Seirei Tsukai no Blade Dance:Jilid3 Bab6

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Bab 6 : Keamanan Ibu Kota Akademi[edit]

Bagian 1[edit]

Anggota Ksatria terbagi menjadi beberapa kelompok yang berisi dua sampai tiga orang, tergantung kemampuan mereka.

Untuk sekarang, Kamito yang seorang anggota baru, satu kelompok dengan Ellis, Sang Kapten.

Meskipun, alasannya bukan karena Kamito seorang anggota baru, melainkan tidak ada satupun wanita yang mau satu kelompok dengannya.

Pekerjaan Ksatria meliputi berbagai macam hal, lebih dari apa yang bisa diatasi Kamito.

Ada yang melerai perkelahian antar murid akademi, menangkap pedagang yang menjual roh tersegel hasil seludupan, menyelamatkan roh yang tersesat, bernegosiasi dengan organisasi murid lainnya, menolong orang yang terdampar—yang paling sering adalah menjinakkan binatang buas dan roh liar yang biasanya melewati Gates yang berada di Hutan Roh lalu muncul dari Astral Zero. Ada laporan kalau seekor binatang buas sedang mengamuk di pinggiran kota, mereka berdua pun langsung menuju tempat itu.

Seekor binatang buas dengan cangkang raksasa, yang sedang menebangi pohon-pohon di hutan itu meraung.

Binatang buas itu seperti seekor laba-laba yang dikawin silangkan dengan kura-kura raksasa.

“Buruan yang lumayan besar. Sebesar apa Gate yang sudah terbuka?”

“Menurut pengumuman dari Asosiasi Investigasi Roh, ukuran Gates yang muncul di Hutan Roh setiap tahun mengalami peningkatan. Alasannya tidak diketahui.”

Ellis mengangguk dengan ekspresi serius, dan mengeluarkan senjata elementalnya, Ray Hawk.

Untuk pertama kalinya Kamito bertarung bersama Ellis, namun dia sudah tahu kemampuan gadis itu.

Claire lebih ahli dalam fleksibilitas taktiknya. Namun, Claire yang emosinya tidak menentu, berbeda dengan Ellis yang bertarung dengan cara yang sama. Hanya dengan teknik dasar dan tanpa trik atau semacamnya, gadis itu mampu memaksa seseorang untuk menyerah hanya dengan serangan dari depan. Seperti itulah gaya bertarung Ellis.

“Sekarang, Kamito!”

Kamito langsung mendekati binatang itu, cocok dengan Ellis yang menyerang dari udara.

Bagian vital dari makhluk bercangkang adalah perutnya yang lembut. Tak terkecuali binatang buas.

Kamito menghantam tanah menggunakan senjata elemental yang berupa pedang di tangannya.

Disaat itu juga, perut binatang itu terbelah secara vertikal.

Kepala ular raksasa muncul dari perut binatang itu. Membuka lebar mulutnya dengan taring yang tajam, binatang itu langsung menyerang Kamito. Ular itu menggeliat di tanah dan tertutupi oleh pasir dan debu.

“... Makhluk macam apa itu.”

Kamito mengecakkan lidahnya ketika dia menghindari serangan mematikan binatang itu.

Mengenakan perlindungan suci dari roh anginnya dan terbang di udara, Ellis melepaskan pisau anginnya.

Namun, sepertinya beberapa efek sihir sedang bekerja—sehingga pisau-pisau itu tertahan oleh cangkang keras binatang itu.

-*Don* Ellis mendarat di sebelah Kamito.

“Menggangu sekali, tampaknya cangkang itu diperkuat oleh sihir roh dengan atribut pertahanan.”

“Sihir roh? Siapa—“

“Ada kemungkinan kalau binatang ini tidak berasal dari Gate yang biasanya muncul, melainkan seseorang yang memanggilnya. Selain untuk mengacaukan Festival Suci Varentia, mereka juga membuat keributan di luar Kota Akademi. Tampaknya mereka juga berusaha mengalihkan perhatian Ksatria.”

Kamito paham setelah mendengar hal itu.

“Ini ulah pedagang segel senjata terkutuk yang menyusup ke Kota Akademi, kan?”

“Ada kemungkinan.”

Ellis mengangguk dengan ekpresi tegas.

Binatang itu menebangi pohon dan meraung, tampaknya dia marah.

Dengan Ray Hawk di tangannya, Ellis memasang posisi menyerang.

“Kamito, kita akan melakukan serangan terkoordinasi. Ayo kalahkan binatang itu di serangan berikutnya.”

“Ah, aku mengerti.”

Serangan cepat binatang itu datang.

