluarkan perasaanku ya. Memang hebat Sawamura, menggunakan berbagai cara ya ~"

"Tapi tidak berguna, mau bagaimana lagi"

Sedikit obrolan gadis antara kedua orang itu......pengajaran karakter yang sama sekali tak bisa disebut demikian, dari sisi berlawanan ruang kelas, terdengar sayup-sayup.

Terlepas dari pokok pembicaraan yang tak ada hasilnya itu, kedua orang itu nampaknya jadi semakin akrab.

Dalam tim desain karakter yang sama sekali tidak berlanjut, hanya itulah satu-satunya penolong.


※ ※ ※


Kemudian, kondisi sekarang tim pembuat skenario yang terlalu mulus di sini......

"Zzzzzz......"

Satu orang, di tempat duduk paling ujung di sisi koridor sama dengan kemarin, adalah team leader yang tertidur nyenyaknya dengan wajah tertelungkup di atas meja.

Di tengah-tengah suara adu mulut kedua orang itu......atau omelan satu arah itu, bisa-bisanya ia tertidur.

Yah, kalau malam tadi begadang apa boleh buat?

"Ng, ngu......"

Kalau diingat-ingat, mungkin pemandangan yang lumayan sering kulihat tahun kemarin......


'Kakak'

'......zz,zzzz......"

'Kak, kak Utaha'

'......ng ~?'

'Ayo cepat bangun'

'......ada apa ? Tomoya ?'

'Anu, soalnya tempat ini mau tutup'

'......jam berapa ?'

'Jam 10 malam'

'Begitu, aku masih belum puas bicaranya......ayo kita pindah ke restoran keluarga'

'Lah kakak kan sampai sekarang terus-terusan tidur'


Sambil memberikan alasan yang cocok macam rapat evaluasi, kumpul-kumpul fans, atau pertemuan pertukaran ide, dan berjanji, terus-terusan tidur mengabaikan orang, tidak hanya sekali dua kali saja.

Begitulah, sehari sebelumnya waktu itu, atau mungkin beberapa hari sebelumnya, terus-terusan begadang......

"Ng, nuu"

Tapi, aku sama sekali tidak bosan, seingatku.

Bagaimana pun juga, karena ada 'Koisuru Metronome' di dekatku.

Selain itu setelah ia pelan-pelan bangun, ia bicara tentang ide cerita.

Karena saat itu, bagiku yang merupakan fans yang tergila-gila dengan karya itu, aku sudah kenyang hanya dengan informasi karakter baru dan ringkasan jilid berikutnya yang tidak lebih dari tiga menit dalam tiga jam itu.

"Zzzz......"

Tapi, entah sejak kapan......

Tidak, aku mengerti, saat 'Koisuru Metronome' mendekati akhirnya.

Kami, pertemuan kami berdua seperti itu lambat laun menjauh.

Hal itu, entah akibat kak Utaha yang sibuk menghadapi penyelesaian karyanya, ataukah......


※ ※ ※


"Sungguh, padahal yang sebelum ini rasanya lumayan bagus loh Katou"

"Yang sebelum ini......versi demo saat golden week ?"

"Iya, gadis menarik bernama Megumi Katou yang kaya dengan ekspresi saat itu sudah pergi ke mana......?"

"Bi-biar kau memujiku setinggi itu pun......tidak bisa"

"Sebaliknya, aku mengkritikmu habis-habisan sekarang, jadi kuharap kau jangan malu begitu"

"Ng ~ Tapi, bagiku niat untuk mengubah apa pun......ah kalau aku harus bicara"

"Kalau harus bicara ?"

"Sudah kuduga......mungkin untung ada skenario itu"

"Skenario......?"

"Skenario itu, bahkan menurutku yang amatir ini luar biasa. Rasanya, seperti dipenuhi bermacam-macam diriku, kalimat yang membuatku memiliki bermacam-macam perasaan pun banyak"

"Itu, artinya......"

"Hanya dengan berperan mengikuti skenario, secara sendirinya aku tertawa, jadi senang, tanpa disadari jadi sedih, marah......"

"Apa, ujung-ujungnya wanita itu......eh, hey Tomoya !"


※ ※ ※


"Eh......?"

Tepat saat aku berbisik dalam pikiranku 'akibat sibuk, ataukah......', suara melengking Eriri mengembalikanku pada kenyataan.

"Apa yang kau lakukan ! Kau mau menyentuh gadis yang sedang tidur !"

"Eh ? Apa maksudmu......ah, aaah !?"

Ketika aku melihat kembali pada diriku sendiri untuk menyangkal tuduhan tak masuk akal itu, di sanalah tangan kananku terulur dengan mulusnya menuju arah yang tak mampu memberi alasan.

SaeKano v02 ch04 02.jpeg

Ya, hingga sepertinya sedikit lagi bisa menjangkau kepala kak Utaha......

"I-ini bukan seperti itu !"

"Apanya yang bukan dasar mesum !"

"Rambutnya ! Hanya rambut panjangnya kak Utaha !"

"Itu kan mengincar titik paling moenya ! Kesalahannya bahkan lebih berat dasar mesum !"

"Eh, beratnya kejahatan pelecehan seksual itu ditentukan oleh sudut pandang ini ya......"

"Kau tidak usah menyerap pengetahuan yang tidak perlu Katou !"

"N, ng ~......?"

Mengerikan......

Jadi ini kah yang namanya memperbaiki ingatan dengan adegan kilas balik......


Proposal doujin game (Edisi pertama)


Karakter (Karakter utama hanya dua, heroine direncanakan ditambah 2~3 orang)

  • Protagonis (masa kini) : Seiji Azumi/ 16 tahun
Siswa pindahan. Pindah tempat tinggal karena perpindahan tempat kerja orang tuanya. Mudah terbawa suasana.
  • Protagonis (kehidupan sebelumnya) : Souma Hinoe/ 18 tahun
Kehidupan Seiji sebelumnya (kakek buyut). Punya rasa tanggung jawab yang kuat dan berkepribadian serius.
  • Main Heroine (masa kini) : Meguri Kanou / 16 tahun
Siswi SMA kelas dua. Walau tipenya sedikit pendiam jadi tidak terlalu menonjol, kalau dilihat baik-baik adalah seorang gadis cantik.
  • Main Heroine (kehidupan sebelumnya) : Ruri Hinoe / 12 tahun
Kehidupan Meguri sebelumnya (nenek buyut). Adik perempuan Souma. Tubuhnya lemah dan berkulit pucat. Mencintai kakaknya Souma dengan serius.


Garis besar cerita

  • Sang protagonis, Seiji, pindah ke suatu kota di daerah karena kepindahan pekerjaan orang tuanya.
  • Ketika tersesat di tanjakan dengan barisan pohon sakura dekat rumahnya, tanpa sengaja ia bertemu dengan gadis lokal.
  • Ia bertemu lagi dengan gadis itu di kelas sekolah barunya. Namanya adalah Meguri Kanou.
  • Suatu hari, secara kebetulan Seiji dan Meguri pulang sekolah bersama-sama. Mereka melalui tanjakan dengan barisan pohon sakura tersebut.
Seiji menceritakan saat pertemuan mereka, tapi Meguri menyebut itu sebagai 'pertemuan kembali'.
Saat berpisah, Meguri berbisik pelan 'Selamat tidur, kakanda'.
  • Sejak itu, beberapa minggu telah berlalu. Kedua orang itu saling memastikan perasaan masing-masing, dan menjadi sepasang kekasih.
  • Tetapi, bersamaan dengan waktu itu, penampilan Meguri sedikit demi sedikit berubah.
Kelekatannya yang aneh terhadap Seiji, kadang menampilkan rasa takut tanpa sadar, ingatan saat masa sebelum dilahirkan.
Persis seperti, ada orang lain yang bukan dirinya dalam dirinya......
  • Kemudian bersamaan dengan ingatan yang mundur, Meguri mengingat kembali kejadian keluarga dan cintanya di masa lalu.
Bahwa dalang di balik kehancuran keluarganya, masih berada di kota ini.
Kenyataan bahwa ia terikat dengan kota ini supaya fakta itu tidak terbongkar keluar.
Tiap kali ia mengingat kembali masa lampau, kejadian misterius mulai bermunculan di sekitar mereka berdua.
  • Dengan berkali-kali mengalami kejadian yang mengancam nyawa, kedua orang itu bertekad bertarung menghadapi musuh untuk melindungi satu sama lain.
Membangunkan ingatan Ruri, Meguri semakin mendekati kebenaran peristiwa itu.
Mencampuri tindakan Souma di masa lalu, Seiji 'menciptakan' ingatan masa lalu baru.
  • Krisis menghilang setelah pertarungan, Seiji dan Meguri, bukan, Souma dan Ruri terhubung setelah 70 tahun.

'Setelah ini pun, kita akan terus bersama ya kak'


"Ini juga......memberi gubahan yang drastis"

Senja ketika kegiatan klub tepat sebelum berakhir, kak Utaha pun telah bangun.

Eriri yang selesai membaca plotnya, bersamaan dengan kalimat itu mengembuskan nafas panjang yang bisa ditangkap sebagai kagum atau takjub.

"Daripada gubahan, ini sih hampir orisinal"

"Yep, karena proposal awalnya tidak ada informasi apa-apa selain 'menjadikan Katou main heroine', apa boleh buat"

"Mohon maaf aku menyesal tolong ampuni aku"

Celah proposal yang kosong itu sudah diisi oleh pengarang light novel Utako Kasumi atau siswi akademi Toyogasaki kelas 3 C kak Utaha Kasumigaoka, itu pun dengan selera chuuni yang semerbak.

"Kukira Utako Kasumi hanya bisa menulis cerita cinta yang jorok"

"Bagaimana kau punya gambaran tetap seperti itu pada pengarang yang hanya meluncurkan satu karya, nona Eri Kashiwagi ?"

"Hey Eriri, kau juga sudah baca 'Koisuru Metronome' ya ?"

"Hah ? Aku tidak membacanya ! Aku cuma mengatakan gambaran sekenanya !"

"Tidak, ungkapanmu itu, baik sebagai pengguna, atau sebagai kreator adalah paling rendah......"

Meski dalam berbagai arti gaya bicara Eriri tak perlu dipertimbangkan, tapi sebenarnya aku pun memikirkan hal yang sama adalah rahasia hanya di sini.

Ini pastinya, rute yang sama sekali tak bisa dibayangkan dari warna Utako Kasumi sampai sekarang......

"Bagaimana menurut Katou ? Ada suatu pendapat ?"

"Ermm......kurasa latarnya rumit"

"......begitu ya"

Reaksi yang selalu membuat orang mengira 'ah tidak ditanya......' dalam suatu arti adalah berharga.

"Perubahan plot kasar secara tiba-tiba seperti ini, dalam bisnis akan hancur,tapi kalau doujin, dalam arti yang baik, gampang jadi bahan pembicaraan. Oleh karena itu kali ini ayo kita coba sedikit mengincarnya"

"Ah, memang ada kecenderungan seperti itu"

Bungkusnya digambarkan penuh dengan sekolah moe, pas wadahnya dibuka isinya battle, horror, rape......karena tidak ada hubungannya dengan karya untuk semua umur jadi tinggalkan saja......

Yah, pokoknya aliran yang menjauh dari genre awalnya di tengah jalan seperti itu, kalau zaman dahulu bisa, dalam bisnis baru-baru ini menjadi cara curang yang sama sekali tidak boleh dilakukan.

Jangan anggap enteng kemarahan otaku saat heroine macam '****tan haa haa'[35] yang moe sampai beberapa saat lalu tiba-tiba dibantai. Sumbernya aku saat benar-benar marah.

Tapi doujin yang awalnya tidak setinggi itu, juga dari awal diterima sebagai 'kesukaannya pencipta', tidak ada yang namanya cara curang. Er, tapi harus disensor juga. Terutama dakimakura, CD koleksi gambar cosplay, harus memerhatikan barang-barang yang gampang diabaikan.

Sebaliknya, pada maha karya yang terkumpul satu masa sampai sekarang, selalu ada elemen kejutan seperti perubahan plot kasar di suatu tempat. Bohong ! Tidak, benar itu.

"Ada apa Rinri ?"

"Ah, anu......kurasa ini akan jadi menarik"

Tentu, ini, tergantung cara membuatnya sepertinya lumayan baik.

Akibat rumitnya latar dan perkembangan, kurasa perlu skill yang cocok pada teks atau skenario, tapi saat yang mengurusi skenario itu adalah pengarang light novel aktif yang aku merupakan fans beratnya, seakan-akan sudah seperti janji kalau akan jadi karya dewa bagiku.

Selain itu, di atas semuanya......

"Main heroinenya adalah adik perempuan di kehidupan sebelumnya ya, apalagi kalau dilihat bagaimana pun juga yandere, betapa liciknya......"

Ya, seperti yang ditunjukkan oleh Eriri, benar-benar licik.

Dipanggil 'kakak' oleh gadis teman sekelas, didorong (ke i*c*st[36]) setelah dimanjakan sepenuh hati, betapa penuh dengan emosi.

"Jadi, keputusannya Meguri dan Ruri ini kerjaannya Katou ?"

"Tapi memang dibuat dengan tujuan itu kan"

"Eh, aku sendiri adalah teman sekelas, nenek buyut dan adik perempuan bertubuh lemah ?"

Ya, terlebih lagi selain adik perempuan, diberikan keluasan peran dengan menambahkan bermacam-macam karakter itu......

"Katou......sebagai tes, coba kau katakan 'kakak'. Ah, sebenarnya 'kakanda' juga tidak masalah"

"Eh, apa itu......"

"Cepat ! Dengan wajah menengadah, dicampur keluhan tapi pakai nada yang manis !"

"Ta, tapi karena aku hanya punya kakak perempuan aku tidak tahu bagaimana cara melakukannya"

"Kalau begitu anggap saja aku sepupumu Keiichi ! Ah sudah kuduga itu mustahil !"

"Sepertinya sampai kapan pun terus ribut soal Keiichi ya Aki"

Ya, mengikuti dengan teguh konsepku 'ingin menarik berbagai pesona gadis bernama Megumi Katou'.

Sambil memberikan warnanya sendiri, dengan pasnya memenuhi permintaan klien......

Sebagaimana yang diharapkan kak Utaha, pekerjaan profesional yang unggul tanpa cela.

Tapi......

"Kalau begitu, bisakah ini dijadikan versi final ?"

"............"

"Rinri ?"

Sampai barusan, aku yang harusnya sudah mengembangkan macam-macam khayalan dengan dasar plot ini......

"......maaf, tolong tunggu kesimpulannya sebentar saja lagi"

Meski begitu, aku tidak bisa memberikan keputusan "GO" terakhir.

"Kenapa ?"

"Tidak, ini bagus, luar biasa, sempurna malah, tapi......"

"Tapi, apa ?"

"Ermm, anu......"

Aku tidak menemukan masalah yang menonjol.

Karakter Katou sebagai adik perempuan, yandere, atau peran yang membunuh, penuh dengan hal yang penting khasku.

Apalagi karya romansa baru Utako Kasumi, rencana yang didambakan puluhan ribu fans.

Tapi, sesuatu......

Bukan pada kail seperti romantis, reinkarnasi, time leap, yang mudah dimengerti itu, ada sesuatu yang lebih mendasar......

Ada sesuatu, yang mengganggu pikiranku......

"......baiklah, kita tunda dulu untuk hari ini"

"Maaf"

Pada sikapku yang bimbang itu, kak Utaha menghela nafas dengan enteng dan meninggalkan tempat duduknya.

Pada wajah itu, ada kelelahan selesai begadang, kantuk, dan hanya sedikit saja kekecewaan.

"Kalau ada sesuatu yang ingin dikoreksi, katakan dalam minggu ini ya. Soalnya aku ingin menyelesaikannya sebelum akhir pekan"

"Maafkan aku, kak......"

"Tidak apa-apa, dah"

Kata Kak Utaha, meski mengatakan kata-kata yang baik padaku, dengan cepat meninggalkan ruang kelas tanpa memandang sekilas ke arahku.

Setelah itu, tinggal tiga orang yang dan kemudian suasananya jadi sedikit lesu.

Yah, tapi kalau suasana jadi tak enak macam itu pun, mau bagaimana lagi.

Tanpa menghiraukan baik buruknya, aku yang selalu segera membuat keputusan, aku sendiri kecewa pada perasaan raguku yang aneh.

Apa mungkin, ini yang namanya tekanan produser itu ?

Untuk menggerakkan rencana besar ke depan, perlu kekuatan mental yang lebih kuat ?

Ya, justru karena itu aku merekomendasikan orang yang kusukai atau seperti memaksanya dengan wajah yang keren......

"Kenapa senyum-senyum dalam situasi ini Tomoya?"

"Ah, tidak......"

Erm, tidak ada kan ya ?

Hal sebagus itu, dalam industri apa pun, tidak ada kan......?


※ ※ ※


Kemudian......

"Sampai kapan mau membuatku menunggu......?"

"......maaf"

Jumat. Ruang audiovisual seperti biasanya. Kegiatan klub seperti biasanya.

Suhu harian menurun, tapi suara dan suasana hati kak Utaha menusukku.

Tapi kelakuan kak Utaha itu, bagaimana pun orang melihatnya adalah hal yang tepat secara satu arah.

"Sudah cukup Tomoya. Emangnya kau merasa punya kemampuan untuk menyalahkannya ?"

Ya, bahkan Eririmusuh alaminya sampai sepenuhnya membuatku merasa bersalah......

Plot yang harusnya sudah selesai tiga hari lebih cepat, pada akhirnya diawetkan selama tiga hari.

Apalagi, seharusnya hal seperti itulah yang paling tidak boleh dilakukan......

Bagiku ini, yang seharusnya paling sensitif terhadap batas waktu.

"Sudah tidak melakukan apa-apa cuma menghambat saja. Menurunkan motivasi pencipta saja. Kau ini direktur yang paling menggambarkan 'hanya kerugian tanpa keuntungan'"

Eriri yang sesama kreator, walau yang diurus berbeda dan biasanya selalu bertengkar, hari ini sudah seutuhnya jadi kawan kak Utaha......dengan kata lain musuh dari musuhnya.

"Ini sih namanya cuma jadi keras kepala saja kan ?"

"Keras kepala......?"

"Samar-samar kau pernah bilang tidak baik, tapi tanpa menemukan di mana tidak baiknya itu, sudah terlalu jauh untuk mundur bukan ?"

