Shinmai Maou no Keiyakusha (Indonesia):Jilid I Prolog

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Prolog - Hari Dia Mendapatkan Imouto[edit]

Bagian 1[edit]

"Hei—katamu bahwa kau ingin imouto, kan?"

Malam hari tertentu dekat tengah liburan musim panas.

Toujou Basara mendengar ayahnya mengatakan itu dengan begitu tegas.

Selama mereka makan malam—saat Basara berdiri untuk mengambil porsi kedua kari.

"Aku tidak bilang begitu. Apa rempah-rempah masuk ke tempat salah dari otak ayah?"

Ucap Basara dengan begitu letih, lalu dia membuka tutup rice cooker.

"Reaksi lemah begitu...ini imouto, lho, imouto. Ini sesuatu yang pria mau sampai-sampai mereka mulai meneteskan air liur."

"Aku takut bahwa imouto tidak mengenyangkan perutku."

Sambil dia akan mengikuti kejenakaan ayahnya. Dia memiliki nafsu makan yang besar. Perut lelaki SMA itu tidak boleh diremehkan. Setelah dia selesai mengisi piring dengan nasi, Basara pindah ke depan panci dengan kari di atas kompor. Dia menuangkan saus di atas nasi, lalu kembali ke tempat duduknya sendiri.

"Huh? Mana acar sayuran?"

Botol yang diisi dengan penyedap kari telah menghilang dari atas meja.

Di depannya, ayahnya yang duduk memegang botol dengan acar sayuran di satu tangan dan berkata dengan ekspresi kemenangan di wajahnya,

"Hei, mari kita bicara sedikit lebih antusias soal imouto."

Dia menunjukkan seringai. Basara mengembuskan napas menyerah dan menatap ayahnya—Toujou Jin. Ayah yang pada usia matang, mencoba untuk membahas keuntungan dari imouto sambil anaknya makan malam.

Memasukkan dalam perkataan itu sangat menyakitkan. Dia merasakan dorongan pembunuhan sedikit.

"Antusias... sebenarnya, aku benar-benar bilang aku ingin imouto?"

"Apa... kau tidak ingat?"

Ujar Jin sambil tercengang.

"Kata Ayah 'Aku ingin imouto', yang kedengaran seperti judul novel ringan, dengan kilauan di mata—sekitar sepuluh tahun yang lalu."

"Mana mungkin aku akan ingat itu!"

Sepuluh tahun yang lalu, Basara masih berusia 5 tahun. Tanpa ragu, cuma omong kosong kekanak-kanakan. Tapi, Jin mengangkat tangan dengan "Tenang".

"Imouto itu cantik, imut, baik dan lembut. Dia akan membangunkanmu di pagi hari."

"Nah, mungkin saja..."

"Ya. Selain itu—kau bisa melakukan semua hal mesum yang kaumau."

"Jangan menggoda anakmu jadi jahat! Sebenarnya, itu malah jadi menakutkan kalau ada imouto!"

Macam imouto yang cuma ada di 2-D.

"Ada apa dengan ayah...? Ayah ingin membicarakan imouto yang sampai kemungkinan jatuh di bawah peraturan metropolitan?"

"Aku tidak membicarakan fiksi. Meskipun hal mesum pastinya bercanda."

Jin memberikan botol dengan acar sayuran dengan menggesernya di atas meja.

"Yah, singkatnya, apa yang ingin kukatakan adalah: Apa kau suka atau tak suka imouto?"

"Survei macam apa ini? Nah... kesampingkan imouto dari drama atau manga, aku mendengar bahwa imouto asli tidak sehebat itu. Mereka nakal dan kasar."

"Lalu, dengan kata lain, kau akan baik-baik saja dengan imouto imut."

"Yah... mungkin saja. —Sebenarnya, pertanyaan ini mengarah ke mana?"

Pada perkataan Basara, Jin membalas pendek dengan, "Ya, baik", lalu menunjukkan senyum sugestif.

Terus, ia membicarakan akan mengubah takdir Toujou Basara.

"Apa kau senang—mendapatkan imouto imut?"

