Zero no Tsukaima ~ Indonesian Version:Volume9 Bab1

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Bab Satu : Ketakutan Louis Saat Saito terbangun, dia mendapati Majikannya sedang berbaring disampingnya, bernafas pelan. Baru kemarin ia bsia melihat wajah cantik majikannya. Wajah Louise yang disinari cahaya mentari pagi benar benar cantik, dan itulah yang membuat Saito bergairah. Mereka telah terpisah selama bulan Januari.. Dan kini seiring berlalunya waktu, Louise terlihat makin cantik saja. Louise tampak lebih cantik. Louise mengerang dalam tidurnya dan mengguling di tempat tidur, dan Saito menahannya. Mulutnya terbuka sedikit, dan jejak tipis air liur terlihat dari sudut bibirnya. Fuah fuah, mulutnya sedikit dibuka dan ditutup seiring nafasnya. Gulp Tangannya terangkat dan menggosok ujung hidungnya. Singkatnya, dia adalah seorang gadis manja yang luar biasa cantik.

Tapi ... semua tingkahnya semakin membuatnya terlihat mempesona. Setelah perpisahan ,dia tampak lebih cantik. Memang, Saito merasa kagum. Ini, ini ... adalah sihir "pemisah". Aye, bahkan tidak ada tingkah-sambil-tidur yang membuat seseorang jadi keliatan makin imut - itulah keajaiban.

Memang ... Louise semalam juga pasti merasakan efek dari sihir pemisah! Tapi aku ... apa yang kulakukan ... Saito menyalahkan dirinya sendiri karena tadi malam.

Tadi malam begitu mendebarkan!

