Seirei Tsukai no Blade Dance:Extra 2

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Perawatan Penyakit oleh Est[edit]

STnBD BR Extra.2.jpg

Bagian 1[edit]

"...Ugh, hmm... Uhuk... Uhuk..."

Suatu hari, ketika Kamito bangun diranjang dan membuka matanya, tubuhnya terasa seberat timbal.

Bisa dikatakan, penyebab biasanya dari sensasi ini, Est, bukanlah penyebabnya kali ini.

Seluruh tubuhnya terasa sangat loyo, bahkan tak mampu mengerahkan kekuatan untuk merangkak keluar dari ranjang.

Merasa seperti tenggorokannya ditusuk-tusuk oleh jarum, Kamito terbatuk keras. Tampaknya dia juga demam.

"Apa-apaan ini?"

Tiga hari telah berlalu sejak misi di kota tambang. Dengan bantuan Fianna, tim Kamito telah mengalahkan Jio Inzagi. Setelah berhasil memasang segel pada roh militer kelas strategi, mereka kembali ke Akademi.

Meskipun tak ada yang spesial yang terjadi ketika mereka pertama kali kembali, tampaknya Kamito terkena flu.

Bagian 2[edit]

"....Itu benar-benar aneh bagi seorang elementalist terkena flu!"

Membawa baskom air dan handuk, Claire berkomentar terkejut.

"Aku juga terkejut! Ini tak pernah terjadi padaku... Uhuk.. Uhuk."

Kamito terbatuk sambil menjawab.

Mampu menyempurnakan kekuatan suci didalam diri mereka sendiri, para elementalist sepenuhnya bebas dari penyakit biasa. Adapun kenapa Kamito terkena flu, itu mungkin karena dia telah kehabisan staminanya. Dia benar-benar harus mengendalikan konsumsi kekuatan suci miliknya.

"Yah.... Menurutku kau terlalu berlebihan memaksakan diri kali ini."

Claire bergumam sambil memeras air dari handuk yang basah.

"Kurasa aku masih belum terbiasa menggunakan Est."

"....Mungkin begitu."

Tatapan Kamito berpindah pada pedang yang bersandar di dinding—Terminus Est.

Selama pertarungan melawan Jio Inzagi, Kamito telah menggunakan kekuatan Est sampai batasnya. Mungkin sebagai hasil dari penggunaan berlebihan dari kekuatan suci, sistem kekebalan tubuhnya menjadi lemah sementara waktu.

Est tampaknya telah mengkondim energinya sendiri dalam jumlah yang besar sebagai sebilah pedang. Sejak saat itu, dia tetap berada dalam wujud pedang.

"Yah... Tampaknya kau nggak punya pilihan lain selain memulihkan diri. Selain itu, bahkan sihir roh nggak bisa menyembuhkan kondisi seperti ini."

"Ya... Kurasa begitu."

Sebagai catatan sampingan, meskipun Fianna telah memeriksa dia, bahkan seorang ahli dalam sihir penyembuhan seperti Fianna telah memastikan bahwa itu nggak lebih dari sekedar flu biasa. Sihir penyembuhan menggunakan kekuatan dari roh suci untuk meningkatkan regenerasi alami. Itu sangat efektif terhadap cidera luar, tetapi dalam kasus penyakit yang tidak diketahui asal-usulnya, itu mungkin akan memperburuk gejala yang tak menyenangkan.

Kamito merasakan dinginnya tangan Claire membelai pipinya dengan lembut.

"....Panasmu tinggi sekali... Apa ini terasa lebih dingin?"

"Ya...."

Sambil meletakkan sebuah handuk basah pada kening Kamito, Claire mengencangkang seprai sembari dia ada disana.

"Kamu tampak cukup akrab dengan ini. Kupikir seorang wanita bangsawan muda nggak ngelakuin hal semacam ini."

"Nee-sama memiliki kesehatan yang sangat rentan dan aku merawat dia ketika kami masih kecil. Itu karena kondisi tubuh Nee-sama tampaknya selalu menarik hal-hal buruk karena suatu alasan tertentu."

"Aku mengerti...."

Setitik kesuraman melintas di mata Claire karena teringat kenangan masa lalu ini.

—Akan tetapi, itu hanya sesaat. Claire segera kembali le nada suaranya yang biasanya.

"H-Hmm... Sekarang aku harus mengerahkan usaha untuk merawatmu, flu atau apalah ini, harus cepat menghilang!"

