Seirei Tsukai no Blade Dance:Jilid12 Bab 5

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Bab 5 - Penyerbu[edit]

Bagian 1[edit]

...Gigit.

"Hmm ... Mmm ..."

...Gigit gigit.

"...?"

Merasa sensasi mati rasa pada ujung jarinya, Kamito terbangun.

"... Apa yang terjadi?"

Menggosok mata mengantuknya, dia mengangkat selimut, hanya untuk melihat ...

Seekor kucing ditempat tidur di bawah selimut.

Seekor kucing neraka berapi-api. Roh Claire Rouge.

Itu menggigit jari Kamito dengan ringan.

"Apa yang kamu lakukan?"

Saat dia bertanya dengan kening berkerut, kucing neraka bersandar pada tubuhnya dengan cara yang intim.

Membawa api divine power, rasanya sangat hangat.

"... Mungkinkah kau menghangatkan tempat tidurku?"

"Meow..."

Roh kucing neraka tampaknya mengeong dengan tegas. Itu terus menjilati jari-jari Kamito.

"..."

Roh terkontrak tidak menunjukan kasih sayang dengan siapa pun selain dari kontraktor mereka sendiri.

Pengetahuan akal sehat ini terbalik untuk kedua kalinya.

(Roh terkontrak orang lain yang bertindak penuh sayang dengan aku huh ...)

Orang macam apa dia sebelum kehilangan ingatannya --

"...~S-Scarlet, apa yang kau lakukan?"

Tiba-tiba, pintu kamar mandi terbuka dan Claire muncul dalam seragamnya.

Roh kucing neraka melompat turun dari tempat tidur dan berlari dengan panik.

"... Serius, Scarlet, kau terlalu suka bergurau."

Menggosok rambut basahnya, Claire mendekat.

"... Tidak, roh itu tampaknya membantu untuk menghangatkan aku."

"Eh?"

tanda-tanda bimbang muncul di wajah Claire.

"...~a-anak itu, kapan dia mulai menaruh kasih sayang..."

"Siapa yang tahu..."

Menggaruk-garuk kepalanya, Kamito bangkit.

...Tidur untuk waktu yang tahu berapa lama setelah itu. Sinar matahari pagi mengalir ke dalam ruangan.

"Setelah tidur malam, apa pikiranmu bangun sekarang?"

"...sepertinya."

Tapi kekosongan dalam ingatannya masih tetap.

"Berikutnya, ada kelas. Datanglah juga, Kamito."

"...kelas?"

Bagian 2[edit]

"Bagaimana kau ingat jalan semacam ini?"

"Kau akan terbiasa untuk itu sangat cepat jika kau berjalan di sepanjang ini setiap hari."

Twintailnya bergoyang, Claire menjawab tanpa melihat ke belakang.

Berganti ke seragam Akademi, Kamito sedang berjalan di lorong panjang mengikuti Claire.

Claire dengan mudah melewati tempat dimana Kamito telah tersesat kemarin.

"Kelas hari ini adalah sejarah benua. Dibandingkan dengan pelajaran roh, aku rasa itu kelas relatif baik untukmu."

"Ya. Aku telah diajarkan sejarah benua sampai batas tertentu."

Pembunuh «Instruksional School» tidak memerlukan untuk mempelajari pengetahuan yang tidak penting.

Namun, pengetahuan yang diperlukan untuk misi penyusupan diajarkan.

"...itu mengatakan, hal yang aku tau hanya pada tingkat akal sehat."

Pada saat ini, Claire berhenti berjalan dan melihat ke belakang.

"Omong-omong, kau bisa berhenti menggunakan boku sebagai ganti orang pertama?" [1]

"... Apa maksudmu?"

"Kamito, kau selalu menggunakan ore untuk menunjuk kepada dirimu sendiri."

"Aku mengerti."

"Ya. Ini akan merepotkan jika orang lain menyadari, sehingga akan lebih baik kau mengubahnya kembali."

Kehilangan ingatan Kamito itu rupanya dirahasiakan dari siswa Akademi.

Tiba-tiba mengubah kata ganti orang pertama bisa meningkatkan kecurigaan pada siswa lainnya.

"Aku mengerti. Aku akan mulai menggunakan ore untuk menunjuk pada diriku sendiri."

Meskipun menemukan penggunaan istilah asing untuk menunjuk diri agak mengganggu, Kamito masih mengangguk.

Setelah berjalan beberapa saat, mereka mencapai ruangan kelas yang besar.

Segera setelah mereka membuka pintu, semua siswa yang duduk di kursi mereka memandang Kamito bersama-sama.

Sebagian besar menyatakan tatapan bingung. Tanda-tanda rasa ingin tau dan kewaspadaan juga jelas untuk terlihat.

Di antara mereka, ada beberapa tatapan antusias tercampur

"Itu Kamito raja nafsu." "Aku mendengar bahwa dia melakukan tarian pedang malam setiap malam." "Apakah itu benar bahwa dia benar-benar menyebut dirinya Elemental Lord Sex?" "Oh tidak, itu penghujatan terhadap elemental lord agung." "Seorang gadis dari Kelas Fox rupanya disapa dan ditanya, memungkinkan aku untuk menjadi roh sex terkontrakmu." "Apa, itu menyedihkan!"

