Sword Art Online Bahasa Indonesia:Jilid 9 Bab 1
Bab 1 - Underworld
Bulan Ke-3 Kalender Dunia Manusia 378
Bagian 1
Ada suatu bebauan di udara.
Pikiranku yang buram ini merasakan hal itu tepat sebelum Aku bangun.
Udara yang mengalir kedalam rongga hidungku memberikan ku berbagai hal. Aroma harum bebungaan. Aroma rerumputan yang hijau. Aroma pepohonan yang seakan-akan dapat membuat dadaku merasa lega. Aroma air yang mengalir ke tenggorokan ku yang haus.
Selagi kesadaran ku mulai bangkit, berbagai suara melonjak ke dalam tubuh ku. Suara dari dedaunan yang bergesekan dengan satu-sama lain. Suara dari burung-burung kecil yang berkicau dengan gembira. Suara dengungan serangga dibawah nya. Dan suara samar-samar dari sungai kecil dikejauhan.
Dimana Aku!? Setidaknya udah pasti ini bukan kamarku. Biasanya, saat Aku bangun, selalu ada aroma matahari dari pakaian yang kering, suara dari pendingin ruangan, dan suara dari mobil-mobil yang berlarian di jalanan Kawagoe yang sedikit jauh, tapi disini gak ada satupun dari hal itu. Dan lagi — cahaya hijau yang menyikat kelopak mataku sampai sekarang ini bukanlah cahaya terang dari alat yang lupa kumatikan, tapi adalah cahaya matahari yang tersaring melewati dedaunan, kan?
Aku menyingkirkan keinginan ku yang tersisa untuk kembali kedalam tidur lelap, sebelum akhirnya membuka mata ku.
Aku mengedip berkali-kali karena disilaui banyak nya cahaya yang melintas di mata ku. Selagi Aku mengusap mata ku, yang sedang buram karena air mata, dengan bagian belakang dari tangan kanan ku, Aku pelan-pelan mengangkat bagian atas tubuh ku.
"... ...Dimana Aku... ...?"
Tanpa sadar Aku menggumam.
Yang selanjutnya kulihat adalah semak-semak hijau. Disana terdapat bunga kecil berwarna kuning dan putih diberbagai tempat, kupu-kupu biru muda yang berkilauan terbang kesana-kesini disekitar nya. Sekitar lima meter jauh nya, karpet rerumputan terpotong, dan dari sana, adalah bentangan dari hutan yang dalam, dimana pohon-pohon besar yang sepertinya sudah berumur lebih dari sepuluh tahun itu berbaris disana.
Selagi Aku memfokuskan pandangan ku kearah celah gelap diantara ranting-ranting pohon, sepertinya pepohonan itu masih terus berbaris sampai batas dari jarak yang bisa diraih oleh cahaya. Kulit pohon yang kasar dan bergelombang dan tanah ditutupi oleh lumut yang tebal, bercahaya hijau dan emas dibawah matahari.
Aku menengok ke kanan, dan berbalik, Aku disambut oleh ranting pohon-pohon tua dari seluruh arah. Dengan kata lain, seperti nya Aku terbaring di lingkaran kecil rerumputan di tengah hutan. Kemudian Aku melihat keatas, dan dari celah diantara ranting pohon yang kasar yang terbentang ke seluruh arah, dapet terlihat langit biru dimana awan-awan melayang, seperti yang sudah kuduga.
"Dimana... ... tempat ini?"
Aku menggumam lagi lalu menghela nafas. Tapi gak ada jawaban.
Aku menggali seluruh sudut dari ingatan ku, tapi Aku gak bisa menemukan ingatan dari bagaimana Aku bisa datang dan tertidur di tempat ini. Berjalan sambil tidur? Amnesia? Saat kata-kata berbahaya itu terlintas di fikiran ku, gak mungkin, Aku dengan segera menyangkal hal tersebut.