Mata Louise dipenuhi dengan perasaan itu! Itu sebabnya dia berkata kepadaku. "Aku juga ingin merasakan ciuman yang hot!" Dan "Aku tidak marah saat kamu menyentuh dada ku" Itu adalah keajaiban yang hanya terjadi sekali! Namun, aku melepaskan kesempatanku kemarin. Saito memutuskan untuk memastikan apakah itu mimpi, sehingga ia bertanya pada Louise "Apakah ini benar-benar dada?". yah.. Aku memang anjing. aku adalah anjing goblok! Seeekor anjing kampung yang gobloknya gak ketulungan ... Saito sudah menderita di pagi hari. Tidak, Saito. Kamu tidak dapat menyebut dirimu dengan sebutan seekor 'anjing'. Meneteskan air liur terhadap Louis yang imut - kau cuma tai lalat. Tidak ... Saito menggeleng. Aku lebih rendah dari tahi lalat. Lihatlah si pengecut Guiche. Dia keren. Ia menggali lubang dan menyelamatkan kita. Jadi, aku lebih rendah dari tahi lalat ... tai serangga? Tidak , Saito menggelengkan kepalanya lagi. Saito teringat ketika membaca sebuah buku sebelum: mereka ... bisa terbang, menggali tanah, dan bahkan berenang. Darat atau laut - mereka bisa menaklukkan semua. Saya lebih rendah daripada tai lalat,-... lebih rendah dari serangga ... kemudian ... Aku kutu air. Aku melihatnya di buku bergambar, kutu air hanya makan rumput laut. Itu benar ... jadi aku cuma seekor kutu air. Saito pikir dia pantas dengan julukan itu. Selain itu, ia dengan canggung melepas kesempatan emasnya dan membiarkan pagi hari yang spesial ini begitu saja. Aku tertekan ... Saito berkata pada dirinya sendiri. Apa sih yang kamu katakan?! Saito harus punya kepercayaan diri yang lebih dari ini! Aku adalah orang yang menghentikan 70.000 tentara! Dan aku tidak bisa menghadapi seorang gadis? Itu sulit dipercaya. Dalam rangka mendorong dirinya sendiri, Saito memperoleh keberanian. Karena Louise hanya berguling-guling di tempat tidur lagi, Saito memasang wajah yang ramah dan berkata ... "Kau sudah bangun?" Kemudian, Louise menggeliat malas dan bagian atas wajahnya mengintip keluar dari selimut. Untuk beberapa alasan, matanya basah dan pipinya merah. Saito gemetar. Apakah itu ... akhirnya? "H-hey Louise." "... Aaaaphuauaa?" Louise bertanya sambil menguap lebar. Oh, Louise bisa bersuara lucu saat belum sepenuhnya terbangun. Saito terkesan. Sekarang adalah saat dia harus menunjukkan keberaniannya. "Kau ... itu, uhm , ettoo~ ... tentangku ..." Louise menunduk sambil menggigit bibir, ingin menanyakan sesuatu. Untuk Saito, dunia serasa berhenti. Apakah aku tidak dibutuhkan lagi? Imajinasi Saito sedang membuat Saito gila ... Setelah yakin, Louise mulai berbicara. Kata-kata pahit terdengar dan menusuk tepat di telinga Saito. "... Apa kau membenci dada ku?" Tanya Louise. Kaah, Saito mendesah. Oh, itulah yang mengganggu Louise untuk waktu yang lama. Saito semalam bertanya, "Apakah ini benar-benar dada?" ... Aaah ..., aah, kenapa aku mengatakan ituuu!! "Aku..aku... tidak membenci nya kok!" "Sungguh?" "Y-ya ..." Louise kemudian bangkit dan duduk tegak di tempat tidur. Mencengkeram ujung piyamanya dengan kedua tangan dan dengan ekspresi serius di wajahnya, ia bertanya pada Saito ... "Pertanyaannya kemudian berubah. Kalau begitu, apakah yang lebih kau sukai -? dada besar atau kecil???" keringat Saito mulai mengalir dengan deras. Sejujurnya, ia menyukai yang besar. Hal ini tidak seperti..etoo~ dada kecil itu buruk. Tapi berdasarkan naluri lelakinya. Itu adalah hasil alami dari biologi laki-laki. Dada besar menunjukkan bahwa seorang ibu akan memiliki lebih banyak susu untuk diberikan. Dada besar itu akan diisi dengan susu. Oleh karena itulah ,jika memikirkan tentang masa depan keturunannya kelak ,adalah naluri dasar seorang lelaki untuk memilih seorang gadis dengan dada besar. Sehingga aku tidak terdengar buruk. Setidaknya banyak pria yang mencari pacar dengan dada besar bukan ? Pertanyaan bodoh berputar dalam kepalanya. Kemudian Louise, menatapnya dengan mata yang serius, menatap langsung pada mata Saito. Rambut berwarna Merah muda dan mata cokelat kemerahan, hidung mungil yang mancung, bibir berwarna koral, menjalinnya harmoni. Seolah-olah kecantikan Louise dibuat oleh seorang seniman. Kecantikan seperti itu dapat menumpulkan insting apapun. Dengan cara ini, bahkan dada kecil menjadi tidak penting. Tidak ... Namun, Louise akan tetap keras kepala bahkan saat Saito mengatakan itu. Sepertinya, kukira, dia tidak akan setuju dengan jawabanku. Jelas Louise ingin mendengar bahwa Saito suka dada kecil lebih daripada yang besar. Tapi Saito bagaimanapun lebih menyukai yang besar. Jika dia harus menjawab dengan jujur​​, ia akan menerima kemaarahan dari Louise. Lalu, haruskah aku bilang - "aku lebih suka yang kecil"? Tapi ... Saito tidak memiliki keyakinan bahwa kebohongannya akan berhasil. Mata Louise itu seperti detektif yang sedang mencari bukti dari suatu kejadian kriminal. Kebohongan yang setengah-setengah tidak akan berhasil. Tapi, tapi ... Di sini,sekarang tatapan Saito berubah menjadi tatapan seorang pria. Seorang pria sejati. Wajah Saito menegang karena menahan tekanan dari pertanyaan Louise ,seolah Saito Baru saja melihat hantu. Namun, Louise tak kenal ampun. Dia tidak menggerakkan alisnya saat melihat seringai di wajah Saito. "Mana yang kamu suka? Jawab aku!" Keringat dingin mengalir turun bagai air terjun saat ia gemetar. Kemudian tekadnya muncul. Merasa seperti presiden menekan tombol peluncuran rudal nuklir , Saito memaksakan jawabannya keluar dari belakang tenggorokannya. "y-y-y-y-yyy...yang kecil,tentu saja..." "Sungguh?" Louise menatapnya dengan tatapan setan yang haus darah. Aku tidak bisa dikalahkan di sini. Saito menjawab dengan suara kaku. Dengan Brimir terlibat, Saito berteriak. "Memang benar. Aku Bersumpah demi Brimir! " "Aku akan membunuhmu jika itu bohong." Suara kecil yang tenang, menyatakan keseriusan Louise. Saito menggelengkan kepalanya dengan keras. Sebuah keheningan panjang terjadi. Udara sangat tipis antara keduanya, bahkan nyamuk bisa memecahkannya. Dia menatap wajah Saito, dan mengangguk seolah-olah yakin. "Baiklah. Aku percaya padamu. " Ketegangan di udara perlahan mulai menghilang. Kehilangan ketegangan, wajah Louise kembali berubah jadi imut. mendadak merasa malu,Louise mulai membuat lingkaran dengan jarinya di atas selimut. Louise yang malu terlihat begitu imut dan membuat Saito langsung merasa gelisah.