Jadi, sebagai pengganti kak Utaha yang terdiam, beralih membujukku sekarang.

Nada dan sikap orang ini, meski sama sekali tidak terlihat seperti itu, tetapi entah bagaimana tersampaikan padaku yang sudah lama kenal dengannya.

"Sudah biarkan saja, untuk sementara kita lanjut dengan garis ini dulu, setelah itu kalau ada yang sesuatu yang kau sadari kita revisi sedikit, begitu jalannya"

Saat ini, di tempat ini, orang yang paling berjuang untuk penyelesaian secara baik-baik, mungkin adalah ia.

Tetapi......

"Maaf, tidak bisa seperti itu"

"Tomoya !?"

"............"

Eriri yang jelas ekspresinya bercampur baur setengah marah dan setengah terkejut.

Lalu, kak Utaha yang ekspresinya semakin menghilang.

Tapi, itu sama sekali beda dengan datarnya Katou, kurasa pasti ada kemarahan besar dan dalam yang terus makin mengendap.

"Mungkin, hanya sedikit meleset dari apa yang kubayangkan. Kalau tidak langsung diperbaiki, akan jadi gawat setelahnya"

Biarpun begitu, aku yang sekarang hanya bisa bertahan 'keras kepala' seperti kata Eriri.

Soalnya, bukan berarti aku pun dalam tiga hari ini meninggalkan keadaan ini begitu saja.

Entah sudah berapa ratus kali aku membaca beberapa lembar plot itu berulang-ulang.

Pas kutuliskan satu demi satu hal yang kupikirkan atau bagian yang kuragukan, kertasnya jadi merah.

Juga pada bagian yang tidak bisa kuselesaikan sendiri, bahkan kutanyakan berkali-kali pada kak Utaha.

Terlebih lagi, kukatakan.

"Tak bisa mengatakan 'yang meleset' itu dengan konkret, sepenuhnya adalah kekurangan kemampuanku......"

Tidak salah lagi tidak cukup kemampuan pada diriku.

Sudah tentu yang tidak dapat menyelesaikannya pada waktu yang ditetapkan akan disalahkan.

Tapi, mungkin......

"Kalau diteruskan seperti ini......aku tidak senang"

Perasaanku ini, tidak salah lagi.

Beda dari kebimbangan yang 'entah bagaimana' di awal.

Pada aku yang sekarang, ada keyakinan.

Bahwa tidak bisa jika dijalankan seperti ini.

Bahwa ini akan jadi bukan gameku.

Hanya perasaan itu yang terus semakin menguat.

Hanya saja, perasaan itu tidak bisa diungkapkan dalam kata-kata, menjengkelkan......

"Kalau begitu lebih baik kalau kau kerjakan sendiri kan !"

"Eriri, itu......"

"Kalau mengatakan itu artinya selesai sudah kan, Sawamura"

"A...... !?"

Kemudian, saat ketika pembicarannya akan mengalir ke arah yang paling kutakutkan......

Yang menghalangi aliran itu, sungguh-sungguh orang yang tak diduga-duga.

"Layaknya ada hal yang tidak boleh dilakukan direktur pada kreator, ada juga kata-kata yang tidak boleh dikatakan kreator pada direktur. Sekarang itu ya ini"

Orang yang, paling merasakan seperti itu pun tidak aneh.

"Utaha Kasumigaoka......! Ka, kau......kau pikir untuk siapa aku melakukannya !

"Setidaknya, bukan untukku saat ini"

"Cih......!"

Tapi, itu sama sekali bukanlah teman yang menolongku.

Mungkin, hanya harga dirinya atau bagian yang tak dapat diserahkannya tak sengaja disentuh Eriri.

"Sudahlah, pulang saja......"

"Ah......"

Buktinya, suhu sikapnya padaku tidak berubah sedikit pun.

Baik pandangannya, juga nada bicaranya.

Kemudian, ekspresi wajahnya yang sepenuhnya mendingin itu.

"Terulang lagi ya, Rinri......"

"Eh......"

Kalau dipikirkan, yang terakhir tadi sedikit......

"Kau tidak memberikan kesimpulan, lagi......"

Hanya sedikit saja, secara halus, ekspresi wajah itu berubah.


"............"

"Aki"

"......ah, Katou ya"

"Eh, bukannya dari tadi hanya ada aku ?"

"Ya......"

Kedua orang itu pulang, sudah satu jam lebih waktu berlalu.

Lalu, selama aku masih menggerutu kesukaran mengembangkan plot kak Utaha, sepertinya Katou bermain-main dengan ponsel dan memainkan semacam social network game.

......walau aku tertarik apa ia memakai uangnya, tapi sekarang bukan saatnya untuk itu.

"Segera pulang yuk ? Sudah waktunya pintu depan ditutup"

"Ya......"

Memang, sudah lebih gelap dari waktu pulang biasanya.

"Kalau ada yang dipikirkan, mau lanjutkan di kafe biasanya ?"

"Ya......"

Meski begitu Katou, yang nampaknya menyuruh segera pulang tadi, justru ia sendiri tidak pulang, dan entah bagaimana mengkhawatirkanku lebih dari sebelumnya.

Yah, kalau melihat yang tadi itu, mengkhawatirkan pun hal yang lumrah ya.

"Anu, Aki"

"Ya......"

Kemudian, aku......

Aku yang baru saja menghadapi krisis runtuhnya klub lagi......

"Mengenai kak Kasumigaoka......"

"Hey, Katou......"

"Eh ?"

Yang didorong punggungnya dengan kekhawatiran oleh Katou itu, telah menetapkan satu tekad.

Karena kurasa kunci untuk membuka kesukaranku ini, hanya ada di sana.

"Ayo kencan esok ?"

"Takk"

"......eh~"

Hanya ada di main heroine yang kupaksa......

"Ayo kencan ? Kita berdua"

"............ya ?"

Dengan ajakanku yang juga bisa ditangkap mengarah ke lusa itu, ekspresi Katou, hanya sedikit saja beda dari datar seperti biasanya.

Yah, soal bedanya ke arah mana, kita tinggalkan saja.

"............"

"............"

Ruang kelas yang akan segera diliputi kegelapan.

Dua orang saling menatap dengan rasa yang sedikit berbeda dari biasanya, sepertinya.


Lalu, meski kurasa ada seperti suara aneh yang berbunyi di koridor, kuputuskan untuk tidak memedulikannya sekarang.

Karena adalah dasar untuk mengangkat dan menjatuhkan sebelum bab terakhir[edit]

Kemudian, hari Sabtu.

Awal bulan Juli, musim hujan segera berakhir, pertanda akan sepenuhnya jadi panas mengambang di udara, pagi dengan cahaya matahari kuat yang sepertinya melebihi 30 derajat tanpa awan.

......eh, kalau dipikir baik-baik, soal hari hujan pada musim hujan, hampir tidak pernah kuceritakan.

Maaf karena tidak bisa menggambarkan perubahan musim, tapi tolong pikirkan saja waktu lembap pun macam-macam hal sudah terjadi.

"Selamat pagi, Aki"

"Ah, yaa"

Terlepas dari cerita suram macam itu, hari ini pun Katou, di tempat pertemuan depan stasiun, dua menit sebelum waktu yang dijanjikan, muncul dengan cara tampil yang sedikit dapat dijadikan berita seperti biasanya.

"Wah ~ Untung cerah ya"

"Kau akan terbakar matahari kan kalau pakaian seperti itu......"

"Eh ? Tidak apa-apa loh ? Aku membawa tabir surya, topi ini juga untuk memotong UV"

"Tidak kau pakai, kau cocok dengan pakaian seperti musim panas itu. Hari ini pun terasa pas"

"Terima kasih. Tapi percepatlah perasaan untuk menambah 'tidak kau pakai' itu ?"

Katou memakai kemeja lengan pendek berenda putih tembus pandang di atas tank top berwarna cerah, bagian atas kepalanya ditutupi oleh topi sailor yang agak besar, paha yang mengintip dari dalam rok mini, muncul bersama kaki tanpa stoking dengan putih yang memesona hari ini.

Mohon maaf atas hal-hal cabul yang aneh seperti orang tua yang keluar dengan anehnya ketika aku menjelaskan, intinya hari ini pun Katou penuh dengan gaya.

Sungguh, memakai pakaian yang modis seperti ini dan menunjukkannya hanya padaku sendiri saja, terlalu sia-sia.

"Nah, jadi sebaiknya beli tiket sampai mana ya ?"

"Mal Rokutenba, jadi ke Tamasaki kan"

"Benar tidak apa-apa ? Aku ke Jo*polis pun tak masalah loh ? Keliling-keliling Akiba juga sepenuhnya OK"

"Makanya kau tidak perlu mengasihaniku seperti itu ! Hari ini, akan kutunjukkan padamu kekuatan dari kelas yang lebih baik yaitu riajuu walau aku otaku menjijikan !"

"Anu, kupikir sebaiknya Aki juga bisa menikmatinya......maksudku sepertinya dari gaya bicara itu sedikit pun kau tidak tenang"

Pokoknya 'keliling-keliling Akiba juga sepenuhnya OK' denganku itu, dalam dua jam mengelilingi semua toko buku, game, CD baik baru maupun bekas, mengecek cara menjual barang, persediaan barangnya, harga barang bekas seluruhnya dari tiap toko, terlebih lagi biasanya setelah selesai berkeliling lalu ke G**n*ania[37] untuk tes memori itu, siapa pun tidak akan mengatakannya kan ?

Aku pun, bukannya ingin berkeliling sendiran, tapi......mengapa tidak ada yang bisa mengikuti......


※ ※ ※


"Kita sampai ~"

"O, ooh"

"Menyenangkan bukan, seberapa jauh bisa berkeliling ya hari ini ya"

Jadi, kurang sedikit dua jam dari peralihan kereta listrik dan shuttle bus.

Di depan mataku, terdapat tanah sangat lapang dan bangunan raksasa yang mungkin sebesar Big Sight itu.

Inilah Mal Rokutenba, yang baru saja dibuka di Tamasaki bulan lalu.

Eksteriornya yang lembut mengingatkan pada gudang batu bata suatu tempat di Yokohama, yang menggambarkan abad pertengahan Eropa.

Dibagi menjadi dua zona besar, utara dan selatan, total lebih dari 200 fashion, produk sehari-hari, barang outdoor, tempat makan dan minum yang berdiri berjejer, kaya dengan variasi hingga tidak akan membosankan walau seharian di sana, kota yang tepat untuk shopping.

Lalu......ramai dengan pasangan atau keluarga, tempat untuk riajuu.

"............kh !"

"Aki ? Kenapa ?"

"Ti, tidak......"

Saat aku memasuki bangunan itu, menggelora perasaan janggal yang dahsyat dalam diriku.

"Jauh lebih padat dari yang kupikirkan......apa sebaiknya waktunya sedikit kita tunda saja ya"

Memang seperti apa yang dikatakan Katou, walaupun sebentar lagi sudah satu bulan sejak dibuka, banyaknya orang yang sampai sulit berjalan tanpa membentur orang lain, memenuhi bagian dalam bangunan ini.

Walau aku tidak tahu tepatnya, mungkin, bisa dikatakan kerumunan besar dengan level puluhan ribu orang.

Tapi, sensasi tak enak yang melandaku, bukan hanya karena banyaknya jumlah orang itu......

"Katou......apa kau baik-baik saja ? Dengan kekacauan ini"

"Kalau itu, soalnya obral atau semacamnya biasanya terasa begini kan"

"Be, begitu kah ?"

"Benar, persis seperti perang ya"

Bukan, ini bukanlah perang.

Biar kau katakan orangnya sangat ramai, segini sih jauh beda dengan "event itu".

Dilihat dari jumlah orangnya, setengahnya, lalu setengahnya lagi pun tidak sampai.

Meski begitu, apa rasa kacau yang sia-sia ini......?

Pada perang sungguhan, para prajurit yang sungguh dilatih, akan bertarung dengan lebih teratur kan ?

"Ya, yang di sana......jangan berlari......tolong majulah dengan perlaha~n"

"A, Aki !?"

Ya, perasaan janggalku ini, bukanlah karena adanya gap dengan kualitas pengunjung sekitar.

Akibat terpengaruh dengan buruknya sikap partisipan umum.

Apa-apaan semua ini ? Pergi ke mana jiwa Comi**t yang kucintai ? Apa kalian semua sudah baca katalognya ?

"Tolong jangan berbaris di sini......ini bukan ujung antreannya......saat keluar, mohon turuni terus jalannya......"

Pokoknya, kenapa orang-orang ini sok banget gaya macam pembeli yang terhormat. Apa tidak punya kesadaran bahwa di tempat seperti ini semua orang adalah partisipan......ah, tidak, rasanya, orang-orang ini memang pembeli kan ?

"Be, bertahanlah Aki !? Ayo ke klinik!"

"Jangan ke klinik......nanti tidak bisa beli buku......"

Sekarang, aku, berada di mana......aula barat ? aula timur ? atau mungkin booth perusahaan......?


※ ※ ※


"......maaf, aku sungguh minta maaf"

"Err, maafkan aku juga ya"

Jadi, baru 15 menit setelah sampai di Mal Rokutenba.

Di sana, ada aku yang menarik napas besar-besar sambil menghirup es kopi di food court, yang terpaksa ditarik mundur setelah ditelan oleh kekacauan saat masuk.

......kau sudah melakukannya ya Mal Rokutenba.

Memang ini gaya penyambutan yang disebut 'pembaptisan tandang' kan.

Rasanya seperti baru awal pertandingan, dalam sekejap mata pertahanan dihancurkan dan kehilangan angka, center back dikeluarkan dan terpaksa bertarung dengan sepuluh orang.

"Jadi, apa kita pulang saja ?"

"Tidak, aku tidak akan pulang"

"Aki......"

Tapi......

Tapi, walau dibongkar kejelekannya sampai sejauh itu, masih belum bisa kuakhiri.

Karena pertarungan kami, masih baru saja dimulai......tidak, ini lumayan serius.

Lumayan serius dibanding kalau segini saja menunda harapan ke kali berikutnya, aku tidak akan tahan minta maaf pada Katou kan.

"Karena itu, maaf, tapi, tolong biarkan aku beristirahat di sini 30 menit lagi"

"Kalau begitu, aku sama sekali tidak keberatan"

"Kemudian setelah itu, aku janji akan jadi Tomoya Aki yang pasti berguna untukmu"

"Bukan soal berguna atau tidak berguna......kalau ada di sini saja kau tidak tertarik, tidak akan bisa apa-apa selain bertahan kan ?"

"Tidak, mungkin tidak apa-apa......karena aku sudah menemukan cara bertarung yang bisa kunikmati"

"Begitukah ?"

Eriri berkata.

Saat tandang, pokoknya pergilah dengan senyuman mengincar seri.

Lalu, aku menolaknya seperti ini.

'Aku, selalu ingin menang, dengan aku yang biasanya'......

"Hey, Katou......"

"Apa ?"

Tentu hari ini, tiba-tiba aku mendapat pembaptisan tandang.

"Sebelum berangkat, kau sudah mengecek macam-macam bukan ? Mau keliling ke mana hari ini"

"Yah, begitulah"

Tapi saat ini, dengan half time yang terlalu dini ini aku sadar.

Kalau bisa menjaga mental yang sama di kandang......

Kalau saja bisa memperoleh senjata yang sama, atau mungkin mirip dengan di kandang......

"Nah, toko itu, tolong beri tahukan semuanya"

"Ah, tapi, sebaiknya tidak usah melakukan yang tidak-tidak......"

"Sudahlah, beri tahu semuanya. Cuma menunjukannya di peta lantai ini pun tidak apa-apa"

Lalu di tanganku terdapat peta Mal Rokutenba.

Senjata terbaruku, kutemukan di rak di pojok food court.

"Tapi, aku sudah mengecek lumayan banyak toko......karena aku sama sekali tidak tahu kalau akan sepadat ini"

"Tidak apa-apa. Pokoknya pertama-tama semuanya"

"Aki ?"

Hal seperti itu termasuk dalam dugaanku.

Soalnya, siapa pun kalau datang ke event, terlepas bisa mengelilingi atau tidak, akan mengecek semua circle yang menarik kan ?

Tidak, ini bukan event tapi shopping. Dan ini bukan circle tapi toko.

"Nah, ermm......pertama 'Lulu Bianca'[38]. Tapi karena di sini mahal jadi bisanya lihat-lihat saja, sebaiknya dilewatkan"

"Tidak, melihat-lihat adalah hal yang penting kan......east avenue 2012 ya"

Dengan pena kutandai di peta yang terbentang.

Tentu saja, pada space......lokasi 'Lulu Bianca'.

"Setelah itu 'Burning Loss'[39]......karena di sini ada produk baru musim gugur yang bagus"

"Bulan Juli sudah musim gugur kah. Dunia yang tidak terlalu kumengerti......north street 743"

"Lalu 'Fortissimo'[40]......tas yang sekarang agak merosot"

"Sama north street 622......karena ini dekat dengan toko sebelumnya, rutenya bersambung"

"Setelah itu 'True blue'[41] dan 'Celrose'[42]......ah, 'Strasbourg'[43] juga"

"Oke, ayo cepat datangi !"

Akhirnya, Katou, sambil berkata ini dan itu mengatakan lebih dari sepuluh toko tujuannya.

Bagiku, karena nama tokonya saja seperti diperdengarkan kode yang benar-benar tidak jelas artinya, apa yang dijual di sana, seberapa hebatnya dan kenapa menginginkan barang itu, sama sekali tidak kumengerti.

Tapi soal itu, keduanya sama-sama salah.

Saat non-otaku mendengarkan nama circle yang kami cek pun seharusnya merasa demikian.

Bagaimana panasnya genre ini sekarang, terutama apa pentingnya atau peranannya pengarang ini terhadap genre ini, lalu, kenapa tidak bisa dimaafkan kalau bukan pasangan ini......

Pada ucapanku yang tidak dimengerti orang lain kecuali orang yang mengerti itu, Katou selalu mengesampingkannya dengan tenang......tidak, menangkapnya. Barangkali.

Kalau begitu, aku juga bisa, mampu, kucoba melakukannya.

Itu pun, sambil menikmatinya......

"Garis penuntunnya......ya, di sini. Rutenya dihubungkan seperti ini, mengalir dari barat ke timur......tidak, dari selatan ke utara seperti ini......"