Kamito bisa mendengar bisikan tersebut.

(S-Sebelum kehilangan ingatanku, seberapa parah aku sebagai iblis?)

Tiba-tiba, mimbar dipukul dengan keras.

"Pembicaraan pribadi tidak diijinkan. Kazehaya Kamito dan Claire Rouge, cepat dan duduk."

Saat guru mengeluarkan teriakan, suara-suara berbisik perlahan mereda.

Bersama dengan Claire, Kamito dengan panik mengambil tempat duduk di baris terakhir.

"Dia adalah guru wali kelas, Freya. Seorang Elementalist bayangan."

Claire berbisik pelan.

"Kamito-san, kau sudah baik-baik saja?"

Sebuah ucapan datang dari belakang. Mendengar itu, dia memutar kepalanya ke belakang...

Hanya untuk melihat wanita muda pirang platinum yang dia sandera kemarin.

... Dia ingat namanya adalah Rinslet.

"...Ya. Uh, maaf tentang kemarin."

"Tidak, jangan pikirkan itu, itu tidak apa-apa. Kami adalah orang-orang yang seharusnya minta maaf karena mengejar kamu tanpa henti."

Rinslet menundukkan kepalanya dalam-dalam dan meminta maaf.

Kamito menduga dia adalah seorang wanita muda yang sombong dan manja tapi dia ternyata mengejutkan sopan dan lembut.

"Sebelum ingatanmu kembali, kami akan membantu kamu. Jangan malu-malu. T-Tentu saja, hal-hal yang mesum dikecualikan!"

"...? Y-Ya, aku mengerti."

Dihadapkan dengan wanita muda memerah, Kamito mengangguk bingung.

"Kamito-sama, apa Nyonya maksudkan barusan adalah jangan menahan untuk bertanya tentang hal-hal dewasa."

"Carol, a-apa yang kamu bicarakan?"

"Fufufu ..."

Rinslet memukulkan tinjunya pada punggung maid yang cekikikan.

...mengatakan itu, mengapa ada maid di ruang kelas?

"Tunggu, kalian terlalu berisik!"

Claire menatap pada keduanya.

"Seperti yang diduga, Rinslet-san telah jatuh ke dalam genggaman jahatnya..."

"Termasuk pembantu untuk situasi sandwich."

Tatapan dingin Gadis-gadis menusuk Kamito.

Bagian 3[edit]

Setelah kuliah tentang sejarah benua, rombongan Kamito itu pergi untuk sarapan akhir.

"Kamito, apakah ini membuat kamu bosan?"

"Tidak, ini cukup menarik meskipun ada banyak yang aku tidak paham."

Cukup menarik. Ini bukanlah bohong.

Kamito menemukan hal-hal ini cukup menyegarkan karena dia memiliki sedikit kontak dengan pengetahuan luar. Selain itu, kuliah Freya adalah jelas dan mudah dimengerti tanpa memerlukan pengetahuan prasyarat.

"Mungkin dia khusus membuat itu lebih mudah untuk dimahami untuk kamu, Kamito."

Mengatakan bahwa, Claire berhenti di aula bundar besar.

"... Apakah tempat ini ruang makan? Seperti yang diharapkan dari dunia wanita-wanita kelas tinggi. Cukup mewah."

Aula berisi banyak kursi kayu dan meja. Gadis-gadis yang sedang duduk di sana mengobrol ramah. Meja-meja bahkan memiliki keranjang penuh dengan roti.

"Kamito-sama, ini bukan ruang makan tapi kafetaria."

Carol memberi tau.

"Apa bedanya?"

"Ruang makan di gedung lain, itu adalah sebuah restoran formal. Tempat ini hanya menyediakan gratis[2] seperti roti panggang dan kopi."

Sementara mengambil tempat duduk di meja didekatnya, Claire menjelaskan.

"Gratis?"

Kamito terkejut ... Itu terbayangkan bahwa semua roti yang terlihat lezat ini adalah gratis. Sulit dipercaya.

"Ini merupakan akademi untuk anak-anak bangsawan. Ini wajar-wajar saja."

Rinslet juga duduk di sebelah Carol.

"Aku sangat suka roti di sini. Roti disini dengan terisi selai yang sangat lezat."

Mengatakan itu, Claire merobek setengah sepotong roti dan menyerahkannya kepada Kamito.

"... Ini bagus!"

"Aku tahu benar ... Yumm"

"Yeah. Aku tidak pernah makan roti sebagus ini di tempat dimana aku dulu tinggal."

Kamito mengunyah roti sambil berbicara.

"..."

"... Hmm, ada apa?"

Rasanya seperti suasana di sekitarnya telah membeku.

"Ah, ya ... P-Penilaian bagus ..."

"H-H-Hanya roti, aku bisa setiap hari membuatkan untuk kamu."

"Ya, diucapkan seperti sebuah lamaran pernikahan sebenarnya, Nyonya."

"Carol! I-Itu tidak benar!"

Rinslet berteriak, memerah.

Melihat cara kelompok Kamito bertindak, gadis-gadis yang duduk di dekatnya mulai berbisik lagi.

Pada saat ini, sorakan meriah bisa terdengar dari luar gedung.

"Apa yang terjadi?"

"Yang Mulia Imperial Princess bersiap-siap untuk ritual pembukaan gerbang."