Aku... ... namaku adalah Kirigaya Kazuto. Tujuh belas tahun lebih delapan bulan. Aku tinggal di Kawagoe, prefektur Saitama bersama ibu dan adik perempuan ku.
Aku merasa agak tenang sembari data itu keluar dengan mulus, kemudian Aku mengolah lebih ingatan ku.
Saat ini, Aku adalah murid SMA kelas dua. Tapi berhubung Aku telah mencapai syarat kelulusan di semester pertama tahun depan, Aku berfikir tentang pergi ke universitas pada musim kemarau. Ya, Aku telah berkonsultasi dengan seseorang tentang hal itu. Pada hari minggu terakhir bulan Juni, saat sedang hujan. Aku pergi ke toko milik Agil, «Dicey Café» di Okachimachi setelah pulang sekolah, dan mengobrol dengan teman ku Sinon, Asada Shino tentang Gun Gale Online.
Kemudian, Asuna — Yuuki Asuna bergabung, dan kami bertiga ngobrol untuk sementara waktu sebelum meninggalkan toko.
“Asuna……”
Aku mempunyai seorang kekasih, Aku dengan lembut menyebut nama dari gadis itu, yang adalah seorang partner yang dapat kupercaya dengan penuh keyakinan. Aku melihat-lihat kesekeliling berkali kali, mencoba untuk mencari sosok nya, yang sosok nya sangat jelas di ingatan ku, namun, Aku gak bisa menemukan seorangpun sosok manusia di rerumputan atau di hutan yang dalam.
Selagi bertarung dengan rasa kesepian, Aku mencoba untuk mengusut kembali ingatan ku.
Asuna dan Aku berpisah dengan Shino setelah kami meninggalkan toko. Setelah pergi ke Tokyo Metro Ginza Line di Shibuya, kami pergi ke jalur Toyoko untuk pergi ke Setagaya, tempat dimana rumah Asuna berada.
Hujan telah berhenti saat kami keluar dari stasiun. Selagi kami berjalan berdampingan di jalan bata setapak, kami mengobrol tentang urusan masuk universitas. Aku berterus terang tentang keinginanku untuk pergi ke universitas di Amerika, dan membuat peromohonan yang keterlaluan kepada Asuna untuk pergi menemaniku, pada saat itu, ia memberikan senyuman hangat dan lembut yang biasanya, dan kemudian—
Ingatan ku terputus pada momen tersebut.
Aku gak bisa mengingat nya. Bagaimana dengan balasan Asuna? Bagaimana Aku mengucapkan selamat tinggal dan kembali ke stasiun? Jam berapa Aku kembali ke rumah, kapan Aku pergi tidur? Aku gak bisa mengingat satupun dari hal tersebut.
Selagi Aku terkaget, Aku mati-matian mencoba untuk mengolah lebih ingatan ku.
Namun, senyuman Asuna hanya menghilang seperti memburam di air, kejadian setelah itu gak bisa kuingat gak peduli seberapa keras kucoba mengingat nya. Aku mengerutkan dahi sembari menutup mata ku, dan dengan buru-buru menggali debu abu-abu.
Aku merasa sesak seolah-olah akan marah.
Itu adalah dua gambaran yang muncul dalam fikiran ku, seperti gelembung kecil. Tanpa sengaja, Aku menghirup aroma dari udara kedalam dada ku. Dan Aku merasakan tenggorokan ku yang kering, yang kulupakan sampai sekarang.
Gak ada keraguan lagi, kemarin sore Aku berada di kota Miyasaka di Setagaya. Kemudian bagaiamana Aku berakhir tertidur di tengah hutan yang Aku gak tau seperti ini?
Gak, apa itu benar-benar kemarin? Angin sepoi-sepoi yang bergesekan dengan kulit ku terasa sejuk dan nyaman. Hutan ini gak memiliki sedikitpun kelembaban pada akhir Juni. Saat ini, perasaan takut mengalir dalam fikiran ku.