Strategi kami para otaku di kandang, sama sekali bukannya tidak masuk akal bagi riajuu.

Tergantung cara menggunakannya, baik di sini atau di manapun bisa digunakan, suatu peraturan atau cara yang dapat diandalkan.

Lalu, seharusnya aku sudah terlatih untuk bisa menggunakan itu secara maksimal.

"Nah Katou......maaf aku membuatmu menunggu"

"Aki......?"

Tidak apa-apa, asal ada peta circle ini......bukan, peta harta ini, aku tidak terkalahkan.

"Ayo pergi untuk menang walau sedang tandang......saatnya memutarbalikkan !"

Keringat tidak enak hingga beberapa saat yang lalu, telah terhenti tanpa disadari.


※ ※ ※


"Maaf membuatmu menunggu ~"

"Oh, bisa beli incaranmu ?"

"Ya ! Hampir saja ~ hanya sisa satu saja untuk ukuranku"

Saat Katou kembali dari kasir dengan terengah-engah, aku menerima kantung yang ada ditangannya itu, dan melemparkannya ke dalam paper bag ekstra besar yang telah kusiapkan dari toko alat tulis di awal.

Sungguh, padahal kalau ada tas yang biasa disandang di punggung akan lebih efisien, tapi emang ya, itu seragam yang tak dapat dipakai saat tandang ini.

"Nah, jadi kita menuju ke toko berikutnya ? Sekarang terdorong 15 menit dari rencana"

"Eh, begitu kah, aku lumayan bingung tadi"

"Tidak apa-apa kok, itu kan kenikmatan sesungguhnya dari shopping"

"Ya, tapi......selama menunggu, kau tidak bosan ?"

"Nggak tuh"

Itu bukan pura-pura atau juga perhatian.

Saat ke Katou masuk toko mana pun aku terus menunggu hingga belanja selesai dan tidak berubah dari pose menyandarkan punggung ke tembok di pojok, dan mati-matian melayangkan 'Aura jangan bicara',

Tidak berarti saat itu, aku menatap interior toko sambil diam tanpa melakukan apa-apa, atau main game supaya tidak bertemu dengan siapa pun, aku tidak sedang luang hingga menghabiskan waktu sia-sia seperti itu.

Bagaimana pun juga, waktunya tidak cukup untuk melihat Katou yang matanya berkilau pada desain, aksesori, atau pakaian, dan matanya terbelalak saat melihat label harganya......

"Jadi setelah ini, kau punya dua pilihan. Pergi ke tempat tujuan berikutnya yaitu 'Ranolph Lorre'[44], atau melewatkan satu dan pergi ke 'Julie Sander'[45] ?"

"Jadi begitu ya......"

"Ngomong-ngomong, selain 'Ranolph Lorre' agak terpisah dari sini, tidak ada satu pun toko di dekat sana yang ada di daftarmu. Kalau kita lihat sebuah tempat terpencil"

"Ya"

"Kemudian, selain 'Julie sander' berada di sisi yang benar-benar berlawanan dengan 'Ranolph Lorre', kalau lanjut dari sini akan melewati tiga toko tempat tujuan, tidak ada jalan melewatkan ini"

"Aku mengerti......"

"Jadi Katou, kau ingin singgah ke mana ? Eh bukan, pergi ke mana ?"

Rencana strategi terbaru, untuk menanggulangi situasi yang berubah secara berkelanjutan.

Pencarian rute untuk menyukseskan strategi yang kelihatan mustahil.

Dipikir sebanyak apa pun, tidak ada satu jawaban yang tepat. Sambil memilih yang paling tinggi kemungkinannya dari banyak pilihan, menahan rencana cadangan, apalagi sambil melihat situasi di tkp, menanggulanginya dengan mengubahnya secara fleksibel.

Karena melakukan pertarungan dengan memakai otak seperti itu, tidak mungkin ada waktu yang terbuang.

"Hmm...kalau begitu 'Ranolph Lorre'"

"Kesana kah......"

"Karena sudah susah-susah datang ke sini, walau agak telat pun nampaknya Aki akan mengikutiku......apa tidak bisa ?"

"Tidak, itu. Siapapun menunggu jawaban itu"

Walau adalah tepat memilih 'Julie Sander' jika memikirkan efisiensi, tapi Katou dengan sengaja tidak melakukannya.

......Katou, telah mengatakan hal yang egois padaku.

Hal ini artinya, sedikit demi sedikit di tempat ini pun, ia mulai percaya padaku.

"Nah, ayo pergi Katou ! Meski aku akan berjalan sedikit lebih cepat, tetaplah ikuti aku"

"Dimengerti !"

Oleh karena itu tugasku hari ini, adalah mendukung keegoisan Katou itu dengan energi yang tersisa.

Karena itu adalah......satu-satunya penebusan untukku yang pura-pura tidak kenal, saat Katou sedang belanja untuk menghindari 'Kau pacarnya kan ~ menurutmu, mana yang baik ?' dari penjaga toko......


※ ※ ※


"Katou, bukan ke sana, belok kanan, kanan !"

"I, iya"

Lurus saja di west street, setelah keluar dari center court, menuju south avenue di mana 'Ranolph Lorre' berada.

Pada rute sederhana seperti itu pun, kaki Katou seringkali berhenti karena luarbiasanya jumlah pengunjung yang lalu-lalang.

"Berjuanglah ! Sedikit lagi south avenue !"

Maka dari itu seruanku yang mendorongnya tiap kali itu......sama sekali bukan menyalahkannya ya ?

Lalu, dalam detik waktu berlalu tiap kali Katou tersandung, dalam menit waktunya melenceng dari rencana kedatangan pertama.

Tetapi, aku pun setiap itu berkata pada diriku sendiri.

'Tunggu, jangan tergesa-gesa, ini jebakan Mal Rokutenba'......

Keramaian orangnya memang sangat-sangat banyak, biarpun begitu, tidak sampai membuat berdesakan.

Hanya saja, distrik shopping yang baru saja dibuka terlalu berantakan, para pengunjung yang jalan ke kiri atau kanan saja tidak tahu saling bertabrakan dengan kacau.

Justru karena itu, penting jadinya untuk bisa mengayunkan kaki ke kiri-kanan dengan teliti, lebih daripada kecepatan berjalan ke depan, Katou yang tidak terbiasa bergerak cepat dalam keramaian orang seperti ini, sama sekali berbeda denganku dan hanya bisa mengeluarkan kecepatan bergerak sama dengan pengunjung kebanyakan.

Tapi, kalau begini terus tidak baik......

Bagaimana pun juga, saat jalan ini berakhir, rintangan tak bisa dilewati yang menghalangi perjalanan hingga south court berikutnya, adalah eskalator.

Mungkin, kalau sudah di sana tidak bisa memperoleh lebih banyak waktu. Tidak mungkin mengambilnya kembali.

Alasannya karena......

"Waah, kerumunannya dengan cepat bertambah ya"

"Ya......"

Sesuai dugaanku, aula di depan eskalator, dilihat dari jauh pun di sekitar dasarnya terjadi kerumunan besar dan kondisinya tak bisa melanjutkan ke depan dengan mudah.

Awalnya karena lintasannya banyak orang, kemudian akibat hampir semuanya mendesak ke eskalator yang sempit itu jadinya sepenuhnya tersumbat.

Terlebih lagi, di sini beda dengan aula pertemuan event yang ada staff berpengalamannya, hanya shopping mall yang baru jadi.

Sekacau apa pun, tidak ada mas-mas, atau mbak-mbak yang mengatur dan berkata 'jangan berjalan di eskalator, mohon naiki dengan mengosongkan tiap satu anak tangga ~ ! " atau membuat rute yang dipasangi tali dengan zigzag di aula.

Tapi, justru karena itu memotong antrean yang terlarang, atau naik dengan berjalan ke bagian kanan anak tangga jadi tidak mungkin.

Itu adalah hukum di kandang yang harus kulindungi.

"Bagaimana Aki ? Untuk sementara mengelilingi bagian luar gedung ?"

"Tidak, kalau begitu lebih makan waktu. Sepadat apa pun, ini adalah yang terpendek"

"Begitu ya......untuk bisa melewati ini, nampaknya memakan sepuluh menit ya"

"......aku tak akan membiarkan itu"

Jadi bagaimana......?

Ya, hanya bisa memperoleh lebih banyak waktu dari garis lurus panjang hingga mencapai eskalator ini.

Tapi, tanpa berlari, lalu tidak menaikkan kecepatan hingga menabrak orang lain.

Memerhatikan sekeliling, tanpa bersikeras dengan pendapat sendiri, menggunakan semaksimal mungkin skill yang kumiliki.

Ya, mengeluarkan warnaku sambil beradaptasi ke tandang.

Pergilah Tomoya Aki......wahai prajurit terpilih event dilarang begadang.

"Katou !"

"Eh ?"

"Tanganmu......sini !"

"Ah......"

Aku, dengan suara dan keberanian yang terkumpul mengambil tangan Katou dengan paksa, meningkatkan kecepatan berjalan.

Demi kemenangan, di akhir......

"Jangan lepaskan ! Katou !"

"Aki......"

Di tangan kananku, dua lapis paper bag, terlebih lagi diperkuat pegangan.

Kemudian di tangan kiriku......sensasi sentuhan dari tangan kanan Katou yang hangat, dan lembut.

"Uooooooooooooooo~~~!"

Sudah jelas, yang mengalun dalam kepalaku saat itu adalah 'Tsubasa wo Kudasai' versi Hayashibara[46].......


※ ※ ※


"Aku kembali~"

"Yo, bagaimana ?"

"Hmm, memang di sini beda dengan dunia yang kutinggali. Label harganya semua beda satu digit"

"Ah, mengerti, aku mengerti perasaan itu......"

Toko darimana Katou keluar sambil tersenyum kecut itu, adalah toko barang bermerek Inggris yang menjual pita yang diterimanya dari Eriri baru beberapa hari yang lalu.

Pertama-tama, meski aku menunjukkan jalannya karena sekali pun tidak pernah ke sana, nampaknya saranku 'hanya memberi kesan tidak pergi tidak apa-apa kan ?' telah tertanam kuat dalam pikirannya.

Yah, terlepas dari itu......

"Jadi, untuk sekarang dengan ini kita telah berkeliling secara umum kan"

"Ah, ya"

Peta yang kutandai lokasiya tiap kali mengunjungi toko, sudah berubah warnanya jadi merah tua.

Menjelajahi sepuasnya mal seluas ini dengan sejumlah besar orang yang lalu-lalang, meski sudah mengelilingi hampir 20 toko, jam masih menunjukkan pukul dua lewat sedikit.

"Aku lapar ~"

"Aku juga"

Yah, masih tersisa cobaan berupa makan kue sepuasnya atau Italian lunch yang agak telat sih, tapi untuk sementara satu gunung besar telah terlewati.

Itu juga, kurang lebih pada waktu yang direncanakan di awal.

Padahal sekitar 30 menit telat mulainya di awal, tapi mungkin bisa dikatakan hasilnya lumayan baik.

"Nah, kalau begini, apa kita kembali ke center court ?"

"Ah, tunggu sebentar Aki"

"Ng ?"

"Anu......maaf, tapi apa boleh aku mengunjungi satu tempat lagi ?"

Entah Katou baru sekarang jadi antusias kah, ia mengatakan hal yang sedikit egois lagi.

Tapi......

"Ya, tidak apa-apa kok ? Pergi ke mana ?"

Tadi pun sesuai dengan janjiku, kuputuskan untuk hari ini aku menerima segalanya apa yang ingin dilakukan Katou.

Justru karena itu, ada juga hal "yang harus kupastikan, saat ini".

"Kalau tidak salah di sini......toko yang disebut 'Eye Orne'"

"'Eye Orne'......ya, tepat di sana. Eh, itu ?"

Aku menemukan nama toko yang disebut Katou di atas peta, tapi saat membaca perkenalan toko itu, aku sedikit memiringkan kepala, bingung.

"Bagaimana ?"

"Anu, toko ini......"

"Nah, ayo cepat ke sana ?"

"Katou......?"

'Eye Orne' itu, toko ini......


"He~ ada bermacam-macam tipe ya ~"

"Hey, Katou"

"Mm ?"

"Apa penglihatanmu buruk ?"

"Tidak, kedua mataku 2,0 loh ?"

"Jadi, kenapa......"

Menurut perkenalan di peta, barang yang dijual di toko 'Eye Orne' ini adalah, kacamata......

"Bagaimana dengan ini ? Kurasa sangat cocok dengan Aki"

"Eh......?"

Ya, adalah toko yang menjual barang yang seharusnya tidak digunakan Katou.

"Lensanya ya memang......tapi hanya bingkainya saja"

"Kau, apa yang......?"

"Hadiah untuk menemaniku hari ini"

"Hah ?"

Bingkai kacamata yang dipilih Katou, tiba-tiba dipasangkan ke wajahku.

Walau aku menyadarinya saat itu, tapi tanpa disadari, kacamataku telah terlepas.

Digoda semanis itu, oleh Katou......

"Terima kasih, Aki"

"............"

Eh ? Apa-apaan event ini ?

Apa......apa...... eh ?

"Ah, mungkinkah kau tidak suka dengan bingkai yang tipis ? Kalau begitu, tunggu sebentar lagi ya ?"

Tunggu sebentar hey, bukannya sepagi ini aku terus-terusan membawamu ke dalam masalah ?

Siang pun, pada saat belanja itu sendiri sama sekali tidak mendampingimu kan ?

SaeKano v02 ch05 01.jpeg

"Yang lebih tebal......memang sebaiknya kurang lebih dari apa yang kau pakai sekarang ya?"

Apalagi, pada akhirnya menarikmu dalam langkahku sendiri, membuatmu berlari dan mendesakmu kan ?

Pertama-tama, yang hari ini......atau ini pun, pernah kubatalkan di saat-saat terakhir, terlebih lagi kemarin kuajak lagi, cuma penuh dengan berbagai sikap yang tak masuk akal bukan ?

Meski begitu, kenapa......

"Katou......"

"Hmm ~ ?"

Tidak bisa, kalau tidak dijatuhkan di sini.

Kalau tidak menyia-nyiakan ketulusan Katou, menutupinya dengan material otaku, marah secara tak masuk akal.

Kalau tidak, aku......

"Kalau begitu, topimu......"

"Eh ?"

"Di sana, ada toko topi, oleh karena itu......"

"......oleh karena itu ?"

"Sebagai gantinya, karena aku tidak tahu mana yang baik, Katou yang pilih ya ?"

"............terima kasih"

Meski begitu, kenapa......

Kenapa, aku coba melakukan bagian pokok seperti game moe macam ini......

"Ya, terima kasih, Aki !"

"Makanya jangan tertawa hingga sebesar itu bodoh ! Kalau begitu karaktermu akan berdiri !"

"Eh, jadi tidak baik ya kalau aku berdiri......?"

Tidak, bukannya tidak baik, tapi......tapi......

Tapi, itu tidak enak.

※ ※ ※


"Hebaat ~ aku tidak pernah menyadarinya karena tidak pernah pergi sampai sekarang, tapi asal bersama anak perempuan, ini adalah surga makan kue sepuasnya......terima kasih, Katou !"

"Ah, yaah, kalau berterima kasih seperti itu......sebaiknya dikurangi"

Kemudian, yang kami masuki selanjutnya setelah shopping selesai adalah, sweets buffet di center court.

Selalu ramai dengan rombongan gadis-gadis atau pasangan, pada interior toko yang biasanya 'keep out', hari ini tanpa segan-segan aku mengajak keramahan bernama Katou itu ke dalamnya.

"Oh, Tart ini enak ! Penuh dengan tiga macam beri, kelebihan manisnya custard cream klop datang pada bagian masam yang rumit, mempertahankan keseimbangan yang bagus !"

"Ka, kalau begitu untunglah......apa pun itu"

Walau awalnya ragu 'siksaan macam apa ini', tapi seiring dengan mencoba kue berwarna-warni yang dipajang di etalase secara berurutan, pikiran buruk macam itu telah ditutupi oleh manisnya candu yang hanyut dalam mulut.

"Chiffon teh hitam yang terbaik ! Pada chiffon cake yang harum dan lembut seperti mencair, krim tawar yang disajikan penuh benar-benar cocok tanpa memberatkan rasanya, tekstur makanan yang unik ini segera mencair ketika masuk ke mulut secara bersamaan !'

"Seperti biasa kaya kosakata ya......secara tidak berguna"

Ya, kenapa telah melupakannya......

Saat anak-anak, siapa pun menyukai es krim atau kue seperti ini kan ?

Suatu saat pernah berpikir untuk memakan sepenuhnya sendirian kue besar di hari natal atau hari ulang tahun kan ?

Anak laki-laki, entah sejak kapan telah melupakan perasaan sesungguhnya saat itu.

Lalu, orang dewasa, mengapa menyalahkan salah ingat tentang saat itu.

"Buah yang kaya vitamin dan karbohidrat sponge cake memulihkan tubuh yang lelah, tapi dilema dengan terkumpulnya lemak dan gula dari krim yang berlebihan ! Aah, tapi ini lezat ! Tak bisa berhenti !"

"Eh, Aki, dengan itu yang ke-12......"

Benar, apanya yang salah dengan laki-laki dewasa yang meminta parfait di kafe.

Jadi kumohon jangan mundur walaupun ada empat orang laki-laki yang semuanya hanya meminta dessert wahai penjaga toko !

"Bagaimana pun juga ya, aku punya bayangan soal Akiotaku yang bercerita dengan panasnya mengenai apa pun, tapi sama sekali tak bisa kubayangkan itu juga berlaku mengenai kue......"

"Itu ya karena otaku itu, terdiri dari jiwa pengorbanan diri yang luhur yaitu ingin menyampaikan pada semuanya benda yang bagus apa pun itu, dan ingin mereka menikmatinya"

"......aku bingung membalasnya kalau kau berkata dengan mata yang sangat cerah ala penganut seperti itu"

"Ya, ini pun enak ! Katou juga makanlah sesuap ya ? A~n"

"Tidak, terima kasih"

"Ah, ok"

Potongan kue yang ditolak mentah-mentah dan dengan dinginnya oleh Katou itu, ditelan dengan cepat oleh mulutku begitu saja.

Ya, suasana pahit manis yang menggantung antara dua orang hingga beberapa saat yang lalu, tanpa disadari, sudah disapu bersih. Terutama berkat aku.