"Imperial princess?"

Kamito memandang ke luar jendela.

Di sisi bukit yang lembut, seorang gadis sedang melakukan tarian. Dia tampak akrab.

Itu adalah gadis yang memberinya kue kemarin.

"Fianna Ray Ordesia. Yang Mulia putri kedua Kekaisaran."

"... Yang Mulia putri?"

Kamito teringat apa yang telah dia lakukannya pada gadis itu kemarin.

Dengan kasar mendorong ke bawah di koridor, dia berniat untuk mengambil dia sebagai sandera.

"Eh, aku akan dihukum mati --"

"Berbicara secara normal, iya. Oh yah, tapi karena itu Fianna, jangan khawatir tentang hal itu."

"... B-Benarkah?"

Kamito bergumam, tidak sepenuhnya yakin.

"Persiapan Ritual ini tampaknya akan sangat lancar."

"persiapan apa?"

"Persiapan untuk «Gerbang» yang akan roh gunakan untuk «Great Festival of the Spirits» Besok."

"...«Great Festival of the Spirits»?"

Mendengar istilah asing, Kamito mengerutkan kening.

"Sebuah hari dimana seluruh Akademy mengucapkan terima kasih kepada roh-roh. Secara sederhana, itu adalah festival sekolah."

"Karena ada «Blade Dance» Tahun ini, itu dijadwalkan ulang."

"Festival sekolah ..."

Untuk Kamito yang dibesarkan di «Instruksional School», Festival sekolah benar-benar asing. Di sisi lain, peristiwa perayaan berdarah seperti «Festival Tarian Kematian» dan «Festival Pertarungan Pertumpahan Darah» memang terjadi.

"Kelas Raven sedang mempersiapkan untuk toko cafe imitasi."

"Yah, meskipun sedikit berbeda dari sebuah kafe yang normal..."

Claire mendesah. -- Pada saat ini...

"Kamito, jadi kau berada di sini!"

Di pintu masuk aula, seorang gadis ponytail berbicara.

"...!"

Mendengar dia, Kamito langsung berdiri dari kursinya.

Itu Ellis Fahrengart, kapten ksatria yang bermaksud untuk menangkap Kamito kemarin.

Ellis mendekati meja dimana kelompok Kamito berada.

"... M-Maaf tentang kemarin."

Tanpa diduga, dia menunduk dan meminta maaf.

"Sebagai pemimpin «Sylphid Knights», Aku tak punya pilihan kemarin."

"... Y-Ya, aku mengerti. Aku yang harusnya menjadi orang yang meminta maaf."

Kamito menundukkan kepalanya juga.

Dia adalah orang yang melarikan diri. Ellis hanya memenuhi tugasnya.

"Ellis, kau datang untuk sarapan juga?"

"Tidak, aku datang untuk mencari Kamito."

"... U-Untuk apa?"

Alis Claire naik dalam tanggapan.

"Kamito, kau adalah anggota dari «Sylphid Knights». Kau harus membantu keamanan untuk «Great Festival of the Spirits»."

"Tunggu, Kamito masih belum memulihkan ingatannya."

"Hal ini tidak bisa membantu. Para ksatria kekurangan tenaga."

"... ~I-Itu tidak akan melakukannya. Kamito harus tinggal dengan aku --"

"-- Tidak, aku mengerti."

Kamito menyela.

"... Kamito?"

"Aku ingin bekerja sebanyak mungkin. Juga, aku berutang budi padanya untuk masalah aku sebabkan kemarin."

"A-Aku mengerti!" "T-Tunggu!"

Wajah Ellis santai sementara Claire menjadi panik.

"Kalau begitu, aku akan meminjam Kamito untuk saat ini."

Membawa Kamito bergandengan lengan dengan lengan, Ellis aktif bersandar padanya.

"H-Hei, dadamu menyentuh aku ..."

"...~Aku benci ini, Kamito adalah brengsek!"

"Kapten, itu tidak adil!"

Suara dua gadis itu bisa terdengar dari belakang.

Bagian 4[edit]

Kota Academy terletak di kaki gunung di mana akademi roh Areishia terletak.

Pada gerbangnya, sepasang orang berpakaian aneh yang berdiri di sana.

Mantel abu-abu yang menutupi seluruh tubuh. Tudung yang menutupi kepala dan wajah mereka sepenuhnya.

"-- Lembaga utama kekaisaran untuk mendidik elementalist. Sudah lama sejak aku terakhir berkunjung."

"Oh sayang, sungguh tak terduga."

"Lagipula, kita menghabiskan sebagian besar waktu kita di luar Kekaisaran."

Yang terpendek dari pasangan itu menjawab dan berjalan menuju pintu masuk.

"Tunggu, Virrey, masuk membutuhkan prosedur yang tepat."

"Sungguh menyakitkan. Juga --"

"Aku ingin menguji tingkat keamanan Akademi ini --"

"Sebutkan namamu, pengunjung --"

Tiba-tiba, ruang di atas pintu terdistorsi dan ksatria logam raksasa muncul.

Seluruhnya terbuat dari baja dan mengenakan armor, membawa pedang bermata dua sebesar log.

Ini adalah roh penjaga terkontrak untuk kota Akademi.

"Hmph, roh ksatria huh. Teguh yang lain --"

Gadis itu menggerutu dengan jengkel.