«Ingatan hari kemarin», yang dengan mati-matian Aku bergantung kepadanya terasa solah-olah adalah sebuah rakit yang mengapung ditengah-tengah badai di lautan, apa itu benar-benar terjadi? Apakah Aku... benar-benar siapa yang Aku pikirkan...?
Setelah mengusap wajah ku dan menarik rambut ku berkali-kali, Aku menurunkan tangan ku dan melihat detail nya. Aku merasa agak tenang karena wajah dan rambut ku terlihat sama seperti dalam ingatan ku, ada tahi lalat dibawah jempol kanan, bagian belakang dari jari tengah tangan kiri memiliki bekas luka yang kudapatkan saat Aku masih kecil.
Pada saat itu, akhirnya Aku menyadari suatu hal yang aneh.
Yang menggantikan baju tidur ku yang biasa nya bukanlah kaos oblong atau seragam sekolah, bukan, bahkan bukanlah apapun yang kumiliki. Sebaliknya, bagaimanapun Aku melihatnya, baju ini bukanlah baju yang tersedia di toko.
Baju ini berwarna biru pucat, dan bukanlah baju katun ataupun kemeja lengan pendek. Tekstur nya aneh, dan terasa kasar. Untaian di bagian belenggu seperti dijahit oleh tangan bukannya oleh mesin jahit. Gak ada kerah, potongan bentuk V di bagian dada diikat dengan tali coklat muda. Saat Aku melihat kearah tali yang dipegang oleh jari-jari ku, Aku dapat melihat kalau itu gak dibuat dengan jalinan serat, tapi sepertinya oleh kulit yang dipotong dengan rapi.
Celana nya juga dibuat dari bahan yang sama, tapi sepertinya gak diklantangkan dan berwarna krem. Gak ada kantong, sabuk kulit yang terikat di pinggang ku gak dikencangkan dengan gesper logam, tapi dengan kancing panjang dan sempit. Sepatu nya juga adalah kulit yang dijahit dengan tangan, beberapa paku payung tertancap di kulit tebal sol sepatu.
Aku gak pernah melihat baju dan sepatu seperti ini sebelum nya. —Di dunia nyata, setidaknya.
"... ...Eh."
Aku merilekskan bahu ku sembari Aku bergumam dengan sedikit helaan nafas.
Meskipun terlihat benar-benar berbeda, pada saat yang sama, adalah pakaian yang kelihatan familiar. Dari Eropa pada Zaman Pertengahan, atau secara bahasa fantasi nya, adalah apa yang disebut jubah, celana katun, dan sepatu kulit. Tempat ini bukanlah kenyataan namun adalah dunia fantasi, atau dunia virtual yang familiar.
"Eh... ..."
Aku mengatakan nya lagi selagi memiringkan kepala ku.
Itu berarti Aku tertidur saat sedang melakukan FullDive? Tapi kapan dan game apa yang sedang kumasuki? Kenapa Aku gak bisa mengingat apapun?
Toh, Aku akan mengetahui nya setelah Aku log-out, memikirkan hal itu, Aku mengayun tangan kanan ku.
Setelah beberapa detik, menu nya gak keluar, jadi sekarang Aku mencoba mengayun tangan kiri ku. Hasilnya sama saja.
Sembari Aku mendengarkan suara kicauan burung-burung kecil dan dedaunan yang bergesekan, secara serampangan Aku mencoba untuk menyingkirkan perasaan gelisah yang merambat dari pinggang ku,
Tempat ini adalah dunia virtual. Seharusnya begitu. Tapi — setidaknya ini bukan Alfheim. Ini bahkan bukan dunia VR biasa yang diciptakan dengan The Seed.
Tapi bukannya Aku baru saja memastikan tahi lalat dan bekas luka yang kumiliki di dunia nyata? Dunia VR yang bisa menciptakan hal itu dengan sangat detail, setau ku, gak ada.
“Command. ……Log out.”
