Tate no Yuusha Jilid 2 Bab 13 (Indonesia)

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Bab 38 : Alasan Ditanamkannya Segel[edit]

Bagian 1[edit]

Berkat kecepatan lari Filo, kami bisa sampai ke sini dalam waktu beberapa hari saja.


“Tuan-”

“Ada apa?”

“Uhmm, tanaman di sini terlihat aneh-”

“Hah?”


Raphtalia dan aku langsung melihat ke luar kereta. Dan kami pun melihat jalanannya dipenuhi oleh sulur tumbuhan yang menggeliat.


“A- Apa yang terjadi?!”


Meski perlahan namun pasti, tumbuhan itu sudah jelas terus memperluas wilayahnya.


“Desanya...”


Aku memandang ke sekitar, dan melihat banyak orang yang berkumpul, di suatu tempat yang terlihat seperti tenda pengungsian.


“Filo, kita akan pergi ke sana.”

“Baik...”


Kami pun berangkat menuju perkemahan itu, dan mulai menyiapkan barang dagangan kami.


“Baiklah, berapa harga yang akan kutentukan untuk Herbisida-nya ya...”


Aku yakin semua Herbisida-nya, akan digunakan untuk melenyapkan tumbuhan yang perlahan terus menjalar ini. Sekarang aku mengerti, kenapa saudagar perhiasan bilang aku bisa meraup untung besar di sini.

Kalau begitu, berapa besar kira-kira keuntungan yang bisa kudapat di sini?


“Walau masih ada kemungkinan seorang spesialis tanaman sudah datang ke sini, dan menjual Herbisida pada mereka.”

“Benar juga.”


Lalu aku turun dari kereta untuk mencari informasi.

Sebagai catatan, aku sudah merubah bentuk perisaiku menjadi Perisai Buku. Kemudian aku balikkan perisai itu, agar aku terlihat seperti pedagang keliling yang menggenggam sebuah buku.

Dengan merubah bentuk perisaiku agar terlihat tidak terlalu mencolok, aku bisa menyembunyikan identitas-ku sebagai seorang Pahlawan Perisai.



“Aku datang ke desa ini, karena kabarnya aku bisa menjual Herbisida dengan harga bagus di sini.”


Aku berkata pada seseorang di perkemahan, yang kelihatan seperti orang berpengaruh di desa ini.


“Oh, seorang pedagang. Kedatanganmu ini sangat membantu kami.”


Dia menjawab dengan sigap, seakan dia sudah lama menunggu kedatanganku.


“Sebenarnya apa yang terjadi di sini?”


Aku bertanya, sembari melihat tumbuhan yang menyerang area desa.


“Sebenarnya... Sebelumnya desa kami diserang oleh hama.”


Dan saat kupikirkan lagi, aku pernah mendengar rumor yang serupa. Tapi bukannya masalah itu sudah ditangani oleh Motoyasu?


“Dan saat itu, kami meminta bantuan pada Pahlawan Tombak. Lalu dia kembali dengan membawakan sebutir bibit ajaib, yang sudah lama disegel sejak dahulu kala. Setelah bibit itu mengakhiri masalah hama di desa kami, pohonnya...”

“Jangan bilang pohon itu berasal dari bibit yang kau sebut tadi...?”


Aku menatap ke arah tumbuhan yang terus menjalar itu.

Setelah kuperhatikan lebih seksama, terlihat ada buah dan sayur yang tumbuh lebat pada sulur pohonnya. Sepertinya desa ini tidak akan kekurangan makanan, dan tidak terlihat ada kereta bantuan makanan yang tiba di sekitar perkemahan.

Salah satu sulurnya menghasilkan kentang, yang kulihat sedang digali oleh beberapa petani yang menghampirinya. Yang berarti, para penduduk desa ini tidak lagi kekurangan bahan makanan. Tapi karena pohon itu tumbuh diluar kendali, para warga desa malah tersingkirkan dari rumah mereka...

Bagaimana bisa kalian jadi sebodoh ini?

Saat kupikir lagi... Kalau tidak salah, penduduk tadi bilang sebelumnya bibit pohon ini telah disegel. Harusnya ada alasan tertentu kenapa bibit itu disegel. Kalau tidak, mereka tidak perlu repot-repot menyegelnya.

Sebenarnya apa yang Motoyasu pikirkan?


“Dan bukan hanya masalah pertumbuhan pohon ini saja, tapi beberapa tanaman di desa juga berubah menjadi monster.”


Oh, jadi tanaman desa pun menjadi aneh juga.

Yang benar saja.

Kenapa aku harus direpotkan dengan semua permasalahan ini? Padahal aku saja baru tiba di desa ini... Keterlaluan, Motoyasu itu benar-benar ahli dalam membuatku jengkel.