Bagian 2[edit]

Biru, di mana pun kau menatap. Itu adalah warna langit pada hari itu.

Cuacanya bagus. Jangkrik yang mengerik bagaikan desingan panas, karena suhu mencapai rekor tinggi baru dalam sejarah. Kini sudah sore di tengah musim panas. Basara telah datang ke sebuah restoran keluarga di depan stasiun dengan Jin.

"Maksudku, serius...?"

Toujou Basara bergumam dengan nada masih ragu.

—Semalam, Jin mengungkit-ungkit topik imouto. Itu adalah flag untuk pernikahan keduanya.

Karena dia telah memilih, "Jika itu adalah imouto imut, aku suka," dari pilihan, mereka datang untuk bertemu langsung hari ini.

"Berhenti merajuk... saat aku memanggil mereka, mereka bilang mereka ingin bertemu dan menyapamu sesegera mungkin. Selain itu, aku memintamu jika hari ini akan baik-baik saja membawamu."

"Yah, begitulah..."

Pasti. Basara telah memberitahu Jin, yang telah meminta dengan telepon genggamnya di satu tangan, "Aku tidak keberatan," karena dia masih tak bisa memahami situasi dan mengalir bersama arus.

Namun, setelah mengambil nasihat dengan bantal, dia harus memikirkan hal itu sekali lagi. Jin menikah lagi berarti bahwa Basara akan mendapatkan keluarga baru. Dan bukan cuma imouto, tapi dia mungkin juga mendapatkan seorang ibu.

...Tapi.

Ya—itu masih teoritis.

Mengikuti Jin, keluarga lain dan gadis yang akan menjadi adik Basara ini juga bersimpati kepada pernikahan tersebut. Tapi, meskipun begitu, pernikahan kembali Jin belum diatur. Dengan kata lain,

...Aku orang terakhir yang diyakinkan, ya ...

Dengan kesimpulan akhir beristirahat di pundaknya sementara semua rintangan lainnya telah dibersihkan, itu adalah topik agak mengganggu. Setelah Basara memikirkan bagaimana keadaan dirinya, suara elektronik tiba-tiba terdengar dari pintu masuk restoran. Ini menandakan kedatangan pelanggan. Sementara secara tidak sengaja menempatkan dirinya waspada, Basara menatap ke arah pintu masuk dan membuat napas lega. Ini jelas keluarga yang berbeda.

"Apa kau jadi tegang untuk setiap kali pelanggan datang?"

"A-Apa bedanya dengan ayah...lagian."

Sementara menempatkan pipinya di atas telapak tangannya, Basara menatap keluarga yang baru tiba.

—Ayah, ibu dan anak.

Itu kebahagiaan alami. Jadi, sesuatu yang sangat berharga.

Toujou Basara penasaran apakah dia bisa mendapatkan kebahagiaan, yang mana dia inginkan pada saat itu.

—Tapi, apa kondisi sebenarnya?

Entahlah. Sebuah keluarga perempuan adalah sesuatu yang asing baginya. Tapi—dia mungkin mendapatkan jawaban untuk itu saat ini. Dengan bertemu orang-orang yang mungkin menjadi keluarganya nanti.

—Dan, dia bahkan tak tahu dirinya melakukan hal ini.

Itu bukan karena suara elektronik yang mengisyaratkan pelanggan baru, juga tak ada yang benar-benar sesuatu yang menarik perhatiannya. Meskipun begitu, seolah-olah dia sedang dikendalikan, Basara—mendadak mengalihkan pandangannya ke arah pintu masuk restoran.

"——"

Dengan langkah santai, dua gadis memasuki restoran.

Salah satunya seusia yang sama seperti Basara, kemungkinan seorang gadis SMA. Yang lain lebih muda dari Basara. Karena dia agak pendek, dia tampaknya gadis SD atau SMP. Keduanya bersaudari mungkin, tapi—

"...Uwah."

Tanpa sadar dia mengeluarkan suara terkejut. Sejauh ini, dia menatap seorang gadis cantik di jalan sebelumnya. Dia juga telah berhenti secara tidak sengaja dan berbalik padanya.