Kemudian Louise dengan ragu-ragu menutup matanya. Tapi, ia menggenggam tangannya yang berada di lututnya dan "Nnnn, nnnn! " Mengerang marah. Meskipun itu sulit untuk dipahami, apakah ia mencoba untuk mengatakan kalo dia pengen dicium?

Saito merasa kalau dia berada dalam masalah. Untuk saat ini, ia hanya akan mengikuti arus. Saito mendekatkan bibirnya pada wajah Louise. Meskipun tubuh Louise menegang ketika ia memegang bahunya, ia tidak benar-benar menolak. Aroma manis dari bibir Louise mencapai hidungnya ... dan dengan senang hati Saito menuju kearahnya. Bibir mereka bersentuhan. Louise, jauh dari marah, memberikan tubuhnya dipeluk dan bibirnya dicium. Aah~

  • *:


Tadi malam, saat Louise mengatakan, "Aku juga ingin merasakan ciuman yang hot!" Dia tidak berbohong sama sekali, dan kali ini dia benar benar mendapatkan apa yang dia inginkan. Ciuman yang menggairahkan bukan hanya bagian dari "reuni." Kemudian, kesimpulannya adalah ... Hah? hah...? - apa dia juga jatuh cinta ...?? Pikir Saito sambil menekan bibirnya terhadap Louise, makin lama semakin liar. "Jatuh cinta." Ini ajaib... ini -- Gadis yang ia cintai, ternyata juga jatuh cinta pada dirinya. Adanya peristiwa seperti itu luar biasa. Ini sudah hampir seperti rakasa legendaris. Suki-na-onnanoko-gajibunni-horeteru - naga dengan nama yang panjang.