"....Ya, aku akan segera pulih hingga bisa ikut serta dalam turnamen seleksi Blade."

"Tentu saja, karena kau adalah bagian yang penting dari...Tim Scarlet!"

Claire menjentikkan jarinya untuk memanggil roh kucing neraka yang terselimuti api.

"Aku akan ke kelas sekarang. Kau terus hangatkan Kamito."

"Meow~♪"

Roh kucing neraka mengeong manis lalu melompat ke ranjang, meringkukkan dirinya menjadi seperti bola disamping dada Kamito.

"....Wow, hangat sekali."

"Aku akan memberimu catatan dari pelajaran hari ini, jadi beristirahatlah dengan baik!"

Menyelimuti dia dengan lembut menggunakan selimut, Claire keluar dari kamar.

Bagian 3[edit]

Beberapa menit setelah Kamito tertidur...

Pedang yang bersandar di dinding tiba-tiba bersinar, lalu menghilang.

Apa yang muncul adalah seorang cewek muda yang cantik dengan rambut putih perak yang indah.

Mata ungu yang misterius. Kulit lembut dan halus yang mengingatkan pada susu. Terselimuti dalam cahaya samar, dia tampak menggemaskan, hampir seperti seorang peri salju.

Demon Slayer—Terminus Est. Dia akhirnya mampu mewujudkan wujud aslinya dialam manusia.

"Hmm, Kami...to, kamu dimana?"

Seperti seorang anak kecil yang baru saja bangun tidur, Est terus mencari di kamar itu.

....Masih telanjang dan hanya mengenakan kaus kaki selutut, dia berjalan ke samping ranjang dimana Kamito sedang tidur.

"...Kamito, kamu tidur?"

Tepat saat Est hendak menyelinap ke bawah selimut dengan keadaan telanjang seperti biasanya—

Scarlet mengeluarkan kepalanya dari bawah selimut.

"....Roh kucing neraka?"

"Meow~?"

"Roh kucing neraka mau berbagi ranjang Kamito juga?"

"Meow~ ...Meow, meow~ meow~!"

Scarlet menggelengkan kepalanya sambil menggoyangkan tubuhnya dan melambaikan cakarnya. Meskipun roh kucing neraka itu tak bisa berbicara, sebagai sesama roh berperingkat tinggi, mereka bisa menyampaikan pemikiran mereka satu sama lain.

"Kamito flu...?"

"Meow~!"

Scarlet mengangguk.

Est menaruh tangannya di kening Kamito. Dia tampaknya menderita dalam tidurnya.

"...Urgh, hmm... Est?"

Kamito sedikit membuka matanya.

"Kamu bangun?"

"Kamito, apa ada yang bisa aku bantu?"

"Oh... Aku mengerti... U-Uhuk... Kalau begitu apa kamu mau pergi ke ruang kesehatan untuk mengambil beberapa obat?"

"Obat...?"

"Ya, meskipun sihir roh nggak berpengaruh, kurasa obat herbal akan bekerja... Uhuk."

Ruang kesehatan terletak di bangunan sekolah Akademi Roh Areishia, di bangunan lain dari asrama.

Meskipun Est tak mampu mempertahankan wujud manusia ketika jauh dari Kamito selama waktu tertentu, harusnya nggak ada masalah kalau cuma sejauh ini.

"—Dimengerti. Aku adalah pedangmu, keinginanmu adalah perintah bagiku."

Est mengangguk tanpa ekspresi lalu keluar dari kamar.

Bagian 4[edit]

Dengan demikian....

Est meninggalkan asrama Kelas Gagak dan berjalan ke bagian farmakologi di suatu tempat didalam area sekolah yang luas.

Meskipun Akademi Roh Areishia dikenal sebagai sebuah sekolah untuk membimbing para elementalist, ada segala macam pilihan untuk siswa yang telah lulus. Hanya orang-orang yang memiliki bakat yang menakjubkan yang akan menjadi ksatria roh secara langsung setelah lulus. Bagian farmakologi adalah sebuah tempat untuk melakukan penelitian ramuan dengan menggunakan teori-teori roh sebagai dasarnya.

Ketiga Est memasuki area farmakologi....

"Hei, liat liat, itu adalah roh pedang milik satu-satunya elementalist pria!"

