Seirei Tsukai no Blade Dance:Jilid3 Bab8

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Bab 8 - Tekad Ellis[edit]

Bagian 1[edit]

"Ah..."

Kamito membuka matanya, langit-langit kamar Claire datang ke penglihatannya.

Sinar matahari yang hangat bersinar melalui tirai.

(... Eh? A... Mengapa aku tertidur?)

Ingatannya telah dalam keadaan kacau-balau.

Dia tidak tahu kapan piyama dipakaikan pada dirinya, atau ketika ada perban dibungkus padanya.

Di samping tempat tidurnya, ada spirit dalam bentuk kristal yang dia ketahui digunakan untuk penyembuhan.

Kamito mencoba untuk berdiri-

"Hoo ... Ah ...!"

Ia merasa seperti terbakar pada sisi tubuhnya.

Ketika ia mencoba melihat tubuhnya, darah pada perban yang melilit disekitar tubuhnya sudah mulai mengering.

(Benar juga, aku-)

Karena rasa sakit, Kamito akhirnya ingat.

(Ia sebelumnya tertusuk oleh spirit itu...)

Spirit cermin setan yang mengamuk karena kekuatan kutukan Armament Seal.

Spirit yang menyerang Kamito telah dilenyapkan oleh Velsaria.

Dengan kekuatan penghancur yang luar biasa tanpa meninggalkan bekas apapun.

Spirit yang dihancur sampai sejauh itu, takkan bisa kembali ke Astral Zero.

Dengan begitu kekacauan tersebut telah diberantas.

"Penari pedang terkuat di Akademi— huh?"

Spirit yang digunakannya tidak kalah dengan Est, sungguh senjata elemental yang kuat.

Velsaria menjadi jauh lebih kuat daripada saat tarian pedang tiga tahun yang lalu.

(...Dengan kemampuanku sekarang, dapatkah aku mengalahkan dia?)

Saat dia mengepalkan tangan kirinya yang tengah memegang pedang iblis, dia bertanya pada dirinya sendiri.

Dia melakukan kekosongan tiga tahun dengan ia bepergian untuk menemukan Restia.

Sebuah fakta bahwa kontrak rohnya dengan Est masih belum bisa mengeluarkan kemampuannya yang sebenarnya.

Sepertinya itulah alasan mengapa dia tidak bisa menang, dia bisa mencobanya sebanyak yang ia mau.

(Orang itu dari «Instruksional School» -Jio Inzagi telah mengatakan bahwa aku telah menjadi lemah...)

Itu karena Kamito selalu mencoba melindungi teman-temannya.

Jika itu kelemahanku, maka-

(...Aku memang telah menjadi lemah, huh)

Menahan rasa sakit seperti terbakar pada tubuhnya, dia akhirnya bangun dari tempat tidur.

Seragam Kamito digantung pada dinding ruangan, ada bekas debu-debu pada sisi-sisinya hasil pertarungan sebelumnya.

Memikirkan bahwa tidak ada gunanya mencucinya sekarang, sehingga dia biarkan begitu saja.

Sementara dia menempatkan kedua tangannya pada dinding, dia mencoba berjalan dengan langkah kaki yang gemetar.

Setelah dia mencari sesuatu pada kantung baju seragamnya, dia mendapati sebuah hadiah dan coklat.

Coklatnya telah mencair dan telah rata, itu adalah coklat yang dibuat oleh Claire dengan susah payah. Jadi, dia akan memakannya dengan senang hati.

Setelah membuat keputusan dia memakan sepotong ukuran-gigitan coklat itu kedalam mulutnya, rasa manis langsung menyebar di dalam mulutnya.

"...Hn? Ini mengejutkan..."

Meskipun masih ada sedikit rasa pahit, coklat itu di buat lezat, benarkah dia?

Meskipun dalam suasana hati yang tidak baik, Tapi karena dia adalah seorang yang berbakat, dia cepat mempelajari hal-hal seperti itu.

Jika dia serius, Aku percaya bahwa kemampuan memasaknya pasti akan meningkat.