Tapi—gadis-gadis yang datang, benar-benar melampaui tingkat dasar.

Toh, pelanggan lain yang telah menatap gadis-gadis itu, juga terpaku pada mereka berdua. Tak lama kemudian, gadis-gadis itu dibawa pergi oleh seorang karyawan ke sebuah meja di sisi berlawanan dari Basara dan Jin.

Ketika dia menatap punggung mereka—pelanggan baru lain masuk.

Itu adalah seorang wanita dua puluhan dengan aura damai bersama putrinya di sekolah dasar.

...Apa akhirnya mereka di sini?

Secara tidak sengaja, Basara kaku dan pada saat yang sama, dua orang mendekat seperti mereka telah melihat dia.

Tanpa keraguan. Basara berdiri dari kursinya dengan sikap pada kedatangan ibu dan anak.

"S-Senang bertemu Anda... Saya Toujou Basara!"

Namun, wanita di depannya menatap Basara dengan bingung. Ia mungkin telah terkejut dengan ucapan mendadak itu. Basara buru-buru mencoba untuk menyelamatkan situasi. Tiba-tiba, tinju memukul bagian belakang kepalanya.

"Oww! A-Apa yang ayah... huh!?"

"Maaf kebodohannya."

Sebelum Basara bisa berbalik, Jin meraih paksa kepalanya dan menurunkannya.

Tubuh Basara diturunkan paksa sampai dia membungkuk ke depan, tapi masih berhasil melepaskan Jin dengan paksa.

"Siapa yang ayah panggil bodoh!? Untuk memuluskan pernikahan mendadak ayah, aku cuma mencoba untuk—"

Lalu, ibu dan anak lewat di depan Basara.

"Eh...?"

Ketika Basara menatap punggung mereka dengan matanya, pasangan itu duduk di depan meja—samping seorang pria yang mungkin suami. Suami menyambut istri dan putrinya dengan senyum, tapi menuju Basara, yang telah memanggil istrinya, dengan tatapan keras.

...Ehm, dengan kata lain.

Itu adalah kesalahpahaman. Bagi Basara, yang akan meledak dari kecanggungan atas kesalahan yang menyakitkan itu, Jin berbicara.

"Kau terlalu gugup... pergi cuci muka dan tenanglah."

"...Maaf. Aku akan melakukannya."

Ujarnya dengan sangat letih, dimana Basara menuju toilet di belakang dengan goyah.

...Apa sih yang kulakukan?

Gugup sendiri, lelah sendiri, gembira sendiri.

Kalau begitu terus, tak diketahui apa jenis kegagalan yang akan dia bawa pada pertemuan tersebut. Seperti Jin katakan, dia harus tenang sedikit. Sambil menunduk, dia membuka pintu ke toilet dan melangkah ke dalam.

"Eh?"

Toujou Basara mengangkat wajahnya dan membeku.

Selagi membuka toilet—berdiri seorang gadis.

Shinmai Vol1 0017.jpg

Pada saat itu, keheningan yang canggung jatuh ke ruangan kecil.

Gadis di toilet adalah onee-san cantik dari sepasang saudari yang telah memasuki toko sebelumnya.

Gadis itu membungkuk sedikit ke depan, telah menaikkan roknya dan telah memasukkan kedua ibu jarinya di kancut putihnya, karena dia menariknya ke bawah atau menariknya ke atas. Dengan semua pikiran berhenti dari terjadinya tiba-tiba, gadis itu menatapnya sambil tercengang.

Tapi itu adalah kesalahpahaman. Basara tidak menyangka membuka pintu toilet perempuan.

Toilet itu cuma untuk kedua gender. Dia mungkin telah menggunakan toilet gender ganda, karena toilet perempuan terisi penuh. Namun, toilet gender ganda memiliki cacat yang dikenal dengan tamu biasa—kunci tidak menutup dengan benar. Makanya, gadis-gadis yang tahu itu, menghindari menggunakan toilet itu jika bisa. Restoran bahkan telah menmpelkan kertas kecil yang mengatakan "Silakan mengunci pintu dengan benar" di dalam untuk menghindari masalah. Tapi biarpun orang pikir itu terkunci dengan benar, bisa saja belum terkunci dengan benar—ya, seperti sekarang. Basara buru-buru mencoba untuk menutup pintu dan berbalik—tapi tiba-tiba dia mendengar 'suara tertentu'. Itu suara gadis mengambil napas dalam-dalam. Sebuah tindakan yang diambil sebelum jeritan.