"Wow, manis sekali♪"

Para siswa di sekitar segera berkumpul. Sebagai roh terkontrak milik Raja Iblis Malam Hari, popularitas Est sudah mencapai tingkat maskot di Akademi.

"Nona Roh, ini ada permen untukmu. Aku membuatnya saat pelajaran praktek."

"Hei, nggak adil sekali! Aku juga, ini ada roti melon untukmu, makanlah! Makanlah!"

"....Nggak ada alasan untuk menolak."

Menerima hadiah-hadiah ini sepanjang wakyu dia berada disana, Est mulai makan.

Dan penampilan saat Est makan itulah yang terus menyentak-sentak hati dari para cewek ini yang menyukai hal-hal yang manis.

"...M-Manis sekali♪"
"Aku ingin menculik dia dan membawa dia pulang!"
"Setuju!"

"Ah, apa yang kalian sentuh?"

Ketika Est mengeraskan suaranya, hampir diculik...

"Apa yang kalian lakukan disana?"

Suara tegas terdengar.

Ellis, si cewek kuncir kuda mengenakan armor Ksatria Sylphid, muncul.

"Oh, Kapten, kenapa kau disini?"

Para cewek itu melepaskan Est.

"Aku datang untuk mengambil obat nutrisi untuk Rakka dan Reishia yang sedang dirawat."

Ellis mengalihkan tatapannya pada Est.

"Kau adalah roh pedang milik Kazehaya Kamito, kan? Apa yang kau lakukan disini?"

"Ya, aku datang untuk minta obat untuk Kamito yang sedang flu."

"Apa? Flu?"

Est memceritakan semuanya pada Ellis.

"....Aku paham sekarang, jadi itu sebabnyakau harus mengambil obat. Kau sungguh mengagumkan."

Ellis memuji Est sambil menyilangkan tangannya didadanya.

"Hmmm? Obat flu?"

Para cewek itu berpikir sambil menopang dagu dengan tangan mereka, agak gelisah.

"Obat flunya sudah habis?"

"Kami bisa memberitahumu sebuah resep untuk membuat bubur obat yang sangat efektif untuk flu, tapi—"

"Sekarang ini, kami kebetulan kehabisan herbal yang diperlukan."

Para cewek itu mengangkat bahu.

"Hmm, jadi apa ada solusi?"

Ellis menggigit bibirnya dan berbicara.

"Herbal yang diperlukan harus dikumpulkan dari dalam Hutan Roh."

Para cewek itu merobek halaman terakhir dari sebuah buku catatan, mengambar gambaran sederhana dari herbal yang diperlukan lalu menyerahkannya pada Est.

"Perhatikan herbal-herbal ini, kau pasti akan segera paham karena karakteristiknya yang mudah dibedakan. Resep untuk bubur obatnya juga sudah ditulis disini. Harusnya itu mudah untuk dibuat."

"Makasih banyak."

Est membungkuk dalam-dalam.

"Apa nggak apa-apa kamu pergi sendirian? Mungkin akan lebih baik kalau aku pergi bersamamu?"

Ellis bertanya.

"Aku sering jalan-jalan di Hutan Roh, aku akan baik-baik saja."

Est berputar kearah lain, memegang catatan itu erat-erat dan bergegas ke Hutan Roh.

Bagian 5[edit]

Sementara itu....

"Cuaca yang sungguh bagus untuk jalan-jalan hari ini, Carol."

"Memang, nyonya."

Dihalaman yang disinari cahaya matahari yang lembut, Rinslet Laurenfrost membawa Fenrir untuk jalan-jalan.

Bukannya dalam wujud tempur sebagai seekor serigala sihir raksasa, Fenrir berada dalam wujud serigala kecil untuk jalan-jalan. Dia benar-benar tampak seperti anak anjing jika seperti ini.

"Woof, woof."

Fenrir, yang biasanya lebih jinak daripada Scarlet, melompat-lompat senang. Taman di Akademi terletak dekat dengan Hutan Roh dan sebuah tempat dimana para roh merasakan kegembiraan.

"Ngomong-ngomong, nyonya, apa anda sudah mendengarnya?"

Carol berhenti berjalan dan berbicara.

"Tentang apa?"

"Kamito-sama tampaknya beristirahat sepanjang waktu karena flu."

"Flu?"

Rinslet mengangkat alisnya bertanya-tanya.

"Sungguh jarang sekali bagi seorang elementalist terkena flu atau penyakit lain."

