Seirei Tsukai no Blade Dance:Jilid16 Bab 2

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Bab 2 - Kegelapan Zohar[edit]

Bagian 1[edit]

Fajar. Setelah tidur beberapa jam, Kamito keluar dari kamarnya sambil membawa sebuah tas suvenir, lalu berjalan kearah ruang tahta Raja Naga Bahamut.

Kamito ingin menyampaikan rasa terimakasih karena telah memulihkan ingatan Restia. Yang lebih penting lagi, Kamito khawatir pada dia setelah cobaan dari Kegelapan Dunia Lain milik Millennia yang masuk dalam dirinya.

Berjalan disepanjang koridor yang terbuat dari batu, dia sampai di ruang tahta.

Di pintu masuk, dua penjaga berdiri didepan pintu raksasa. Menyadari kedatangan Kamito, mereka dalam diam memberi hormat pada dia.

"Aku ingin menghadap Raja Naga."

"Yang Mulia telah memberi ijin. Silahkan masik."

Sedikit menundukkan kepalanya pada kedua penjaga itu, Kamito berjalan melewati pintu.

(....Tampaknya dia tau aku akan datang.)

Karena dikutuk oleh Elemental Lord Tanah ribuan tahun yang lalu, dia terpenjara didalam benteng ini, tak mampu melangkah keluar meski hanya satu langkah saja. Akan tetapi, dia selalu mendapatkan informasi tentang apa yang terjadi didalam benteng.

Saat dia berjalan disepanjang koridor, disertai oleh suara langkah kakinya sendiri yang bergema, dia akhirnya sampai di aula besar.

Ini adalah ruang tahta, tempat dimana Raja Naga Bahamut dari Dracunia memerintah.

Kamito mendekati karpet—

"—Selamat datang, orang yang ditakdirkan. O anggota dari ras punya kebiasaan malas."

Sebuah raungan menggelegar, tampak seperti menyebabkan tanah berguncang, bergema di aula.

Kamito berhenti. Cahaya terang terbentuk diatas kepala, menerangi puncak karpet tersebut. Kabut tebal muncul dibawah kaki, seketika memenuhi sekeliling dengan suasana yang tak menyenangkan.

Dibelakang tirai yang tersampir dari langit-langit, siluet besar memasuki pandangan.

Itu adalah bayangan dari naga raksasa yang menakutkan dengan sepasang tanduk yang melengkung.

"Aku, raja dari para raja dan penguasa dari umat naga, telah menunggu engkau—"

"...Uh, bisakah kau menyudahi akting itu?"

Kamito menyela suara menggelegar itu dengan mata yang disipitkan.

"......."

Setelah keheningan sesaat....

"....Ya ampun, itu menjengkelkan karena aku harus mempersiapkan semuanya."

Tirai diatas karpet tersebut naik. Raja Naga Dracunia mengungkapkan wujud sejatinya.

Duduk jauh dibelakang tirai itu bukanlah seekor naga raksasa—

Sebaliknya, itu adalah cewek muda dengan sepasang mata merah yang mempesona.

Bersinar samar dengan pendar, rambutnya yang berkilau berwarna lapis lazuli. Kamito merasa terpesona oleh tubuhnya yang ramping dan pucat.

Akan tetapi, sifat dari sosok cewek itu jelas-jelas bukan manusia.

Disisi kepalanya ada dua tanduk melengkung yang indah.

Memang, wujud sejati dari Raja Naga yang memerintah Dracunia, kekuatan besar dalam skala internasional, adalah—

Roh naga ini dengan penampilan seorang cewek muda yang menggemaskan.

Cewek roh naga, Bahamut, cemberut dan melotot pada Kamito. Dia agak tersinggung bahwa penampilan yang dia persiapakan telah diabaikan.

"....Dari yang bisa kulihat, tampaknya kau baik-baik saja?"

Pada cewek yang ada dihadapannya, Kamito sedikit mengalihkan tatapannya dan berkata.

Ini bukan karena penampilan terbuka dari roh naga terkuat itu. Sebaliknya, dia menghindari tatapan Bahamut yang berbahaya seperti biasanya.