"-Kamito!?"

Tiba-tiba, pintu kamar terbuka.

Claire memegang perban yang kusut di kedua tangannya.

"k-kau, apa yang kau lakukan!"

"Nm? Cokelat yang kamu berikan padaku dibuat dengan cukup baik. Kamu sudah bekerja keras."

"Eh?"

Kamito terus terang memuji --

Wajah Claire segera memerah.

"B-Bukankah itu jelas? A-Aku banyak berlatih setelah semua ... Eh, itu bukan intinya. M-Mengapa kau bangun? Tubuhmu masih tidak dalam kondisi baik, kan? ! "

"Ah, tidak, hanya berjalan tidak masalah, lihat ... Aduh!"

Hanya dengan sedikit menggerakkan lengannya, nyeri menjalar ke seluruh tubuhnya.

"...Haaa. Kau benar-benar bodoh, lukamu terbuka lagi, bukan? Ayolah, duduk sini. Aku akan memberi perban baru."

"Ahhh, maaf..."

dengan ditekan secara lembut dipundaknya oleh claire, kamito dibuat duduk di tempat tidur. Dibawah tindakan dari claire sangat berbeda dengan yg biasanya, jantung kamito berdetak lebih cepat.

"...ya ampun, kau memang bodoh."

Claire membalutkan perban tanpa keterampilan— dia menceritakan pada kamito apa yg terjadi setelah dia terluka.

Keduanya, yg menggunakan Cursed Armament Seals, ditemukan dalam keadaan tidak sadar di hutan.

Sepertinya mereka ditangkap segera setelah kedatangan Ksatria dan dipindah ke ibukota. Dengan penggunaan atas Cursed Armament Seals tidak berarti bahwa itu akan berakhir dengan hanya melanggar aturan akademi. Mereka akan berakhir dijatuhi hukuman untuk kejahatan mereka oleh dewan elementalists.

Tindakan oleh Velsaria, yang melibatkan masyarakat umum, tidak menyebabkan kematian, dan di samping itu, sebagai hasil dari menekan korban di kota sampai minimum, dia sepertinya telah berakhir tanpa dikenakan pertanggungjawaban.

Orang yang mengeluarkan putusan itu adalah Greyworth, namun- penghakiman itu mungkin mendorong kembali ke sebelum Blade Dance dan- tanpa keraguan- melibatkan spekulasi kongres dari Kekaisaran Ordesia bahwa tidak ada cara mereka bisa menghukum kandidat terkuat di akademi.

Setelah Ellis membantu Claire membawa Kamito,

ia tampaknya telah mengurung diri di kamarnya.

Mungkin dia merasa bertanggung jawab sebagai kapten untuk fakta bahwa dia tidak bisa melindungi kota dari kehancuran dan bahwa dia tidak bisa mencegah siswa dari terlibat dengan Cursed Armament Seals.

"...Berapa lama aku tidur?"

"Selama hampir satu hari. Festival Suci Valentia sudah berakhir lama."

"Begitukah..."

Kamito melirik jam yang tergantung di dinding.

Sejak tadi malam, lebih dari setengah hari sudah berlalu.

"Claire, aku minta maaf karena terlambat."

Kamito menyerahkan kotak kecil, yg dia ambil dari seragamnya beberapa waktu lalu, untuk Claire.

"Apa?"

"Ah ... Err, ini hadiahmu... Untuk ulang tahunmu. Meskipun sudah berakhir."

"...!?"

Claire membuka lebar mata ruby-nya.

"Tidak mungkin, kenapa...?"

"Rinslet memberitahuku. Nah, untuk ojou-sama yg mulia, ini mungkin bukan sesuatu yang bernilai tinggi."

"..."

Menerima kotak, Claire melepaskan ikatan pita dengan gelisah.

Di dalam kotak, liontin perak berbentuk kucing dengan sempurna ditempatkan.

"i-ini, bukankah ini apa yg aku inginkan...?"

"bukankah kamu terus menerus melihat itu waktu itu?"