"Dia mungkin terlalu lelah karena misi di kota peryambangani. Saya juga mendengar dia tidak hadir dalam pelajaran hari ini juga."

"Lalu, Claire yang merawat dia, kan?"

"Sepertinya. Oh, tapi Claire-sama harusnya masih ikut pelajaran pada jam segini, jadi Kamito-sama sendirian—"

Carol melaporkan sambil membaca catatan di tangannya.

Ada apa dengan maid ini, gimana bisa dia tau segala macam berita yang ada di Akademi?

"Nyonya, anda khawatir pada Kamito-sama, kan? Fufu."

"I-Ini nggak seperti aku khawatir, a-aku hanya..."

Rinslet membantah sembari wajahnya memerah.

Lalu tiba-tiba dia ingat.

"Bicara soal flu, sepertinya ada obat tradisional yang diwariskan di keluarga Laurenfrost."

"Obat tradisional?"

"Ya, aku memperlajarinya dari kepala maid Natalia sebelumnya, tapi...."

Menekan pelipisnya, Rinslet sedang mengingat-ingat, lalu....

"Woof, woof!"

Fenrir tiba-tiba berbalik kearah hutan dan menggonggong.

"Fenrir, ada apa?"

Rinslet mengernyit dan melihat ke arah kemana Fenrir menggonggong. Ada sosok yang akrab disana, berjalan menuju Hutan Roh.

"Bukankah itu roh pedang milik Kazehaya Kamito?"

"Apa yang dia lakukan disana sendirian?"

"Ada banyak binatang dan roh berbahaya di Hutan Roh. Dia harus diawasi."

Rinslet bergegas mengejar Est yang memasuki Hutan Roh.

"Nona Roh Pedang, tunggu. Kamu mau kemana?"

"...?"

Est berhenti berjalan dan berbalik.

"Oh, si Cewek Cemilan ternyata—"

"Namaku Rinslet Laurenfrost, bukan Cewek Cemilan!"

Rinslet menjawab dengan jengkel.

Kapanpun dia memasak, dia akan berbagi cemilan dengan para roh, oleh karena itu semua roh di Akademi mengenal dia sebagai "Cewek Cemilan."

"Apa kamu punya sesuatu yang penting untuk dilakukan di Hutan Roh?"

"Butuh herbal yang tumbuh di hutan."

Est mengeluarkan catatan dari saku seragamnya dan memberiyahi Rinslet kenapa dia ada disini.

"....Aku paham sekarang. Untuk menyembuhkan penyakit flu yang diderita Kamito-san, herbal itu diperlukan."

Setelah mengetahui alasannya, Rinslet mengangguk dan berkata:

"Nona Roh Pedang, aku akan membantumu juga."

"Benarkah?"

"Ya, nggak perlu dikatakan lagi bahwa tuan akan memperhatikan pelayannya."

"Fufu, nyonya, kenapa anda tidak jujur saja dan mengatakan bahwa anda khawatir pada Kamito-sama?"

"K-Kamu salah. Nggak seperti itu."

Rinslet memukul-mukul punggung Carol.

"Makasih banyak, Cewek Cemilan—"

Masih tetap tanpa ekspresi, Est membungkuk dalam-dalam.

Bagian 6[edit]

"Hmm, rumput moon shadow nya rasanya sudah cukup."

(TL note: aku nggak tau jenis rumput apa itu "moon shadow", yang jelas bukan rumput 'bayangan bulan')

"Juga ada rumput mist rain dan longevity, ini sudah cukup banyak, nyonya."

(TL note: apa-apaan itu, aku sama sekali nggak tau rumput apa aja yang disebut diatas... Bodo amat, cari tau sendiri kalau penasaran.)

"Woof!"

Setelah masuk kedalam Hutan Roh, mereka bertiga mulai mengumpulkan herbal yang tertulis pada catatan tersebut.

Meskipun herbal-herbal yang diperlukan tidaklah langka didalam Hutan dan tidak memerlukan upaya yang banyak untuk memetiknya, herbal-herbal itu tidaklah mudah untuk ditemukan.

"Sungguh merepotkan. Rumput longevity nggak bisa ditemukan diarea ini."

"Benarkah?"

"Hmm, nampaknya kita bisa menemukannya kalau masuk ke hutan lebih dalam lagi—"

"Nyonya, ini tampak menyerupai rumput longevity."

Carol mencabut sebuah rumput berdaun panjang dan kecil yang tumbuh ditanah.