Pucat seperti mutiara yang dipoles, lengan dan kakinya seperti patung yang sangat indah.

Selain itu, ada dua tonjolan lembut didadanya.

Tubuhnya yang indah, seperti mahakarya dari dewa, memasuki pandangan Kamito seutuhnya tanpa adanya penghalang.

Meskipun payudaranya dan bagian bawah tubuhnya tersembunyi diantara cabang-cabang dan daun-daun pohon, Kamito masih tercengang oleh penampilannya yang menggoda.

Apa dia merasakan tanggapan Kamito?

"Ya ampun, apa kamu mengkhawatirkan aku? Aku, sang Raja Naga—"

Dia tersenyum nakal.

"Ya, kurasa begitu...."

"Fufu, sungguh perasaan yang menyenangkan, memiliki seseorang yang mengkhawatirkan aku. Sudah ribuan tahun lamanya sejak terakhir kali aku dikhawatirkan seseorang."

Begitulah seorang roh. Raja Naga dengan santai mengacu pada scala waktu yang tak terbayangkan lamanya. Kamito menaiki tangga ke singgasana dan duduk disebuah pohon disamping singgasana.

"....? Ada apa dengan aroma harum ini?"

Sang Raja Naga mengerutkan alisnya dan berkomentar sambil mengendus.

"Aku membawa oleh-oleh untuk mengunjungimu. Aku benar-benar minta maaf ini hanyalah sesuatu yang murah..."

Kamito mengeluarkan roti kismis, terbungkus kertas minyak, dan menyerahkannya pada sang Raja Naga.

Ini adalah makanan yang dia beli di toko yang dia lewati ketika Leonora mengajak dia berkeliling kota.

Roti itu terdiri dari daging cincang dan sayur-sayuran lalu dibungkus dalam adonan kier, lalu digoreng kering setelah ditaburi lada.

Menurut Leonora, ini rupanya adalah makanan yang paling lezat diseluruh kota. Kamito sudah mencobanya satu waktu itu, dan memang, itu sangat lezat.

"Sungguh persembahan yang langka.... Apa itu makanan?"

Menatap kue itu, sang Raja Naga memeriksanya dengan tatapan yang sangat penasaran.

"Ini adalah salah satu dari keahlian Dracunia yang terkenal, mie goreng... Jangan bilang kau belum pernah mendengarnya?"

"Ini adalah pertama kalinya aku melihatnya. Seseorang akan kesulitan menemukan makanan biasa ada diantara persembahan."

"Gimanapun juga, kau adalah raja. Bukankah kau bisa mendapatkan persembahan apapun yang kau mau?"

"Mustahil. Sebagai raja, martabatku akan sepenuhnya hancur kalau aku meminta makanan rakyat biasa."

"....Aku mengerti. Kadang-kadang jadi raja memang sulit."

Kamito berkomentar secara sungguh-sungguh.

"Memang. Segalanya sudah lebih baik jaman sekarang. Ada saat-saat dimasa lalu ketika ratusan ternak atau kurban hidup dari seorang wanita muda dipersembahkan padaku. Yah, kurasa aku hanya mendapatkan hidangan penutupku sebagai pelaku untuk menciptakan imej dari Raja Iblis yang kejam..."

"...Kau pahamkan kalau itu sulit."

"Memang....."

Mengatakan itu, sang Raja Naga tiba-tiba mengangkat bahu dan mendekatkan bibir rampingnya pada Kamito.

"...?"

Bingung, Kamito hanya memiringkan kepalanya.

"......"

"......"

"Yah, bisakah kau cepat menyuapkan roti itu padaku?"

"Huh?"

"Yah, tanganku... terikat. Karena kutukan ini."

"O-Ohhhhh, aku paham—"

Tubuh sang Raja Naga terikat pada tanah ini karena kutukan dari Elemental Lord Tanah. Sedikit saja gerakan dari dia, maka cabang-cabang tanaman itu akan menjerat tubuhnya, melumpuhkan dia.

"Tapi jika demikian, apa yang kau lakukan dengan persembahan yang diberikan oleh para princess maiden?"