"Peringatan. Orang tidak sah dilarang masuk --"

"Diam."

Seketika, banyak kilatan cahaya yang dilepaskan dari bawah mantel abu-abu.

"Oh ... Oh ... Ohhhh, kau... bajingan ..."

Ditembus dengan banyak lubang di keseluruhan, roh ksatria meninggalkan kata-kata terakhir sebelum menghilang.

Ini semua terjadi dalam sekejap.

"Bagaimana mungkin tingkat mereka menjadi begitu rendah? Hal ini menjelaskan bagaimana kemampuan «Sylphid Knights» sebenarnya."

"Virrey, ayolah ..."

Orang yang lain mendesah tak berdaya.

"Apakah kamu pikir ini akan menyebabkan Kazehaya Kamito muncul?"

"Siapa yang tahu? Dia terdaftar di bawah «Sylphid Knight», Tapi apakah dia bertugas atau tidak, tidak tau."

"...Hmm, apakah perlu untuk menyebabkan keributan yang lebih besar?"

"Ah, t-tunggu, hentikan!"

Mengabaikan upaya temannya untuk menghentikannya, gadis itu memasuki kota Akademi.

Bagian 5[edit]

"H-Hei ..."

Terseret dilengan oleh Ellis, Kamito sedang berjalan melalui halaman Akademi.

Ellis diam selama ini. Mungkin itu adalah imajinasinya, tapi wajahnya tampak sedikit merah.

"K-Kamito ..."

Akhirnya, dia berbicara.

"U-Umm, bagaimana ingatanmu? Apakah kamu mengingat sesuatu?"

Kamito menggeleng.

"... Tidak ada. Aku pernah mendengar tentang kejadian terbaru dari Claire tapi ingatanku masih belum pulih ... Maaf."

"Aku mengerti. Jika ada sesuatu yang kamu tidak jelas, jangan ragu untuk bertanya kepadaku. Aku pasti akan membantu kamu."

Mata cokelat gelapnya menatap lurus ke arahnya.

Meskipun itu kadang-kadang terasa sedikit kuat, tentunya pada akhirnya berasal dari kepribadian yang lurus dan jujur, kan?

"Omong-omong..."

Kamito tiba-tiba teringat dan bertanya:

"Aku ingat kau menyebut dirimu tunanganku. Apa yang kamu maksud dengan itu?"

"...~!"

Wajah Ellis langsung menjadi merah terang.

"T-Tidak! I-Itu adalah kesalahpahaman!"

Dalam kepanikan, dia menggeleng tegas.

"I-Itu kakekku yang memutuskan sendiri, m-mengabaikan pendapatku, maaf..."

Suaranya menjadi lebih dan lebih tenang.

"Ellis, kakekmu, mungkinkah itu ..."

Penasihat Kekaisaran pada urusan militer -- Duke Cygnus Fahrengart.

Seseorang yang Kamito pernah mendengar meskipun pengetahuan sedikit tentang benua ini.

"Hmm. Setelah menyaksikan tarian pedangmu di festival «Blade Dance», kakekku memutuskan untuk membuat kamu menjadi tunanganku. T-Tentu saja, ini tidak sesuai terlalu baik dengan aku ..."

"...aku mengerti."

Kakek Ellis rupanya mengabaikan kehendaknya dan memutuskan pertunangan. Sebuah keputusan berdasarkan ilmu pedang tanpa khawatir tentang status, atau asal-usul -- Ini cukup sejalan dengan gaya keluarga militer. Tapi dari perspektif Ellis, itu mungkin sulit untuk menerima dengan ringan.

Jika klaim pertunangan itu benar, Kamito awalnya mempertimbangkan kemungkinan mengambil tanggung jawab atau sesuatu seperti itu.

"H-Hal semacam ini harusnya menghormati keinginan dari kedua orang. Jadi..."

Ellis dengan canggung memutar-mutar dengan jari-jarinya.

"... Aku mengerti."

"Huh?"

"Mari kita bertemu Duke lain kali. Aku akan mencoba untuk meyakinkan kakekmu."

"... Apa! S-Sungguh!"

"Ya. Setelah ingatanku pulih, aku akan melakukan yang terbaik untuk tidak memberikan kesulitan."

"K-Kamito ..."

Mata Ellis menjadi lembab dan wajahnya memerah.

"Ah, ooh ... M-Mempercayakan kepada kamu ... Selalu."

(... Eh?)

Apa ada semacam kesalahpahaman besar di pihaknya --

Seketika, gagasan mengganggu ini melintas di pikirannya --

Pada saat ini, dua gadis berarmor mendekat.

"Oh, itu kapten --"

"Oh sayang, kamu kencan dengan Kazehaya Kamito?"

"T-Tidak, kau bodoh!"

Ellis panik melepas lengan Kamito dan menjauhkan dirinya.

Lalu tatapannya jatuh pada tangan mereka.

Kedua gadis telah merilis elemental waffen mereka.

"... Hmm, telah terjadi sesuatu?"

"Baru saja, roh penjaga di pintu masuk utama kota Akademi berhenti bereaksi."

"Roh penjaga?"