"Carol, itu cuma rumput biasa..."

Saat Rinslet menggerutu pada Carol...

"Eh? ...Kyaah!"

Tiba-tiba, tanahnya menyembul keatas dan akar rumput yang ada ditangan Carol menyerang.

"A-Apa!? Woah!?"

"...!?"

Slither slither slither.

Didekatnya, Rinslet dan Est segera terikat seperti Carol.

"...Eeek, mmm... Nyonya, cepat tolong saya~..."

"....nnnn, ini, pelecehan, kyah...!"

"...Rumput ini mencoba melepas kaos kakiku!?"

"...Woof?"

Melihat tuannya mengerang, Fenrir memiringkan kepalanya kebingungan.

"Ah, ini bukan permainan. C-Cepat selamatkan kami..."

"Woof!"

Memanggapi teriakan Rinslet, Fenrir mencabik akar rumput itu menggunakan giginya.

Akan tetapi, akar itu segera beregenerasi dan mengikat para cewek itu lagi. Kalau Fenrir mencoba untuk membekukan akar itu, para cewek yang terikat juga akan membeku.

"....Kyah, j-jangan sentuh, j-jangan disana...!"

lalu, ada suara pepohonan berguncang di kedalaman hutan secara tiba-tiba.

"Hmm? Apa yang kalian lakukan ditempat seperti ini?"

"K-Kau adalah!?"

Rinslet tiba-tiba mengerasjan suaranya dan berteriak.

Seorang cewek pirang muncul dari kedalaman hutan sambil membawa tongkat kayu yang besar di tangannya.

"Horin Shareilia-san dari Kelas Beruang?"

"Oh, bukankah kau Cewek Cemilan dari Kelas Gagak?"

Meletakkan tongkat miliknya, cewek itu merapal mantra singkat.

Tiba-tiba- akar itu merenggang seketika, kembali kebawah tanah.

"M-Makasih...."

Akhirnya bebas, Rinslet, Carol dan Est mendesah lega.

"Ada banyak monster yang menyamar sebagai tanaman. Kalian harus berhati-hati."

Mengambil tongkatnya lagi, cewek itu berjalan mendekat.

Bukannya tinggal di asrama, Shareilia dari Kelas Beruang tinggal di Hutan Roh. Bahkan didalam Akademi, dia terkenal eksentrik. Dia juga merupakan seorang anggota dari Tim Cernunnos, yang berperingkat kelima di sekolah. Seorang pengendali roh kawanan binatang buas yang kuat.

"Apa yang kalian lakukan disini?"

"Kami mencari herbal ini."

Est menunjukkan catatan yang diberikan pada dia dari para siswa si bagian farmakologi.

Setelah membaca catatan tersebut, cewek itu mengangguk.

"Kalau herbal jenis ini, aku kebetulan punya sedikit."

"Benarkah?"

"Ya, datanglah ke tendaku."

Est, Rinslet dan Carol pergi ke tenda didalam hutan.

Disalam sebuah tenda kecil yang terbuat dari kulit hewan, ada asap yang menyebarkan aroma yang luar biasa. Juga ada banyak jamur yang tampak aneh dan kantong-kantong herbal.

"Shareilia-san, kenapa kamu tinggal di hutan?"

"Para Druid adalah elementalist yang berdampingan dengan alam. Didalam hutan, aku bisa merasakan kehadiran roh lebih baik lagi."

Shareilia mengeluarkan herbal dari sebuah kantong dan memberikannya pada Est.

"Kalau kau merajang herbal ini dan memasukkannya pada bubur, itu bisa menyembuhkan flu dengan cepat."

"Makasih banyak, Cewek Hutan."

Est membungkuk tanpa ekspresi lalu dengan hati-hati memasukkan herbal tersebut kedalam sebuah tas.

"Ini akan menenangkan nyonya juga."

Carol tersenyum.

"Ya, kalau begitu aku harus pergi untuk mengikuti pelajaran berikutnya. Mari kita berpisah disini, Nona Roh Pedang."

"Ya, makasih banyak, Cewek Cemilan."

"Sudah aku bilang, namaku bukan Cewek Cemilan! Ayo pergi, Carol—"

"Baik, nyonya—"

Saat Rinslet berbalik dan hendak keluar dari tenda itu....

Tiba-tiba, dia berhenti seolah teringat sesuatu.