Aku mengucapkan nya dengan secercah harapan, tapi hal itu gak juga memberikan respon. Aku duduk bersila, dan melihat ke tangan ku lagi.
Ada sidik jari melingkar di ujung jari ku. Ada kerutan di sendi jari. Bulu-bulu halus yang tipis yang tumbuh disitu. Keringat dingin telah menyucur untuk sementara waktu sekarang.
Aku mengelap nya menggunakan baju ku, dan mengecek detail dari kain itu lagi. Benang yang kasar diikat dengan baju menggunakan metode lama. Tali yang halus terlihat jelas di permukaan nya.
Kalau ini adalah dunia virtual, mesin yang membuat hal ini pasti sangat luar biasa bagus dayaguna nya. Aku mengalihkan tatapanku ke semak-semak didepan, dengan cepat Aku merobek sepotong rumput dengan tangan kanan ku dan menggenggam nya didepan mata ku.
Dunia VR biasa yang dibuat dengan The Seed, yang menggunakan tehnik «Detail Focusing», gak akan bisa mengikuti gerakan mendadak ku, sedikit jeda waktu akan terjadi sebelum Aku sempat melihat tekstur yang detail dari daun ini. Namun, dari tulang daun yang tipis dan ujung daun yang bergerigi, bahkan sampai tetesan air yang menetes darinya, semuanya ditampilkan dengan detail yang sangat luar biasa saat Aku menatap nya.
Itu berarti objek yang masuk kedalam pandangan ku diolah secara real-time dengan tingkat ketepatan milimeter. Kalau begitu kapasitas yang diperlukan untuk menyimpan data dari satu daun ini akan berpuluh-puluh megabytes. Apakah hal seperti itu benar-benar mungkin?
Aku tak ingin meneruskan hal ini lagi, Aku menahan fikiran seperti itu kedalam benak ku sambil mendorong rumput diantara kaki ku dan mulai menggali tanah mengunakan tangan kanan ku sebagai pengganti sekop.
Tanah lembab ini aneh nya lembut, akar kecil dari rumput dengan cepat memasuki pandangan ku. Aku melihat gerakan menggeliat diantara akar-akar yang kusut dan dengan lembut mengambil nya dengan jari-jari ku.
Itu adalah cacing tanah yang kecil, sekitar 3 centimeter panjang nya. Makhluk hijau berkilau, yang diambil keluar dari tempat tinggal nya, bergerak-gerak dengan sembrono. Apakah ini spesies baru? Tepat setelah Aku memikirkan nya, cacing itu mengangkat salah satu ujung dari tubuh nya, yang adalah kepala nya, dan mengeluarkan suara kecil Kyu— Kyu—. Sementara Aku merasa sedikit pusing, Aku menaruh nya kembali ke tanah yang kugali. Aku kemudian melihat tangan kanan ku, ada banyak kotoran hitam di telapak tangan ku, sela-sela jari tangan ku penuh dengan tanah.
Aku terdiam selama beberapa puluh detik, kemudian, sementara masih enggan, Aku memikirkan tiga hipotesis yang bisa menjelaskan situasi saat ini.
Pertama, mungkin disini adalah dunia virtual yang dibuat oleh teknologi FullDive yang telah dikembangkan. Situasi dimana Aku bangun di tengah hutan, adalah adegan pertama dalam dunia fantasy-RPG yang biasanya.
Namun, kalau begitu, gak peduli seberapa banyak jenis supercomputer yang kuketahui, gak ada satupun dari nya mempunyai kemampuan untuk menciptakan objek 3D super-detail seperti ini. Mungkin saja kalau Aku kehilangan sebagian ingatan ku dan waktu di dunia nyata telah berjalan selama beberapa tahun, atau selama belasan tahun.