“Dan karena itu, kalian membutuhkan banyak Herbisida?”

“Ya.”


Karena mereka ini petani, aku yakin mereka pasti tahu tentang tanaman dan cara memberantas tanaman liar...


“Awalnya kami gembira dengan semua hasil panen yang kami dapat. Tapi saat pohon itu mulai tumbuh dari ladang hingga menjangkau rumah kami... Kami berusaha keras untuk memangkasnya, tapi pertumbuhan pohonnya terlalu cepat.”

“Ngomong-ngomong, sejak kapan semua ini terjadi?”

“Untuk dua minggu pertama setelah Pahlawan Tombak pergi, pohon itu tidak membuat masalah. Tapi setelah itu...”

“Aku mengerti. Apa kalian sudah melaporkan masalah ini ke istana?”

“Kami sudah melakukannya. Tapi karena para Pahlawan begitu sibuk, kelihatannya akan butuh waktu sampai mereka tiba ke sini. Jadi kami mencoba menghambat pertumbuhan pohon ini dengan Herbisida.”

“Haaah...”


Tanpa sadar aku mulai mengerang.


“Apa kalian sudah mencoba membakar pohonnya?”

“Kami sudah melakukan semua cara yang bisa kami pikirkan.”

“Oh, ternyata keadaannya sudah separah itu.”


Aku yakin mereka juga sudah minta tolong pada para petualang.

Aku pun memandang ke sekitar, dan melihat beberapa orang bersenjata, yang sudah jelas bukan penduduk desa.


“Uwaaaaaah!”


Suatu teriakan terdengar dari area desa.


“Apa yang terjadi?!”

“Beberapa petualang bilang, mereka ingin masuk ke desa untuk meningkatkan level mereka. Aku sudah mencoba menghentikan mereka, tapi mereka tidak mau mendengarku. Teriakan itu pasti berasal dari kelompok mereka.”


Warga desa itu menjawab, seakan dia sudah menyerah dari memperingati mereka.


“Sial...! Filo!”

“Iya!”


Saat aku menunjuk ke arah desa, Filo yang tadi sedang memakan hasil panen dari pohon itu, langsung menyerbu ke dalam desa.

Bagian 2[edit]

Kemudian Filo menerobos rangkaian sulur hijau, yang menjalar dan mengikat tiga orang petualang yang pakaiannya terkoyak di sana.


“Apa yang terjadi di desa?”

“Uhhm, ada banyak monster tanaman yang berkeliaran. Ada juga monster menarik yang bisa memuntahkan racun dan asam. Orang-orang itu sangat bodoh, langsung pergi ke sana padahal mereka itu sangat lemah--.”

“Kau tidak perlu menyebutkan yang terakhir itu.”

“Baik~”


Penduduk desa yang kuajak bicara, menjadi tercengang mendengar Filo yang bisa berbicara dengan lancar itu.


“A-Apa kau ini Pendeta Mistik yang dirumorkan mengendarai kereta Burung Suci?”


Penduduk desa itu sekarang bertanya padaku, sambil menggenggam tanganku dengan kedua tangannya.


“Yah... Aku tidak tahu tentang sebutan pendeta itu, tapi aku memang seorang pemilik kereta yang ditarik seekor burung.”

“Aku mohon! Kalau kau tidak keberatan, kumohon tolong kami! Ada beberapa orang di sini yang sudah terinfeksi racun ‘monster tanaman’ itu!”

“Jadi beberapa monster itu bisa menularkan parasit, huh...”


Dengan memegang sebotol ramuan obat dan sebuah Herbisida, aku diantar pria itu menuju sebuah tenda.



Di dalam sana, aku melihat beberapa orang yang terbaring, dan setengah dari badan mereka telah terinfeksi oleh tanaman.


“Aku tidak tahu apa aku bisa menyembuhkan mereka. Tapi karena aku datang ke sini bukan untuk acara amal, lebih baik nanti kalian membayar biaya perawatannya.”

“Tentu akan kami bayar...”


Hampir tidak terdengar, tapi seorang pasien meratapi sesuatu dengan suara yang pelan.


“Kalau saja Pahlawan Tombak tidak datang ke sini...”


Mendengar itu membuatku sedikit pening.

Walau begitu, aku mendekati pasien terdekat, yaitu seorang anak yang tertidur dengan gangguan pernapasan, jadi aku suapi obat untuk dia minum.

Kemudian cahaya redup pun muncul, dan pernapasan anak itu mulai lancar kembali. Setelahnya, aku usapkan Herbisida ke bagian-bagian tubuhnya yang terinfeksi.