Karena suatu alasan, dia mengarahkan tatapannya pada tongkat kayu di tangan Shareilia.

"....Nyonya?"

"Aku ingat sekarang. Obat tradisional yang diturunkan di keluarga Laurenfrost."

Bagian 7[edit]

Setelah mendapatkan herbal yang diperlukan untuk memasak bubur obat, Est berjalan ke kebun sayur milik Akademi.

Risnlet telah mengajari dia cara membuat obat tradisional keluarga Laurenfrost untuk penyakit flu. Agar obat ini bereaksi, ada sayur tertentu yang diperlukan.

"—Sepertinya ada banyak."

Melangkah masuk ke kebun tersebut, Est bergumam tanpa ekspresi.

Matanya tertuju pada daun bawang yang tumbuh di disudut kebun tesebut.

"Dua saja harusnya sudah cukup."

Saat dia berjongkok, mencoba untuk mencabut daun bawang tersebut—

"T-Tunggu, apa yang kau lakukan!?"

Suara panik terdengar dari suatu tempat.

".....?"

Est berbalik, disana ada cewek berambut hitam, mengenakan pakaian ritual, berlari kearahnya.

Fianna Ray Ordesia, putri kedua Kekaisaran. Baru-baru ini, dia bergabung dengan tim Kamito. Setelah menerima misi dari Akademi, dia telah bersiap untuk melakukan tarian ritual kagura sebagai bagian dari persembahan untuk memastikan panen yang melimpah untuk ladang ini.

Terengah-engah, Fianna berlari ke samping Est.

"Ada apa?"

Est berhenti dan memutar kepalanya.

"Kebun sayur ini milik Akademi. Kau nggak bisa begitu saja mengambil sayuran tanpa ijin."

"Aku nggak boleh ambil daun bawang dari sini?"

"Tidak, kecuali kau meminta ijin pada roh tanah ini."

Fianna menggeleng dan mengernyit.

"...Ngomong-ngomong, kenapa kau butuh daun bawang?"

"Untuk menyembuhkan flu yang diderita Kamito."

"....Untuk tujuan itu?"

Est memberitahu Fianna tentang obat tradisional yang dia dengar dari Rinslet Laurenfrost.

"Benarkah? Sebuah obat tradisional dari Laurenfrost. Memang, aku pernah mendengarnya. Karena negeri itu sangat dingin dan miskin, mereka memiliki banyak metode aneh agat tetap sehat disana—"

Fianna menopang dagunya, merenung dalam dilema.

"Meskipun aku ingin membantu menyembuhkan Kamito-kun juga, ladang ini milik para roh. Kalau kau mengambil daun bawang itu tanpa ijin, para roh akan marah."

Tanaman diladang ini dihasilkan oleh berkah dari para roh serta tanah itu sendiri. Tanpa berkah dari para roh, tanaman tidak akan tumbuh dengan subur.

Oleh karena itu, ketika memanen tanaman, itu diperlukan untuk melakukan tarian persembahan untuk menyenangkan para roh. Membuat mereka bad mood bukanlah ide yang bagus.

"Aku akan melakukan tarian ritual dan mencoba bertanya apakah para roh bisa berbagi daun bawangnya dengan kita. Mimbar sederhana perlu dipersiapkan, jadi kurasa itu akan selesai malam ini."

"Nggak ada waktu untuk itu, karena Kamito menderita demam saat ini."

Est menggeleng tanpa ekspresi.

"Aku adalah Demon Slayer. Aku nggak perlu memohon pada para roh disini."

"Ah, tunggu—"

Sebelum Fianna punya waktu untuk menghentikan dia, Est sudah mencabut daun bawang tersebut.

Seketika, tanah berguncang, menghamburkan pasir dan tanah dalam jumlah yang besar.

"...!?"

"Kukeeeeeeeeeeeh!"

Ditengah-tengah debu yang berhamburan, sosok-sosok aneh muncul.

Mereka adalah empat roh dengan penampilan luar yang seperti ayam.


...Sama persis dengan ayam. Mereka tampak identik dengan ayam nggak peduli gimana kau melihatnya. Kecuali paruh mereka yang sangat besar, dan mereka juga punya tanduk, ditambah dua kepala dimasing-masing tubuh. Tetapi hawa kehadiran mereka yang menindas terasa seolah mereka telah jauh melampaui roh-roh berperingkat tinggi yang lain.

"Mereka adalah....."