"E-Eh, tapi..."

Claire dengan lembut dan hati-hati mengambil liontin.

"Ini pastinya mahal. Kamu bahkan bukan bangsawan, bagaimana-"

"aku meminta bantuan pada Ellis, dan mendapat uang muka dari keanggotaan Ksatria."

"...j-jadi...seperti itu."

Claire dengan erat menggenggam liontin, sementara dia menatap Kamito dengan matanya melirik ke atas-

"...Te-Terima kasih, Kamito"

Dan mengatakan dengan malu-malu. Jantung Kamito secara spontan berdetak lebih cepat pada ekspresinya yg biasanya tidak dia tunjukkan.

(...o-orang ini, membuat wajah lucu seperti itu-)

Dia sudah berpikir bahwa dia akan mendengar sesuatu seperti- "Kau termasuk seorang budak yang terbaik"

Dia tidak berpikir dia akan mengungkapkan rasa terima kasihnya secara terus terang.

"Maaf, Kamito ... Err, aku yang salah."

"Mn?"

Dengan kata-kata yg sulit dipercaya yg lainnya, Kamito meragukan telinganya.

"A-Aku bilang aku yg salah... Err, menjadi marah dan mengusirmu keluar. Kamu bergabung dengan ksatria untuk mendapatkan uang dan memberiku ini?"

"Ah, tidak, itu—"

saat dia akan berbicara tentang hal itu, Kamito menutup mulutnya. Meskipun sebenarnya tidak sepenuhnya seperti itu— itu tampaknya akan lebih baik untuk diam pada saat ini.

"meskipun begitu aku tidak mencoba mendengarkan penjelasanmu dan menjadi marah... Maaf."

Twintail merahnya terkulai kebawah.

"tidak, aku yg salah, kata-kataku tidak cukup menjelaskan waktu itu. Maaf."

"Kamito..."

"—Hei, apa kalian sudah selesai?"

ada suara batuk.

"...!?"

keduanya menoleh tersentak.

"Fianna, sejak kapan kau disini!?"

"Dari saat Kamito-kun menekan paksa, mengatakan 'Sudah waktunya bagi kamu untuk menjadi lebih jujur, meskipun kamu selalu mengatakan kamu benci-kebenaran adalah kamu ingin menjadi kacau oleh aku, kan?'"

"Jangan mengarang fakta mustahil!"

"Y-Ya! U-Untuk menjadi kacau... I-Itu tidak diperbolehkan!"

Claire memerah terang dan marah.

"Hoho, aku bercanda. Sungguh Claire, kenapa kamu memerah seperti itu, aku heran?"

"A-Ap-Apa, untuk apa kau datang kesini, Ero-Queen?!"

"lawan kita untuk pertandingan besok telah ditentukan, aku datang ke sini untuk memberitahu kamu!"

"Lawan kita untuk pertandingan?"

"Ya, lawan kami adalah peringkat pertama- tim Velsaria Eva~" "...!"

Ekspresi Claire menjadi tajam.

"... Sang Silent Fortress, huh?"

Selama mereka akan terus menang, dia adalah lawan yg pasti harus mereka hadapi suatu hari.

Claire seharusnya siap untuk ini. Namun, kekuatan yg memberantas dua roh tingkat tinggi perkasa dalam sekejap itu...

"...Tidak masalah."

Kamito mengambil Pedang Elemental Waffe yg bersandar di sisi tempat tidur.

"Aku akan mengalahkan Velsaria. Aku harus membuat dia membuka matanya dengan tanganku."

"A-Apa yang kau katakan!"

Claire dengan tajam memelototi Kamito.

"Dengan cedera seperti ini, tidak mungkin kamu dapat berpartisipasi dalam pertandingan besok?"

"Dia bukan lawan yg kalian berdua bisa menang."

"S-Semuanya akan beres. Selain Velsaria, yang lain belum matang sebagai sebuah tim. Ketika mereka hanya rekrutan paksa dari Ksatria, pelatihan mereka dalam koordinasi juga belum cukup-"

"Silent fortsess itu bukan lawan yang mudah."