Ellis mengucapkan sihir roh terbang dengan sangat cepat, mencengkram lengan Kamito lalu terbang.

Ketika mereka melayang tepat di atas binatang itu, Ellis langsung melepaskan cengkramannya dari Kamito.

“Ayo, Est!”

Menanggapi teriakan Kamito, senjata elemental Terminus Est bersinar terang.

Seiring dengan serangan dari atas, pedang perak itu menusuk cangkang.

-*Krak*—Suara retakan terdengar, dan sebuah celah terbuka melintang di cangkang keras binatang itu.

Kemudian—

“Haaaaaa!”

Ellis, yang masih melayang, menukik menuju celah yang barusan muncul lalu menusukkan Ray Hawknya!

“—Pergi dan mengamuklah, angin jahat!”

Ketika dia meneriakkan kalimat pelepasan.

Tubuh binatang itu tersentak, dan meraung kesakitan karena sekarat kemudian terdiam.

Angin kencang yang mengamuk di dalam tubuh binatang itu menyayat dan merobek isi perutnya hingga berkeping-keping.

“Untuk saat pertama kita, kerjasama yang sangat bagus.”

Kamito mengatakannya ketika menarik Est yang tertancap di cangkang.

“ahh, aku mungkin cocok denganmu... Ma-Maksudku ketika kita sedang bertarung!”

Ellis langsung memerah dan tiba-tiiba berbalik.



Bagian 2[edit]

Meskipun sudah memusnahkan binatang buas yang tadi berada di Hutan Roh, mereka berdua masih harus menyelesaikan berbagai masalah yang tanpa diduga muncul satu per satu.

Hampir semua murid pergi ke kota karena pelajaran di akademi diliburkan, tampaknya masalah-masalah tidak akan selesai secepat biasanya.

Dan juga, ketika jumlah anggota Ksatria berkurang akibat perekrutan paksa tadi pagi, hal itu juga mempersulit pekerjaan.

Waktu berlalu seiring mereka menyelesaikan insiden-insiden yang tidak terduga, dan sekarang sudah sore.

Festival Suci Varentia dimulai sejak sore hari hingga selesai.

Langkah penduduk kota berjalan menuju Walikota yang tampaknya sedang berpidato di pinggiran alun-alun.

“Pekerjaan Ksatria sungguh mengerikan.”

Gumam Kamito ketika mengamati keadaan jalanan yang ramai dengan persiapan festival.

“Namun, hanya untuk pagi ini. Karena, senior-senior Ksatria terluka akibat perekrutan paksa. Aku sudah membuat masalah denganmu sejak hari pertamamu. Maafkan aku.”

Ellis melemaskan bahunya, merasa bersalah, dan mendesah.

Dia terlihat tertekan akibat kejadian tadi pagi.

“Ellis, sebenarnya itu bukan salahmu.”

“Tidak, faktanya kalau aku tidak bisa menahan mereka adalah tanggung jawabku.”

Ellis perlahan menggelengkan kepalanya.

“Keempat senior itu adalah anggota Ksatria sejak Aneue masih menjadi kapten. Hampir semua senior sudah mengundurkan diri ketika aku terpilih menjadi kapten. Hanya mereka yang tersisa, tapi—mereka sudah kehilangan kesabaran denganku, yang tidak memiliki kemampuan sebagai seorang kapten.”

“Ellis...”

“Itu mengingatkanku, hanya beberapa minggu sebelum kau datang kemari.”

Ellis pun menceritakan tentang Ksatria setahun yang lalu kepada Kamito.

Ketika Velsaria masih menjadi Kapten, Ksatria Sylphid dijalankan dengan peraturan yang keras dan tampaknya lebih kuat daripada sekarang. Mereka memiliki peraturan yang sangat efisien. Orang-orang yang melanggar peraturan kelompok, akan dihukum di tempat.

Dan murid-murid akademi yang membuat masalah, akan di pukuli tanpa ampun dengan pasukan bersenjata Ksatria.

Pastinya, peraturan akademi terlihat terjaga dengan baik.

Namun, metode kasar Velsaria mengundang perlawanan dari murid akademi lainnya, yaitu gadis bangsawan yang sangat terhormat. Dan tak lama kemudian, dia harus mengundurkan dii dari posisinya sebagai Kapten.

Meskipun dia adalah putri tertua dari Keluarga Gubernur Fahrengart, tetap saja, faktanya kalau dia tidak lebih dari sekedar anak angkat dari keluarga kelas rendah, atau mungkin karena timbul permusuhan dengan bangsawan lainnya yang dihormati di kalangannya.