"Meskipun ada kemungkinan bahwa roh kembali sementara ke «Astral Zero» Karena kontrak menjadi tidak stabil karena mendekati «Great Festival of the Spirits». Tapi untuk amannya, lebih baik untuk memeriksa situasi."

"Aku mengerti. Mungkin media kontrak telah rusak. Selidiki secara menyeluruh."

"Perintah diterima!"

Kedua gadis mengangguk sedikit dan berlari lagi.

-- Tiba-tiba, gadis berambut pendek berhenti dan berpaling ke arah Ellis.

"Oh, kapten. Apa yang disebutkan sebelumnya sudah disiapkan di lemari di kantor pusat."

"A-Apakah begitu? Dimengerti."

Cough cough, Ellis terbatuk dan mengangguk.

"... Mereka berdua barusan adalah Rakka dan Reishia, teman-temanku."

"Kau cukup dihormati, Ellis."

"... H-Hmph, oke, mari kita lanjutkan jalan kita."

Meraih lengan Kamito lagi, Ellis berangkat lagi.

Bagian 6[edit]

Markas «Sylphid Knight» adalah sebuah bangunan kuno dimodifikasi dari gereja tua.

Kamito membuka pintu masuk besi yang berat untuk melihat luas langit-langit biru langit dengan banyak meja konferensi dibawahnya. Ini adalah tempat yang membosankan yang diprioritaskan kepraktisan.

"Tidak ada orang di sini?"

"Ini hari sebelum «Great Festival of the Spirit». Semua orang keluar bertugas."

Ellis menjelaskan sambil berjalan ke dalam gereja.

"Tidak cukup tenaga kerja?"

"Hal ini sudah jauh lebih baik. Berkat kamu."

"...aku?"

"Ya. Kamu mengalahkan kakak adopsiku di kompetisi sekolah, memimpin «Tim Scarlet» Untuk muncul sebagai pemenang di «Blade Dance», Sehingga meningkatkan jumlah relawan yang bergabung dengan Ksatria. Tentu saja, tidak peduli seberapa kekurangan tenaga kita, kita tidak bisa menerima semua orang tanpa pengawasan. "

Mengatakan itu, Ellis berhenti di depan sebuah lemari di dinding dan membuka kuncinya.

"Ini adalah peralatan kamu."

Ellis menyerahkan jenis sabuk pedang dan pedang yang sama yang dikenakannya di pinggangnya.

"Mungkin ini mungkin sedikit berlebihan bagi mereka yang mampu menggunakan elemental waffen, tetapi setara dengan simbol yang membuktikan keanggotaan di Ksatria. Terbuat dari mithril, ini mampu melawan roh setelah kamu meresapkan divine power ke dalamnya."

Kamito mengambil pedang dan mengayunkannya ringan.

"Uh, bisakah aku pergi tanpa hal-hal seperti armor?"

"Sayangnya, tidak ada versi laki-laki. Jika dibutuhkan, itu bisa dibuatkan kostum."

"... Tidak, aku tidak memiliki kebutuhan untuk itu."

"Aku mengerti."

Sambil mengangguk, Ellis megulurkan tangan ke arah dada Kamito.

"Oke, ini adalah lambang Ksatria."

Dia menyematkan sebuah lambang, bersinar dengan kilau keemasan.

"... Sangat cocok dengan kamu, Kamito."

Lambang itu tampaknya diresapi dengan semacam sihir. Kamito bisa merasakan sedikit divine power dari itu.

"N-Ngomong-ngomong, aku memiliki sebuah permintaan pada kamu untuk menilai..."

"Sebuah penilaian?"

"H-Hmmm ... Aku ingin bantuanmu dalam melihat ornamen armor yang akan aku pakai di «Great Festival of the Spirits»."

Ellis terbatuk dan berbicara.

"Ornamen, jadi itu berbeda dari peralatanmu saat ini?"

"Ya. Bagaimanapun, itu adalah «Great Festival of the Spirits», Diselenggarakan hanya setahun sekali. Sesuai dengan adat dalam beberapa tahun terakhir, sang kapten harus memakai pakaian khusus."

"...aku paham. Aku mengerti bagian itu, tapi kenapa meminta aku?"

"Y-Yah, uh..."

Wajah Ellis merah padam seketika.

Namun tak lama, dia memelototi Kamito --

"Perintah Kapten. K-Keberatan?"

"D-Dipahami..."

Merasa tanda-tanda bahwa dia akan menarik pedangnya, Kamito dengan panik mengangguk.

"Oke. Lalu tunggu di sini sebentar."

Mengatakan itu, Ellis memutar tumitnya dan pergi melalui pintu kecil jauh lebih dalam.

(... Apa yang terjadi?)

Dia bisa mendengar gesekan pakaian dari dalam ruangan.

Kemudian setelah menunggu seperti ini untuk sementara waktu --

"Ah, ooh... A-Apa ini...?"

Tiba-tiba, dia mendengar jeritan dari dalam.

"Ada apa?"

"Ah, ooh... Uh... ini terlalu memalukan..."

"...Memalukan?"

Apakah maksudnya ornamen armor yang dikenakannya?

Saat pertanyaan itu muncul dalam pikiran Kamito --

Ellis takut-takut membuka pintu ruangan.

"...!"

Ellis saat ini memaksa Kamito untuk menahan nafas.

"... Ah... Oohhhh..."