"Tapi, hari ini menyenangkan ya"

"Yeah, lebih dari yang kuduga ~"

Kombinasi sedikit menyedihkan terbalik dari laki-laki dan perempuan biasanya, yaitu aku yang terus makan kue dengan rakus dan Katou yang kenyang hanya menonton, tapi kami mengingat perjalanan belanja beberapa saat yang lalu dengan senyuman dan berbagi waktu yang menyenangkan.

"Aku ingin datang lagi. Banyak yang kelihatannya menarik di toko yang tidak kucek, pokoknya kalau seluas ini sangat tidak mungkin selesai mengelilinginya dalam sehari"

"Jadi kali berikutnya bagaimana kalau kita pergi dengan strategi dari pagi-pagi kita menunggu dan terobos bersamaan dengan pembukaan toko, pertama memperoleh barang incaran di circle bagian dinding......bukan, toko terkenal, setelahnya seluruh pulau......bukan, toko lainnya pelan-pelan kita lihat-lihat ?"

Kalau meributkan soal hasilnya juga, tidak hanya jumlah toko yang dikunjungi saja, caranya adalah untuk membentuk tim belanja bersama dengan menambah jumlah teman, tapi memang belanja macam ini dasarnya adalah kesempatan sekali seumur hidup orangnya itu sendiri.

"Bagaimana pun juga, Aki itu hebat ya. Kalau aku saja, setengahnya pun tidak bisa kukunjungi"

"Jangan remehkan ketamakan otaku ya"

"Walau kau tidak membeli satu pun untukmu sendiri ?"

Katou bermain dan memutar-mutar topi baru yang baru saja diperolehnya di tangannya.

"Aku tahu kebahagiaan yang sulit digantikan dengan apa pun saat orang memperoleh benda yang benar-benar diinginkannya"

Sekarang, kacamata yang kupakai punya label alih-alih lensa yang tidak ada. Agak tidak nyaman.

"Cara berpikir semacam itu berhubungan dengan kegiatan penyebaran ya"

"Makanya penyebaran itu, awalnya dimulai dari kebaikan yang tulus"

"Walau ada saatnya aku ingin berterima kasih, tapi ada juga saatnya super berisik"

"Jangan pakai super siswi sma"

"Ahaha, apa-apaan itu"

Ya, menyenangkan.

Normal itu menyenangkan.

Tak perlu pahit manis pun, dengan tingginya semangat kami yang biasanya saja sudah cukup menyenangkan.

Berangkat dengan normal, gagal dengan normal, pulih dengan normal, berjalan berdua dengan normal, menggandengkan tangan dengan normal, bertukar hadiah dengan normal, makan makanan manis dengan normal, dan berbincang dengan normal.

Katou sebagaimana adanya, aku sebagaimana adanya.

Tanpa kejutan besar, membuat waktu yang menyenangkan hanya dengan saling berkomunikasi.

Walau Katou menjelaskan macam-macam soal aksesori atau pakaian yang dibelinya, aku yang tidak terlalu mengerti menyimpangkan semua itu ke material otaku.

Tapi ia tidak tampak terlalu menghiraukan perlakuan semacam itu, mengalirkannya dengan mulus dengan memberikan balasan yang cocok, dan membawa material yang tak bisa kuikuti dengan tak dapat diperbaiki lagi.

Percakapan yang sama sekali tidak seperti takdir antara otaku dan orang biasa itu, meski agak beda dari biasanya, bisa semenyenangkan ini.


Tapi, justru karena itu...

Justru karena semenyenangkan ini, ada hal yang harus kukatakan.

"Hey, Katou......"

"Hm ? Apa ?"

"Maaf, tapi aku tidak bisa, mengantarmu pulang"

Karena aku sudah mencapai tujuan ke sini.

"Ada tempat, yang harus kudatangi sekarang juga......"

Karena sekarang, aku tidak bisa berhenti, menghadapi tujuan yang baru......

Senangnya, adegan kilas balik[edit]

--Segera setelah memasuki Toyogasaki.

Saat di mana aku, karena mendapat trauma batin waktu SMP menutup diri rapat-rapat, melukai siapa pun yang menyentuhku......

Tak ada yang semacam itu, cerita saat aku adalah otaku yang sama persis dengan sekarang.

Sebuah buku yang kuambil sambil lalu--lebih tepatnya, satu buku di antara segala macam (kecuali serial yang sudah tamat) buku baru di rak mendatar yang kubawa ke kasir, saat pergi ke Akiba pada hari penjualan Fantastic Bunko (karena Fantastic tidak mencuri start), telah mengubah kehidupan SMA yang baru kumulai secara dramatis.

Berkali-kali membacanya hingga dengan hebatnya menghalangi kelanjutan menonton anime, memengaruhi pelajaran, lupa makan dan tidur, menangis, lalu sampai membuatku melakukan kegiatan penyebaran tanpa memikirkan sekitar di twitter dan blogku sendiri, itulah light novel setan.

Pada sampulnya ' Pemenang pertama penghargaan Fantastic ke 40, Debut pendatang baru yang diharapkan !!' kalimat penjualan yang mentereng.

Tetapi, dibandingkan dengan sanjungan seperti rekomendasi itu, sampai kapan pun berlalu, persediaannya tidak bergerak tidak berkurang dari rak di toko buku.

Judul baru itu, yang nampaknya telah diperbaiki bagian editor dengan alasan judulnya sederhana saat dikirimkan pada bagian penerbitan adalah 'Koisuru Metronome'......


※ ※ ※


Saat keluar dari bangunan stasiun, terbentang pemandangan yang tak kulihat sejak beberapa bulan di sana.

Bundaran, terminal bus, taman depan stasiun, pemandangan yang terbentang lebih jauh di sana pun, walau detailnya ada yang berubah, seperti biasanya mengingat kembalinya tinggi hingga dua halaman ilustrasi berwarna di jilid satu bangkit kembali dalam kepalaku.

Ya, ini adalah kota Wago.

Panggung 'Koisuru Metronome', kota tempat sang pengarang Utako Kasumi tinggal waktu SD dan SMP (merujuk pada penutup di jilid 4).

Lalu sekarang, adalah tempat terakhir yang susah-susah kudatangi, untuk mencari kak Utaha yang sedang dalam perang dingin.

Setelah berpisah dari Katou di mal Rokutenba, aku langsung menelepon ponselnya untuk menghubungi kak Utaha.

Tapi, berkali-kali meneleponnya pun, tidak terhubung.

Walau titik didihnya sama sekali berbeda dengan pemanas air instan seperti Eriri, justru karena Kak Utaha sekali benar-benar dibuat marah kemarahannya berlanjut seperti termos diamnya itu membuatku menggigil hingga ke tulang.

Mungkinkah, putus hubungan beberapa bulan akan berlanjut lagi......

Tapi setelah itu, karena tidak ada gunanya kucoba pergi ke rumah orang tuanya, tapi orang yang sepertinya ibunya kak Utaha dengan sangat gampangnya mengatakan tempat tujuannya.

'Memang, ia bilang kalau mau pergi menemui kenalannya. Mungkin temannya waktu SMP'

Sebagai orang tua anak perempuan yang bisa dinikahi, betapa luasnya pandangannya untuk membuka informasi !

Yah tapi mungkin justru karena sebagai siswa teladan yang terus memenuhi harapan orang tua seperti itu, jadinya dibiarkan begitu saja.

......tapi bu, anak perempuan yang kau banggakan itu, sering melakukan apa yang ia sukai dengan kedok hasil sekolah yang sangat baik loh ?


......yah, itulah alasannya aku yang akhirnya mendapatkan petunjuk soal tujuan kak Utaha, dari Tamasaki datang ke kota Wago memakan waktu satu jam setengah seperti ini.

Sudah senja saat aku pergi dari sana, di sekitar sini pun sudah gelap.

Di tengah kegelapan malam ini, mencari seorang gadis dengan hanya 'di suatu tempat di kota ini' itu, jujur saja cuma bisa dikatakan game yang tidak masuk akal.

Biarpun begitu, di kota ini, aku hanya bisa keluyuran mencarinya sekarang.

Bagaimana pun juga, karena ada yang harus kuceritakan padanya hari ini juga.

Secepat mungkin, aku harus menyampaikan perasaanku.

Kalau tidak, aku......


※ ※ ※


Yang kudatangi saat melanjutkan jalan pertama kali adalah toko buku Joubundou di depan stasiun kota Wago.

Walau dalam suatu arti ada harmoni yang sudah ditetapkan sebelumnya, dengan kata lain hal itu artinya tempat yang tinggi kemungkinannya ada kak Utaha.

Juga karena di sini, pada jilid 1 halaman 48, adalah tempat sang protagonis Naoto dengan Sayuka......yang seharusnya jadi main heroine bertemu.

Lalu, tempat di mana, walau lancang, untuk pertama kalinya aku dan Kak Utaha saling mengakui keberadaan masing-masing......

'Salam kenal ! Bahagia bisa bertemu anda, nona Kasumi !'

'Te, terima kasih......kamu sudah mengantre sejak pagi-pagi sekali kan ?'

'Tidak apa-apa ! Karena aku tidak begadang. Aku datang dengan kereta pertama'

'Tidak perlu berlebihan begitu......tiket antreannya, nampaknya masih tersisa lebih dari setengah'

'Aku beruntung bisa datang pertama. Soalnya aku fans berat 'Koisuru Metronome' !'

'Ah, ermm, terima kasih soal itu......'

'Jilid satunya sudah lebih 20 kali kubaca ulang. Aku masih menangis tiap minggu membacanya'

'He, heeh, begitu......begitu ya'

'Bagian akhirnya, Naoto yang berusaha keras demi Sayuka semuanya sesuai yang diharapkan......meski begitu bagian mereka yang sedikit melewatkan satu sama lain itu menjengkelkan lagi'

'............'

'Sayuka sendiri, walau mungkin kasar mengatakannya demikian, ada bagian yang agak tidak bisa aku beri simpati di awal, ada juga bagian yang tidak terlalu bisa kusetujui cara berpikirnya'

'......?'

'Tapi, setelah kira-kira lima kali membacanya, rasanya dengan mulus mengalir, oh, jadi orang yang punya sejarah macam itu ya'

'Suara ini......?'

'Dengan perasaan seperti itu, saat kucoba membacanya lagi, aku jadi mengerti macam-macam lho. Mungkin hanya kemampuan memahami bacaanku yang tidak cukup, tapi memang dalam ya'

'Ngobrol panjang dan panas yang sia-sia ini......?'

'Sungguh, malam tadi aku tidak bisa tidur karena terlalu tegang......nona Kasumi ?'

'Kamu......jangan-jangan'

'? Apa ?'

'Segera setelah masuk sekolah, berdebat dengan pak Yamashiro di ruang guru......'

'Ya, Yamashiro ? Kenapa tahu nama wali kelasku......?'

'Untuk mengakui kerja paruh waktu, sampai lebih dari satu jam......dengan suara seperti sekarang yang bergema di seluruh ruang guru'

'Daripada itu, kenapa nona Kasumi tahu kejadian di ruang guru akademi Toyogasaki ?'

'Itu, anu......'

'......eh ?'

'............'

'Ermm, maaf tiba-tiba tanya, tapi anda yang diberi penghargaan atas try out ujian nasional baru-baru ini ?'

'Sudah kuduga kamu......kalau aku tidak salah, Aki kan ?'

'......eh, eeh ! Utaha Kasumigaoka dari kelas 2 !? Apa-apaan Utako Kasumi itu hampir sama kan ! Nama pena yang luar biasa asal-asalan !'

'Hey, jangan memanggil nama asliku kencang-kencang......walau menyebut diri sendiri fans kau ini tidak sopan ya'


Kalau tidak salah itu sesi tanda tangan terima kasih untuk cetakan kedua setelah penjualan jilid dua.

Sudah satu tahun dari hampir membuatnya menjauhiku pada pertemuan pertama......

Mungkin menurut kak Utaha, orang yang pertama kali minta tanda tangan saat sesi tanda tangan pertamanya sebagai pengarang, sebenarnya adalah adik kelas di sekolah yang sama itu, adalah mimpi buruk daripada disebut takdir ya......

......sembari mengenang kejadian yang merindukan itu, pada tiap lantai di bangunan toko buku berlantai tiga itu kucari sampai tiap penjurunya.

Tapi, ke mana pun aku mencarinya, aku tidak menemui adegan di mana wanita cantik berambut hitam panjang memajang kembali karyanya di tempat yang menonjol.

......tidak hanya di sini, di toko buku biasa di mana-mana juga melakukannya, orang itu.


※ ※ ※


Setelah itu juga, kak Utaha yang agaknya orang yang baik meski mulutnya buruk, jadi bercerita sambil terus pasang wajah yang buruk, tidak cuma sekali, bahkan pada hooligan sepertiku.

Tetapi, karena sebagai pengarang itu adalah rahasia dalam sekolah, kami saling bertukar kata-kata biasanya hanya di sekitar stasiun kota Wago ini.

Di tanah suci karya yang kugilai, terlebih lagi bisa menerima penjelasan adegan langsung dari pengarangnya, aku saat itu, mungkin adalah fans yang paling bahagia terhadap karya itu.

Di samping itu, kami bicara macam-macam di kota ini.

Perkembangan 'Koisuru Metronome' setelah ini, posisi karya ini di dunia light novel, permintaan untuk iklan berbagai media, argumen soal heroine, argumen ledakan protagonis......

Sambil bicara berbagai cerita pun, rasanya, sebatas karya itu, kami berdua sepenuhnya seperti pengarang otaku dan fans otaku.

Biarpun begitu, kami, di kota ini, di toko makanan cepat saji yang kelihatan murah di depan stasiun......

Banyak bercerita mimpi.

'Sungguh aku minta maaf ya sebentar menarik jilid tiga......bagaimana ya ini......pokoknya bagaimana bisa jadi begini ~ !?'

'Makanya jangan ribut di dalam toko. Itu kan cuma sama seperti cerita novel'

'Mungkin sih bagi sang dewi cuma "sama seperti'", tapi aku ingin anda jadi pembaca dan para karakter yang dipermainkan dengan sambil lalu itu'

'......fufu'

'Eh, kak Utaha keji sungguhan. Aku sama sekali tidak bisa membaca perkembangannya setelah ini......'

'Sebenarnya ya, pada jilid empat......'

'Ah ~ ! Hentikan, hentikan ! Kesenangan saat membacanya nanti berkurang !'

'......tak perlu menutup telinga mati-matian seperti itu juga, tidak ada alasanku untuk benar-benar membocorkannya kan ?'

'~~~kh !'

'......begitu juga tidak kedengaran kan. O~y, Tomoya'

'Aduh ! Apaan sih kak......'

'Tolong dengarkan cerita orang baik-baik ya. Jadi, kutanya sebaliknya. Bagaimana menurutmu jadinya setelah ini ? Apakah jadinya sesuai kesukaanmu ?'

'Eh ? Apa ? Boleh bicara ?'

'Lumrah kan pengarang ingin tanya harapan atau kesan dari pembaca ? Selain itu ini cuma referensi'

'Pertama-tama, kondisi persaingan double heroine ini main curang. Kedatangan Mayui dari belakang sampai sini itu normalnya sama sekali tidak mungkin'

'......jadi kau pendukung Sayuka ?'

'Aku tidak bisa memilih keduanya ! Makanya kukatakan tidak mungkin'

'Plinplan ~ sama seperti Naoto'

'Kalau menggoda seperti itu dewi jahat. Sudah perbuatan setan'

'Yah, reputasi dewa kan jelas sebagai makhluk yang kejam dari zaman mitos Yunani'

'Ah, lalu, adegan di tengah hujan itu......'

'Hm ? Ada apa dengan itu ?'

'Saat itu, kalimat yang dikatakan Naoto pada Sayuka, sama dengan khayalanku yang kuceritakan baru-baru ini kan ?'

'......pengarang itu ya, dari kehidupan sehari-hari di mana pun, bisa mengambil bahan'

'Memang kejam......'


Toko burger tempat aku, kak Utaha dan Katou bertiga bertemu untuk pertama kali, musim semi tahun ini.

Musim gugur tahun lalu, kami berdua sering duduk di tempat duduk sisi jendela yang bisa memandang taman depan stasiun.

Tapi, di sana juga, tidak ada sosok pengarang dengan mata mengantuk habis begadang semalaman terus mengetik keyboard dan sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda akan meninggalkan tempat duduknya walaupun ada pelanggan yang menunggu.

......kalau dipikir lagi dengan tenang, mengimbangiku yang terus mengobrol tanpa kehabisan bahan sampai kapan pun, mungkin gangguan yang tak tertandingi bagi sekitar ya.


※ ※ ※


Saat aku tiba, air mancur di taman depan stasiun yang dengan semangatnya menyemburkan air seperti memberitahukan kedatangan musim panas, entah sejak kapan telah berhenti.

Ketika melihat jam, sudah hampir jam 11.

Jumlah kereta pun jelas berkurang, orang-orang yang keluar dari stasiun pun semakin jarang, orang-orang yang memasuki stasiun hampir tidak ada.

Pintu keluar masuk stasiun yang jadi sedikit sepi itu hanya kupandangi sambil duduk di bangku taman.

Beberapa jam setelah datang ke sini, walau terus mengelilingi tempat yang kebetulan kuketahui tapi ujung-ujungnya tak ada petunjuk, aku hanya tinggal kepikiran cara menangkap kak Utaha yang naik kereta pulang.

Sebelum kereta terakhir, hanya ada tiga kereta tersisa.

Kalau aku tidak naik yang mana pun, aku tidak bisa pulang.

Kalau tidak menangkapnya sebelum itu, sudahlah, aku hanya bisa menyerah hari ini.


Kalau dipikir dengan tenang, tidak perlu tergesa-gesa.

Hanya satu hari, paling banyak dua hari tidak bertemu.

Seharusnya adalah masalah yang cepat selesai, jika hari Senin memasuki kelasnya dan bicara sedikit.

......tapi, sejarah kami yang lebih dari tiga bulan tidak bertemu, juga tidak berbincang, terlentang sedikit sebelum ini.

Aku mengingat telah membuat celah sedalam ini, saling tidak berdamai, saling tidak langsung meminta maaf.

Musim panas bertemu.

Musim gugur bercerita.

Kemudian, musim dingin berpisah untuk sementara.