Satu-satunya, yang terpilih menjadi penerus Velsaria adalah Ellis, yang sama-sama berasal dari keluarga Fahrengart.

“Dulu, Aneue adalah ksatria yang hebat, ksatria yang aku kagumi.”

“Dia orang yang sangat dingin dan tegas, tapi dia bukanlah orang yang akan menghancurkan segala hal dengan kekuatan seperti itu.

Dirinya sekarang bukan lagi ksatria yang aku impikan.”

Kamito teringat kristal roh yang dia lihat di kamar Ellis kemarin.

Velsaria yang berada di memori Ellis memiliki aura yang sangat berbeda dengan dirinya tadi pagi.

Kamito merasakannya ketika dia berhadapan dengan Velsaria, hawa menekan gadis itu sangat menakutkan.

Apa yang sudah mengubahnya hingga seperti itu?

Tiba-tiba—

-*Gyururu*

Terdengar suara perut keroncongan.

“Ellis?”

“I-Itu bukan aku!?”

Ellis membantah dan mulai memerah.

Kamito tersenyum masam.

“Itu karena kita sudah bekerja sejak pagi. Sebenarnya aku juga kelaparan. Karena sekarang hampir memasuki waktu untuk shift, bisakah kita makan siang atau semacamnya?”

“Gu... Me-Meskipun aku mengatakan kalau bukan itu penyebabnya.”

Kamito mengamati sekitarnya, mengabaikan Ellis yang menggembungkan pipinya.

Karena sekarang Festival Suci Varentia, ada banyak sekali toko aksesoris, tapi ada juga beberapa warung pinggir jalan yang menjual makanan. Ada roti goreng yang ditaburi gula, ada sebuah masakan yang dibalut adonan pai dengan sayuran dan daging cincang panggang, kemudian di panggang dengan tusuk sate... Meskipun Ellis menolak, perutnya mungkin akan tetap keroncongan.

“Apa kau mau membeli sesuatu di warung? Atau, kau ingin pegi ke suatu restoran di suatu tempat?”

“Mm, tidak, err...”

Lalu, tiba-tiba Ellis merasa gugup untuk beberapa alasan.

“Se-Sebenarnya... Aku sudah membuatkan sesuatu.”

“Uh?”

Kemudian, entar dari mana, roh angin iblis dalam bentuk seekor elang terbang mendekat.

Itu adalah roh angin iblis Simorgh milik Ellis. Dia memegang sebuah keranjang besar di cakarnya.

“Seperti yang diharapkan.”

Kamito terkesan.

Ellis memang Ojou-sama yang handal, untuk membuat bentonya sendiri.

“Kalau begitu, aku akan membeli sesuatu di warung.”

“Tu-Tu-Tunggu!”

Ellis memegang leher Kamito ketika pria itu hendak pergi.

“A-Apa?”

“Ba-Bagianmu juga ada...”

“Eh?”

“Ta-Tadi, aku bilang kalau aku juga membuatkan bagianmu!”

“Bagianku?”

“Y-Ya, karena meskipun aku membuat satu atau dua, waktu yang dibutuhkan pun tidak terlalu banyak. Ja-Jangan salah paham, aku membuatnya karena akan sia-sia kalau bahannya tersisa!”

“Terima kasih untuk itu. Bento Ellis adalah sesuatu yang aku harapkan.”

“Humph, jika kau terlalu mengharapkannya, aku akan merasa kesulitan.”

“Ahem”, pipi Ellis memerah ketika dia batuk.

“Baiklah, kita harus mencari tempat untuk kita beristirahat—“

Ellis mengamati sekitarnya, dan—   “Ah, Kapten, rupanya kau di situ, apa kita bisa makan siang bersama?”

“Ap—!?”

Tiga orang gadis berlari mendekat dengan langkah ringan mereka, dan sambil melambaikan tangannya dari seberang jalan.

Mereka semua adalah anggota Ksatria Sylphid, karena memakai baju besi ringan di luar seragam mereka.

“Ka-Kalian, bagaimana dengan patroli di kota!?”

“Sekarang waktunya kelompok Ryuska yang mengurusi patroli di kota. Kemudian, aku sudah memikirkan akan makan makan siang dengan semua orang. Kapten, bagaimana kalau kau makan siang bersama kami?”

“Err, aku sudah ada janji dengan Kamito—“

“Ah, curang. Kapten, kau berencana untuk mengambil alih Kamito sendirian saja!”

“Penyalahgunaan wewenang—“

“Kapten, kau mesum!”

Bersamaan, ketiga gadis itu mengkritik Ellis.