"Selama ini, aku hanya menyuruh mereka membawa pergi persembahan itu setelah mencium aromanya. Kemungkinan besar, para princess maiden-ku berbagi persembahan tersebut diantara mereka sendiri."

"Aku mengerti...."

Benar, roh tidak memerlukan makanan untuk mempertahankan eksistensi mereka. Yang mereka perlukan adalah mengisi kembali energi spiritual mereka, kekuatan suci.

Meskipun para roh juga bisa mendapatkan beberapa energi dari makanan, para princess maiden menyajikan makanan pada para roh sebagai persembahan hanya untuk menyenangkan mereka. Contohnya, Est dan Scarlet yang ikut makan bersama dengan Kamito dan teman-temannya, tetapi bagi para roh, ini tidaklah penting. Akan tetapi, Kamito merasa tidak enak hati pada Bahanut karena memberikan makanan didepan dia, namun tak mampu memakannya.

"....Baiklah, aku paham. Umm, buku mulutmu."

Uhuk uhuk. Kamito berbicara setelah batuk ringan.

"Hmmm, y-yah, ini membuatku agak gugup...."

Sang Raja Iblis berbicara, rupanya cukup malu, membuka mulutnya yang menggemaskan dengan "Ah~"

Untuk menghindari menatap tubuh telanjangnya, Kamito mengerahkan segala kehendaknya untuk mengalihkan tatapannya. Dengan jari-jarinya, dia memasukan kue itu ke mulut manisnya.

"...Umph. Umph umph."

Raja Naga merasakan kue itu dengan cermat. Siapapun yang melihat adegan ini kemungkinan besar akan kesulitan menghubungkan dia dengan Raja Naga Bahamut dari Dracunia, yang ditakuti oleh semua negara dibenua.

"Ahh, tak disangka bahwa kenikmatan semacam ini ada didunia ini!"

Dengan sisa makanan di mulutnya, dia berseru dengan senyum kebahagiaan yang cerah.

Kamito senang bahwa dia menikmatinya.

"Hei, mulutmu penuh dengan makanan itu."

Kamito hendak menyeka sudut bibirnya ketika....

"T-Tahan. Apa yang kau lakukan!?"

Memerah padam, sang Raja Naga berusaha kabur.

"Jadilah cewek yang patuh dan jangan bergerak."

"....Permisi, haruskah aku mengingatkanmu bahwa aku adalah sang Raja Naga Dracunia? Sebagai komandan terpercaya dari Ren Ashdoll, aku sang roh naga terkuat, kelas legendaris menurut klasifikasi dari jenismu—Mmph!"

"Ya ya, terserahlah...."

Kamito dengan hati-hati mengelap bibir sang Raja Naga yang terus meronta.


....Martabat sang Raja Naga terancam jatuh.

"Lihat, sudah bersih sekarang"

"Ooh, tak disangka kau adalah orang pertama yang membuat aku, sang Raja Naga, berada dalam kondisi malu seperti itu—"

Sang Raja Naga menatap sambil berlinang air mata pada Kamito.

Tersenyum masam, Kamito berdiri.

"Yah, sudah saatnya bagiku untuk kembali."

"....Aku paham. Aku mengerti."

Sang Raja Naga berbicara dengan sedikit kesepian. Sebuah ranting pohon terulur pada kening Kamito dan meninggalkan tanda kecil. Ini adalah Perlindungan Naga untuk pengelana, berdoa demi keselamatan perjalanan, pesona keberuntungan tradisional dari Dracunia.

"Aku mendoakan keberhasilan dalam misimu di Theocracy."

"Ya, kau bisa mengandalkan aku."

Kamito mengangguk serius.

Misi di Theocracy yang disebutkan sebelumnya adalah bagian dari syarat Dracunia untuk mengakui Ordesia Yang Sah. Misi ini melibatkan penyelamatan putri kedua Theocracy, Saladia Kahn, dari pengurungan.

Niat Dracunia mungkin adalah untuk merusak kepengurusan Sjora menggunakan Saladia sebagai boneka. Meskipun penampilan dari Raja Naga adalah seorang cewek muda. Dalam konteks ini, dia adalah penguasa yang mengatur negara ini selama berabad-abad.