"—Hei tunggu!"

"MMG!?"

Basara berhasil memadamkan jeritan dan lega untuk saat ini.

...Tunggu, apa yang kulakukan!?

Sebelum dia sadar, Basara telah benar-benar melangkah ke toilet dan menutupi mulut gadis itu.

Gawat. Seharusnya kecelakaan karena kesalahpahaman, tapi situasi telah memburuk sehingga alasan apapun tidak berguna.

"Maaf sudah menakut-nakutimu, tapi tolong—dengarkan aku tanpa membuat keributan. Ini bukan sengaja. Ini kecelakaan, kesalahpahaman..."

Toilet yang terisi dibuka dari luar berarti bahwa orang itu, tidak mengunci pintu dengan benar, itu salah. Dengan kata lain, gadis itu. Pada tingkat emosional, gadis itu adalah korban. Makanya, Basara menjelaskan tentang cacat kunci dan kertas di pintu. Dia berusaha keras untuk meyakinkan gadis itu.

Bahwa tidak ada penyerang di sini. Dan hanya ada—dua korban di sini.

Setelah itu—saat penjelasan Basara bekerja, gadis itu menenangkan tubuhnya segera.

"Ehm... Aku anggap kau mengerti sekarang?"

Atas pertanyaannya, gadis itu mengangguk. Setelah Basara melepaskan tangannya takut-takut, gadis itu memperbaiki postur tubuhnya dan tertawa 'Fufu'. Senyum cerah yang tampaknya bukti persahabatan.

Baik. Rupanya ketulusannya disampaikan dan dia memahami situasi dengan tenang. Mengikuti, Basara juga menunjukkan senyum dengan "Haha..."

—Pada saat itu, dia menerima serangan ke pipi dan terhempas ke sisi.

Itu tamparan. Tak perlu dikatakan, pintu cacat itu tidak terkunci. Basara menabrak pintu dan jatuh di luar. Di sana, dia jatuh dengan berbalik.

"K-Kenapa...?"

"…Datang lagi?"

Sementara menekan di pipinya, Basara mendongak tercengang. Gadis itu mengejang tepi mulutnya.

"Pertama kau mengintip gadis di toilet, lalu masuk ke dalam, menutup mulutnya dan mencoba untuk membuat alasan... mengambil hati dan pikirkanlah apa yang telah kaulakukan—di dunia lain."

Seakan memberi Basara pukulan akhir, gadis itu mengangkat kakinya dan kemudian

"—Hmm? Apa yang kalian lakukan di sana?"

Itu suara familier. Dia mungkin telah datang untuk memeriksa Basara karena dia terlambat.

Jin datang ke toilet tepat waktu.

"Ayah…" "Jin-san..."

Basara dan gadis itu memanggil Jin pada saat yang sama, lalu saling memandang dengan, ""Eh?"".

Llau—saat Basara kembali ke tempat duduknya, kini dua gadis duduk di depannya.

Yang lebih tinggi adalah Naruse Mio. Yang lebih pendek Naruse Maria. Seperti Basara bayangkan, mereka berdua bersaudari. Setelah mereka selesai memesan minuman,

"Ahaha, maaf, Basara-san."

Maria menunjukkan senyum ramah.

"Kami sudah mengatakan kepada pelayan bahwa kami bertemu dengan seseorang. Tapi ternyata, orang yang menuntun kami ke meja tidak kenal dengan kalian berdua."

Dengan kata lain, para asisten toko tidak saling berbicara. Itu adalah kesalahan dasar.

Teka-teki telah terpecahkan. Namun, hal itu tidak selalu memecahkan 'masalah' juga.

"..."