“Aku tidak mengambil alih Kamito sendirian saja atau semacamnya!”

Ellis memerah dan emosinya memuncak.

“Bukankah itu bagus? Bagaimanapun juga, pagi ini aku tidak bisa memperkenalkan diriku dengan baik, kau tahu itu kan.”

“Ya-Yah, tapi, namun...”

Ellis mendesah, dan—

“... Baiklah. Kalau begitu, ayo kita makan siang bersama semua orang!”

“Humph”, Ellis menatap Kamito dengan tatapan jengkel, lalu mengangguk.



Bagian 3[edit]

Kemudian, mereka akhirnya makan siang di taman terdekat.

Taman yang rindang dekat alun-alun.

Di kota, hanya tempat inilah yang sepi, karena persiapan Festival Suci Varentia.

Gadis-gadis Ksatria duduk di atas rumput, dan membuka kotak makan siangnya.

Ketiganya berisi sandwich, namun berbeda dengan Ellis.

“Oh? Luar biasa!”

“... Be-Begitukah? Ta-Tapi tidak ada yang istimewa, bekal ini sama seperti biasanya.”

Kamito meninggikan suaranya karena kagum, dan Ellis menunduk karena sedikit malu.

Ada sandwich isi salad kentang, sosis, telur goreng, buah-buahan yang dipotong dengan ukuran yang sempurna, dan lainya ditaruh di dalam kotak makan siang yang agak besar.

“Bohong! Kau baisanya hanya membawa sandwich isi selai kacang, dan juga —“

“Apel-apelnya juga dipotong seperti bentuk Tuan Kelinci!”

“Sosisnya juga dibentuk seperti Tuan Gurita!”

Ellis akhirnya kewalahan, karena terus ditatap ketiga gadis itu dengan tatapan mengejek.

“Ka-Kalian—“

Ellis menatap dan mengacungkan tangannya ke arah gadis-gadis itu, sambil mengabaikan pertanyaan-pertanyaan mereka.”

“Bukannya tadi pagi kalian takut kepada Kamito, tapi apa yang malah kalian lakukan sekarang?”

“...”

Sebenarnya, hal itu juga menggangu Kamito.

Reputasi Kamito sebagai elementalis laki-laki di dalam akademi yang seluruhnya berisi Ojou-Sama sangatlah buruk. Kesalahpahaman yang buruk sering terjadi... Seperti hal-hal mesum, binatang kurang ajar, raja iblis malam hari.

Selain itu, tadi pagi dia juga tidak sengaja melihat gadis-gadis sedang mengganti baju.

Kesan pertama Kamito seharusnya sangat buruk.

Ketiga gadis itu menatap satu sama lain, dan membuat wajah tampak kebingungan.

“U-Um... Sebenarnya, aku masih sedikit takut.”

“Ketika aku melihat Kapten mengobrol dengannya, aku berpikir dia bukanlah orang jahat atau semacamnya.”

“Selain itu, tadi dia menentang keras Velsaria, keren sekali.”

Ketiganya menaruh tangan mereka di pipi masing-masing, dan muka mereka sedikit memerah untuk beberapa alasan.

Ellis sedikit menggigit bibinya dan cemberut karena tingkah ketiga temannya.

“Itu bukan apa-apa. Aku hanya tidak menyukainya saja.”

Kamito mengambil sandwich buatan Ellis.

Sandwich dengan daging sapi dan telur. Ladanya berasa, dan sandwich itu menggunakan bumbu yang sangat sederhana.

“Lezat. Keahlianmu membuat sesuatu yang sederhana menjadi lezat sangat bagus.”

“Be-Benarkah?... Itu bagus.”

Ellis menarik nafas lega.

“Ja-Jangan sungkan, silakan makan!”

“Ah, kalau begitu, aku tidak akan menahannya lagi—“

Ketika Kamito memasukkan sandwich ke dalam mulutnya, tiba-tiba.

-*Nyam*

Sandwich di tangannya tiba-tiba hilang.

-*Nyam nyam*

“... Est, apa yang kau lakukan?”

Est yang berada di samping Kamito, sudah berubah dari pedang ke bentuk manusia.

“Kamito, aku juga lapar. Tolong suapi aku.”

“Ayolah... Jangan begitu.”

Kamito tersenyum masam ketika dia mengambil sandwich.

Dia merobek sandwich menjadi potongan kecil sehingga mudah dimakan, dan memasukkannya ke mulut Est.

-*Nyam nyam*

Ellis mengunyah rotinya tanpa ekspresi, hampir terlihat seperti hewan kecil.

Ellis menggembungkan pipinya hingga berbunyi “Humph”.