Kemudian, kemungkinan kalau tempat ini bisa jadi adalah suatu tempat di dunia nyata. Itu berarti Aku adalah sebuah subjek dari tindak kejahatan, eksperimen ilegal, atau perbuatan iseng yang keterlaluan, seseorang memakaikan ku baju ini dan menempatkan ku di hutan ini — dari udara nya bisa jadi ini adalah Hokkaido, atau mungkin disuatu tempat di belahan bumi bagian selatan. Namun, kupikir di Jepang gak ada spesies cacing tanah hijau berkilau yang bisa membuat suara 'kyu kyu', atau bahkan mungkin gak ada di seluruh dunia.
Hipotesis terakhir, tempat ini mungkin terdapat di dimensi lain, dunia yang berbeda, atau mungkin dunia setelah mati. Hal ini biasa terjadi di manga,novel, dan anime. Menurut skenario dari hal tersebut, setelah ini Aku akan menolong seorang gadis dari serangan monster, mendengarkan permohonan kepala desa dan menjadi sang pahlawan, dan bertarung melawan raja iblis. Tapi gak ada «Steel sword»[1] di pinggang ku.
Aku menahan perut ku selagi tiba-tiba ingin tertawa terbahak-bahak karena pemikiran itu, setelah entah bagaimana Aku berhasil menahan nya, Aku memutuskan untuk menghilangkan kemungkinan ketiga karena sangat mustahil. Saat Aku kehilangan arah akan kenyataan dan yang bukan, Aku merasa kalau Aku juga mulai kehilangan kewarasan ku.
Bagaimanapun juga — apakah ini dunia virtual? Ataukah dunia nyata?
Kalau yang pertama, gak peduli senyata apa dunia ini, gak sulit untuk memastikan nya. Aku hanya perlu memanjat ke puncak pohon terdekat, melompat, dan mendarat dengan kepala duluan. Kalau Aku ter log-out atau dibangkitkan di save-point di sebuah kuil di suatu tempat, kalau begitu tempat ini adalah dunia virtual.
Tapi kalau ini adalah dunia nyata, hal yang terburuk akan menjadi hasil dari eksperimen itu. Di sebuah novel yang dulu pernah kubaca, sebuah organisasi kriminal, agar dapat memfilmkan game kematian asli, menculik sekitar 10 orang dan meninggalkan mereka di alam liar tak berpenghuni untuk saling membunuh satu sama lain. Meskipun hal seperti itu terlihat mustahil untuk terjadi di dunia nyata, kejadian yang sama seperti itu terjadi saat insiden SAO terjadi. Kalau ini benar-benar game yang ditempatkan di dunia nyata, kupikir melakukan bunuh diri tepat di awal bukanlah pilihan yang bagus.
"... ...Kalau benar seperti itu, mereka belum memulai permainan nya... ..."
Tanpa sadar Aku mengatakan hal itu. Setidaknya Kayaba Akihiko masih menjalankan tugas nya, menjelaskan situasi detail tepat pada awal permainan.
Aku melihat keatas langit sebelum berbicara lagi,
"Oi, GM-san! Kalau kau mendengarkan tolong jawab Aku!!"
Namun, gak peduli seberapa lama Aku menunggu, wajah besar ataupun sosok manusia berjubah gak muncul. Pada saat itu, Aku mulai mengecek semak-semak di sekeliling lagi sebelum mencari sesuatu di baju ku yang mungkin saja adalah buku peraturan, tapi Aku gak bisa menemukan apapun.
Tampaknya, siapapun yang melemparku ke tempat ini gak berniat untuk merespon panggilan ku. Situasi ini, kalau bukan kecelakaan kalau begitu... tapi...
Sembari mendengarkan kicauan burung-burung, Aku dengan sembrono memikirkan tentang apa yang harus kulakukan setelah ini.
Kalau ini adalah kecelakaan di dunia nyata, Aku harus menganggap kalau bergerak kesana-kesini dengan ceroboh bukanlah pilihan yang bagus. Mungkin saja saat ini, tim penyelamat sedang dalam perjalanan kesini.