"Mereka adalah Empat Ayam Devas, roh burung ganas yang menguasai area ini!"

Dalam syok, Fianna menjelaskan dengan suara bergetar.

Ini benar-benar merupakan para roh berperingkat tinggi yang terwujud sepenuhnya dalam bentuk hewan. Tanpa pengecualian, roh-roh burung ganas ini akan menghukum dan mengusir semua siswa Akademi yang sering mencoba untuk mencuri sayuran dari sini.

Menurut rumor, si Penyihir Senja membawa roh-roh militer ini dengan keputusannya sendiri ketika dia pertama kali menjadi kepala sekolah, menggunakan mereka sebagai pelindung ladang—

....Pada akhirnya, masih ada kebenaran dari rumor itu.

"Keh, kukehhhh!"

Roh-roh burung ganas itu mengangkat jengger mereka dan mengeluarkan suara uangr sangat keras seolah berusaha untuk mengancam si pencuri daun bawang.

"R-Roh burung galak, tolong tenanglah!"

Fianna memohon, tapi sia-sia.

"Kukehhh!"

Keempat ayam itu berlari kearah Est sambil berkokok.

Semua roh di Akademi secara naluriah menghormati Est, sang roh berperingkat tertinggi, tetapi ayam-ayam ini sama sekali tidak menunjukkan perilaku yang sama.

"Kehhhhhhhhhhhh!"

"Tampaknya mereka ingin aku membuat ayam cincang dari mereka."

Est berkomentar tanpa ekspresi dan tiba-tiba mengulurkan tangannya ke udara.

Seketika, pedang dalam jumlah yang sangat banyak muncul di sekelilingnya.

"Beri aku daun bawang—"

Dengan demikian, pertarungan penghabisan antara sang Demon Slayer dan Empat Ayam Devas dimulai.

Bagian 8[edit]

"....Lama sekali perginya Est."

Masih menatap langit-langit, Kamito bergumam pelan diranjang.

Nggak peduli seberapa amannya didalam Akademi, Est lama sekali, dia mau nggak mau merasa khawatir.

"Scarlet, aku minta maaf karena memintamu melakukan ini, tepi bisakah kau memeriksa keadaan?"

"Meow~?"

Scarlet mengeluarkan kepalanya, tetapi segera setelahnya.

Kamito mendengar suara pintu kamar terbuka.

"—Aku kembali. Kamito."

"Est..."

Setelah melihat wajah Est, Kamito akhirnya menunjukkan ekspresi lega.

"Kamu lama sekali, aku begitu khawatir.... Uh, ada apa dengan seragammu!?"

Tanpa berpikir, Kamito berpaling.

Seragam Est compang-camping. Bahkan kaus kakinya banyak lubangnya.

"....Jangan menatap kaos kakiku. Kamito bejat."

Est dengan panik menutupi kaus kakinya yang penuh lubang.

"M-Maaf.... Tapi apa-apaan sih yang terjadi?"

"Ya, aku melawan roh-roh yang kuat."

"Roh-roh kuat?"

"Tolong jangan tanya-tanya lagi. Lebih tepatnya, Kamito, beristirahatlah dengan baik."

Est memberi saran sambil berjalan kearah dapur.

"...Est?"

"Aku akan membuat bubur dengan herbal. Tunggu sebentar."

"Est, kamu tau caranya masak?"

"Tentu saja, karena aku adalah sang Demon Slayer."

"Tidak tidak tidak, kurasa memasak nggak ada hubungannya dengan Demon Slayer.... U-Uhuk...."

"Kamito, jadilah anak baik dan tidurlah."

"....Y-Ya, dimengerti.... Makasih."

Meskipun merasa gelisah, Kamito masih tetap berbaring.

Bagian 9[edit]

Beberapa menit kemudian....

"Ugh... Nnn..."

"...Kamito, apa kamu baik-baik saja?"

Est membawa semangkuk bubur. Kamito sedang mengalami mimpi buruk karena demamnya.

"...Est, o-ohhh..."

"Aku membuat semangkuk bubur untukmu, Kamito."

"U-Uhuk.... Kamu benar-benar sangat membantu, makasih...."

Est menaruh bubur itu di meja disebelah tempat tidur.

Kamito duduk di tempat tidur.

Memengang sendok ditangannya, Est tanpa ekspresi menatap Kamito.

"...Est?"

"Buka mulutmu, Kamito."

"Huh?"