Aah,

Naga Legendaris yang dengan penuh semangat menyemburkan api dari mulutnya ... Nama naga kuno yang menghancurkan dewa. Perlahan-lahan, pasangan itu memlepaskan kaitan pada bibir mereka ... dan kemudian saling menatap. Memalukan, Louise memalingkan wajahnya. "Berhenti menatapku begitu lama ... B-bodoh. A-a-anjing dodol... " "Mohon Maafkanlah anjing ini..." "Berhenti meminta maaf. Anjing ... anjing bodoh.!Kebiasaan anjing ini, untuk melihat majikannya dengan tatapan mata seperti ini ... " Louise dengan cemberut, mengatakan hal itu dengan suara yang sepertinya hampir menangis. Saito, sebelum sempat memikirkan apa yang dia lakukan, tidak dapat menahan lebih lama lagi, melompat dan menekan Louise ke kasur kuat-kuat. "Kyaa!" Dia mulai mencium lehernya, mengirimkan gelombang kejut ke seluruh tubuh Louise. "Maaf. Aku tidak tahan lagi. " Sambil bergumam uwah uugh dan noyh, ia memasukkan tangannya ke celah piyama Louise tetapi Louise menepis tangannya. "Louise ...?" Louise berkata dengan suara kecil ... "Tidak,saat ini terlalu terang!". Dari luar jendela, cahaya cemerlang matahari mengalir masuk Memegang bajunya, Louise panik. "Ketika,,, ketika malam datang saja ya ...?" Saito mendengar sambil gemetar. "S-s-setelah berkonsultasi dengan Tuhan dan ibu." [TL Note : 'God and Mother' ah dasar Louise..ada ada aja... wakakawa] Louise menjawab, gemetar juga. "Bagaimana kamu akan berkonsultasi dengan Tuhan?" Tanya Saito pada Louise dengan suara bodoh. "Tentu saja lewat hati, Bodooh!!!! Karena Tuhan tidak bisa berkata secara langsung! Apakah kau tidak tahu! Bodoh! Bodoh idiot! " Dia meraih bantal dan mulai memukul Saito. Dengan kata-kata ini, Saito entah bagaimana mengerti ,dan akhirnya berhenti bertanya. Hanya kemudian dia menyadari kalau darah mengalir dari hidungnya. dia mimisan.

Setelah pasangan aneh itu melewati pagi dengan ketegangan dan dengan janji mereka untuk melakukan 'itu' saat malam ,mereka pergi ke ruang tamu,disana ada Tiffania, Siesta, dan Agnes. "Selamat pagi." Melihat Louise dan Saito muncul, Siesta tersenyum. Saito yang tidak mampu menghadapi senyum Siesta secara langsung, entah mengapa, memalingkan wajahnya. Siesta yang heran dengan Saito, tetap menahan senyumnya hanya untuk beberapa saat. Tiffania sedang membuat sarapan untuk pagi ini. Agnes sedang mempersiapkan senjata dan pedang. Lalu ... Agnes menyilangkan lengannya dan berkata pada pasangan aneh itu. "Siapa orang-orang yang menyerang kita tadi malam?" Saito dan Louise saling memandang ... kemudian berbicara kepada Agnes dengan ragu-ragu. "Mereka adalah boneka yang aneh." "Myoznitnrn ... yang memiliki kemampuan untuk menggunakan segala benda magic ..." Louise menjawab jujur ​​untuk kali ini. sepertinya itu tidak penting untuk dijadikan rahasia. "Apakah kau melihat wajahnya?" Louise dan Saito menggelengkan kepala mereka. Saat Itu sedang gelap, lawan tersembunyi oleh tudung yang mendalam dan mengendalikan 'Sleipnir', boneka ajaib secara tidak langsung. Karena mereka tidak melakukan banyak kontak dengan pengendali Sleipnir, mereka tidak bisa melihatnya dengan baik. "Apa jenis elemen yang digunakan orang itu untuk mengendalikan boneka?" Louise terdiam. Dia ragu-ragu sejenak jika ia harus berbicara tentang elemen Void nya. Melihat Louise diam seperti itu, Agnes menggeleng. "... Jika itu memiliki hubungan dengan elemen Nona Vallière, maka hal itu akan menjadi masalah jika saya harus campur tangan. Saya minta maaf. " "... Kau tahu?" "Yah ... bukan dari Paduka Henrietta secara langsung sih , jangan khawatir, saya tidak akan memberitahu siapa pun. Saya tidak tertarik untuk menyebarkan rumor di istana, toh saya hanyalah seorang prajurit." Agnes berkata dengan santai sambil memoles pedangnya. "Saya menggunakan pedang saya untuk Paduka. Selama Anda adalah sekutu paduka,saya akan mengangkat pedang untuk membela Anda juga. Apa yang terjadi, siapa musuh, mengapa hal seperti itu mungkin terjadi, saya tidak perduli. Setelah menyeka bilah pisau dengan kain, Agnes memasukkan pedangnya kembali ke sarungnya. "Nah, selama dua-ke-tiga hari kita akan beristirahat. Apakah Anda lelah? " Dengan kata-kata ini, baik Louise dan Saito tersipu. Lagi pula, bahkan jika mereka berbicara dengan Tiffania ... mereka akan beristirahat untuk hari ini. Ada juga hal penting yang tidak dapat dibicarakan ... Saito mengangguk dalam pikirannya. Dibelakang Agnes, Siesta berdiri dan merasa gugup. Meskipun ia membawa nampan berisi teh, waktu untuk menyajikannya benar-benar tidak ada. Menyadari ada tiga orang melirik padanya, Siesta menggeleng. "T-t-tolong jangan khawatir - Saya tidak tahu apa yang Anda bicarakan! Ya! Serius! "