"Itu..."

Claire memiliki kepribadian impulsif, namun, sebagai elementalist, dia diberkahi dengan mata tenang untuk pertempuran. Hanya dengan itu, perbedaan kekuatan antara Velsaria dan dia tidak terlalu jauh. Kekuatan Claire, yang menggunakan Scarlet, jauh di atas rata-rata siswa tetapi, bahkan dengan itu, dia bukan lawan dia bisa menang melawan. Mantan putri «Divine Ritual Institute» Fianna adalah pakar tarian ritual tapi itu tidak mengubah fakta bahwa dia seorang pemula di pertempuran. Georgios miliknya sudah pasti kuat tetapi mengingat fakta bahwa hal itu tidak bisa dilepaskan sebagai Elemental Waffe, pilihan untuk pertempuran terbatas pada setiap tingkat.

Selain itu, dalam rangka untuk menyerang benteng terapung, spirit yang bisa membuat serangan jarak jauh yg kuat sangat diperlukan. Hal yg akan berurusan dengan pertempuran anti-udara di Tim Scarlet saat ini hanya Sihir Spirit claire. Namun, itu tidak mungkin karena Sihir roh biasa bisa memecahkan armor itu.

"Tapi, jika aku menjadi seorang penyerang, entah bagaimana kita bisa tahan selama lima menit-"

Pada Kamito yang hendak keluar dari tempat tidur-

  • Mugyuu *

"Yah, yah, tidak peduli seberapa kokoh tubuh Kamito-kun, berpartisipasi dalam pertandingan besok adalah benar-benar tidak mungkin."

Fianna menekankan belahan payudara lembutnya.

Claire marah memelototi Kamito, yang wajahnya berubah merah karena perasaan nyaman dari elastisitas.

"Itu benar, orang yang terluka seperti kamu hanya akan menjadi beban."

"..."

Itu menjengkelkan tapi dia tidak bisa membantah. Memang, jika Kamito, yang terluka parah, berpartisipasi, dia hanya akan berakhir menjadi hambatan.

"Lalu... mengorbankan Tim Scarlet?"

"Itu-"

Kamito, yang bertanya, memahaminya. Pilihan itu tidak mungkin. Setelah salah satu kehilangan pertandingan, peringkat seseorang secara signifikan akan turun sebagai penalti.

Bahkan tanpa itu, jika mereka tidak mengalahkan tim peringkat pertama di sini, kemungkinan Tim Scarlet yg di peringkat keenam untuk masuk tiga besar dalam dua minggu ke depan dan berpartisipasi hampir akan hilang.

"..."

Suasana yang berat memenuhi ruangan, dan pada saat itu...

"Fuu, aku mendengar apa yg kalian katakan!"

Suara elegan datang dari luar ruangan. yg datang dengan rambut pirang platinumnya bergoyang itu Rinslet. Maid Carol dengan sopan berdiri di belakangnya..

"Rinslet, apa yang kau lakukan memasuki kamarku sesukamu!?"

"Semua orang, sepertinya kekuatanku diperlukan."

Mengabaikan Claire yang mengeluh, Rinslet dengan berani berjalan. Dia berhenti di depan Kamito, yang sedang duduk di tempat tidur, dan menyisir rambutnya.

"Selama ini, aku ingin melihat benteng wanita itu jatuh ke tanah."

"nyonya mengatakan bahwa dia ingin bergabung dengan tim Claire-sama."

Carol menerjemahkan apa yg dikatakan Rinslet itu.

"Apakah itu benar, Rinslet?"

"...T-Tidak! Aku hanya ..."

Rinslet meminta bantuan Carol di belakangnya.

"Fufu, Nyonya, kau benar-benar tidak jujur."

Menempatkan tangannya di dekat mulutnya, Carol tertawa.

"...Rinslet!"

Tiba-tiba, Kamito berdiri dan meraih bahunya. Bahu rampingnya mulai gemetar.

"Hyan! A-apa yang kau lakukan! Meraih bahu seorang wanita begitu saja!"