Ya, hari itu memang bersalju......apanya yang memang kita tinggalkan saja.

'Aku tidak bisa membacanya, ini......'

'Tidak apa-apa, kupikir kau tidak akan membocorkannya, aku juga sudah dapat izin dari editor'

'Kenapa begitu......aku tidak ingin tahu'

'Sebelum keluar ke masyarakat, aku ingin kau membacanya'

'Untuk apa ?'

'Kalau bisa, aku ingin kau menyetujuinya Tomoya'

'Makanya, kenapa......'

'............'

'Kalau jilid terakhir sudah berjejer di toko buku, aku pasti membelinya, akan kukatakan kesanku sebanyak apa pun. Selain itu, bagaimana pun perkembangannya, kalau kakak yang menulisnya pasti aku akan menyetujuinya'

'Itu sih cuma mengikuti secara buta kan. Yang kuinginkan bukan kesan seperti itu'

'Jadi, apa yang kakak minta dariku......?'

'Kalau membacanya kau akan mengerti......mungkin'

'Mungkin......'

'Dari akhir ini, apa yang kau tangkap......dengan itu, jawaban apa yang kau berikan'

'............'

'......akan kutanya sekali lagi ya ? Versi pertama bagian terakhir yang ada di sini, kamu sama sekali tidak mau membacanya ?'

'......aku menolaknya'

'......cih'

'Soalnya aku, tidak punya tanggung jawab atas karya ini'

'Kenapa......?'

'............'

'Sama sekali tidak mau mengatakan apa-apa ?'

'......cih ! Kalau tidak dikatakan tidak akan mengerti kah !?'

'Eh......'

'Itu sudah jelas, karena aku fans berat kan !'


Prakiraan dan pencarian kesalahan jilid terakhir......

Itu adalah hak yang luar biasa, hingga tidak mungkin sebagai seorang fans.

Tetapi, termasuk kebaikan hati kak Utaha, permintaan itu kutolak.

Perasaan tidak ingin membaca jilid terakhir itu sendiri pun ada.

Aku ingin terus berhubungan dengan karya bernama 'Koisuru Metronome' sampai kapan pun.

Tetapi, seandainya itu tidak bisa terkabul, paling tidak akhirnya, ingin kusambut pada hari akhir yang sesungguhnya.

Menerima pesan dari hanya karya tanpa campuran, aku ingin diombang-ambingkan secara murni.


Tapi, perasaan fans yaitu aku itu, pada akhirnya, hingga pada akhirnya tak tersampaikan pada kak Utaha.

Itu jelas, dari kelakuan dan ekspresi wajahnya setelah itu.

Lalu mungkin, perasaan pengarang yaitu Utako Kasumi saat itu pun, pada akhirnya, hingga pada akhirnya tidak tersampaikan padaku.

Itu jelas, dari perasaan berkabut yang masih tersisa padaku hingga sekarang.


Beberapa saat setelah itu 'Koisuru Metronome' tamat.

Yang bersama dengan Naoto, adalah Mayui yang harusnya main heroine kedua, yang muncul dari jilid dua.

Akhir itu, yang secara populer adalah tepat, dan secara cerita tidak terduga, sekarang pun masih menjadi perdebatan sengit di antara sebagian fans.


※ ※ ※


Setelah itu, waktu terus berlanjut hingga jam di depan stasiun menunjukkan pukul 11.40.

Akhirnya selama itu, jumlah orang yang memasuki stasiun tidak sampai 50 orang, di antaranya wanita cantik yang kelihatan mengantuk dengan rambut panjangnya satu orang pun tidak ditemukan.

Jumlah kereta sedikit seperti biasanya, tapi dua kereta berangkat meninggalkanku, yang tersisa di peron hanya satu kereta terakhir.

"Pulang saja ya......"

Dengan keluhan, setelah sekian lama aku mengeluarkan suara.

Kemudian, seperti didorong oleh suaraku sendiri aku berdiri dari bangku, perlahan menuju pemeriksaan tiket di stasiun.

Pada akhirnya, meski menghabiskan waktu sebanyak ini, aku pulang ke rumah dipenuhi perasaan sia-sia tanpa hasil apa pun.

Segalanya kepalang tanggung, menyusahkan macam-macam orang, tak punya rencana konkret pada awal pekan, terus-terusan risau akhir pekan ini......


'Jadi, kita berpisah di sini'

'Nantikanlah jilid terakhir'

'Selamat tinggal, 'Rinri


"......ah"

Saat mau melewati pemeriksaan tiket, pertukaran salam perpisahan setengah tahun sebelumnya itu, tiba-tiba melintasi pikiranku.

Itu, adalah saat ketika panggilanku berubah dari 'Tomoya' jadi 'Rinri'......

Dari taman hingga ke pemeriksaan tiket, hanya sedikit memutar......

"Ah, hah......!"

Saat gambar tempat itu bangkit kembali dalam otakku, aku berbalik dari pemeriksaan tiket dan mulai berlari dengan seluruh tenaga ke luar stasiun.

Seandainya tak berhasil aku akan kelewatan kereta terakhir.

Seandainya sungguh ada di sana pun, aku tidak tahu bagaimana sebaiknya mencarinya.

Hal-hal remeh temeh semacam itu, sudah lama menghilang dari pikiranku.


"Ada......"

Tindakanku yang gegabah itu entah akhirnya menimbulkan simpati dewa kah......

Dengan terlampau sederhana, aku telah menemukannya.

"Ada......!"

Bayangan dari belakang rambut hitam panjang yang mengilap, di seberang kaca jendela.

Di sana tiga menit jalan kaki dari stasiun. Berdiri membubung paling tinggi di antara gedung di depan stasiun, fasilitas penginapan paling tinggi kelasnya di sekitar sini.


'Hey'

'Ya ?'

'Hari ini, mau menginap ?'

'Kh......Jangan mengatakan lelucon semacam itu sekarang kak !'


Hotel Jefferson Wago.

Tempat bermacam-macam ingatan yang terlalu tak tertahankan dan terlalu menyakitkan yang telah tersegel tertidur.

Tapi memang, hari ini pun, di tempat kenangan itu, kafe yang ada di lobi ......

Kak Utaha, ada.

"Kak ! Kak Utaha !"

Aku meneriakkan namanya sambil sekuat tenaga mengetuk kaca jendela.

Rasanya, sosok dari belakang itu sama sekali tidak salah lihat.

Selain itu, kalau salah lihat pun, sekarang, tidak ada alasan untuk ragu-ragu di sini.

"Kakaaaaa~~~k !!!"

"Tok tok tok" tok tok tok tok !"

Pada tindakanku yang menyimpang itu, serempak orang-orang yang berada di kafe menengok ke sini......

Lalu, hanya ia yang berambut hitam panjang yang ada di meja dalam, setelah memandang sebentar ke sini, seketika berpura-pura jadi orang lain dan menengok ke arah lain.

Kejamnya kak......


※ ※ ※


"Hey, Rinri"

"I, iya......"

"Aku ingin kau mati, sekarang juga"

"Sedingin itu walaupun sudah mati-matian mengejar dan mati-matian mencari !?"

Meja kafe di hotel.

Di tengah serbuan sepenuh hati pandangan yang penuh rasa ingin tahu dari sekitar, aku terkena pandangan super dingin kak Utaha.

Sepenuhnya melihatku dengan mata yang merendahkan seperti 'Lelaki kejam yang setelah berhubungan dengan istri orang berteman dengan anak perempuannya, saat mencoba meninggalkan wanita itu malah balik dimarahi dan mencoba menikahkan anak perempuan itu dengan lelaki lain, tidak membiarkan itu terjadi merusak pernikahan dan merampas anak perempuan[47]'. Kejamnya.

"Pertama-tama, kalau kau masuk lewat pintu otomatis dengan normal tanpa melakukan tindakan yang memalukan itu, aku tidak akan sedingin ini lho"

"Tidak, kalau memikirkan kesulitanku yang luar biasa sampai tadi, akan terasa kalau tidak akan berhasil kalau tidak melakukan pertunjukan semacam itu"

"Kau meminta orang lain untuk memainkan permainan yang memalukan untuk mengimbangi besarnya kesulitanmu sendiri ? Selalu ?"

"Nah, aku juga lumayan malu tahu ?"

"Kalau begitu semakin jelas untuk menghentikan tindakan yang tidak jelas artinya macam itu"

Ya, argumen yang logis. Jika menenangkan diri dan coba berpikir, aku pun sepenuhnya mendukung kak Utaha.

Oleh karena itu aku ingin diperingatkan seperti itu sebelum menemukanmu. Walau aku tahu itu tidak mungkin.

"Bagaimana pun juga aku sudah mencari......meski hampir semua yang kebetulan kuketahui kudatangi, tapi semuanya sia-sia"

"Kapan pun aku datang ke kota ini selalu menginap di sini. Kurasa kau juga tahu itu"

Tidak, aku memang tahu tapi, dengan yang terukir di alam bawah sadarku aku menolak mengingat apa yang terjadi......juga tak bisa kukatakan.

"A, anu......pokoknya kalau ponselnya terhubung, masalah ini !"

"Apa boleh buat kan ? Dari senja aku terus rapat. Itu juga......"

Saat kak Utaha dengan lesu menoleh sekilas ke sebelahnya......

"Hei Shii, Shii, cepat perkenalkan ! Dia ini si TAKI kan ?"

Dengan suara yang rendah namun bersemangat tinggi, menyebut HNku yang hanya diketahui oleh kenalanku.

"......cerewet, tolong diam sebentar Machida"

"......kak ?"

Bersamaan dengan itu, nampak lesu sesuai dengan ekspresinya, tetapi nada kak Utaha yang usia mentalnya lebih kekanak-kanakkandekat dengan usia fisiknya daripada biasanya, dengan lunak menghapusnya.

Ya, pada meja kak Utaha, sebenarnya dari awal sudah ada orang sebelumnya.

Pada kartu nama yang ditunjukkan di hadapanku tertulis tujuan operasi dan ID......bukan, nama dan posisinya seperti ini.


PT Toko Buku Fushikawa

Bagian Editor Fushikawa Fantastic Bunko

Sonoko Machida


Mengenakan setelan hitam yang menarik dari atas ke bawah yang tidak biasa untuk editor di penerbitan.

Tapi dengan riasan yang tipis, hak rendah, dan potongan rambut pendek, sangat kelihatan aktif.

Rasanya usianya sedikit melewati 30an, tapi tidak boleh memastikannya sembarangan.

"Wah ~ sungguh ada ya TAKI itu. Awalnya kukira situs itu pasti blog pemasaran terselubung yang dibuat Shii sendiri. Kalau tidak kan, mana mungkin ada fans yang segitunya tergila-gila pada orang baru yang tiba-tiba muncul seperti ini"

"Bicara sampai segitunya pada pengarang baru terbaik tahun ini yang kau pilih sendiri......?"

......lalu, wajah, potongan rambut, dan pakaian itu samar-samar kuingat.

Kuyakin hanya satu kali, kata kak Utaha 'pertemuan sebelumnya jadi molor' saat muncul lebih lambat 30 menit di tempat perjanjian, di belakangnya ada wanita dewasa kekanak-kanakkan yang memanas-manasinya seenaknya.

"Hey TAKI, bagaimana kalau blogmu dihubungkan secara resmi dengan kami setelah ini ? Dengan demikian bisa membagikan informasi atau material sebelum terbit, sama-sama untung kan ?"

SaeKano v02 ch06 01.jpeg

"Tidak, kalau begitu justru pemasaran terselubung secara resmi!"

"Kalau mau kau juga boleh menamainya resmi loh ? Aku, atau lebih tepatnya perusahaan kami, tertarik dengan kekuatan iklanmu. Bagaimana pun juga, 'Koisuru Metronome' yang kelewat sederhana, paling atas dalam daftar khas 'judul yang tidak menjual walau terkenal baik' itu jadi naik ke ranking pertama pesanan pos bagian light novel di internet, tidak salah lagi karena pencapaian dari blogmu"

"I, itu sih menaksirku terlalu tinggi !"

"Kurasa itu juga menaksirku terlalu rendah......"

"Be~gi~ni ya ? Jilid satu itu, saat keluar sama sekali tidak ada tanda-tanda mendapat cetakan kedua loh ? Kepala editor pun bilang kalau begini tamatkan di jilid tiga ya. Aku yang sudah memperoleh seluruh plotnya hingga jilid terakhir yaitu jilid lima, tak bisa mengatakan karena kasihan"

"Eh, emangnya segawat itu ya !?"

"Aku ingin informasi itu tidak dikatakan selamanya......"

"Kemudian langsung setelah jilid dua keluar, tiba-tiba untuk pesanan tambahan dari toko buku mulai berdatangan, saat kucoba mencari di internet kenapa bisa begitu, situsmu menghiasi bagian teratasnya......aku agak kaget karena munculnya lebih awal dari situs resmi kami"

"Ah, itu sih kurasa perusahaan anda yang salah"

"Tindakan melalaikan dengan resmi waktu itu sungguh kejam......"

"Eh, emm, yah daripada itu ! Oleh karena itu bagian editor menganalisis bahwa 30 %penjualan karya ini adalah pencapaianmu. Walau sering terdengar gerutu 'Kalau karyanya benar-benar menarik, tak perlu iklan pun suatu saat pasti terjual' dari pengarang yang salah mengerti entah di mana, jujur saja ya jadi terkenal seterlambat itu pun, karena waktu itu sudah ditamatkan, aku juga tidak punya kemampuan untuk media mix atau semacamnya, jadi bingung menanganinya"

"Emangnya boleh jujur soal itu pada pengguna !?"

"Aku tidak bilang begitu......aku tidak salah mengerti......"

"Karena itu, dari sinilah masalah utamanya, karena dasarnya dibuat dari kesuksesan 'Koisuru Metronome', kali ini direncanakan untuk menyerang dari awal. Diputuskan untuk melakukan tie-up di tempat ini dengan skala besar dengan kota Wago mulai jilid satu"

"Eh, latarnya di sinikota Wago lagi ?"

"Hal itu, kalau seluruh kota mau mendukungnya segini saja, adalah cara yang tidak boleh dilepaskan"

"A, ah, kalau begitu ! Karya berikutnya latarnya sama, ada hubungan dengan karya sebelumnya......?"

"Tebakan bagus. Dengan kesan menceritakan pemain yang berbeda pada waktu yang sama dan tempat yang sama, kurasa jika bisa kadang-kadang akan terasa terjalin hubungan dengan karakter karya sebelumnya"

"Aku mengerti, dunia Utako Kasumi ? Niatnya menjual dengan pandangan dunianya yang sama kan !"

"Begitulah. Oleh karena itu siang hari, tidak hanya ke toko buku, kami juga menemui lokasi yang akan muncul dalam karyanya dan meminta kerjasamanya"

"Woow ! Mimpi melebar ! Ja, jadi, selain itu juga rencana menemui biro perjalanan dan membuat pamflet, mendapatkan event hall lokal sesegeranya !"

"Ya, ya seperti itu ! Memang hebat TAKI. Ceritanya gampang !"

"Anu, kalian berdua......"

"Lalu, menguasai perusahaan bus dan perusahaan jalan raya juga standar lho ? Kalau membungkus kereta listrik kira-kira makan berapa biayanya ya ?"

"Kalau itu memang tidak perlu dibicarakan kalau tidak menunggu sampai penjualan gila-gilaan karya aslinya, anime, atau produk yang terkait, tapi dari awal tidak ada cara melepaskan pendekatan itu kan"

"Bentar......"

"Ngomong-ngomong sudah menguasai domain ? Karena kalau setelah judulnya diterbitkan nama yang kritis akan diamankan oleh orang aneh, sebaiknya bergerak lebih cepat loh ?"

"Ah, aku lupa ! Karena aku punya pengarang lainnya, mau tidak mau jadi tidak bisa menghabiskan waktu untuk itu. Maaf tapi nampaknya kau bisa jadi kandidat dalam bermacam-macam cara, mau tidak ?"

"Untuk alasan itu, sebagai informasi penting, judul, latar belakang karakter, key visual ......"

"Rinri............"

"Yaaaaa !?"

Suara itu sama sekali tidak kencang, malah lebih rendah dari tadi, suara yang kecil......

Tapi, entah bagaimana sepertinya kedalaman episentrumnya lumayan, menggema kencang hingga dalam tubuhku.


"Ya ampun, walau kurasa entah bagaimana kedua orang ini sama sekali tidak boleh dipertemukan, kalau menyaksikannya tepat didepan mata seperti ini, tak terbayangkan cerewetnya"

"Maaf kak......"

"Walau kau bilang begitu, yang dibicarakan masalah pekerjaan kan mau bagaimana lagi......"

Kemarahan kak Utaha, tidak hanya ditujukan padaku, tapi juga pada Machida.

Maksudku, bagaimana bisa kata-katanya itu menghadapi editornya yang jauh lebih tua.

"Sungguh, otaku di sekitarku itu kenapa semuanya senang bicara seperti ini, jadi penasaran"

"Wow, padahal lawan bisnisnya otaku tapi perkataan yang seperti merendahkan konsumennya. Jenis chunnibyou yang sering kali ada di pengarang sakit salah mengerti bahwa toh aku sudah jadi orang penting. Atau levelnya sedikit mempertimbangkan kembali cara berhubungan setelah ini sebagai bagian editor"

"Tak perlu melakukannya langsung setelah menunjukkannya"

Tetapi, Machida tak berkecil hati.......atau dari awal sepenuhnya pada level tidak peduli melanjutkan memancing kak Utaha.

Begitu ya, lidah tajamnya kak Utaha dilatih tiap hari seperti ini. Sebagai kejahatan yang perlu......

"Selain itu......"

Kak Utaha kali ini menatap wajahku, kemudian mengembuskan nafas dalam-dalam.

"Fans yang muncul pertama kali dalam hidupku, bukan hanya berisik, pemalas dan chicken......ampun deh, kenapa bisa jadi seperti ini"

"Ah, kalimat yang tadi kayak sangat klise kan ? Lihat, kayak 'A~h, kenapa aku bisa jadi suka dengan orang macam ini ya'"

"......TAKI, karena itu tidak bisa ditertawakan, sebaiknya kau jangan berkata lebih dari ini ya ?"