"Apakah kalian berdua bisa tidur nyenyak semalam?" Agnes tiba tiba bertanya. Sebuah senyum aneh muncul di bibirnya. Mata siesta menyipit. Dengan wajah Merah padam, Louise berteriak. "K-kami tertidur sepanjang malam!!" "Oooh,. Baguslah kalau beg-beg-begitu. Bagus..bagus.. " Agnes membuat tertawa yang aneh. Siesta mendekat kearah Saito dengan senyum aneh dan tiba-tiba menginjak kaki Saito. "Apakah kau melakukannya?" "Melakukan apa?" "Aku, aku tidak bisa mengatakannya dengan keras didepan semua orang!" "J-jangan mikir yang aneh-aneh!" Namun akhirnya malam ini, mereka mungkin akan melakukan hal yang Siesta tebak. Sementara berpikir begitu, ia tidak bisa memandang langsung ke mata Siesta. "Apa yang kau katakan?,diam kalian semua!" Louise Menggerutu, dan mulai berjalan dengan canggung. Itu terlihat pada tangan dan kakinya bergerak pada waktu yang sama. "Tangan dan kaki bergerak pada saat yang sama." Siesta mencatat. "Apa? Untuk hari ini tidak apa-apa. " "Saya mengijinkan Anda untuk tidur bersama Saito selama satu hari, karena saya tidak berpikir Anda akan mulai mengerjainya." "Itu sebabnya kau tidak boleh mengatakan hal-hal seperti dari awal!" Mereka berdua saling menatap, dengan ekspresi marah. Dan saat sepertinya akan pecah perang, Tiffania memanggil semua orang untuk makan dengan suara malu-malu. Panggilan makan dari Tiffania mencegah perang terjadi. Maklum,semua orang merasa sangat lapar.

                                                                 ****

Setelah itu, Saito dan yang lain menghabiskan waktu mereka di taman rumah Tiffania. Saito membersihkan lantai dengan kain lap. Tidak ada awan di langit, tinggi di atas benua Albion. Cuaca cerah dan tenang itu memberikan sensasi perasaan yang mendalam pada Saito Di sampingnya duduk Siesta, dan dia berkata sambil melihat ke langit ... "Langit yang indah,bukan ?? Entah mengapa,Langit ini membawa pikiran seseorang pergi." Kemudian dengan wajah serius, ia melirik kembali pada Saito. "Apakah itu aneh?" "Tidak..." "Meskipun kami diserang oleh orang aneh ... perang akhirnya berakhir, dan saya akhirnya bisa bertemu dengan Saito-san - Saya senang~" Siesta tersenyum lagi. Senyum ini membuat Saito merasa gelisah. Entah bagaimana, Saito merasa bersalah kepada Siesta. Dia ingat pembicaraan beberapa saat yang lalu dengan Louise. Tapi ... kurasa itu cinta. jantungnya berdebar kencang karena itu. Itu sebabnya ... kata-kata yang tidak dapat disebutkan muncul di kepalanya terus-menerus. Mungkin perasaan kalau ada sesuatu yang berubah dalam penampilan Saito ... Siesta menggeleng. "Tidak apa-apa." "Eh?" "Saya giliran kedua. Itulah apa yang ingin Anda katakan, kan? " "Siesta ..." "Aku akan menunggu." Saito terdiam. Apa yang dia tidak bisa katakan dengan keras akhirnya ia pahami. Dia merasa malu untuk sejenak. Pura-pura sibuk, Saito melihat sekeliling. Sepertinya yang lain juga tidak memiliki terlalu banyak waktu luang.