Dia memprotes dengan suara imut. Namun, Kamito tidak melepaskannya.

"..."

"Ah, wha ..."

Kamito menatapnya, Rinslet dengan cepat tenang. Wajahnya merah padam saat dia menggenggam ujung roknya...

"b-berhenti... Err Jika kamu menatap aku seperti itu, aku-aku akan merasa aneh."

"K-Kamito, apa yang kau lakukan!?"

"Kamito-kun, tidak peduli apa keadaannya, kamu terlalu kurang dalam pengertian."

Mengabaikan Claire dan Fianna, yg mengangkat suara mereka...

"kumohon, Rinslet. Bergabunglah dengan tim kami."

"Eh?"

Rinslet tercengang. Claire juga menatap heran. elemental Waffe Rinslet itu «Panah Pembeku» jangkauan yg jauh dari serangan elemental Waffe. Terutama karena Kamito tidak akan dapat mengikuti pertandingan besok, mereka ingin memasukkan dia ke dalam tim dengan segala cara. Meskipun, seperti Claire, ojou-sama ini pasti akan memakai harga dirinya. Jadi, itu sebabnya Kamito membuat penampilan mengemis.

Rinslet....

"B-Baiklah..."

Seperti pengantin yg dijodohkan, dia dengan patuh mengangguk.

"J-Jika Kamito-san mengatakan demikian..."

Memerah, dia memutar-mutar ujung rambutnya dengan ujung jarinya.

"Bukankah ini baik-baik saja, Claire?"

Kamito dengan lembut menarik tangannya pergi dari bahu Rinslet dan berbalik.

Claire mendesah, mengatakan

"Ini tidak akan membantu"

"Tentu saja, jika kita peduli tentang penampilan, kita tidak bisa menang melawan «Silent Fortress». Bagaimanapun, kita akan membutuhkan dukungan, dan kekuatannya."

"T-Tunggu, jangan salah paham. Aku bergabung dengan timmu karena Kamito-san meminta itu."

Carol menenangkan Rinslet, yg mulai menjadi murka. Dalam hal apapun, ini berarti bahwa mereka sekarang mampu membuat serangan jarak jauh dari tanah.

(...Jika aku menambahkan diri sebagai penyerang, keseimbangan kita akan menjadi baik.)

Claire tampaknya telah memikirkan hal yang sama seperti Kamito.

"sekarang tersisa satu orang lagi, kita akan membutuhkan seseorang dengan kekuatan penyerang meskipun..."

Gumamnya dengan tatapan serius.

Saat itu, ada suara ketukan dari pintu.

"...?"

Semua orang saling memandang... pengunjung yg tidak biasanya akan datang ke ruangan ini.

Claire berjalan mendekat dan membuka pintu. Yang di luar pintu... dua orang terduga.

"K-Kalian berdua!?"

Sementara Claire memegang kenop pintu, dia melebarkan matanya.

"Claire Rouge, kami memiliki permintaan untuk kamu..."

"...Meskipun kami tahu bahwa saat ini bukan saat kami bisa membuat sebuah permintaan."

Mereka adalah rekan tim Ellis yg seharusnya memulihkan diri di ruang medis akademi. Mereka adalah Rakka dan Reishia dari Ksatria Sylphid.

Bagian 2[edit]

Dalam sebuah ruangan gelap dengan semua tirai yang tertutup... Ellis meringkuk di tempat tidurnya dengan wajah yg tidak memiliki semangat.

Apa dia melamun sambil menatap kristal spirit yg menyegel kenangan.

Ada sosok Velsaria, yg Ellis kagumi ketika dia masih muda. Dia juga tidak pergi ke pertemuan Ksatria pagi ini. Ini, tentu saja, pertama kali nya. Apa yg dia kenakan bukanlah seragam akademi, tapi piyama. Tanpa mengikat ekor kudanya, rambutnya yang panjang menyebar di tempat tidurnya...

(kamu bukanlah seorang ksatria.)