“Ah, Est-chan lucu~”

“Aku juga ingin menyuapinya!”

“Makan sandwichku, makan sandwichku juga!”

Ketiga gadis Ksatria itu memberi makan Est satu per satu.

-*Nyam*. *Nyam nyam*

“Aku pikir dia adalah salah satu yang paling dihormati oleh manusia.”

“... Tidak, dia benar-benar diberi makan seperti binatang, kau tahu?”

“Fua...”

Tiba-tiba, Est menguap dengan indah, dan jatuh di pangkuan Kamito.

Tiba-tiba, Est menguap dengan indah, dan jatuh di pangkuan Kamito.

Ketika Kamito berpikir kalau Est itu akan langsung membuat dengkuran manis— tubuh gadis itu berubah menjadi partikel cahaya, lenyap menuju ruang hampa, dan kembali ke bentuk pedangnya.

“Ah, dia berubah kembali menjadi pedang...

”Salah satu gadis bergumam, dan terlihat kecewa.

“Dia memakan semua yang dia bisa dan pergi tidur.”

Kamito mengangkat lemas bahunya ketika menaruh kembali Est ke sarung pedangnya.

Est, yang terpisah dari tubuh Astral Zeronya, berbeda dengan roh terkontrak lainnya, biasanya dia akan menghabiskan sebagian besar harinya dalam keadaan tertidur.

Kemudian, Kamito memakan sandwich-sandwich seiring waktu yang perlahan berlalu.

Topik-topik yang sedang dibicarakan, adalah tentang pelajaran yang tiada henti dan buku yang barusan mereka baca.

Gadis-gadis Ksatria terlihat tegang ketika berbicara dengan Kamito, tapi beberapa saat kemudian, mereka mulai membuka hati...

Namun, Ellis malah membuat wajah seperti tidak senang untuk beberapa alasan.

Meski begitu—

Kamito tiba-tiba menyadari sesuatu ketika para gadis sedang mengobrol.

“Meskipun anggota Ksatria, kalian semua masih gadis normal, kan?”

“Fue~?”

Secara bersamaan, wajah ketiga gadis itu sedikit memerah.

“Erm... Ga-Gadis normal? A-Apa... maksud... mu?”

“Err, aku berfikir kalian semua akan seperti Ellis.”

“Kamito, maksudmu apa dengan hal itu?”

Ellis cemberut dan melotot kepadanya.

“Err, lebih tegas, atau lebih tepatnya, mampu atau semacamnya—“

“Seperti sebelumnya. Orang seperti kita pasti akan dibuang.”

Salah satu gadis bergumam.

“Ya, hal itu terjadi ketika Velsaria masih menjadi kapten.”

“Dia menindas segala sesuatu dengan kekuasaan. Jujur saja, suasana di akademi pada saat itu tidak baik.”

Dua gadis lainnya juga menganggukan kepalanya bersamaan. Karena mereka adalah anggota yang bergabung setelah Ellis menjabat sebagai kapten, mereka sepertinya merasa kecewa dengan cara yang digunakan mantan kapten Velsaria.

“Apakah tidak ada, yang menentang Velsaria?”

Yang berada di akademi sebagian besar adalah putri kebanggaan keluarga bangsawan.

Jika mereka ditindas oleh kekuasaan seperti itu, pasti ada beberapa orang yang juga menentangnya.

“—Pastinya ada. Beberapa orang juga.”

Ellis memotong percakapan.

“Namun, bahkan senior yang paling diunggulkan pun bukan ancaman bagi Aneue. Pada akhirnya, alasan Aneue mengundurkan diri sebagai kapten karena tekanan dari bangsawan yang berpengaruh.”

“Orang-orang yang memberontak kepada Velsaria sampai akhir kurang lebihnya berasa dari Kelas Gagak. Terutama si kucing hutan Claire Rouge, bahkan tampaknya tangan Ksatria pada saat itu sampai dibakar.”

“Yah, tapi sampai sekarang pun Clare Rouge masih menjadi masalah.”

“... aku tahu.”

Permusuhan antara Claire dengan Ksatria sepertinya sudah menjadi permasalahan sebelum Ellis menjabat sebagai kapten.

Tiba-tiba, wajah Claire yang kemarin muncul di pikiran Kamito.

...Apa dia masih marah?

Sambil mendengarkan percakapan, Kamito juga mempertimbangkan kalau penjelasannya tidaklah cukup.

Karena adanya permusuhan seperti itu, wajar saja kalau Claire marah setelah tahu kalau Kamito bergabung dengan Ksatria.