Berbeda dengan Maria yang tersenyum, Mio mengerutkan bibirnya tanpa kata-kata dari tadi.

...Nah, itu dapat dimengerti.

Meminta dia senang ketika seseorang menyela di toilet sebelumnya, akan berlebihan. Itu meninggalkan kesan pertama yang terburuk pada pertemuan penting untuk dua keluarga menikah lagi.

Pernikahan kembali tidak akan dibatalkan karena ini, tapi——sekali lagi Basara memeriksa ekspresi Mio dan Maria, yang duduk di depannya. Dan dia berpikir,

...Tapi, mereka imut.

Bukan penampilan saja, tapi aura dan perilaku kasual membuatnya bersemangat. Khususnya Mio, yang tampaknya juga merupakan kelas satu di SMA seperti Basara, walaupun dengan ulang tahun nanti. Dengan kata lain, sekarang, ketika orangtua mereka belum menikah lagi, dia hanya seorang gadis pada usia yang sama seperti dirinya. Tentu saja itu mempercepat detak jantungnya. Lalu,

"—Tapi, Aku senang bahwa kau orang yang baik, Basara-san."

Maria, duduk diagonal berlawanan dirinya, menghadapi dirinya dan tertawa dengan 'Ehehe'. Dia tampak sangat muda untuk seorang gadis yang hanya satu tahun lebih muda dari Basara dan Mio dan kelas tiga SMP. Keimutannya merangsang naluri melindungi sungguh-sungguh.

"Sebagai lelaki seusiamu, aku cemas dengan apa yang harus dilakukan saat kau adalah pria yang tajam bagaikan pisau."

"Ha. haha…"

Usia di mana kau tajam bagaikan pisau, usia macam apa itu? Salah satu penghibur reaksi nasional?

"Tak usah cemas. Maksudku, tampaknya dia membayangkan imouto imut."

"Sepertinya begitu. Maksudku, dia datang ke toilet diisi oleh seorang gadis."

Pada lelucon ringan Jin, Mio di depan menatap dingin.

"Kataku, itu adalah kesalahpahaman, kecelakaan. Berapa kali—"

"Hmp, masih buat alasan?"

Sambil Basara menyatakan dengan mendesah, Mio menekuk sedikit ke depan.

Sebuah jarak yang membuat hatinya berhenti berdetak. Dia menatapnya dengan mata mengengadah yang luar biasa yang menekankan perbedaan tinggi badan mereka.

"…..Maafkan aku."

Lemah. Ketika Basara, tidak dapat menahan daya penghancurnya, meminta maaf, Mio mengangguk puas sambil "Mm, aku memaafkanmu" dan akhirnya gembira. Basara bernapas lega.

"Benar juga... ehm, maaf, ada sesuatu yang ingin kutanyakan."

Basara tiba-tiba berbicara pertanyaan sederhana.

"Di mana ibu kalian? Apa dia datang nanti?"

Prospek mendapatkan imouto, bahkan dua orang imut ini, telah mengejutkannya.

Tapi yah. Jin tidak pernah bilang bahwa itu cuma satu.

Tapi, ibu mereka, yang akan Jin nikahi, tidak hadir, yang membuat pertemuan ini sia-sia.

"Ya, itu mengingatkanku, aku belum memberitahumu..."

Kata Jin.

"Ibu mereka—Chihaya-san saat ini di luar negeri untuk bekerja."

"……………Huh?"

Tunggu dulu. Apa yang ayahnya katakan tadi? Kedengaran buruk, pasangan menikahnya saat ini di luar negeri?

"....Aw...Ayah, kemarilah sebentar."

Menyambar lengan Jin, Basara pindah ke tempat di mana suara mereka tidak akan mencapai Mio dan Maria—ke sudut bagian itu.

"...Maaf, tapi ayah bisa mengatakan itu lagi?"

Basara menyilangkan lengannya dan mengetuk dengan jari telunjuk tangan kanannya di lengan atas kirinya.

"Mh? 'Hei—katamu, bahwa kau ingin imouto, kan?' Yang itu?"

"Kok kesana! Maksudku soal pasangan pernikahan ayah di luar negeri!"