"Tapi terasa begitu kan ? Sebagai Utako Kasumi dari 'Koisuru Metronome' itu pilihan kalimat yang agak gampang kan ~ begitu"

"Makanya bukan dalam arti seperti itu......maksudku betapa terlalu kelewat dekatnya dengan kebenaran"

"Eh ? Machida bicara ya tadi ? Tolong hentikan bisikan dengan level tidak kedengaran bahkan kalau bukan protagonis tuli yang tidak peka itu ya ?"

"Nah, dengan pesta yang di puncak kemeriahannya......diamlah kalian berdua"

Suara kak Utaha kali ini, episentrumnya kira-kira Brazil.


"Jadi......Rinri"

"Ya......"

Dengan berbagai hal, sembari Machida habis-habisan memanas-manasi kak Utaha saat mau pergi pun, akhirnya keluar dari kafe.

Kemudian, di tempat ini, munculnya keheningan yang mustahil jika dibandingkan dengan tadi membuatku menyadari kalau betapa kami telah menyusahkan sekitar.

Tapi, dengan ini walau agak kasar sang pengganggu telah hilang, akhirnya bisa memasuki permasalahan utama.

"Kak, aku......."

Dengan kedua tangan tergenggam erat di atas lutut, sekali lagi dengan serius membuka mulut......

"Kita pun sebaiknya segera keluar yuk ?"

"Tapi ceritanya kan mulai saja belum !?"

Lalu, dalam sekejap hancur.

"Soalnya di sini pesanan terakhir jam 12. Makanya kita harus segera keluar"

"Geh, serius ?"

Saat melihat jam, sebentar lagi akan melewati 30 menit dari waktu pesanan terakhir itu.

Kalau dipikir-pikir, pada akhirnya aku tidak memesan apa-apa......semakin menyusahkan saja.

"Tapi memang kalau begini Rinri pun sia-sia datang ke sini......bagaimana sebaiknya ya"

"Anu, mau keluar dari sini dan pergi ke restoran keluarga yang dekat ?"

"Panjangkah ? Ceritanya"

"Yah, lumayan lah"

"Begitu......jadi, ikuti aku"

"Ah, iya......"

Saat selesai memeriksa pesan di ponselnya, kak Utaha mengambil bon dan membimbingku.

Oleh karena itu, tanpa pikir panjang aku hanya mengikuti di belakangnya.


......tetapi, 'tanpa pikir panjang' itu tidak baik.


※ ※ ※


"............"

Di luar jendela, terbentang pemandangan malam kota Wago.

Tengah malam permukiman yang lumayan terpisah dari pusat kota ini, penerangan berangsur-angsur menjadi sedikit dari sekitar stasiun, beda dengan banjir cahaya yang seperti berkilau, suatu rasa tenang.

"............"

Sunyi.

Bagian dalam gedung yang sepenuhnya dibuat kedap suara sama sekali tidak menyerap suara dari luar.

Mobil yang lalu lalang di persimpangan, toko yang masih buka, orang yang berjalan pun, walau sosoknya saja yang tertangkap di mata, suara kehidupan itu tidak sampai ke sini.

"............cih"

Tidak, tercampur dengan keheningan itu, sedikit keributan seenaknya menggema di telinga.

Itu, berasal dari pintu yang dari tadi terus kutatap tanpa bergerak.

Suara shower, terdengar dari kamar mandi, kamar hotel......

"Eeeeeeh ! Apa-apaan ini !?"

Tempatku berada sekarang, bukanlah restoran keluarga bukan pula warnet.

Memang di pintunya tertulis 1325 yang berarti nama tokonya......bukan, dengan kata lain di sini adalah lantai 13 kamar nomor 25.

Tentu saja ini bukan lelucon ada gu*to[48] di lantai teratas gedungnya loh ?


Baru 30 menit yang lalu dari kata kak Utaha 'ikuti aku' kuturuti tanpa pikir panjang.

Dalam pikiranku, sembari memikirkan rencana kegiatan setelah berbicara di restoran keluarga dalam kepala.

Anggap ceritanya kira-kira dalam satu atau dua jam, bagaimana menghabiskan waktunya dari sana beberapa jam hingga kereta pertama......

Mengantar kak Utaha pulang ke hotel sendirian, bertahan dengan teman minum sampai pagi kah, ataukah beralih ke warnet dan bertahan dengan teman minuman dan buku baru sampai pagi ?

Selain itu sarapan pagi di mana Tokyo chi**ra meshi, yoshi**ya[49], sukiya atau matsu**[50] kah, atau maksudku apa mesti gyuudon, pertama-tama, padahal bukan Tokyo tapi apa ada Tokyo chikara **shi ?

......akibat cuma memikirkan hal tak penting seperti itu, kak Utaha bukannya keluar dari hotel, hanya naik elevator hotel saja aku sama sekali tidak sadar.

"Ah......aaah !?"

Lalu sekarang......akhirnya, suara shower kamar mandi pun berhenti.


"Maaf membuatmu menunggu"

"Ah, tidak, itu......"

Saat pintu kamar mandi terbuka, yang berada di sana sudah barang tentu adalah tuan dari kamar ini hari ini.

Memakai mantel mandi berwarna putih, menjepit rambut hitam panjangnya dengan handuk sambil mengeringkannya.

"Maaf ya, karena berkeringat habis jalan-jalan keliling siang hari, rasanya tidak enak"

"Bi, bisa diterima"

"Rinri juga mau mandi ?"

"Tidak usah !"

"............"

"......kh !?"

Akhir percakapan itu, sambil tiba-tiba melayangkan senyum singkat yang santai, duduk dengan sangat alami.

......di tempat tidur, tepat di sebelahku.

Atau maksudku, kenapa bisa duduk di tempat kritis seperti ini, bodohnya aku.

"Hey, Rinri"

"I, iya......"

Kak Utaha, mungkin melihat ke sini.

Aroma sampo dan sabun setelah mandi, lalu kehangatan kulit yang sedikit melembutkan pendingin udara yang terlalu kuat, dengan lemah lembut melayang di udara seperti menyelimutiku.

"Permisi aku pergi !"

"......walau belum selesai cerita apa pun ?"

"Ta, tapi ! Orang yang bukan tamu hotel dilarang masuk ke kamar kan ?"

"Kau sudah jadi tamu hotel loh ? Rinri"

"Kapan !?"

"Saat Machida keluar tadi, ia sudah mengurusnya di resepsionis. Lihat, ini pesannya"

"Kalian pura-pura punya hubungan buruk tapi kerjasamanya sempurna !"

Pesan yang diperiksa sebelum keluar kafe tadi ini kah......

Maksudku kedua wanita ini, emangnya apa untungnya melakukan semacam ini ?

Walau aku punya aset otaku yang segitu bernilainya juga......?

"Hey, Rinri"

"I, iya......"

Oleh karena itu, flagnya sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda hancur, kembali lagi ke situasi beberapa detik sebelumnya.

"Apa kau mengejarku ?"

"Erm, itu......iya"

Jadi, kalau berbohong pun juga tidak ada artinya.

"Lalu, melewatkan hingga kereta terakhir ?"

"Yah......iya"

Kalau berbohong, tidak bisa.

"Sungguh, betapa bodohnya......"

"......itu pun, iya"

Pada aku yang sejujur itu, kak Utaha sedikit baik.

Aku yang merasa senang akan itu, bagaimana ya, orang yang tidak baik.

"............."

"............."

Kak Utaha terus diam.

Dengan membuat kata-kata sebaik tadi sebagai akhir, sudah memenuhi kamar dengan suasana hangat.

"............"

"Anu, kak"

"............"

Kutanya pun sudah tidak menjawab.

Hanya saja, beban yang tersandar di pundakku sedikit bertambah.

Ia, telah meletakkan kepalanya, saja.

"............"

"......sudah tidur ya ?"

"Tidak mungkin kan ?"

"Iya juga ~"

Hal itu, dengan kata lain......

Setelah ini, menyerahkannya pada keputusanku kah ?

Pada aku yang, setengah tahun sebelumnya tanpa mengerti entah candaan atau serius sudah melarikan diri.

Pada aku yang disebut kak Utaha 'Rinri'.

"............"

"............"

Ajarkan kepadaku ya Tuhan.

Apa yang sebaiknya kulakukan ?

Berapa kali lagi aku harus mengulangi situasi seperti ini dengannya ?

CER* tidak menjawab apa-apa......ajari aku, ya Tuhan !


※ ※ ※


Di luar jendela, terbentang pemandangan malam kota Wago.

Pemandangan malam yang hening seperti biasanya.

"......kak"

"............"

Di dalam kamar, ada kak Utaha.

Gadis yang hening seperti biasanya.

Oleh karena itu, yang memecahkan keheningan itu, memang tugasku sebagai laki-laki.

"Hari ini, aku pergi ke mal Rokutenba loh"

"Kencan dengan Katou ?"

"Walau bisa juga kencan, itu pengumpulan data"

"............"

Hanya sedikit, badan kak Utaha terasa jadi kaku.

Hanya sedikit, suhu tubuh kak Utaha terasa turun.

"Makan waktu hampir dua jam dengan kereta dan shuttle bus. Terlebih lagi karena baru saja buka luar biasa banyak orangnya. Saat sampai, tiba-tiba perasanku memburuk......"

"Walaupun begitu......menyenangkan bukan ?"

"Ya, sangat"

"............."

Sungguh menyenangkan, hingga bisa menjawab sesegera itu.


Tentang dengan normal mengkhawatirkan aku yang mulai murung.

Tentang dengan normal menerima aku yang meski begitu yang bersikeras tidak ingin pulang.

Tentang menyebutkan satu-satu toko yang ingin dikunjungi, dengan jujur, tanpa ditutup-tutupi, tanpa segan-segan.

Tentang ke mana pun perginya, betul-betul belanja atau puas dengan melihat-lihat.

Tentang saking terpikatnya hingga sedikit melewati waktu yang direncanakan.

Tentang saat meski begitu, ingin mengunjungi semuanya dan sedikit jadi egois.

Tentang sedikit mati-matian mengikutiku yang lari mengelilingi mal dengan langkah cepat.

Lalu......tentang tidak ada yang tidak disukai.


Tentang dengan sangat alami......bukan, cuma dengan sedikit spesial, memberikan hadiah.

Tentang aku yang tidak terbiasa membalas kebaikan, memang, dengan sedikit spesial menerimanya.

Tentang dengan normalnya memandangiku yang makan kue dengan rakusnya, sambil sedikit mundur.

Tentang percakapan yang seperti kencan pun, sekenanya sikap yang datar itu menetralkannya.

Tentangnya yang bertingkah seperti teman, hingga tidak membuatku yang tidak terbiasa pada suasana itu jadi malu.


Tentang wajahnya yang hanya kelihatan sedikit ragu saat aku berkata mau pulang di tengah perjalanan, meski apa yang sudah terjadi.

Tentangnya yang saat kukatakan situasinya, mengerti dengan baik.

Tentang saat perpisahan, ia mengantarku dengan senyumannya......


Sunguh-sungguh, menyenangkan......

Saat tandang pun, menyenangkan.

Ditarik ke tandang alasannya justru karena kawannya adalah Katou.

Tapi, karena ada Katou, itu menyenangkan.

Sama sekali tidak meninggalkanku, tapi tidak memaksa mewarnaiku.

Jika aku keluar dengan kuat, ia menyerapnya dengan baik. Soalnya ia datar.

Walau aku bertingkah aneh pun ia bisa membuatku beradaptasi. Soalnya tidak menonjol.

Justru karena Katou normal jadi menyenangkan.

Aku bisa tahan dengan senang......


"............"

"............"

Ketika ceritaku itu secara singkat telah selesai, suhu tubuh juga berat badan kak Utaha yang tersandar di pundakku, tanpa disadari telah menghilang.

Hanya saja, hanya aroma yang tersisa masih sedikit melayang di udara.

"Jadi......?"

Sekalian, suara itu juga, kembali ke sedikit rendah dan dingin lagi.

"Artinya sekarang, aku telah ditolak dengan kejam ?"

"Tidak, aku tidak bicara tentang itu"

"Lalu, artinya mari jaga situasi dengan baik ?"

"Jangan meminta rintangan setinggi itu pada otaku yang perawan !?"

Pertama-tama, padahal dinilai dari kondisi ini sepenuhnya sadar diri sendiri.

Mungkin, dengan tingkat kemungkinan 80% aku tahu kalau aku diolok-olok.

......ngomong-ngomong, kalau diluar dugaan aku jadi ingin begitu, kurasa jadinya akan 'yah kalau begitu, begitulah'. Sekitar 80%.

Ah, keringat terlalu banyak jadi ingin mandi dengan shower. Aku tahu itu adalah jebakan.


'Kalau diteruskan seperti ini......aku tidak senang'


"Oleh karena itu, tolong retake......plot kak Utaha"

Tapi, sembari mati-matian menahan debaran jantung itu......

Akhirnya, sudah memasuki masalah utama.


※ ※ ※


"Plot kakak memang menarik. Bagus sekali, berskala raksasa, penuh rasa super hebat......"

"Itu semua artinya sama, Rinri"

"......anu, koreksi, luar biasa"

Akhirnya, dimulai.

Kalau benar, mencari kesalahan plot yang seharusnya sudah selesai sebelum hari Jumat.

"Padahal memujinya setinggi itu, kenapa harus retake ?"

"........................itu, soalnya, hanya ada takdir[51] yang melintasi beberapa generasi di plot itu. Hanya nasib yang buruk. Hanya takdir[52] yang dibuat dengan darah"

"......tadi itu, sudahkah kau mengecek mati-matian sebelum bicara apa ketiga ekspresi itu tidak diulang-ulang ?"

Seperti sedang menjelek-jelekan, ekspresi wajah kak Utaha itu sendiri serius.

"Tidak ada perkembangan kembali ke keseharian. Tidak ada akhir gadis yang sekadar teman sekelas datang kembali, Meguri......bukan Ruri"

"Itu......"

"Kenapa melakukan itu ? Kenapa, membiarkan gadis yang normalnya cantik itu mati ?"

"Soalnya kalau tidak melakukan itu, Ruri akan menghilang"

Entah sejak kapan, kami tidak duduk berdampingan di atas tempat tidur, duduk di kursi, saling berhadapan dipisahkan oleh meja.

"Seandainya Ruri dihilangkan, bagian masa lalu jadi tidak ada artinya. Dasar ceritanya yang mengumpulkan berapa zaman pun jadi tidak berguna tahu ?"

"Tapi, bagi Seiji yang sekarang, tidak hanya Ruri, Meguri juga penting kan ? Terutama bagian yang sama, secara normal akrab dengan Meguri yang ingatannya belum kembali kan !"

"......itu adalah bagian di mana terbagi penilaian apakah itu Meguri yang sekarang atau bukan"

"Apa maksudnya itu ?"

"Soalnya, Meguri dari lahir mewarisi ingatan masa lalu. Tidak mungkin pembangunan karakter Meguri yang sekarang tidak berhubungan dengan ingatan masa lalu"

"Seandainya begitu pun, seandainya pada hakikatnya Meguri adalah Ruri pun, tak bisa kubayangkan kepribadian atau ingatan yang dibuat di dunia yang sekarang adalah hal yang boleh menghilang !"

"Eh......"

Lalu, berdebat dengan serius.

"Memang, Meguri itu dicemaskan, diayun-ayunkan oleh ingatan masa lalu, hidupnya sendiri berubah, mungkin menyukai pasangan takdir yang memanjang dari kehidupan sebelumnya"

Saling melemparkan pendapat masing-masing seperti pertarungan, seandainya salah ditunjukkan tanpa ampun.

Kadang-kadang mengeluarkan suara keras, juga sekuat tenaga memukul meja.

Kami, seserius itu saling berselisih dengan sengitnya.

"Tapi, dengan normal dicintai kedua orangtuanya, dengan normal pergi sekolah, dengan normal bertemu anak laki-laki, jatuh cinta......bagian yang hidup hanya dengan ingatan, sejarah dan keinginannya sendiri seperti itu, seharusnya lebih dihargai kan !"

"Kh......"

Oleh karena itu, seperti ada yang meluap dari celah mantel mandi kak Utaha tapi hanya tidak sadar karena lagi panas-panasnya bercerita. Itu tidak salah lagi. Kalau menunjukkannya kasar.


"Aku, sudah senang dengan normal bermain dengan anak perempuan yang normal"

Kalau didengar oleh orang ketiga, tentu, adalah diskusi yang luar biasa edan.

"Saat tandang pun, asal ada Katou......bukan, Meguri kurasa akan jadi menyenangkan. Hari-hari biasa bersama Meguri pun, kurasa luar biasa menyenangkan"

Sungguh-sungguh mengkhawatirkan kehidupan karakter yang hanya simbol di atas layar atau kertas dari cerita yang belum ditulis, game yang bahkan belum jadi, entah bagaimana ingin membimbing mereka ke kebahagiaan.

"Oleh karena itu, aku ingin ada perkembangan meraih kembali kehidupan yang biasa tanpa kalah dengan takdir. Aku ingin ending hanya Meguri. Aku ingin rute cinta yang tak ambil pusing menang dari takdir kehidupan sebelumnya yang membelenggu !"

Tapi, sekarang bisa kukatakan dengan jelas.

Hal itu, bagi otaku......

"Kalau begitu jadi menarik ?"

"Ya ! ......tidak, setidaknya, aku hanya bisa bilang aku senang"

"Hmmm, kalau begitu tidak bisa diabaikan. Kalau melihat melihat kepekaan dan penilaianmu terhadap pasar sampai sekarang"

"Kalau begitu......tidak apa-apa kan ? Aku, ingin lebih bercumbu dengan Meguri !"

Sakit, panas, lalu, menjijikan.

Ras manusia yang menimbulkan sayang dan bodoh itu......setidaknya jika dilihat dari orang dekat.

"Tapi......dengan plot yang sekarang sulit memasukkan itu loh ?"

"Aku mengerti. Makanya aku terus terjebak......plot kakak, terlalu serius, tidak ada ruang untuk memasukkannya"

"Apa boleh buat, dari paling awal sudah kubuang perkembangan itu. Karena kukira itu tidak murni"

"Kalau begitu, pikirkanlah sekali lagi dari awal !"

"Dari, awal ?"

"Tambahkan gambaran bagian awal, tambah adegan di pertengahan, tambah rute itu sendiri di bagian akhir atau semacamnya......kalau sekarang, masih sempat kan ?"

"............"

"Kak ?"