Sebenarnya, Kamito ingin melihat kamar Claire tadi pagi. Tapi, dia terlalu sibuk dengan pekerjaan Ksatria yang membuatnya tidak bisa bertemu gadis itu.

—Pada saat itu juga.

“Hn?”

Sesuatu melewati jarak pandangan Kamito.

Kamito berkedip dan menyipitkan matanya.

Di jalan utama kota yang bisa dilihat dari taman.

Sebuah ekor merah kecil terlihat diantara keramaian.

...Apa itu Scarlet?

Lalu, hewan itu seperti menyadari kalau Kamito menatapnya—

Scarlet langsung berhenti dan berbalik ke arah Kamito.

Kemudian, langsung menghilang di tengah keramaian.

... Apakah dia menyuruhku untuk mengikutinya?

“Ada apa, Kamito?”

“Maaf, aku baru ingat kalau aku masih punya sedikit tugas yang harus kuselesaikan. Aku akan kembali secepatnya.”

Kamito berlari mengejar Scarlet yang menghilang di keramaian.

Bagian 4[edit]

“Ayolah, Scarlet. Kau pergi ke mana, sih?”

Claire mengacak-acak kuncir kembarnya, dan sangat marah.

Saat mereka berjalan ke dalam kota, Claire tiba-tiba terpisah dari Scarlet. Dan sebelum Claire menyadari kalau dia terpisah Scarlet, dia sudah tersesat di gang-gang kecil.

Claire, yang biasanya tidak pergi ke Kota Akademi, sama sekali tidak terbiasa dengan daerah itu. Juga, Scarlet tampaknya tidak kembali ke Astral Zero, sehingga dia tidak bisa dipanggil. Tidak ada tanda-tanda keberadaan orang di sepanjang gang. Festival Suci Varentia tampaknya sudah dimulai di alun-alun, semua orang sudah berkumpul di sana.

“... Apa-apaan ini, aaaah!”

Claire tampak cemas, lalu dengan gelisah memandangi sekitarnya.

Tentu saja, preman atau semacamnya bukan tandingan bagi Claire, yang seorang elementalis. Namun, entah mengapa gadis itu malah menjadi gelisah.

“... Pria itu juga, dia benar-benar tidak kembali!”

Claire dengan kesal membuat suara *slap* menggunakan cambuknya.

Sebenarnya, alasan Claire pergi ke kota adalah untuk mencari Kamito.

Kemarin, gadis itu sudah menunggu semalaman. Namun Kamito tidak kembali lagi.

“Apa...? Padahal aku akan memaafkanmu jika kau dengan jujur meminta maaf.”

Claire sedikit menyadari keadaan di mana dia mengusir Kamito tanpa mendengarkan ceritanya secara lengkap terlebih dahulu.

Claire sama sekali tidak bisa memaafkan Kamito karena berada di dalam kamar Ellis, tapi tetap saja, tanpa mengatakan abu, Claire sudah berencana untuk mengakhiri masalah ini dengan tubuh Kamito setengah terbakar.

... Hanya sekali, hanya kali ini, aku akan memaafkannya karena mengayunkan ekornya kepada Ellis, meskipun roh terkontraknya memiliki kedudukan sosial. Aku sangat toleran, hampi seperti orang suci.

Dengan cepat Claire menyisir rambutnya, dan mengambil kantong kecil dari kantong seragamnya. Sebuah kantong indah yang dilingkari oleh pita kuning.

Didalamnya terdapat coklat buatan tangan.

Karena sudah berlatih beberapa kali, dia akhirnya bisa membuat sesuatu selain abu.

“Ji-Jika dia patuh dan meminta maaf, aku akan memberikannya ini sebagai hadiah. Benda ini hanya sebuah hadiah. Tidak ada hubungannya dengan hal-hal seperti Festival Suci Varentia.”

Claire bergumam sendiri, ketika—

“Nyaaa?”

“Hwaaaa!”

Claire terkejut.

Ketika dia berbalik, Scarlet sudah memiringkan kepala ke arah kakinya.

“A-Ahhh, jangan menakutiku! ... Aduh, kau tiba-tiba tersesat ketika kita tiba di sini.”

Yang sebenarnya tersesat adalah Craire, tapi dia tidak mau mengaku.

Pada saat itu juga, langkah-langkah berlari semakin mendekat dari ujung gang.

“Claire!”

“...?”

Claire berbalik, dan yang muncul dari ujung gang adalah Kamito.

Kamito sudah terengah-engah, sepertinya dia sudah berlari untuk beberapa saat.

“Ka-Kamito! Kenapa—“

“Aku melihat bayangan Scarlet, dan mengejarnya ke sini.”