(....Alpha Theocracy, huh?)

Ini adalah negeri yang membangun Sekolah Instruksional, berdiri sebagai markas besar dari pemuja Raja Iblis, serta menjadi tempat kelahiran dari Raja Iblis.

Dengan kebangkitannya saat ini yang terjadi secara bertahap sebagai Raja Iblis, Kamito merasa nasiblah yang menuntun dia ke Theocracy pada saat ini. Dalam diam dia mengepalkan tangannya.

Bagian 2[edit]

Sementara itu di Dragon's Peak di Pegunungan Kelbreth, Claire dan rekan-rekannya berada didalam kuil naga hitam, dimana Rubia berlatih sebelumnya, bekerja keras untuk melampaui batas-batas mereka.

Menggunakan perangkat kuno yang dipasang oleh ras Elf, para cewek itu ditransfer ke dimensi alternatif untuk menghadapi ujian mereka masing-masing. Saat ini, mereka terus menarik keluar potensi tersembunyi didalam diri mereka sendiri.

"Ayo maju, Scarlet!"

"Baik, Master!"

Menanggapi pemanggilan Claire, seorang cewek berselimut api muncul. Bergerak diantara pepohonan dengan kecepatan yang lebih cepat daripada yang bisa diikuti mata telanjang, Scarlet mekepaskan serangan tebasan dengan menggunakan sabit miliknya yang berkobar-kobar.

Roh-roh kegelapan yang bodoh segera terbakar menjadi abu. Disana—

"Berubahlah jadi arang!"

Kemampuan Fireball yang dibanggakan Claire meledak dengan timing yang sempurna.

Roh-roh kegelapan disekitar dilenyapkan bersama dengan pepohonan.

Berputar-putar diudara, Scarlet mendarat ditanah. Meskipun mengangkat jempol pada Scarlet dan menunjukkan ekspresi riang, diwajahnya Claire terlihat tanda-tanda kelelahan yang jelas.

"Huff... Huff... Sudah kuduga. Mempertahankan bentuk ini membutuhkan kekuatan suci dalam jumlah yang teramat sangat banyak."

Terengah-engah, Claire terduduk di tempat.

Meskipun dia mengalahkan ilusi dari kakaknya, membebaskan wujud sejati Scarlet dari Ortlinde dengan kehendaknya sendiri, Claire masih memiliki jalan yang panjang untuk menguasai kendali dari roh api ini.

"....Dengan ini, aku tak bisa mengeluarkan elemental waffe juga."

"Dengan latihan yang teratur, kau pasti akan mendapatkan kendali penuh atas diriku, karena Master, bakatmu melampaui bakat Rubia-sama."

"Aku, lebih kuat daripada Nee-sama? Nggak mungkin, kau pasti bercanda—"

Claire membantah, menggelengkan kepalanya.

"Master, aku memilih membuat kontrak denganmu bukannya memilih Rubia-sama. Harap lebih percaya pada dirimu sendiri—"

Menggerakkan telinganya yang berkobar-kobar, Scarlet menyemangati Claire.

"Aku telah memperhatikanmu sepanjang waktu, bahkan sebagai seekor kucing neraka, memperhatikanmu yang telah bekerja keras, Master. Kau pasti baik-baik saja—"

"......"

Claire berdiri secara tidak stabil.

Bergumam, dia terdengar seperti sedang berbicara pada dirinya sendiri.

"....Itu benar, aku harus berdiri disamping Kamito—"

Di dimensi lain, ketiga temannya yaitu Ellis, Rinslet dan Fianna pasti sedang menjalani ujian mereka juga. Sebagai pemimpin Tim Scarlet, itu tak bisa diterima untuk menyerah disini.

"Itu baru namanya semangat, Master!"

Scarlet mengangguk tegas. Meskipun sikap tanpa ekspresinya memyaingi Est, masih ada kehangatan dan perasaan dalam kata-katanya.

"....Kalau begitu ayo lanjutka..... Eh, tunggu sebentar—"

...Pada saat itu, Claire tiba-tiba merasa khawatir tentang sesuatu.

".......?"