Tapi, pada panasnya khas otakuku itu, entah kak Utaha masih belum menangkapnya kah, pandangannya tertunduk, dekapan tangannya terbuka, menampilkan ekspresi wajah yang sangat kelelahan.

Kemudian, setelah bimbang sejenak, kata-kata yang diperas dari dalam tenggorokannya adalah......

"Jadi, bunuh saja Ruri ?"

"Eh......"

Pada karakter yang beda dari yang kudukung itu, suara yang menyesal seperti aku.

"Kau......sudah kuduga, daripada takdir masa lalu, lebih penting perasaan saat ini ?"

"Kakak......?"

Itu adalah ekspresi panas yang seperti sangat dingin, kemudian mendidih.

"Kalau begitu, buat kembali dari awal......yang itu tinggalkan saja semuanya"

Suara yang seperti menyesal, walau menerima tuntutanku, tidak bisa menyerahkan pemikirannya sendiri.

Ya, kak Utaha bukannya tidak bisa mengikuti kesukaanku yang menyesakkan.

Hanya saja, ia punya kesukaan yang menyesakkannya sendiri, yang tidak bisa diserahkan sebagai otaku.

Kalau begitu, aku......

"Simpan saja"

"Eh......"

Sudah memutuskan untuk meneruskan ke depan, bersama dengan perasaan panas yang dingin kak Utaha itu.

"Walau kukatakan aku kasihan dengan Meguri, tapi Ruri luar biasa moe lo ? Hubungan yang menarik ingatan masa lalu sampai kapan pun juga salah satu favoritku lo ?"

"Ri......Tomoya ?"

"Bagiannya yang mencintai secara buta itu rasanya menyedihkan loh ? Baik 'Kakak' atau 'Kakanda' juga sangat oke loh ?"

"......apa, sekedar tidak konsisten kah ?"

"Tidak apa-apa kan tidak konsisten. Sebaiknya bisa memilih yang mana pun. Dengan demikian, bisa berinteraksi lebih luas dengan kebutuhan pemain"

"Fufu......"

Lalu, keputusanku itu diterima kak Utaha dengan memperoleh kembali senyum dingin yang biasanya.

Reaksi tadi itu sangat-sangat bahagia.

"Baiklah, jadi sekarang kita revisi plotnya ! Pertama menambah pilihan, dengan kecenderungan untuk bisa memilih Ruri atau Meguri sampai di bagian paling akhir !"

"Dengan kata lain, kesimpulan siapa yang dipilih, ditarik hingga jilid terakhir kan ?"

"Dalam game !"


※ ※ ※


"Seperti ini......?"

"Tidak, karakternya sedikit lebih tipis lagi"

"......tipis lagi ? Kalau itu sudah sekadar orang lewat loh ?"

"Aku ingin terasa sedikit lebih teman sekelas B lagi......posisinya seperti memberi jawaban sepele pada lelucon yang tidak merugikan atau menguntungkannnya teman sekelas A !"

"Aku tidak mengerti apa yang ingin kau gambarkan dengan itu......"

"Heroine yang menenangkan hati......atau mungkin, sedikit dekat dengan yang menyembuhkan ?"

"Tapi, kurasa ini sudah lumayan jadi Katou......"

"......tidak ada yang mengatakan jadikan Katou sebagaimana adanya kan ?"

"Penunjukkan dari tadi sepenuhnya ke arah itu tahu ?"

"Ja, jadi, karena mau bagaimana lagi, tolong pikirkan dengan Katou sebagai dasar ?"

"Baru sekarang tsundere......"


Waktu, jam tiga pagi.

"Pekerjaan revisi" kami sudah memasuki klimaksnya.

Pertama, revisi karakter Meguri.

Aku melihat contoh dialog karakter yang diberikan satu demi satu oleh kak Utaha, berturut-turut mengirimkan instruksi perbaikan, pengulangan perbaikan sesuai instruksi oleh kak Utaha.

Dengan ini adalah retake yang ketiga dengan alasan 'karakternya terlalu kuat'.

Menolak semua keluhan masuk akal kak Utaha 'karena contoh sudah jelas akan dideformasi kan'

Aktivitas produksi itu, kejam......


"Bagaimana ya......lebih keras kepala, tapi harus gampangan"

"Bagaimana caranya membuat keduanya itu berdampingan......"

"Begitulah, perasaan seperti mendekat setengah langkah gampang, tapi berapa kali pun mengulanginya tidak bisa mendekat selangkah ?"

"......Achilles dan kura-kura ?[53]"

"Ya, aku ingin membuat menderita dengan rasa putus asa yang menjengkelkan oleh kedamaian yang halus itu dan rasa aman yang tidak enak"

"Maaf, aku memang tidak mengerti"


Pemandangan malam yang terlihat dari jendela pun, cahayanya sudah lumayan berkurang dari saat tiba ke kamar ini.

Kak Utaha seperti biasa, sambil tanpa henti mengetik keyboard notebook, menampilkan instruksiku di layar.

Tapi, aku tidak menoleh sampai ia memanggilku, hanya menyimpan dalam mata pemandangan kota Wago yang perlahan ditelan kegelapan.

Walau bisa dianggap sikap yang agak dingin, tapi apa boleh buat.

Alasannya adalah, sosok kak Utaha yang terpantul di jendela......

"~~~kh !"

Telanjang ! Bukan, membuka ! Maksudku, sudah terbuka !


"Kalau karakternya setipis itu, jadinya saat kebetulan berubah akan mengejutkan. Langsung kelihatan manis"

"Jadi seperti gap moe ya ?"

"Mungkin dekat. Hanya saja, tidak boleh menetapkannya dalam kondisi itu. Saat berpikir 'Ah, mungkin gadis ini manis', detik berikutnya jadi kembali ke Katou......bukan, karakter yang datar seperti sampai sekarang"

"......sudah tidak apa-apa tahu, pakai Katou"

"Kalau digambarkan saat manis seperti itu 'basah', biasanya terasa 'datar', secara distribusi datar, datar, basah, datar, datar, datar, datar, basah......kira-kira dengan kesan itu"

"Su, susah......"

"Kalau kak Utaha pasti bisa ! Bukan, tidak bisa kalau bukan kakak !"

"Suatu saat pasti ku**......"


※ ※ ※


"Ya, begitu ! Rasa sedikit moe ini ! Inilah Megumi Katou......bukan, Meguri Kanou !"

"......jadi, perbaiki plotnya dengan kecenderungan untuk berteman dengan karakter ini ?"

Jam 4 pagi.

Akhirnya, karakternya mengeras.

......meski itu waktu yang harusnya dirayakan, dibandingkan dengan semangat tinggiku yang luar biasa, kak Utaha merayap di tanah.

Atau mungkin ngantuk. Yah, aku pun sangat mengantuk.

"Nah, dengan ini bagian hari ini......"

"Ya, kau sebaiknya tidur saja ya ?"

"Eh, kakak bagaimana ?"

"Aku......mengurung diri di sana dan menulis lanjutannya"

Yang ditunjuk kak Utaha sambil memeluk notebooknya adalah pintu ke modular bath yang ada di pojok kamar.

"Ke, kenapa......begitu ?"

"Dengan demikian Rinri akan tenang kan ?"

"Dari awal aku tidak cemas tahu !?"

Atau maksudku, meski kalau normal posisinya sepenuhnya terbalik, kenapa kak Utaha dan aku......

"Bagian pentingnya harus selesai sebelum pagi. Esok aku ada rapat dengan Machida"

"Begitu......jadi begadang ?"

"Sebagai pengarang itu hal yang sering loh"

Kak Utaha mengatakannya seakan-akan tidak ada apa-apa.

Tentu, bicara soal wajar, kalau seperti ini kelihatan mengantuk seperti biasanya adalah hal yang wajar.

Dengan ini, bagaimana caranya menjaga nilainya terus berada di atas. Sungguh orang yang tidak diketahui dasarnya.

"Selain itu, karena aku akan menulis plotnya dari sekarang, itu......"

"Ah......"

Saat itu, bayangan yang muncul dalam benak kami berdua harusnya sama.

Sambil mengetik keyboard sekuat tenaga, kak Utaha yang terus tertawa seperti kerasukan sesuatu......

Tentu, kalau pemandangan itu dilihat orang lain, tidak salah lagi akan menyakitkan bagi kak Utaha.

Tapi......

"Karena itu, selamat ti......"

"Tidak apa-apa, kalau menulis di sini"

"Eh ?"

"Atau, aku yang ke sana ? Kalau kakak bilang pokoknya tidak suka dilihat"

"Rinri......"

Penampilan gadis SMA muda yang duduk di toilet modular bath dan mengetik keyboard itu agak seperti makan siang di toilet, terlalu kesepian.

Atau sebaiknya kukatakan, bencana besar kalau notebooknya jatuh di toilet.

"Biasanya, saat sebelum tenggat waktu direktur atau editor melekat dengan pengarang itu wajar kan ? Atau baru sekarang merasa malu ?"

"......aku tidak peduli ya ? Walau menunjukkan tindakan memalukan macam apa pun"

"Aku tidak kecewa. Biasanya semakin orang mengkhayal kesannya tidak bagus"

Entah karena begadang semalaman seperti itu atau bukan, kak Utaha menatap dan melayangkan senyuman tanpa muram padaku yang mengatakan sesuatu yang lumayan blak-blakan.

Kalau dipikir dengan tenang, sama saja kukatakan 'bersama-sama sampai pagi' kan......

"Kalau begitu......kuharap kau menemaniku sampai subuh ya ?"

"Ya ! Kalau aku kelihatan ketiduran, bangunkan ya ?"

Tapi, sebenarnya ini tidak apa-apa.

Tertawalah, kak Utaha.

Tunjukkanlah sifat sebenarnya kreator seperti biasa.

Karena, aku fans berat Utako Kasumi yang seperti itu.


※ ※ ※


............bagaimana ya, aku hanya bisa bilang kalau apa yang kusadari terlalu optimis.


"Sial, sial, siaal !"

"Kak, kakak......?"

"Apa-apaan orang ini ! Apa-apaan gadis ini ! Padahal datangnya belakangan tapi merampas doiku dari samping !"

Meski kurasa cuma tertawa......tapi juga ada kencenderungan yang lain......

"Kubunuh......akan kubunuh ! Aku tidak terima kalau kau reinkarnasiku !"

"Hentikan hentikan hentikan !"

"Padahal aku mencintaimu......padahal aku mencintaimu seperti ini ! Kenapa perasaanku tak tersampaikan !?"

Atau mungkin, aku sepenuhnya lupa ada kemungkinan dirasuki Ruri.

Kak Utaha yang sekarang, adalah Yandereadik perempuan Asura yang menggila karena kakak kesayangannya diambil oleh cucunya......

"Apa ?! Katamu pengarang tidak boleh jatuh cinta ? Katamu tidak boleh serius dengan fans !?"

"Hei itu kan bukan dialognya Ruri !?"


Wanita......bukan.

Sifat asli kreator itu......menakutkan.


※ ※ ※


"Pagi"

"............"

"Pagi Rinri"

"Ah......?"

Saat membuka mata, yang melompat masuk adalah cahaya matahari pagi.

Kumpulan gedung kota Wago, menghalangi sebagian matahari itu.

Lalu......

"Enak tidurnya ?"

"Hiii !?"

Lalu, adik perempuan yandereAsura......

"Eh, apa, masih setengah tidur ya ?"

"Se, setengah tidur....."

Bukan, kak Utaha yandereAsura.

......tidak, makanya tidak perlu pakai Asura.

"Dari tadi kau mengigau loh ? Melihat suatu mimpi yang buruk ya ?"

"Tidak, mengigau itu bukan karena mimpi, kak Utaha yang tadi......"

"Itu juga termasuk mimpi......ya kan ?"

"I, iya"

Saat itu, aku yang memandang sekilas ekspresinya tepat pada 'Kak Utaha yang tadi', menelan berbagai kata yang ingin kukatakan.


Saat melihat jam, hampir jam 8.

Lumayan lama sejak jadi terang ya......aku tidak menyadarinya karena terus tertutup futon.

Lalu, akibat tertidur dengan kondisi sepanas itu, aku yang melepas semua celana jin dan kemeja, tergesa-gesa membungkus badanku dengan selimut seperti gadis setelah mengalami pengalaman seksual pertamanya.

"Fwaaah~......eh ?"

"Aapa ?"

Sambil mengedip lemah, sekali lagi kulihat kak Utaha, kusadari bentuk asli dari rasa janggal yang kurasa sejak tadi.

"Mau pergi sarapan ?"

Entah sejak kapan, kak Utaha sedang memakai pakaian. Itu pun seragam.

Yaitu sedang memakai stocking dan rok di hadapan mataku.

Yah, karena aku tidak melihatnya tidak ba......tidak apa-apa kan !

"Tidak, aku sudah pergi"

"Eh, apa tidak terlalu cepat ?"

"Ada try out dari siang. Oleh karena itu rapatnya mulai jam 8"

Ah, oleh karena itu pakai seragam. Bagaimana pun juga......

"Buruk ya"

"Aku suka melakukannya, jadi tidak apa-apa"

Sungguh, betapa penuh dengan vitalitas......

Tapi, menyembunyikan sifat asli yang jahat itu di sekolah.

Sifat asli itu, kira-kira hanya aku lelaki yang mengetahuinya.

Kuat, kukuh......cantik, pintar, menarik.

Tapi kadang-kadang sifat aslinya yang jahat terlihat.

Meski begitu, sungguh-sungguh kuhormati sebagai pengarang, lalu, wanita yang benar-benar baik.

Kenapa aku, dengan orang ini......

Kenapa aku membusuk seperti ini.

Malam tadi pun, padahal menghabiskan malam hanya berdua saja, ini......

"Kelihatan lesu ya. Meresapi kenangan tindakan menggelora malam tadi ya ?"

"Tindakan yang menggelora itu membuat plot kan !?"

"Tidak apa-apa, karena tidak akan kukatakan pada kedua orang itu"

"Siapa kedua orang itu !?"

Begitulah, kurasa yang permasalahan utamanya adalah perkataan dan perbuatan yang kelewat blakblakan ini.

Rinri tidak buruk.

"Mohon check-outnya sebelum jam 10 ya. Karena pembayarannya sudah diselesaikan, sisanya tinggal mengembalikan kuncinya"

"Ah, ooh......"

Kak Utaha, entah sudah bosan mempermainkanku kah, dengan cepat membuka pintu ketika membawa kopernya.

Lalu saat pergi, di mana pintunya sampai setengah tertutup, berbisik pelan.

"Aku bahagia, dengan yang malam tadi"

"Makanya, lelucon itu sudah......"

"Memang membuat sesuatu denganmu itu menyenangkan. Aku menegaskan lagi hal itu"

"Eh......"

Itu bukan lelucon, bukan godaan, bukan pula sarkasme.

"Selamat datang ke dunia kreator, Tomoya Aki"

Itu adalah dukungan sebagai sesama profesi.

"Kalau kau, pasti bisa"

Itu adalah kepercayaan sebagai kakak kelas.

"Soalnya, dalam dirimu ada antusiasme yang membuatku serius. Tentu ada kekuatan untuk mengekspresikan dan kekuatan untuk mencipta"

Itu adalah, hanya sedikit, pesonanya sebagai wanita.

"Aku saat itu menulisnya sambil muntah darah demi fansku satu-satunya"

Kalau dipikir sekarang, aku yang saat itu menceritakan gagasan ke depan karya pada pengarang, seharusnya adalah fans yang sembrono.

"Aku ingin menang atas fans yang merepotkan, menyusahkan, dan keras kepala itu, berkali-kali, berkali-kali pula mengulangi merevisi, berselisih dengan editor......meski begitu, tanpa hancur hati aku selesai menulisnya"

Tapi, suatu saat adalah jawaban mengenai permintaan itu, suatu saat adalah antitesis.

"Oleh karena itu, aku pun mengharapkan kau juga begitu"

Pada bagian terakhir 'Koisuru Metronome', banyak harta karun seperti itu yang terpendam......

"......walaupun, seandainya itu demi orang lain, ya"

Harta karun itu......memang kuterima.

"Setelah ini pun bantu aku ya......mari kita muntah darah bersama ?"

Makanya kali ini, betapa baiknya bila aku bisa mengembalikannya suatu saat......kuharap demikian.

"Karena itulah, aku adalah pembenci Rinri yang nomor 1"

"......ya"

"Bukan fans!?"

Tak akan kukatakan.

Karena kurasa tsukkomi tak beradab seperti itu, tidak tepat pada permulaan baru kami.

Epilog 1 Atau Bab 5,5[edit]

"Aku sungguh-sungguh minta maaf, Katou ! Pasti akan kuganti dalam waktu dekat !"

Sweets buffet di mal Rokutenba.

Sabtu senja, saat ketika padat dengan pelanggan wanita atau pasangan dalam jumlah besar.

Aku yang menundukkan kepala hingga menyentuh meja, dan Katou yang duduk di seberang sana, diserbu pandangan yang agak memalukan.

Nah, walau kurasa mungkin tingkat rasa malu Katou jauh di atas aku, semakin meminta maaf akan mencolok.

"Tidak apa-apa, aku tidak mempersoalkannya kok ? Ya, sungguh"

"Begitukah......terima kasih"

Baru sekarang, kuceritakan semuanya pada Katou.

'Demi menemukan bentuk asli rasa janggal yang terasa pada plot kak Utaha'

Tujuan sekotor itu dari kencan hari ini.

Lalu, hasil yang kudapatkan di sini.

Oleh karena itu, isi yang harus kulakukan segera dari sekarang.

Pergi, ke tempat kak Utaha......

"Atau sebaiknya kukatakan, bagian yang sekali sudah bertekad, tak bisa diam itu Aki banget ya"

"Aku banget, ya ?"

"Tidak sabaran, tidak mempertimbangkan orang, egois"

"Mohon maaf mohon maaf mohon maaf"

"Ah, tapi sebenarnya bukan dalam arti yang buruk"

"Aku ingin tanya di manakah arti baik yang tersembunyi dalam ekspresi tadi"

Walau barangkali aku sudah membongkar bahan yang lumayan kejam bagi anak perempuan seperti itu pun, pada akhirnya Katou menjawab dengan pandangan yang datar seperti biasanya tapi sedikit baik hati.

"Tapi kalau begitu, tidak baik kan kalau tidak segera kembali ? Saat tiba di sana sudah malam kan ?"