Kamito tertegun sesaat.

"Silahkan bilang 'ah~' dan buka mulutmu, Kamito."

"Tidak, nggak apa-apa, aku bisa makan sendiri. Bisakah kami berikan sendoknya?"

"Nggak mau."

"T-Tapi...."

Kamito menelan ludah.

Est tampak seperti dia sedang dalam suasana hati yang bagus. Dia benar-benar senang.

Tapi disuapi akan sangat memalukan. Selain itu—

Bubbling. Bubbling bubbling.

Bubur itu menggelegak seperti lava... Memakannya secara langsung mungkin akan membuat mulutnya melepuh.

"..."

"..."

Beberapa detik kemudian, tatapan mereka bertemu.

"....B-Baiklah."

Kamito benar-benar menyerah.

Penuh ketakutan, dia membuka mulutnya dengan hati-hati, menerima sendok yang sodorkan pada mulutnya.

"Panas sekali!"

Kamito secara reflek melompat.

Scarlet yang sejak awal ada diranjang, bangun dan melarikan diri.

"Kamito, tolong jangan bergerak atau aku akan meleset."

Mengamankan bubur yang hampir tumpah, Est secara tak sabaran mengangkangi Kamito di ranjang.

"H-Hei....!"

"Kamito, buka mulutmu sekarang."

"PANAS!"

Kamito melompat lagi.

"...?"

"Kurasa bubur itu akan jauh lebih gampang untuk dimakan kalau sudah agak dingin...."

Est secara enggan menaruh bubur tersebut.

"Phew..."

Kamito akhirnya memejamkan matanya dengan lega, namun kelegaannya hanya bertahan sebentar....

"...Woah!"

Kali ini, Est mengangkangi dia dan menatap dia.

Dengan posisi ini, Est mulai melepas seragamnya dengan penuh tekad.

"A-Apa yang kamu lakukan!?"

"Aku mendengar bahwa berbagi kehangatan melalui kulit secara langsung sangat bagus saat flu."

"D-Dari siapa kamu mendengarnya...? Eh, kurasa aku bisa menebaknya!"

Kemungkinan besar, dia mendengarnya dari Fianna.

(....D-Dasar putri sialan!)

"Kamito, jadilah anak baik dan tetaplah diam—"

Sambil terus melepas pakaiannya, Est berbicara tanpa ekspresi.

Roknya turun, membuat dia telanjang bulat.

"....K-Kamu akan tertular flu ku...."

"Roh nggak bisa kena flu."

Est mendekatkan wajahnya.

"...?"

Lalu, Kamito tiba-tiba menyadari sesuatu yang aneh dan mengernyit.

Est memegang sesuatu yang panjang ditangannya.

...Daun bawang. Daun bawang panjang dengan kualitas yang bagus.

"K-Kenapa daub bawang?"

"Kamito, tunjukkan pantatmu."

Est tanpa ekspresi mendekat sambil membawa daun bawang ditangannya.

"Jangan.... Est.... HENTIKAAAAAAAAAAAAAAANNN!"

Jeritan menyedihkan dari Kamito bergema di seluruh asrama Kelas Gagak.

Bagian 10[edit]

Claire kembali ke kamarnya untuk menjenguk Kamito saat istirahat makan siang.

"K-Kanapa kalian ada disini?"

"N-Nggak ada, hanya khawatir sama Kamito-san!"

"Sangat wajar bagi seorang ksatria untuk menjenguk seseorang yang sakit."

"Fufu, aku datang untuk menghangatkan tubuh Kamito-kun, yah..."

Keempat cewek itu bertemu didepan pintu. Sambil menahan satu sama lain dan membuka pintu...

"...Kamito?"

"...Ugh, ughhhhhhh—"

Kamito bisa terlihat ada di tempat tidur, menderita karena mimpi buruk.

"Tunggu, apa kau baik-baik saja? ....Tapi demamnya tampaknya sudah hilang."

"Kenapa dia masih mengalami mimpi buruk ketika demamnya sudah hilang!?"

"Daun bawang.... Daun bawang...."

"....Daun bawang?"

Semua orang mengernyit dan saling menatap satu sama lain.

Karena suatu alasan yang nggak diketahui, tergeletak dilantai disebelah tempat tidur adalah daun bawang yang sudah lemas dan Est yang berdiri secara terbalik dalam wujud pedang dengan gagangnya ada diatas.


Kembali Ke Halaman Utama