Bersembunyi di balik pintu dalam bayang-bayang, Ellis menggosok paha mulusnya bersama-sama.

Kulit putih yang jelas. Menutupi tubuhnya rendah, armornya tidak berbeda dari pakaian dalam. Payudara besarnya ditutupi oleh tidak lebih dari pelat dada yang terdiri dari sepotong logam kecil.

Meskipun itu pakaian ritual, dalam hal armor, desain ini terlalu tidak praktis.

"U-Untuk berpikir bahwa armor tak tahu malu seperti itu ada ... B-Bukankah ini tidak membuat aku ekshibisionis..."

Memerah hingga telinganya, Ellis menempatkan tangannya di atas dadanya yang tampak seperti mereka akan meluap keluar.

"Kamu tidak memilih itu sendiri?"

"S-Sesungguhnya tidak! A-Aku ditipu oleh Rakka dan Reishia!"

Berteriak, Ellis mengayunkan pedangnya.

"Uwah!"

Melihat itu, Kamito berbalik dan menghindar --

Kehilangan keseimbangan dan jatuh ke depan, Ellis menerkamnya.

Boing.

"... Mmmmmmmph!"

Terjepit oleh dada besar dan lembut, Kamito hendak mati lemas.

"K-Kamito! M-Maaf ..."

Ellis panik mencoba bangkit, tetapi tidak bisa berdiri terus menerus, tampaknya tidak terbiasa dengan armor itu.

Boing. Boing Boing.

"Ah... Ooh♪ K-Kamito ... Dimana kamu menyentuh ... Ah ♪"

Air mata menggenang di mata coklat gelapnya saat Ellis mengerang dalam penderitaan.

"... H-Hey...!"

Wajah Kamito mulai terbakar panas.

(P-Perasaan apa ini ...?)

Dihadapkan dengan pemandangan pakaian Ellis yang tidak cocok, jantungnya berdebar keras.

"K-Kamito ..."

Ellis menatap Kamito dengan ekspresi serius.

"... T-Tidak mungkin, jantungmu berdebar keras?"

Ellis menyentuh lokasi jantung Kamito dengan jari-jarinya.

... Detakan jantung yang keras rupanya menular padanya.

"Y-Ya ..."

Kamito menjawab jujur.

"Melihat Aku dalam pakaian seperti ini yang tak sedap dipandang, k-kamu menjadi bersemangat?"

"Eh, tidak, umm ..."

Melihat Kamito menggeleng panik --

"Aku tidak menegur kamu. Sebaliknya, aku merasa lega."

Ellis menunjukkan tatapan lembut dan tersenyum.

"... Huh?"

"Karena kamu masih mempertahankan emosimu bahkan setelah kehilangan ingatanmu."

Kamito menyadari dengan kejutan.

(... Itu sungguh benar.)

Setelah diculik oleh «Instruksional School», ingatan dan hati Kamito itu telah benar-benar hancur.

Dia dididik bahwa emosi tidak berguna.

Lalu kenapa dia merasakan gejolak emosi sekarang --?

Denyut, denyut, denyut --

(...Guh... Kepalaku...)

"Kamito, k-kamu baik-baik saja?"

"Y-Ya..."

Saat dia memegang pelipisnya dan berdiri...

Sebuah ledakan terdengar dari luar gereja.

"...Apa?"

Bagian 7[edit]

Ellis menendang terbuka pintu gereja.

"-- Dimana?"

Segera setelah dia berbicara, udara bergetar.

Pohon-pohon «Hutan Roh» yang membentang dari sekeliling gedung sekolah sedang tumbang bersama-sama dengan sejumlah besar tanah dan debu.

Muncul di tengah-tengah badai debu yang berputar-putar adalah sebuah raksasa yang tertutupi dalam batu.

"... Itu sebuah roh bumi?"

"Itu «Cabracan» milik Rakka --"

Rakka. Kamito ingat itu gadis dari Ksatria yang dia telah bertemu sebelumnya.

"Apa yang terjadi? Siapa yang bertarung dengan roh itu?"

"Tidak tau. Namun, itu seharusnya bukan menjadi konflik antara siswa. Duel di kampus dilarang oleh peraturan sekolah."

Ellis berbicara dengan suara mendesak.

"Stand by disini."

"...? Aku akan pergi juga."

"Itu berbahaya. Sekarang ini, kamu tidak mampu menggunakan «Elemental Waffe» mu, Kan?"

"Aku memiliki pedang. Ditambah aku juga anggota Ksatria, kan?"

Kamito mengetuk pedang di pinggangnya.

Pada saat itu, raksasa itu meraung.

Sebuah dampak mengguncang atmosfer dan tubuh raksasa yang tertutup bebatuan itu hancur.

"... Mustahil, «Cabracan» milik Rakka telah?"

Ellis berseru kaget. Kamito menatap dengan mata terbelalak.

Roh bumi yang sangat tahan lama, dihancurkan begitu mudah --

(... Siapa sebenarnya?)

Ellis masih tampak ragu-ragu --

"... Aku mengerti. Tolong bantu aku."

Namun akhirnya, dia masih mengangguk. Tangan memegang Kamito ...

"O angin, berilah aku perlindungan «Fly»!"

Melantunkan mantra sihir roh, deru angin puyuh mulai bertiup.