"Barusan, kau mengatakan bahwa kau memperhatikan aku sepanjang waktu.... Sepanjang waktu? Bahkan pada malam hari ketika aku tidur juga....?"

"Ya, Master."

Scarlet mengangguk.

"A-Aku paham...."

Wajah Claire tersipu merah padam.

"B-Biarkan aku memperjelasnya. Jangan salah sangka tentang apa yang aku lakukan setiap malam sebelum aku tidur, oke? I-Itu hanya latijan untuk membesarkan ukuran payudaraku!"

"....Benarkah? Kupikir kau memuaskan dirimu sendiri setiap malam sambil memikirkan tentang Kamito-sama—"

"...D-Dasar idiot! Kau benar-benar salah!"

Sambil rambut merahnya berdiri tegak, Claire terus memukulkan tangannya pada bahu Scarlet.

Bagian 2[edit]

Langit diatas gurun saat ini diselimuti awan hitam yang tebal.

Ibukota Theocracy, Zohar, adalah kota yang didirikan oleh Raja Iblis Solomon seribu tahun yang lalu.

Selama Perang Raja Iblis, Sacred Maiden Areishia memimpin Pasukan Pembebasan untuk membakar kota itu, mengubahnya menjadi reruntuhan. Beberapa abad kemudian, kota itu bangkit kembali sebagai kota metropolis yang besar, bertindak sebagai pusat transportasi dalam perdagangan di benua.

Di jantung kota Zohar adalah Scorpia, Istana Kalajengking Iblis dimana sang penguasa tinggal.

Meskipun orang-orang selalu berpikir Scorpia sebagai kastil dimana Raja Iblis Solomon tinggal, sebenarnya itu tidak benar. Selama Perang Raja Iblis, itu hanyalah lokasi dari sebuah benteng militer. Kediaman sebenarnya dari Raja Iblis masih menjadi misteri sampai hari ini.

Scorpia di Zohar telah dibangun tiga ratus tahun yang lalu. Karena administrasi yang kacau pada saat itu, itu dikenal sebagai era dari Pemimpin Gila, Targal Solomon, yang menganggap dirinya sebagai reinkarnasi Raja Iblis. Dia dibunuh oleh pengikutnya, Hajid Kahn. Dari situ, kekuasaannya diwarisi oleh keturunannya sebagai penguasa yang berkelanjutan dari penyembah Raja Iblis.

Sekarang ini, orang yang duduk di tahta penguasa adalah Sjora Kahn, si Penyihir Ular Berbisa.

Setelah keputusan dari turnamen Blade Dance, dia nembunuh ayahnya sendiri untuk merebut tahta.

Penyihir dengan mata berwarna merah—

"....Sungguh menjengkelkan. Mereka terus bermunculan seperti kecambah gak peduli seberapa banyak kita membunuh mereka."

Berdiri di balkon istana, Sjora menatap alun-alun dan menggertakkan giginya karena jengkel.

Yang terlihat di alin-alun istana adalah mayat-mayat yang menumpuk dari para penghianat.

Ini dimaksudkan untuk memperingatkan orang-orang yang menentang dia. Akan tetapi, bahkan setelah mengeksekusi setengah dari pengikut lama, pemberontakan dari para penentang terus bermunculan.

Berkat bantuan Kerajaan Suci, kudetanya berhasil, tetapi kendali Sjora atas negara itu sangat jauh dari kata kokoh. Oposisi pada kenaikan Sjora terjadi diseluruh Theocracy, menghasilkan pemberontakan di berbagai kota. Dipimpin oleh Dracunia, negara-negara sekitar juga memperhatikan dengan penuh ancaman. Lalu ada juga Murders, faksi pedagang lokal di Zohar, yang menganggap ini sebagai peluang bisnis dan secara rahasia mengipasi api kerusuhan sipil.

"....Kenapa, kenapa segalanya tidak berada dalam kendaliku!?"

Tak mampu menekan kemarahannya, Sjora melemparkan gelas wine pada dinding, menghancurkannya.

"Sjora-sama! Ada apa!?"

Mendengar keributan tersebut, para princess maiden berlari ke balkon dengan panik.