Kata Velsaria itu terputar kembali di kepalanya.

(Ini mungkin sama seperti apa yg Ane-ue katakan...)

Di tengah kegelapan, Ellis menggenggam seprai tempat tidurnya.

(...Saat aku telah mengatakan tidak seperti itu, pada akhirnya, aku tidak bisa melindungi apa-apa.)

Para warga kota yg sedang menikmati festival. Para siswa yg akhirnya terlibat dengan Cursed Armament Seals.

Selain itu rekan berharga dari Ksatria. Bahkan Kamito, yg datang untuk membantu Ksatria dengan niat baik, mengalami luka serius.

(Ini semua tanggung jawabku. Jika aku bisa lebih tegas dalam bertindak, ini akan...)

Itu juga wajar kalau kakak kelas menanggapi undangan Velsaria dan meninggalkan Ksatria. Tidak akan ada orang yg akan mengikuti seorang kapten lemah yg hanya berbicara tentang cita-cita.

"...aku...aku tidak layak untuk menyebut diriku seorang ksatria-"

"Itu benar, dengan keadaanmu saat ini, kau tidak layak untuk disebut ksatria, Ellis."

"...!"

Ellis mengangkat selimutnya dan terkejut.

"Claire Rouge?"

"Maaf, tapi aku melelehkan lubang kuncimu."

Sepertinya Claire mengatakan bahwa, dia memasuki ruangan secara langsung tanpa tata krama.

"K-Kenapa kau di sini, dan apa maksudmu bahwa aku tidak memiliki kualifikasi ksatria!?"

"Heh ~ kau masih memiliki semangat untuk marah setelah dihina. Aku merasa nyaman sekarang."

Claire berjalan ke sisi tempat tidur, dia meletakkan tangannya di pinggul dan menatap Ellis. Biasanya, Ellis yg gagah akan menatap kembali, tapi... Sekarang, dia mengalihkan matanya seperti sedang kewalahan.

"... A-Apakah Kamito sudah bangun?"

"Ya, dia bahkan mengatakan beberapa hal yg sembrono seperti berpartisipasi dalam pertandingan besok."

"Apa...? Jangan bilang, dengan cedera semacam itu?"

"Itu benar. Selain itu, lawan kami adalah yg Terkuat d Akademi «silent fortress»."

"Itu gila, apa yang kalian semua pikirkan!?"

Ellis berdiri untuk meraih Claire.

"Apakah kamu masih tidak mengerti kekuatan Ane-ue itu?"

"Ah, dia pasti elementalist terkuat, tapi kuat bukan berarti dia tak terkalahkan."

"Apa?"

Ellis mengerutkan kening. Velsaria Eva Fahrengart adalah yang terkuat di Akademi. Ini adalah fakta yg diketahui semua orang.

"Tiga tahun yang lalu, Ren Ashbell mengalahkannya."

"Itu... Dia adalah penari pedang terkuat. Itu perbandingan yg terlalu berbeda."

"Benar. Tapi, kami memiliki tujuan untuk mengalahkan Ren Ashbell."

"Ap....?"

kata-kata yg Ellis tidak pernah bayangkan... Dia kehilangan kata-katanya.

(...mengalahkan Ren Ashbell..!?)

"Bagaimana itu mungkin..?"

"ini bukal hal yg mustahil. Maksudku, aku akan melakukannya~"

"..."

Mata Claire serius. Dia serius berpikir untuk mengalahkan penari pedang terkuat.

"Aku akan menang melalui Blade Dance. Lalu, aku pasti akan mendapatkan «harapan». Apakah itu adalah silent fortress atau penari pedang terkuat, siapa saja yg meghadang di jalan ku, aku hanya perlu menjatuhkannya."

Menatap lurus ke depan dengan pupil matanya yg menyimpan api ketenangan.

Kegelisahan kecil berada di dalam hati Ellis.

"A-Aku..."

"Ellis, apakah kau berencana untuk mengikuti Blade Dance dengan resolusi seperti itu?"

Claire menyambar kerah Ellis.