Ellis menendang tanah dengan ringan dan mereka berdua terbang tinggi ke udara.

"Uwah!"

"Pegang erat-erat. Jangan jatuh ke bawah."

Dia menendang dinding udara untuk berakselerasi. Keduanya langsung terbang menuju «Hutan Roh».

Sesampainya di atas hutan, dia berhenti dengan gesit dan mendarat dalam satu gerakan mengalir.

"... K-Kapten ..."

Roboh di tanah, Rakka hanya bisa mengerang.

"Rakka, apa yang sebenarnya terjadi ...!?"

Mereka dikelilingi oleh pohon-pohon tumbang, mungkin setelah penghancuran roh batu.

"Bajingan itu. Bajingan itu melakukan ini ... Aku dan Reishia ..."

"...i?"

Tatapan Rakka yang diarahkan pada gadis lain yang roboh di depan.

"Reishia ..."

Ellis hanya bisa menangis.

Pada saat ini --

"Oh my oh my, berpikir bahwa itu akan menjadi selemah ini. Kekuatan «Sylphid Knight» yang menjaga Akademi."

Buk -- Suara sepatu memukul tanah.

"...?"

Seorang sosok mungil berkerudung mendarat di sebelah Reishia.

"... Siapa itu?"

Ellis berteriak keras.

"Pelanggar di Akademi akan dihukum yang sesuai."

"Heh, siapa orang-orang yang menonton tak berdaya saat karakter tingkat ketiga seperti Jio Inzagi menyerang?"

"... Bagaimana kau tahu --"

"Juga --"

Sosok berkerudung itu melotot dingin pada Ellis.

"Ada apa dengan penampilan itu? Apakah para Ksatria mulai mengenakan armor tak tahu malu akhir-akhir ini?"

"Ugh ... I-Ini adalah kesalahpahaman!"

Memerah sampai telinganya, Ellis menekan kakinya bersama-sama.

"D-Dalam hal apapun, aku akan membuat kamu menyesal menyakiti sahabatku -- datanglah, «Simorgh»!"

Dengan sebuah teriakan, Ellis memanggil elemental waffe nya, sebuah tombak, menyiapkan diri untuk pertempuran.

"Kamito, aku akan menangkap si penyusup. Aku akan mengandalkan kamu melindungi aku."

"-- Mengerti."

Kamito menghunus pedang di pinggangnya dan mengambil lompatan berlawanan dengan Ellis.

(... Meskipun itu bukan belati seperti yang aku gunakan dulu, terserahlah --)

Sementara berlari cepat dalam lengkungan lebar, dia meresapkan divine power ke dalam pedang.

Dengan letusan kilat biru-putih, pedang bersinar samar-samar.

"Haaaah --"

Ellis mengayunkan «Ray Hawk» secara horizontal.

Sebuah pedang tak terlihat terbang keluar, langsung memotong pepohonan hutan itu.

"Aku mengerti, sebuah elemental waffe yang kuat. Namun --"

Penyerang itu menendang pohon yang tumbang ke udara untuk menemukan pedang angin dan menghindari.

"Apa --!"

Mantel abu-abu berkibar.

Dia langsung mendarat di depan Ellis dan melepas sebuah serangan lutut bertenaga tanpa penundaan.

Ellis memblokir serangan dengan poros tombaknya tetapi kehilangan keseimbangan sepenuhnya, dia terpeleset.

Merebutan pembukaan ini, penyerang membuat pukulan di tenggorokannya.

"Itu tidak akan pernah terjadi!"

Dengan meledakan kekuatan kaki, Kamito melompat. Menutup dalam seketika, dia mengayunkan pedangnya.

-- Namun, tindakannya telah terbaca. Musuh mundur dengan gesit dan menghindari tebasan, kemudian mundur untuk membuat jarak dan berhadapan dengan Kamito.

"Mampu untuk menutup dalam pada jarak seperti itu dalam sekejap, tidak terlalu buruk sama sekali --"

(... Menghindari!?)

Kamito mendecak lidahnya.

Bahkan ksatria roh teratas dari kekaisaran tidak dapat melihat gerakannya.

Meskipun ini sebagian karena dia tidak berada dalam kondisi puncak, tetap saja ...

"-- Kamito, menghindar!"

Ellis berteriak dari belakang. Kamito langsung melompat ke samping.

Badai angin raksasa mencungkil tanah sebagai dampak melaju.

Serangan besar-besaran ini mungkin akan dihindari. Namun, musuh hanya memiliki ruang terbatas untuk melakukannya --

"Jangan meremehkan «Sylphid Knights»!"

Ellis membuka tangannya. Seketika, badai angin meledak.

Penyerang itu terlempar oleh bagai yang luar biasa dan berguling-guling di tanah.

Ellis langsung mendekat dan tanpa ampun menyerang lawannya dengan sebuah tusukan.

Serangannya menyentuh tepi tudung.

Sebuah kancingan dari rambut hitam yang terputus tersebar di angin.

"-- Seperti yang diharapkan dari kapten. Sepertinya kau berbeda dari yang lain."

Penyerang itu memuji. Kamito juga diam-diam menghitung nasib baiknya.

Terbukti, Ellis tidak mengeluarkan semua ketika mencoba untuk menangkap Kamito kemarin.