"Jadi kau mendengarnya. Jadi, tentang apa itu?"

"Ini aneh! Pada pertemuan pernikahan kembali, dia sendiri tidak akan muncul!"

Terlebih, ketika merekalah yang ingin bertemu secepatnya. Dia tidak akan menyalahkan dia tentang pergi pada perjalanan bisnis, tapi pertemuan tanpa dia adalah sia-sia. Sebenarnya,

"Aku harap aku salah, tapi... ayah tidak ditipu, kan?"

"Haha. Tidak, jangan khawatir. Selain itu, kau pikir aku bisa ditipu?"

Pasti. Jika ada, dia adalah tipe penipu. Ayah palsu ini.

"Tapi—kita bisa saja melakukan pertemuan saat dia datang kembali...."

"Aku takut ada alasan mengapa kita sebaiknya bergegas."

Jin berubah ekspresinya dari senyum menjadi serius.

"Basara... Setelah kau menemui dua orang ini, bagaimana menurutmu?"

"Apa yang ayah tanyakan... Nah, imut, kurasa."

Bagaimanapun, dia pikir mereka semacam idola ketika melihat mereka pada awalnya. Begitu…

...Alasan mengapa untuk bergegas, ya...

Dilihat oleh percakapan, Basara akhirnya memahami alasan itu. Prospek pernikahan kembali berarti mereka adalah keluarga hanya ibu dan anak perempuan. Dan ibu itu saat ini di luar negeri pada perjalanan bisnis panjang.

"Kuakui, orangtua akan khawatir, jika dua orang ini ditinggalkan sendiri... Apakah itu sebabnya?"

"Ya. Sebenarnya, mereka berdua tampaknya berada di bawah serangan dari beberapa orang yang mencurigakan. Toh, ketika aku pertama kali bertemu mereka di kota, seorang pria aneh itu mengusik mereka. Selain itu, tampaknya ada juga penguntit gigih."

"Beneran…"

Itu memang berbahaya, tapi menyangka ada korban yang sebenarnya. Ini tentu adalah masalah menekan. Polisi tidak mengganggu hal-hal pribadi. Mereka takkan bergerak kecuali sesuatu terjadi, yang akan terlambat kemudian.

"Aku mendengar bahwa Maria-chan berhenti pergi ke sekolah, karena penguntit itu. Mereka yang ingin pergi ke sekolah hanya harus melakukannya, tapi untuk seseorang yang tidak bisa, itu menyakitkan. Biarpun dia tersenyum begitu cerah."

Kata Jin.

"Nah, untuk alasan ini, aku ingin kita untuk memulai hidup bersama, kalau kau tidak keberatan. Mereka juga mengatakan pernikahan kembali bisa disusun jika kalian saling kenal lebih baik terlebih dulu."

"Maksud ayah untuk mengurus mereka sementara dan melihat apakah bisa untuk hidup bersama sebagai sebuah keluarga?"

"Ini adalah semacam takdir. Bila kita bisa melindungi mereka, maka kau mau, kan?"

Pada perkataan Jin, Basara terdiam. Itu adalah keheningan penegasan. Dan-

...Mh?

Mendadak dia membuat kontak mata dengan Mio. Seperti sikap kuat sebelumnya telah berbohong, ia memiliki ekspresi khawatir. Basara menyipitkan matanya dan menanyai Jin di sebelahnya.

"—Sampai berapa lama?"

"Sebagai permulaan, setahun. Ini mungkin berubah kalau kami tidak cocok untuk hidup bersama atau mencapai kesepakatan tentang pernikahan kembali, tapi— Mereka hanya akan kembali ke hidup sendirian, setelah keselamatan tingkat tertentu mereka dijamin. Setelah mendengar semua ini, aku takkan bisa tidur lagi ketika aku tahu bahwa sesuatu terjadi pada mereka."

Dia ceplas-ceplos. Ketika ibu mereka datang kembali satu tahun dan itu adalah waktu untuk memutuskan tentang pernikahan kembali, semuanya akan berantakan jika sesuatu telah terjadi pada Mio atau Maria.