“Eh?”

A-Apakah itu berarti dia datang untuk mencariku?

Claire membuat ekspresi tampak marah, kesusahan, senang yang tidak jelas.

Untuk saat ini, karena mereka masih dalam keadaan bertengkar, Claire tidak tahu ekspresi apa yang harus dia buat.

Be-Benar juga, aku tidak boleh membuat wajah manis di sini.

Claire yang sangat sombong sama sekali tidak berniat memaafkan Kamito sampai pria itu meminta maaf. Majikan meminta maaf kepada budaknya, hal seperti itu tidak boleh terjadi.

“Hmm, mengapa kau datang ke sini!?”

“Kau juga, apa yang kau lakukan di tempat seperti ini?”

Tanya Kamito, yang terlihat kebingungan.

“... Ti-Tidak ada, hal ini bukan berarti aku sedang mencarimu.”

“Ahh, aku paham, tapi—“

“Bukankah itu berarti kau tidak paham!?”

Dengan gelisah Claire mengangkat cambuknya— Kemudian, tiba-tiba dia berhenti.

Jika dia mengayunkan cambuknya di sini, akan sama saja berakhir seperti kemarin.

“Ya-Yah, baiklah.”

Claire menurunkan cambuk yang dia angkat, dan dengan kasar menyisir rambutnya.

Pandangan Kamito kosong.

“Hei, Kamito? Kebetulan, aku tidak ada acara sore ini.”

“... Benarkah?”

“Itu benar. Ja-Jadi, err, traktir aku atau semacamnya di ruang kopi, atau manapun! La-Lalu, aku... tidak... punya pilihan selain memaafkanmu, kau tahu?”

Pipinya sedikit memerah, dan melirik Kamito dengan satu mata.

Kata-kata barusan adalah keringanan terbesar dari Claire yang sangat sombong.

Itu bukan berarti kalau Claire ingin ditraktir. Bagi Claire, itu adalah rencananya untuk memberikan alasan mudah bagi Kamito untuk meminta maaf.

Kamito akan mengatakan “Apa, hal itu tidak membantu” ketika dia mentraktir Claire, dan Claire akan pergi “Hmm, aku akan memaafkan mu setelah mempertimbangkan traktiran ini” sambil mengangkat bahunya— Seperti itulah, Claire pikir dia mampu memperbaiki hubungan mereka dengan perlahan.

Mungkin sudah terlambat, tapi sepertinya, dia datang untuk meminta maaf. Aku juga bukan anak kecil, jadi aku akan baik hati memaafkannya.

“Maaf, hari ini aku harus patroli di Kota Akademi bersama Ellis.”

“Oh... Aku mengerti... Dengan Ellis...!?”

Dalam sekejap wajah Claire membeku.

“He-Hey, Kamito... aku tidak mendengarnya dengan jelas, jadi... apa tadi yang kau bilang?”

“Aku bilang, aku punya pekerjaan Ksatria. Aku akan berkeliling dan berpatroli di kota dengan Ellis.”

Kamito menjelaskannya sekali lagi.

“...”

“Hey, Claire?”

“O-Oh? Dengan Ellis... Itu sebuah kencan, benar kan!?”

Seluruh suara Claire bergetar.

“Bukan, bukan kencan. Itu pekerjaan—“

“Oh, kau sudah menjadi anjingnya Ksatria, kan!? Lencana itu cocok denganmu, kan!?”

-*Gogogogogogogogogogogogogogo...!*

“...!?”

Claire marah.

Rambut merah berkuncir kembarnya bergoyang, dan dia yang dengan aura tampaknya dia akan segera melepaskan bola api.

“Kau, hanya mendengar sedikit kata-kataku. Kau tidak perlu melihat Ksatria dengan penuh dendam, kan?”

“A-Apa, jangan mengatakan hal itu seperti kau mengerti!”

Claire berkobar, dan mengangkat cambuknya.

-*Gyruruuuuu*

“...”

Suara agak bagus terdengar.

Dengan gugup Claire memalingkan pandangannya, ketika dia memegang cambuknya di atas kepala.

“Kau, apa kaubelum makan siang?”

“Apa? bukankah karena kau tidak membuatkannya untukku—?”

“Orang yang mengejarku adalah kau.”

“Itu.. benar, tapi...”

“Claire, kalau itu tidak masalah bagimu, mau makan denganku?”

“Eh?”

Claire melebarkan mata berwarna rubinya.

“... I-Itu... baiklah...”

Wajahnya memerah, dan tiba-tiba berbalik.

“Ji-Jika kau memaksa, aku tidak bisa menolaknya.”