Anak itu terlihat sedikit kesakitan, tapi tanaman yang menghinggapi badannya, sekarang mulai layu dan rontok. Nampaknya dia sudah sembuh sepenuhnya.


“Oooh...”

“Tuan Pendeta sungguh hebat.”


Ucapan kekaguman pun mulai terdengar dari mereka. Aku teruskan mengobati pasien lain, menyuapi mereka obat, dan mengusapkan Herbisida-nya lagi.

Setelah aku rawat semua pasiennya, suasana di sekitar perkemahan mulai terlihat lebih hidup. Yah... Meski tidak banyak, kurasa datangnya kabar baik bisa mencerahkan suasana di sini.



“Terima kasih, terima kasih banyak!”


Para penduduk desa berterima kasih padaku.


“Berikan biaya perawatannya padaku.”


Aku meminta biaya yang sedikit lebih tinggi dari harga pasar pada mereka.

Aku harus hati-hati saat berada di desa ini. Karena mereka sudah meminta bantuan pada pihak istana, ada kemungkinan besar aku akan bertemu dengan Pahlawan lain. Kalau itu terjadi, bisa jadi orang-orang ini nantinya akan meragukanku.

Para warga desa yang sekarang memberiku uang, menunjukkan senyum di wajah mereka.


“Baiklah, untuk sementara aku akan menjual Herbisida di sini. Setelah urusanku selesai, aku akan pergi.”

“Ah, Tuan Pendeta. Kalau anda berkenan, bisakah anda menyelamatkan desa kami?”

“Apa?! Kenapa kau tidak minta tolong pada para Pahlawan negeri saja?”

“Tapi...”


Ugh... Para penduduk desa sekarang berkumpul mengelilingiku, dan memohon seakan sedang berdo’a padaku.

Aku bukan tipe orang yang mau melakukan apapun yang orang lain minta. Terlebih lagi, aku tidak punya kewajiban untuk membantu mereka.


“Aku menolak.”

“Kumohon. Untuk biayanya, akan kami kumpulkan nanti.”

“... Kalian harus membayarku di muka. Dan apapun yang terjadi setelah itu, jangan pernah mengeluh padaku. Sekarang, katakan padaku semua yang kalian tahu, tentang segel yang sudah dirusak oleh Pahlawan Tombak.”


Untuk menjawabku, para penduduk mulai mengeluarkan uang dari saku mereka, dan mengumpulkan semuanya. Sambil menunggu, aku akan mengumpulkan informasi sebanyak mungkin.

Berdasarkan dari apa yang mereka katakan, sesuatu yang disegel di dalam reruntuhan dekat desa, adalah bibit dari tumbuhan jenis tertentu, dan dilindungi oleh penjaga yang kuat.

Yang benar saja... Apa kalian tidak sadar, kenapa sampai ada penjaga yang melindungi bibit itu?

Hampir saja aku berteriak, tapi akhirnya aku bisa menahan diri.

Itulah informasi yang kudapat tentang kisah Pahlawan Tombak... kisah Motoyasu. Setelah menanyai beberapa warga desa, aku tahu kalau dahulu kala, wilayah ini digunakan sebagai benteng oleh seorang kimiawan, dan salah satu karya terbaiknya disegel di sini.

Dan rincian lainnya mengatakan, bahwa di masa lalu, seluruh area ini dihuni oleh banyak tumbuhan atau semacamnya...


“Kalau legenda seperti itu memang ada, harusnya kalian jangan asal membuka segelnya! Apa saat itu tidak ada seorangpun dari kalian yang menghentikan Pahlawan Tombak?”


Semua orang memalingkan wajah mereka dengan bersamaan.

Aku yakin mereka pasti berpikir, akan aman-aman saja kalau seorang Pahlawan yang membawakan bibit itu pada mereka. Selain itu, sepertinya tidak ada lagi informasi lebih yang berguna.

Dan saat kami membicarakan tentang legenda itu, uang untuk bayaranku sudah terkumpul. ... Jumlahnya cukup banyak.

Karena mereka sudah membayar di muka, kurasa tidak masalah menunjukkan pada mereka, siapa diriku yang sebenarnya.


“Baiklah. Akan kuusahakan sebisaku.”


Kemudian aku merubah bentuk perisaiku, menjadi perisai untuk bertarung : Perisai Ular Chimera.


“D-Dia si Pahlawan Perisai?!”


Aku abaikan perkataan para penduduk itu, dan berangkat menuju rangkaian sulur tumbuhan. Raphtalia dan Filo mengikuti di belakangku. Aku ikat kantung uang yang kuterima di pinggangku, dan berjalan menyusuri jalan yang dipenuhi tumbuhan, seiring jalarannya yang kian meluas.

Referensi :[edit]