Skill tarian pedang Ellis jauh melampaui tingkat seorang siswa khusus.

(Tapi --)

Tatapan Kamito berputar kembali ke penyerang berkerudung.

Lawan masih percaya diri dan memiliki usaha untuk cadangan. Hal ini terbukti dengan fakta bahwa tidak ada senjata yang telah ditarik.

(... Tingkat peringkat tertinggi dari «Instruksional School»? Tidak, bahkan lebih unggul dari itu --)

"Oke, menyerahlah dengan patuh --"

Menarik tombaknya dari tanah, Ellis mempersiapkan itu dalam memperbarui posisi.

"-- Seperti yang aku katakan, kau terlalu tidak berpengalaman!"

Si penyerang dengan cepat berputar, menangkap Ellis di pergelangan kaki dan menjatuhkan dia.

"-- Ellis!"

Kamito memutar pedangnya pada pegangan terbalik dan melompat, menendang tanah.

(Teknik Pembunuhan -- «Ular dan Kalajengking»!)

Menjaga sikap rendah, dia memperkecil melintasi tanah, bertujuan pada kaki musuh.

Lawan melompat lurus ke atas untuk menghindari dan pedangnya menembus tanah.

Namun, serangan pertama adalah umpan. Kuncinya adalah --

(Teknik Pembunuhan -- «Flying Snake»!)

Mengayunkan pedang yang tertanam pada tanah, ke atas sekaligus, dia melepaskan sebuah tebasan dengan kecepatan dewa.

Tebasan itu menelusuri garis vertikal, memutuskan tudung dan mantel dalam satu potong.

"... Apa!?"

mantel yang menutupi seluruh tubuh penyerang melayang ke tanah.

Terungkap adalah seorang gadis muda dengan wajah imut, mengenakan pakaian pertempuran yang megah.

Rambutnya, dipotong pendek seperti anak laki-laki, dengan tenang tersebar.

Matanya amethyst, berkilauan terang, menatap tajam pada Kamito.

"Pedang ortodoks huh. Sungguh tak sedap dipandang, Kazehaya Kamito --"

"...!?"

Seketika, Kamito mendapati dirinya sedang ditodong dengan senjata.

Senjata lugas terbuat dari besi hitam.

(Tidak mungkin --)

Kamito telah menyaksikan objek yang identik di «Instruksional School».

Diproduksi di pabrik-pabrik Kerajaan Balstan, ini adalah puncak dari rekayasa roh.

Ini adalah senjata destruktif yang menembakkan kristal roh dengan kecepatan tinggi melalui reaksi antara pyromatter dan divine power.

Sebuah pistol.

(-- Seorang «Pencipta» Huh!?)

Seorang Elementalist yang menggunakan artefak untuk bertarung bukan roh terkontrak.

Moncong menyala. Kamito buru-buru menghindar --

Namun, setelah menghantam tanah, kristal roh hancur. Menderu, angin dingin mengelilingi Kamito.

(... Sebuah peluru roh es!)

"Kamito!"

Ellis berteriak. Namun, sosok Kamito sedang tertutup sepenuhnya oleh badai salju --

"... Ini kemenanganku, «Raja Iblis» Kamito!"

Gadis itu mengisi ulang pistolnya.

Kali ini, dia mengisikan peluru yang dimaksudkan untuk mengalahkan musuh bukan hanya melumpuhkan mereka.

Namun --

"... Apa?"

Gadis itu mengerutkan kening dalam heran.

Di tengah badai salju yang menderu, ledakan kilat dari cahaya muncul.

"... A-Ahhhhhhhhhhh!"

Punggung tangan kanan Kamito dari pedang dan bulan bercahaya.

"Hentikan, Kamito! Berbahaya --"

Suara Ellis terdengar di luar badai salju.

(... Aku tahu, tapi... aku tidak bisa mengendalikannya ...!)

Ini bukan kehendak Kamito sendiri.

Dalam menanggapi krisis Kamito, sebuah arus balik dari divine power mengalir kembali ke dalam dirinya.

Divine power besar-besaran meluas seketika dalam tubuh Kamito.

Kemudian --

Divine power yang tak terkendali meletus dari ayunan tangan kanannya.

Bagian 8[edit]

"Kamito... Kamito, kau baik-baik saja...!?"

"Ugh ... Gah ..."

Merasa seseorang menggoyangkan bahunya, Kamito perlahan membuka matanya.

Hanya untuk melihat wajah Ellis yang sangat khawatir.

"..Gadis itu?"

"Setelah Ksatria tiba, dia melarikan diri ... Tapi dia mungkin masih dalam Akademi."

"Aku mengerti..."

Menahan rasa nyeri di seluruh tubuhnya, Kamito mendorong dirinya.

Tanda-tanda pembakaran tajam masih tersisa di tangan kanannya dilokasi segel roh.





Catatan Penerjemah dan Referensi[edit]

  1. bahasa jepang memiliki banyak kata ganti untuk konteks yang berbeda. Dibandingkan dengan menggunakan boku, ore akan lebih informal atau jantan tergantung pada konteks
  2. kata dalam versi bahasa inggrisnya all-you-can-eat, berhubung aku bingung bagaimana harus menerjemahkannya jadi aku ambil enaknya saja.
Back to Bab 4 Return to Halaman Utama Forward to Bab 6