"Apakah ideal ksatria yg bertujuan untuk menggapai sesuatu dengan tingkat ini?"

"...Tidak!"

Ellis terkejut dan mendorong tangan Claire.

"aku... Aku seorang ksatria kebanggaan dari Fahrengart!"

  • Boom! *

Angin kencang bertiup di dalam ruangan. Tirai tidur tertiup, dan benda-benda kecil di meja dan perabot menari di udara.

cahaya terang tiba-tiba bersinar dari sudut gelap.

"..."

Setelah badai mereda...

"Sepertinya anginmu masih bertiup."

Claire tiba-tiba tersenyum.

Kemudian, dia mengacungkan jari ke arah Ellis. Dengan tangannya yang lain pada dirinya pinggul...

"Ellis, bergabunglah dengan tim kami!"

"...A-Apa?"

Ellis heran dan bertanya kembali.

"aku... Tim Scarlet?"

"Benar. Jika kau bergabung, kita bisa menang, bahkan jika melawan silent fortress."

Claire mengangguk dengan ekspresi serius.

Namun, Ellis dengan tegas menggeleng.

"Maaf, itu sebuah pembicaraan yang tidak masuk akal. Aku sudah punya rekan bertarung"

"Kapten!"

"..!?"

Ellis berbalik ke arah suara yg didengarnya dari luar ruangan.

"K-Kalian berdua!?"

ada seorang gadis dengan rambut pendek dan seorang gadis dengan rambut dikepang. Mereka adalah rekannya Rakka dan Reishia.

"...kamu menyelinap keluar dari pusat medis?"

Mereka seharusnya sedang istirahat total dan tidak diperbolehkan untuk keluar di tempat itu.

"Kenapa...?"

"Kami, erm, berharap Kapten berpartisipasi dalam blade dance."

Rakka mengatakan sementara terbatuk kesakitan. Reishia mengangguk.

"Kami sudah memutuskannya. Kami sudah tahu bahwa kami tidak akan dapat kembali ke akademi sebelum Blade Dance... Jadi-"

"Kau... Membubarkan... party?"

dengan ekspresi terkejut, Ellis mengamati dua rekannya.

"..."

"T-Tidak, aku tidak akan membiarkan hal itu!"

"Kapten, kami..."

"Kita telah berjanji! Untuk berpartisipasi dalam Blade Dance bersama-sama!"

Ellis berteriak.

"Kami tidak mampu. Jadi.." "Tapi kami benar-benar ingin berjuang bersama-sama... Jadi, kami akan mempercayakan keinginan kami kepada kamu, Kapten."

"Rekka, Reishia..."

"Tolong, berjuang untuk kami juga."

"aku ingin melihat tarian pedang Kapten. Sebuah tarian pedang, seperti badai, yg memuku segala sesuatu."

"..."

Ellis... menggigit bibirnya dan mengepalkan tangannya. Kedua belah pihak menolak untuk menyerah... tatapan mereka bertemu satu sama lain. Orang yang mendesah pertama adalah Ellis.

"...Aku mengerti. Kalian berdua menang."

"Kapten!"

Kedua gadis itu bersorak.

"...Claire Rouge."

Ellis dengan tenang berpaling ke arah Claire. Itu bukan wajah tak bernyawa. Itu adalah wajah dari seorang ksatria yg gagah.

"Aku, Ellis Fahrengart, meminta untuk bergabung dengan Tim Scarlet."

"Selamat datang, Ellis ~"

Claire tersenyum dan mengulurkan tangan kanannya. Ellis meraih tangan itu sebagai tanggapan.

"Saya akan menunjuk kepada orang tentang cara ksatriaku ."


Bagian 3[edit]

penari pedang terkuat-Ren Ashbell.

Tiga tahun lalu, sejak hari dia menyilangkan pedangnya dengan miliknya, kehidupan Velsaria berubah. Pada hari itu, dia menerima shock besar.

Sebelum hari itu, Velsaria telah bangga menjadi ksatria terkuat. Itu tidak seperti dia membuat cahaya di gadis itu, yg muncul di depan matanya, karena pendatang baru... dua tahun lebih muda dari dia.