Agnes sedang melamun, mengalihkan dirinya dari kekhawatirannya. Tiffania, yang sedang duduk di kursi, sedang menggenggam erat tinjunya. Louise duduk, menggigit kuku dan sesekali melemparkan pandangan kesal ke arah mereka. Tiba-tiba, Siesta bertanya kepada semuanya. "Hey semua, Apa rencana masa depan kalian? " "Hah?" Louise mengerutkan alisnya menanggapi perubahan topik yang tiba-tiba. Agnes berbalik. Tiffania gemetar. "Benar. Semua orang, mari kita bicara tentang masa depan. Saya pikir itu hal penting untuk dipikirkan. Jadi ... " Agnes tertawa. "Aahaha! Masa Depan! Nah, menjalani karir saya dengan serius adalah masa depan terbaik saya ... dan membeli tanah kecil di kampung halaman saya. Dan, setelah saya pensiun menjadi ksatria, saya tinggal menikmati suasana laut setiap hari. " Selanjutnya, Siesta mengatakan ... "Sebuah mimpi fantastis! Aku juga ... " Dia menatap Saito. "Saya pikir bisa hidup dengan orang yang dicintai adalah kebahagiaan. Tidak peduli di mana Anda tinggal ..... Nona Vallière ?" Tiba-tiba dihadapkan oleh pertanyaan seperti itu, Louise berpikir dan tersipu. "... Sekarang, silahkan menjawab dengan jujur​​." "A-apa yang kau bicarakan!" Saito berpikir melamun. Mimpi Masa Depan ... Dia bahkan tidak pernah memikirkan hal seperti itu. Pada awalnya ia berpikir tentang kembali kembali ke Dunianya. Meskipun masih benar ... "Apa mimpi Saito-san?" Siesta menatap langsung ke mata Saito. Mimpi ... Dia sebelumnya tidak pernah berpikir tentang hal itu sampai sekarang, jawaban yang tidak bisa ditemukan dunia ini... Saito menatap langit dan melamun.

                                                                     **** 

Dua bulan menyinari hutan ... malam datang ke hutan Saxe-Gotha. Gemetar, Saito menatap langit malam dari jendela di rumah Tiffania. Sejak hari ia dilahirkan, dia tidak pernah begitu sabar menanti malam datang. Akhirnya, Louise dan aku akan bersatu. Louise jelas memikirkan hal ini ketika ia mengatakan itu tadi pagi, "Ketika,,, ketika malam datang saja ya ...?" Setelah membersihkan dirinya dengan air, Saito pergi ke kamar tidur. Ketika ia perlahan-lahan membuka pintu, ia melihat Louise, siluet yang sedang menyisir rambutnya dengan latar belakang cahaya bulan. Rambut Louise yang disisir itu bermandikan cahaya bulan, seolah menampilkan keindahan yang berasal dari dunia lain. Cahaya dari dua bulan menekankan keindahan rambutnya. Saito menahan nafasnya. Menyadari Saito berdiri di ambang pintu dan memandanginya, Louise bergumam seakan berbicara pada dirinya sendiri. "Apakah ada yang salah?" "Tidak ada ..." Saito menggeleng. Ketegangan suasana saat itu membuat kerongkongannya tercekat. Ketika Saito mendekat, Louise mulai gemetar. "Kau Takut?" Ketika Saito menanyakan pertanyaan yang alami ini, Louise menggelengkan kepalanya. "... Aku membuat janji dengan Paduka Henrietta waktu itu." "Janji dengan Paduka?" Sepertinya Henrietta dan Louise telah membuat suatu janji. "Ini sangat." Louise berpaling ke Saito. Ada bekas air mata yang tersisa di pipinya. "Itu ... kami akan memberitahu satu sama lain sebelum datang ke ini ..." "Louise ..." gumam Saito, yang datang mendekat dan duduk di sampingnya. Louise melemparkan matanya ke bawah dan menutupi dirinya dengan selimut. "Itu ... anoo? Uhmm ... ettoo..~ " Dengan mata kucing yang ketakutan, Louise menatap Saito. "Aku melanggar janji yang kubuat dengan Paduka ..." Tidak dapat menahan diri, Saito memeluk Louise. "Louise! Louise! " Louise berbaring di tempat tidur. Mengenakan piyama putih seperti biasa, Dadanya bergerak naik dan turun karena kebahagiaan dan rasa cemas. Menyerah, Louise menutup matanya dan meletakkan tangannya di atas dadanya seperti berdoa. "Louise, aku ... aku!" Dan saat ia berteriak ... Knock* *Knock* seseorang mengetuk pintu. Saito dan Louise melompat karena kaget.