"Tapi......"

"Kalau aku akan pulang setelah beberapa saat lagi. Kalau beristirahat sebentar, nampaknya bisa makan sepotong kue lagi"

"Begitukah......aku sungguh minta maaf, tidak bisa pulang bersama"

"Mungkin, walau kita pulang bersama atau sendiri-sendiri pun sama saja. Di kereta pulang, tentu kita akan ketiduran"

"Itu, yah......aku sendiri sangat yakin"

"Aku juga. Soalnya hari ini aku bangun jam 5 pagi loh ?"

"Tapi aku hampir tidak tidur tahu !"

"Ahaha, bersemangat ya

Bagiku yang sekarang, sikapnya yang sederhana itu sangat menyenangkan.

Sungguh, saat dengan Katou itu rasanya nyaman seperti air hangat.

Perasaan ini, pasti akan kuekspresikan dalam game......

"Nah, aku duluan ya !"

"A, Aki"

"Apa ?"

"Berjuanglah untuk berbaikan ya ? Senin, ajaklah kak Kasumigaoka ya ?"

"Yo, serahkan padaku !"

Aku, sudah tidak berbalik lagi.

Setelah meninggalkan Katou yang melambaikan tangannya dan tersenyum dengan karakter tipis yang pasti seperti biasanya, aku pergi keluar dari toko sweets buffet.

......walau aku lupa membawa bonnya, kuputuskan menyelesaikannya secara terpisah Senin.


※ ※ ※


"Fuuh........................nah, apa aku juga pulang saja ya"

"Ah, sekarang jangan bergerak"

"Sa......Sawamura !?"

"Selamat siang, Katou"

"Kenapa ada di sini ?"

"Betapa kebetulan ya"

"Tidak mungkin kan itu normalnya ?"

"Oleh karena itu hidup manusia itu menarik kan"

"Kenapa membawa buku gambar ?"

"Karena ini kebutuhan bagi anggota klub seni"

"Lalu, kenapa sekarang menggambar ? Itu juga kenapa aku"

"Makanya kukatakan jangan bergerak kan !"

"Ba, baik !"


※ ※ ※


"............"

"............"

"Anu, Sawamura"

"Berapa kali kukatakan jangan bergerak supaya mengerti ?"

"Setidaknya mulut saja"

"Apa ? Seperti yang kukatakan tadi, keberadaanku di sini cuma kebetulan......"

"Ya, karena mengatakan apa pun soal itu sudah tidak ada gunanya kuputuskan untuk tidak menanyakannya"

"......walau aku peduli dengan segala gaya bicaramu, jadi ?"

"Sudah kupikir cukup lama......kau segitu tidak sukanya dengan Aki ya ?"

"Kenapa jadi sampai ke......baru sekarang menanyakan hal yang sudah jelas ?"

"Ermm, yang tadi, kalau kata-katanya diteruskan sebelum kau mengoreksinya......"

"Jangan memotong pembicaraan satu demi satu, silakan lanjutkan yang sebelumnya"

"Selalu marah-marah dengan Aki. Kalian teman masa kecil kan ?"

"Kalau berhubungan dalam waktu lama dengan sampah masyarakat itu, rasa muak pun akan jadi luar biasa kan"

"Kurasa ia bukan orang yang buruk"

"Paling buruk, keji, kejahatan yang tidak perlu"

"Agak menjengkelkan sih, tapi berusaha sekeras mungkin, juga punya kemampuan untuk bertindak"

"Sungguh menjengkelkan, berusaha sekeras mungkin menghalangi orang lain, hanya punya kemampuan untuk bertindak yang tidak berguna"

"Menjelek-jelekkan orang lain pun, kau sekuat tenaga ya Sawamura"

"Selain itu gampang bosan, langsung mengkhianati orang, di atas semuanya peselingkuh"

"Eh, kau pernah diselingkuhi ?"

"Kamu kan"

"Hah ?"

"Baru tadi, di tengah kencan lari ke tempat Utaha Kasumigaokawanita lain, bagaimana perasaanmu ?"

"Soalnya itu demi klub. Pertama-tama, kencan......"

"Kau menyetujui alasan seperti itu ?"

"Kurasa itu bukan alasan loh ? Soalnya kak Kasumigaoka adalah rekan yang penting dalam klub, bagi pembuatan game pun adalah orang yang berharga"

"Ya, orang yang berharga dan penting. Bagi Tomoyasi bodoh itu juga"

"Selain itu, kedua orang itu bisa berbaikan segera, juga adalah harapanku"

"Fuuh......"

"? Rasanya apa ada yang kau pendam ?"

"Nggak......"

"Ah, tapi, ngomong-ngomong"

"Apa ?"

"Bicara hanya berdua saja dengan Sawamura seperti ini, sebenarnya baru pertama kalinya kan ?"

"Sepertinya begitu ya"

"Begini, kalau di klub selalu bersama semuanya, selain itu tidak ada hubungan"

"......mungkin begitu"

"Dalam arti demikian, harus berterima kasih dengan 'kebetulan' hari ini ya, ahaha"

"............"

"Hey, Sawamura......"

"Selesai !"

"Eh, apanya ?"

"Lihat, 'ekspresi saat kesal' mu !"

"............"

"Kugambar dengan baik kan ? Ya, akhirnya kutangkap ciri khasmu"

"......aku, sama sekali tidak pasang wajah seperti ini"

"Kau melakukannya loh ? Kau yang sekarang, dari tadi terus terasa seperti itu"

"Tidak. Aku tidak marah tahu, aku......"

"Yang seperti ini, daripada yang keluar di permukaan, yang merembes dari dalam lebih gampang ditangkapnya"

"............"

"Berkat itu jadi sangat mudah menggambarnya. Ada juga hasilnya datang ke sini hari ini......ya, ekspresi yang bagus kan, Katou ?"

"......Sawamura, kau anak yang lumayan buruk ya"

Epilog 2[edit]

'Maaf mengganggu istirahat anda. Ini resepsionis'

"Ah, iya......"

Ketika aku yang dibangunkan suara panggilan telepon di atas tempat tidur mengangkat telepon, dari sana terdengar suara laki-laki dengan sikap lembut.

'Sebentar lagi akan melewati waktu check-out......anda mau memperpanjang waktunya ?'

SaeKano v02 Epilog.jpeg

"Ah, maaf aku akan keluar, keluar !"

Saat aku memastikan jam di sebelah telepon, jam 10 lewat 10......

Pada akhirnya, setelah kak Utaha pergi keluar, nampaknya aku tertidur lagi sepuasnya. Terlebih lagi, hampir dua jam.

Tergesa-gesa meletakkan gagang telepon, kukumpulkan pakaianku yang kulepas dengan berantakan di sekitar sini.

Entah sungguh aku melepas semuanya kah, tidak hanya celana jins dan kemeja di atas lantai, dompet dan gantungan kunci yang keluar dari kantungnya pun ikut berhamburan.

"Eh......"

Lalu, saat aku tengah mengambil ponsel, kusadari lampu pesan masuk menyala-nyala.

Aku yang setengah tertidur......tidak, tengah melamun, tanpa pikir panjang, tanpa memastikan pengirimnya membuka pesan yang masuk......


"Gyaaaaaaaaaaaaaaaa~~~!!!"


Saat itu, entah teriakanku bergema ke seluruh lantai di hotel atau tidak......

Penutup - Cara menyampaikan kondisi terkini yang tidak menarik[edit]

Halo, ini Maruto.

Demikian 'Saenai Heroine no Sodatekata' jilid dua telah terbit dengan selamat.

Ini juga berkat semuanya. Saya sungguh-sungguh berterima kasih.

Nah, ketika saya yang awalnya pengurung diri dalam bisnis eroge mengeluarkan light novel kali ini, sebenarnya, ada satu tujuan selain semata-mata menulis buku.

Hal itu adalah memperoleh pengetahuan bisnis penerbitan.

Merasakan berbagai pengetahuan umum dan tidak umum dalam dunia penerbitan yang tak dimengerti hanya dengan membuat game, tidak hanya membuatnya sebagai makanan untuk aktivitas produksi, juga ingin menggunakannya sebagai bahan dalam pesta minum-minum, dengan kehendak yang luar biasa busuk seperti itu......tidak, penuh kehendak yang positif saya telah mengetuk pintu ke dunia ini.

Lalu, sebagai hasilnya, saya bisa memperoleh pengetahuan atau informasi yang menarik dan banyak gunanya, hanya seperti ini saja, betapa untungnya menulis light novel, pikir saya dalam hati.

Contohnya, rasio royalti, berapa hari sejak ditetapkan cetakan kedua hingga benar-benar berjajar di toko buku, cara membaca dan memahami perbedaan ranking penjualan dan jumlah penjualan sebenarnya, kemampuan relasi setiap toko buku, dan lain-lain......

Selain itu juga, budaya yang terfokus pada kertas yang tidak didigitalisasi lebih dari yang saya bayangkan.....ini terukir sangat dalam dalam pikiran saya dengan pertarungan pada ujung tenggat waktu jilid dua. Gila, revisi sebanyak ini diperbaiki dengan tulisan tangan......

Nah, hal yang berbau mencurigakan seperti lelucon tadi cuma imajinasi saja......bukan. Tidak, saya sungguh-sungguh belajar. Mulai sekarang, akan berguna bagi aktivitas produksi......atau harus saya katakan sudah digunakan sepuasnya dalam cerita.

Ah iya, lalu, yang paling terasa berbeda dengan game adalah cara datangnya pekerjaan.

Kalau game, walau volume skenarionya banyak, tetapi karena akhirnya sudah terlihat dari awal, rasanya secara sistematis dengan mantap menempuh jalan yang panjang menuju gol, kalau novel, walau volume dalam satu jilid tidak banyak, karena dilanjutkan secara sebentar-sebentar, pekerjaannya sendiri pun datang dengan berselang dan putus sambung, awalnya saya lumayan tidak terbiasa dengan sensasi itu.

Meski begitu ada dukungan besar dari mereka yang terkait, editor, dan kalian semua para pembaca, saya menangkap reaksi yang entah bagaimana saya bisa melanjutkannya. Saya sungguh-sungguh berterima kasih pada kalian semua.

Berkat itu telah diputuskan saya bisa mengeluarkan jilid tiga. Hal yang patut disyukuri. Eh, bulan penjualan dan tenggat waktunya pun sudah diputuskan juga ? Haah, saya akan berusaha keras.

Kemudian pembuatan manganya sudah diputuskan dalam tiga majalah. Sungguh sebuah kehormatan. Hoo, cerita orisinal pun ada ya. Kaya dengan variasi ya. Eh, tenggat waktu plot dasarnya sesegera itu ? Hah, haah, tidak apa-apa, masih sempat.

Selain itu, juga telah diputuskan untuk mengumpulkan edisi spesial yang berlanjut dalam satu jilid dari dragon magazine. Saya berterima kasih atas kerja samanya setiap, setiap waktu. Eh, tidak hanya cerita pendek tapi juga ringkasan dan kata pengantar ? Ti, tidaak, saya sangat terhormat menerima sebanyak ini.

Eh, karena itu minggu depan rapat di Tokyo ? Tapi, saya kan orang Nagoya ?


Mungkinkah, pekerjaan light novel itu, datangnya daripada disebut berselang seperti hujan lalu lebih seperti bola salju......?


Tanpa sempat memikirkan hal semacam itu hari ini pun tiba pesan yang sopan dari editor. Terima kasih telah menghubungi. Tentu saja tentang pekerjaan baru dan pengajuan tenggat waktu tidak tertinggal. Ah, iya, pasti sebelum minggu depan......


Nah, sedikit mengubah perhatiannya dari sini, cerita sedikit tentang proposal game yang muncul dalam karya ini.

Isinya yah game bergenre romansa yang saya sukai saya campur dan saya rancang secukupnya, tapi walau proposal buruk yang baunya pasti akan ditolak, yang ingin saya katakan di sini adalah bukan soal isinya, tapi formatnya.

Proposal lengkap yang dicetak sebagai bahan rujukan dalam akhir buku kali ini, dari isian, dari bentuk, tak ubahnya dengan apa yang sebenarnya saya ajukan pada perusahaan game.

Walau detailnya beda dengan Pa*fait[54], Kon*yaku[55], W* 2 [56] rasanya hampir seperti itu (tentu saja, karena semua karakternya saya tulis jumlahnya beberapa kali daripada ini).

Dengan kata lain, kalau menulis sesuatu yang terasa seperti itu, para klien yang hatinya agak baik hati akan tertipu......tidak, akan mendengarkan ceritanya, saya jamin itu.

Karena itu, kalau kalian semua tertarik, mau mencoba membuat eroge ? Eh, kalau yang masih di bawah umur, saya mohon melakukannya setelah sudah cukup umur.

Bagaimana pun juga, karena penulis eroge itu sering melarikan diri, kesempatannya langsung berputar loh ? (tabu)

Nah, akhirnya ucapan terima kasih yang biasanya. Saudara Misaki, kali ini pun terima kasih atas ilustrasinya yang menyemangati seperti biasa. Rasanya tubuh menjadi tegang dari dalam lubuk hati. Walau sambil dimarahi editor 'level keterbukaan seperti itu tidak baik', setelah ini pun mari berjuang sebagai sesama pembuat eroge.

Saudara Hagiwara. Terima kasih atas berbagai hal dan telah mengenalkan ke dalam dunia bisnis penerbitan. Berkat anda, saya pun jadi orang yang sangat hebat dalam media kertas......maaf, saya sungguh-sungguh minta maaf. Saya tidak akan pernah segitu menyusahkannya lagi. Paling tidak selama tahun ini.

Kemudian, untuk semua pembaca yang telah mengikuti tanpa menyerah dengan jilid satu......saya yang mengikuti seumur hidup sesuai janji adalah lelaki yang serius. Lalu, entah ada atau tidak saya tidak tahu, untuk semua pembaca yang mengambil jilid dua lebih dulu, jilid satunya ditandai dengan twintails pirang dan jersey hijau, silakan dan terima kasih sebelumnya.

Jadi, berikutnya dalam jilid tiga.


2012, musim gugur.

Fumiaki Maruto


  1. Comiket yang diadakan bulan Agustus
  2. Comic Treasure, penjualan doujinshi yang disponsori oleh Aoboo, diadakan 2x setahun musim panas & musim dingin setelah comiket http://www.aoboo.jp/
  3. Sunshine Creation, penjualan doujinshi yang diadakan di Ikebukuro sunshine city, biasa diadakan 4x setahun, Februari, April, Juni & Oktober http://www.creation.gr.jp/
  4. Comiket yang diadakan bulan Desember
  5. Densetsu no Yūsha no Densetsu
  6. Dari Higurashi no Naku Koro ni
  7. Dempsey Roll http://ippo.wikia.com/wiki/Dempsey_Roll
  8. Alpha & yukaina nakamatati http://home.att.ne.jp/omega/akabeisoft/
  9. Akabee Soft 3 http://www.akabeesoft3.com/
  10. 23 November
  11. 1 Mei
  12. 醤油顔 Istilah untuk wajah yang tidak memiliki penampilan yang menonjol, atau wajah tanpa ekspresi. Saat ini sudah lumayan ditinggalkan
  13. Tingkatan yang menunjukkan hubungan kekerabatan. Tingkat 1 : orang tua & anak, tingkat 2 : saudara, tingkat 3 : om & tante, dst
  14. AKB48
  15. Maksudnya Yang Mulia
  16. Gaya wasit menyatakan out pada bisbol
  17. Mungkin plesetan Gotemba
  18. Japan & Tokyo Walker, majalah informasi kota yang diterbitkan oleh Kadokawa. http://www.walkerplus.com/top/tokyo.html
  19. Suatu daerah di Prefektur Niigata
  20. Animate ritel anime, manga & game terbesar di Jepang
  21. toko fashion Uniqlo& ABC mart
  22. Animelo Summer Live
  23. 知恵熱, secara harfiah berarti demam kebijaksanaan. Istilah yang disebut orang zaman dulu untuk demam yang tidak jelas penyebabnya pada bayi yang berusia sekitar 6 bulan hingga 1 tahun. Pada usia itu, aktivitas bayi bertambah, seperti bisa duduk atau merangkak, juga kaya dengan ekspresi wajah. Sepertinya alasan disebut demikian karena demam ini muncul pada usia itu yang disebut 'terkait kebijaksanaan'. Namun dalam kenyataannya tidak ada penyakit 'demam kebijaksanaan'.
  24. Citron Soda, salah satu produk terkenal dari http://www.kasugai.co.jp/
  25. Tokoh utama video game Spelunker, jadi kata ganti untuk orang yang lemah
  26. Tokimemo Cafe Ecole, Cosplay cafe yang dibuat untuk promosi Tokimeki Memorial Online. Tutup tahun 2006.
  27. Tawareko = Tower Records & HMV
  28. Amazon
  29. Namco Namja Town
  30. Ichiban Kuji http://www.bpnavi.jp/kuji/
  31. Joypolis, taman hiburan berbasis Sega.
  32. CERO (Computer Entertainment Rating Organization).
  33. Lembaga moral, organisasi yang menilai apakah suatu produk mematuhi peraturan tentang moral yang berlaku. Sofurin game dewasa (kecuali doujin), Eizourin DVD, film & computer game.
  34. Rei Ayanami NGE.
  35. **** bisa merujuk siapa saja yang sangat moe hingga (´Д`;).
  36. Incest.
  37. The Granvania Akihabara http://the-granvania.ciao.jp/
  38. Plesetan Loro Piana
  39. Barneys New York
  40. Mezzo Piano
  41. Angel Blue
  42. Melrose
  43. Strasburgo
  44. Ralph Lauren
  45. Jil Sander
  46. Evangelion: 2.0 You Can (Not) Advance
  47. http://en.wikipedia.org/wiki/The_Graduate
  48. Cafe restoran Gusto dari grup skylark
  49. Yoshinoya, semua yang disebutnya ini menjual gyuudon
  50. Matsuya
  51. dengan nuansa sebab-akibat
  52. dengan nuansa sesuatu yang tak bisa diubah, dari kehidupan sebelumnya
  53. http://en.wikipedia.org/wiki/Zeno%27s_paradoxes#Achilles_and_the_tortoise
  54. Parfait ~Chocolat Second Brew~ (Giga)
  55. Kono Aozora ni Yakusoku o
  56. White Album 2 (Leaf)