Tidak peduli siapa itu, asalkan mereka berhadapan, dia akan menggunakan kekuatan penuh dan menyerang mereka. Itu keyakinannya sebagai Ksatria.

Dia berjuang dengan segala kekuatan-nya Dan kemudian, dia dikalahkan. Namun, apa yang tumbuh dalam hatinya saat itu bukan kebencian. Itu lebih seperti rasa penghormatan terhadap dirinya. Itu sesuatu yang sepele, dia juga, seperti Ellis dan gadis-gadis lain, terpesona oleh tarian pisau Ren Ashbell itu. Jadi, apa yg dia terima tanpa kalah.

Itu adalah mata gadis terkuat yg menatap padanya, kalah. Apa yg tercermin dalam hitam legam gadis itu- Bukankah permusuhan, bukan kasihan, bukan kebencian- bahkan tidak ada emosi.

Velsaria bahkan tidak tercermin dalam mata gadis itu.... Itu tidak termaafkan. Tidak mungkin dia bisa bisa menerima itu. Dia akan mengalahkan gadis terkuat dan membuat keberadaannya di akui.

Ini mungkin-dalam arti, emosi yang sebanding dengan cinta.

(...Segera, aku bisa melawan dia lagi di Blade Dance.)

Setiap hal-hal lain yg tidak relevan.

(Bahkan jika pikiranku dan daging yg termakan oleh ini «heart»...)

Larut malam. Jauh di dalam «Hutan Roh» - Berkeliaran sendirian di kegelapan, Velsaria telah menekan perasaannya yg sombong.

Pada saat ini, semak-semak di belakangnya bergerak sedikit.

"Apakah... Kamu, penyihir!"

"Ha, seperti yang diharapkan dari kamu, kamu mampu mendeteksi kehadiran ku~"

Ada suara tawa seksi terdengar dari dalam hutan. Orang yang muncul adalah- pembuat Cursed Armaments-Vivian Melosa.

"Kau melakukannya dengan baik kemarin, karena kamu Aku punya data yang baik~"

"Aku tahu itu, itu kau yg menanamkan Cursed Armament Seals pada mereka."

Velsaria memancarkan aura pembunuh sengit. Daun pohon bergoyang.

"Ya, tapi, mereka menhancurkan dengan segera. Bahkan untuk Spirit Academy Areshia yang terkenal, aku tidak bisa menemukan spesimen baik seperti dirimu sendiri!"

"lenyaplah. Aku sudah bilang untuk tidak pernah muncul di depanku lagi."

"Wah, kau cukup dingin. Aku datang ke sini hanya untuk memeriksa tingkat perkembangan «heart»."

"aku tidak punya niat untuk membantu penelitianmu. «heart» mampu kukendalikan sepenuhnya."

Vivian Melosa tertawa terbahak-bahak.

"berhentilah bertindak tangguh. Untuk Cursed Armament Seals terukir dijantung... satu-satunya yg mungkin bisa mengendalikan hal semacam itu hanyalah si Penyihir Senja. Jika hanya kamu biarkan seperti itu, kamu akan mati dalam beberapa tahun~"

"Tidak masalah. Selama aku hidup sampai Blade Dance dua minggu lagi, itu sudah cukup."

"Itu masalahnya. Sebenarnya aku menyukai spesimen itu..."

Dalam sekejap, Velsaria bergerak ke arah Vivian Melosa dan merilis Elemental Waffe-nya. Sebuah tonjolan terkompresi oleh listrik ilahi meledakan pohon-pohon di hutan dan mencungkil area depannya.

Setelah debu mereda, tidak ada seorang pun di sana. Yang ada hanya kegelapan yang pekat...

"...penyihir sialan itu."

Menghadapi ruang kosong, Velsaria dengan pahit menggerang.

  • Duk*

detak «jantung» yg menyakitkan.





Back to Bab 7 Return to Halaman Utama Forward to Bab 9