"S-siapa?"

Mereka berdua bertanya pada saat yang sama. "Ini aku ..." Terdengar suara kecil yang terdengar malu. Itu adalah sang tuan rumah, Tiffania. Saito dan Louise saling menatap. Saito, tergesa-gesa, melompat ke lantai. Dan ketika Louise mengatakan, "silahkan masuk." Pintu terbuka dan seorang gadis dengan rambut pirang masuk. Meskipun itu di malam hari, dia masih memakai topi besar. Rambut pirang yang indah, wajah cantik, dan pinggang yang ramping, seolah gadis ini datang dari luar negeri. Louise menaikkan alisnya. Meskipun dia lupa karena dia senang bertemu Saito lagi ... tanpa ia duga, ia menyadari bahwa Tiffania adalah seorang gadis cantik. Dia menggunakan pakaian yang longgar untuk membungkus tubuhnya. Dia membawa sebuah nampan dengan sebotol anggur dan beberapa cangkir. "Eto~ ... silahkan minum beberapa cangkir. kupikir kamu akan sulit tidur, dengan tempat tidur yang tidak biasa kamu tiduri ... " Itu wajar baginya untuk khawatir tentang mereka dan membawa anggur. "Tidak apa-apa.tak masalah buatku. aku tak peduli." gadis cantik ... Entah bagaimana firasat buruk mulai muncul di dada Louise. Louise dengan hati-hati meneliti tubuh Tiffania. Dia memiliki kaki ramping dan halus ... dibandingkan dengan Louise, ia tinggi juga. Selain itu, meskipun ia tinggal di hutan, ia memiliki aura bangsawan. Siapa dia? Louise menanyai Saito dengan suara rendah. "Gadis ini ... terasa mencurigakan. Kau tahu sesuatu? " "Agak." "Apanya yang agak?" "... Aku akan memberitahukannya kepadamu saat Tiffania setuju." Apa??, Louise bertanya kepada dirinya sendiri. Sebuah rahasia antara dua orang? Apa?? Perasaan tidak nyaman di dadanya semakin kuat. Dengan demikian, suasana menyenangkan beberapa lalu, berubah dengan cepat menjadi kegelisahan. Meminta izin Tiffania sebelum berbicara dengan Louise - dia tidak menyukainya sedikit pun. Seorang majikan meminta izin. Bukankan seharusnya saya menjadi orang yang dimintai izin? Apa sih rahasia ini? Keraguan yang berputar-putar di kepalanya hilang ke suatu tempat karena perilaku Tiffania ini: Saat Tiffania menuang anggur ke cangkir, Kaki nya terjerat kain dan jatuh dengan keras. "Aatatatatata ...~" "Kau baik-baik saja?" Louise melompat keluar dari tempat tidur dan berlari panik. Tiffania tersipu malu. "Aku-aku baik-baik saja! Maaf ... tidak dimaksudkan untuk menakut-nakutimu ... " Dia bergumam sambil membersihkan botol anggur yang pecah. Lalu... Mata Louise mendarat di item sihir yang mustahil dia miliki. "Eh ...?" Sebuah erangan pendek keluar dari mulutnya. Tidak, itu pasti ilusi optik. Louise mengusap matanya dan melihat ke item sihir itu lagi. Lembah yang dalam diapit oleh dua gunung raksasa. Kata "besar" benar-benar gagal untuk menggambarkan dada yang mengintip lewat pakaian longgar Tiffania. Louise bernapas berat sambil gemetar. Dia bahkan tidak bisa bersuara lagi. jika harus dikatakan,dada dengan ukuran yang sangat besar itu memalukan. Ketika seseorang melihat dada dengan ukuran yang luar biasa, orang itu mengatakan bahwa kehilangan kata-kata. Inilah yang terjadi pada Louise sekarang. Sama seperti ketika ia bertemu dengan seorang Familiar dari penyihir Void lain yang memperkenalkan dirinya sebagai Myoznitnirn, dampaknya sangat besar. Dunia ini luas. Ini melampaui imajinasi Louise. Louise menoleh ke arah Saito. Namun, Saito menatap Louise sambil tersenyum. "..." Meskipun Louise menatap ragu pada wajah Saito, ekspresinya tidak berubah. Sementara itu Tiffania, dengan singkat berkata , "Selamat malam, semoga tidur nyenyak." berkata dengan suara tegang, lalu pergi keluar dari ruangan. "Sekarang kau melihat itu?" Dia bertanya pada Saito. "S-sekarang? Karena aku hanya boleh menatap ke arahmu, aku tidak mengerti apa yang kamu maksud. " Saito berkata dan matanya menatap ke arah lain. Entah kenapa itu tidak meyakinkan. Louise mengingat apa yang baru saja dilihatnya. Apa itu ... Pemandangan lembah dalam dan dua gunung raksasa itu tak bisa gilang dari pikirannya. Dia mendorong jarinya ke bawah bajunya dan menatap dadanya sendiri. Dia tidak bisa mengerti mengapa. apakah faktor Makanan atau warisan gen keluarganya,tapi poin yang kedua sepertinya mustahil... Tidak ada yang bisa menjelaskan mengapa dadanya begitu datar. Tetapi bahkan jika dia tahu ... dengan menyadari kenyataan, ia kehilangan kepercayaan dirinya lagi.