“Kalau begitu, ayo. Aku makan bersama Ellis dan yang lainnya di di taman sebelah sana.”

“...!?”

-*Pikuuu* Dahi Claire berkedut.

“A-Apa yang kau katakan, kau... Apa kau bodoh!?”

“Aku tahu kalau kau berhubungan buruk dengan Ksatria, tapi mereka semua gadis normal. Jika kau sudah makan bersama mereka, bukankah kau bisa berhubungan baik dengan mereka?”

“Aku tidak berniat berteman dengan mereka. Aku benci orang-orang dari Ksatria dari dulu. Aku tidak peduli mereka slit atau tidak, tapi mereka sudah sangat menghina Nee-sama!”

“Bukankah itu tentang mantan Ksatria, allis tidak seperti itu—“

“... Apa, Allis ini, Ellis itu.!”

Claire akhirnya meledak. Dia sudah berada di batas toleransinya.

Melepaskan senjata elemental nya, Claire menggenggam erat Flame Tonguenya yang berkobar.

... Dia tidak mengerti mengapa.

Tapi, hal itu menjengkelkan sekali kalau Kamito ramah dengan Ksatria dan Ellis.

“Kau budak rohku! Jadi, kau milikku!”

Flame Tongue nya terayun kebawah sesuai perkataan emosinya.

Namun—

“—Diamlah, Claire Rouge.”

“...!?”

Flame Tongue nya terjerat oleh tombak yang terbungkus angin kencang.

“Ini merupakan pelanggaran peraturan sekolah bagi siswa normal yang akan menggunakan senjata elemntalnya di dalam kota.”

“Ellis!?”

Ellis, yang berdiri seperti sedang melindungi Kamito, melotot ke arah Claire dengan pandangan siaga.

“...!”

Claire merapatkan gerahamnya, tampak kesal.

Tetesan air mata yang besar jelas terlihat di mata rubinya.

“... Cukup!”

“Eh?”

“Sudah cukup, bodoh! Terserah kau!”

“He-Hey, Claire... Guaaah!”

Claire melempar kantong coklat dengan seluruh kekuatannya ke wajah Kamito.

“Aku benci orang seperti kau! Ke-Kenapa kau tidak bergaul dengan Ellis saja—“

Claire berteriak dengan suara hancur dan air mata, kemudian segera pergi.



Bagian 5[edit]

“—Hey, bukankah yang tadi itu Claire Rouge?”

Para senior melihat Claire keluar dari gang.

Mereka adalah elementalis Adamantine dan elementalis Demon Mirror, yang kemarin melawan tim Claire.

Keduanya menatap sinis Claire, yang sedang melarikan diri.

“... Sekarang dia sendirian. Kita juga berada di luar akademi, tempat dimana guru tidak bisa mengawasi.”

Gadis elementalis Adamantine mengubah arah pandangannya, dan—

“Percuma saja. Lihat! Elementalis pria dan Kepten-dono itu ada di sini.”

Dia mengatakannya ketika Kamito dan Ellis mencul, untuk mengejar Claire.

“Cih, elementalis pria itu bergabung dengan ksatria, kan?

“Bukankah mereka kekurangan tenaga karena serangan hari itu? Dibandingkan pada masa Velsaria, kualitas Ksatria Sylphid sudah sangat menurun.”

Mereka berdua adalah mantan anggota Ksatria.

Hubungan permusuhan mereka dengan Claire Rouge yang kurang ajar berawal dari waktu itu.

Konon, perilaku mereka tidak konsisten sejak awal. Sebagai contoh, mereka selalu menyalah gunakan wewenang mereka sebagai Ksatria untuk menyiksa siswi yang lebih lemah. Setelah Ellis menjadi kapten, dia mengusir kedua orang itu dari Ksatria.

“Namun, jika hanya tiga senior, kita bisa—“

“Kau sebaiknya memberikannya istirahat. Bahkan kalian berdua tidak akan sebanding meskipun menyatukan kekuatan.”

“...!?”

Keduanya langsung bersiap diri karena suara yang muncul dari belakang.

Seseorang, yang berdiri di sana yang kehadirannya tidak dirasakan oleh dua elementalis itu, adalah—

“Hey, kalian, bukankah kalian ingin kekuatan yang lebih hebat?”

“A... pa...?”

“Kekuatan perkasa, melebihi perempuan liar ojou-sama, bukan masalah.”

Pedagang Federasi MurdersCorpse, pupil merah Vivian Melosa bersinar dengan menakutkan.


Back to Bab 5 Return to Halaman Utama Forward to Bab 7