Seorang cewek bernama Valmira mengurus kebutuhan harian Sjora sejak dia masih kecil. Dia adalah pengikut terdekat Sjora dan satu-satunya pengikut terpercaya di istana.

"....Tidak ada. Ambilkan aku gelas pengganti."

"Dimengerti—"

Menatap cewek takut-takut itu yang menundukkan kepalanya, Sjora bertanya secara tak sabaran:

"Apa kau punya sesuatu untuk dilaporkan padaku?"

"U-Umm...."

Valmira ragu-ragu sebelum menutup mulutnya.

"Celat katakan. Atau kau mau bergabung dengan orang-orang yang terbaring di alun-alun itu?"

Setelah Sjora berbicara dengan nada mengancam, Valmira akhirnya mengumpulkan tekadnya dan berbicara:

"Barusan, aku menerima kabar dari pasukan pemberontak berkumpul di benteng militer Demon's Fist."

"Demon's Fist—"

Sjora sedikit menyipitkan matanya.

Demon's Fist adalah benteng tak tertembus yang dibangun di kota pertambangan Mordis, berlokasi di timur laut Zohar. Dipuncak gunung berbatu, dinamai sesuai dengan penampilannya yang menyerupai tinju yang diangkat. Mordis tidak hanya sebuah basis militer yang penting, tetapi juga penghasil kristal roh tertinggi di negara ini. Tanpa berpegangan pada Mordis, pembicaraan apapun tentang penyatuan negara akan benar-benar mustahil.

"Semua pemberontakan yang sebelumnya hanyalah skala kecil didalam kota, tetapi kali ini mereka telah bersatu. Yang aku takutkan adalah bahwa mengandalkan pasukan domestik kita tak lagi cukup untuk menanganinya."

Tatapan Valmira menunjukkan pendesakan.

Dalam kebenarannya, pasukan Theocracy sangatlah lemah dan menyedihkan dibandingkan dengan Ordesia atau Dracunia. Selain itu, moral mereka telah jatuh drastis setelah penekanan dari peningkatan pemberontakan yang serius. Tidak hanya itu, tentara dalam jumlah yang tidak sedikit telah meninggalkan pasukan dan menghianati sang penguasa dengan cara secara diam-diam bergabung dengan pasukan pemberontak. Jika pasukan negara mereka sendiri gagal meredakan pemberontakan, itu akan memberi peluang negara lain untuk campur tangan dalam hal militer.

"Tentu saja, para penghianat ini layak mendapatkan hukuman—"

Valmira secara takut-takut melirik wajah penguasanya.

Tetapi secara mengejutkan, Sjora tidak menunjukkan tanda-tanda kemarahan.

Menjilat bibirnya yang berwarna merah darah, dia menyeringai.

"Begitukah? Mereka berkumpul di satu tempat, sungguh sempurna."

"....Bolehkah aku bertanya apa maksudnya?"

"Aku lelah bermain dengan para serangga ini. Ini adalah peluang yang bagus untuk melenyapkan mereka dalam sekali libas, orang-orang bodoh yang berani menentangku."

"Yah, kau ada benarnya, tapi...."

Valmira menelan kata-kata yang hendak keluar dari bibirnya.

Lebih mudah untuk dikatakan daripada dilakukan. Sejak jaman kuno, Demon's Fist merupakan benteng tak tertembus. Kemungkinan besar itulah alasan kenapa pasukan pemberontak memilih tempat itu sebagai benteng mereka. Mengingat kekuatan militer Theocracy saat ini, menaklukkan tempat itu tidaklah mudah.

"—Mari gunakan itu dan kita akan bisa mengurus merdeka dalam sekejap."

"Itu....?"

Valmira memiringkan kepalanya... Apa sih yang dia bicarakan?

"Ya, itu akan sempurna sebagai bahan percobaan, kau setuju kan?"

"...!?"

Ketika Sjora khan menyeringai....

Valmira akhirnya memahami niat Sjora.

".....Tak mungkin, kau berniat melepas segel itu!?"


Sebelumnya Bab 1 Kembali Ke Halaman Utama Selanjutnya Bab 3