Apakah aku benar-benar cantik ...??

Dia berusaha membujuk dirinya. Setelah semua, bahkan setelah dia menunjukkan dadanya, Saito tidak memilih Tiffania atau si pembantu itu, kan? Bahkan setelah memikirkan ini, semua perasaannya layu. Tidak sekarang, bagaimanapun juga... Louise berpikir. Setelah meyakinkan dirinya, Louise lompat kembali ke tempat tidur dan menarik selimut menutupi kepalanya.

Saito mendesah lega. Dia senang. Dia selamat. Saat ketika Tiffania masuk, Saito harus menutupi rahasianya. Bahkan Saito tak sebodoh itu. Louise akan memecahkannya dari sorot matanya menatap senjata utama Tiffania itu. "Langkah 'mata' terakhir rahasia - menghabisi mereka..." Dalam suara seorang pria yang telah menyelesaikan kerja kerasnya, Saito berkata pelan sehingga Louise tidak akan mendengarnya. Dia menuju ranjang di samping Louise dan menepuk bahunya. "... kau sudah tertidur??" Setelah melihat Tiffania, Louise sedang putus asa ... dan tidak mengeluarkan kepalanya dari selimut. Suasana manis yang sebelumnya tersebar di seluruh ruangan, sekarang benar-benar menghilang di suatu tempat ... Merasa kecewa, Saito mengeluh.