Lebih penting—Basara sendiri tidak ingin Mio atau Maria menderita.

"Tapi di mana kita akan hidup? Rumah kita tidak punya kamar kosong."

"Kita akan menyewa yang cocok. Aku sudah menetapkan rumah. Kita harus menciptakan lingkungan sedekat mungkin sebagai keluarga, karena kita mencoba untuk mencari tahu apakah kita cocok. Dan itu akan mempercepat hal-hal jika kita benar-benar menikah."

"...Apakah dua orang ini tahu tentang hidup bersama-sama?"

"Ya. Mereka akan dengan senang hati melakukannya, kalau kau setuju."

Pada perkataan Jin, Basara diam sejenak. Tapi, segera bergumam perlahan.

"......Baik. Ini sesuatu yang ayah putuskan. Jadi aku baik-baik saja dengan itu."

Dia tidak benar-benar santai tentang hal itu. Itu perasaannya yang sebenarnya.

"Begitu ya. Maaf untuk tidak mengatakan apa-apa dan bertindak sendiri."

"Tidak apa-apa. Ayah pasti ada alasan untuk melakukannya."

Dia hanya harus mengatakan semuanya setelah mampu.

Dia dan Jin yang terkait darah anak dan ayah, tapi kepercayaan mereka jauh melampaui hanya itu.

Sejak saat Basara telah menyebabkan masalah itu—saat dia membuang segalanya untuk melindunginya.

"Ayo kembali, Ayah... Atau mereka akan khawatir."

Mengatakan hal itu, Basara kembali ke meja mereka dengan Jin. Ketika mereka duduk di kursi mereka,

"...Uh Uhm,"

Dengan nada takut-takut, Maria mencoba untuk memastikan urusan mereka.

"Ah, maaf... cuma pembicaraan antara laki-laki."

"Dia membuat wajah serius sampai aku penasaran apa yang akan terjadi, tapi dia berkata 'dua orang ini sangat imut sampai aku tidak bisa menekan gairahku'. Ya ampun, cowok yang sudah remaja memang terangsang."

"Hahaha. Ayah, itu akan ada kata belakang."

Kata belakang tentang tinju di malam hari. Hanya dengan dia dan ayahnya.

Lalu, untuk Mio, yang tampaknya secemas Maria,

"Aku terkejut dengan semua hal yang kudengar kemarin... Tapi, sudah tidak masalah."

Kata Basara.

"Sampai ibumu kembali dan meskipun kita masih tidak tahu apakah pernikahan akan berlangsung... Kurasa ide bagus untuk mencoba hidup bersama sebagai keluarga sebelum langsung menikah lagi. Mari kita perlahan-lahan bisa tahu lebih banyak tentang satu sama lain."

"…Benarkah?"

Mio bertanya gelisah, dimana Basara mengangguk dengan "Ya."

"Kami keluarga lelaki saja, sehingga memiliki gadis-gadis benar-benar membantu... Benar, ayah?"

"Benar. Selain itu, aku selalu ingin seorang gadis imut. Basara juga menggangguku selamanya tentang keinginan imouto. Jadi tidak keberatan, kalian berdua."

"Terima kasih." "Yay, tolong jaga kami."

Mio dan Maria menundukkan kepala mereka. Lalu-

"Kalau begitu, jaga aku, Basara-kun."

Mengangkat kepalanya, Mio memberinya wajah menyeringai.

"Tapi— kalau kau kebetulan datang ke toilet lagi, aku akan membunuhmu seratus kali."

"……Ya."

Matanya serius. Ketika ekspresi Basara menegang, Jin menyimpulkan.

"Baiklah.... Mari kita bersama sebagai keluarga mulai sekarang."

Pernyataan ini dibuat dengan senyum, adalah awal dari gaya hidup baru.

"Masalah mungkin timbul, tapi—mari kita menjadi bahagia bersama-sama."

Oleh karena itu—meskipun prospek untuk masa depan yang suram menggantung di udara, itu masih terasa damai.

Sama untuk kehidupan sehari-hari Toujou Basara—dan untuk dunia.