Tapi, apa alasan nya kecelakaan seperti ini bisa terjadi?
Kalau berusaha mendapatkan satu alasan dengan paksa, sebuah masalah terjadi pada kendaraan yang kunaiki saat dalam perjalanan — mau itu pesawat ataupun mobil, dan Aku jatuh pingsan di hutan ini, dampak nya membuat ku kehilangan ingatan akan kejadian yang terjadi sebelum dan setelah hal itu. Tapi hal itu gak bisa menjelaskan tentang pakaian aneh ini, dan juga gak ada luka di tubuh ku.
Atau, suatu kecelakaan terjadi saat Aku berada di dunia virtual, hal seperti itu juga mungkin. Ada kendala yang berlangsung di rute komunikasi dan membuat ku masuk ke dunia yang bukan seharusnya kumasuki. Tapi dalam hal ini, objek 3D yang super-detail ini gak bisa dijelaskan.
Dan juga, kalau menganggap kalau situasi ini diatur oleh niat seseorang. Kalau begitu akan lebih baik untuk berfikir kalau 'selama Aku gak berbuat apa-apa, situasi nya gak akan berubah'.
"Yang mana... ..."
Apakah ini kenyataan? Ataukah dunia VR? Pasti ada cara untuk mengetahui nya, Aku berfikir seperti itu selagi bergumam.
Pasti ada jalan. Dunia virtual yang mendekati sempurna sampai-sampai orang gak bisa membedakan nya dengan kenyataan, meskipun kata-kata itu sering digunakan, Aku gak yakin kalau menciptakan seluruhnya dengan tingkat ketepatan 100% itu mungkin.
Sudah hampir 5 menit Aku duduk di rumput ini sambil berfikir tentang berbagai macam hal. Namun, Aku gak bisa menemukan ide yang masuk akal untuk situasi seperti ini. Kalau Aku punya mikroskop, Aku bisa mencari eksistensi dari mikro-organisme di tanah, atau kalau Aku punya pesawat, Aku bisa terbang sampai ke ujung permukaan. Namun, sayang nya, hanya dengan tangan dan kaki yang kupunya, menggali tanah adalah hal terbaik yang bisa kulakukan.
Pada saat seperti ini, kalau Asuna, dia pasti punya cara untuk mengidentifikasi dunia ini yang tak bisa kupikirkan, Aku mengeluarkan helaan nafas pendek selagi memikirkan hal itu. Atau kalau Asuna, dia gak akan duduk sambil khawatir seperti ini, tapi dengan cepat melakukan suatu tindakan.
Aku mengigit bibirku saat rasa putus asa menyerang ku lagi.
Aku terkejut kalau Aku sampai begini hanya karena gak mungkin untuk mengontak Asuna, tapi Aku juga menerima hal ini. Selama dua tahun terakhir ini, Aku mendiskusikan hampir semua keputusan ku dengan nya. Sekarang, tanpa sirkuit berfikir Asuna, otakku seperti CPU yang setengah dari inti nya mati.
Rasanya baru kemarin Aku mengobrol dengan asyik dengan nya selama beberapa jam di toko milik Agil. Kalau Aku tau ini bakal terjadi, Aku gak akan ngobrol tentang RATH ataupun STL, tapi tentang bagaimana cara membedakan kenyataan dengan dunia virtual super-deta—……
“Ah……”
Tanpa sengaja Aku menaikkan tubuh ku. Suara disekitar dengan cepat mereda.
Jadi begitu, dan Aku gak menyadarinya sampai sekarang.
Bukannya Aku udah tau tentang hal itu? Eksistensi dari sesuatu yang jauh melebihi mesin FullDive, teknologi yang bisa dibilang dapat membuat dunia VR dengan kualitas super-nyata. Kalau begitu dunia ini adalah... ...
"Didalam Soul Translator... ...? Apakah tempat ini... Underworld?"
Gak ada respon akan gumaman ku selagi Aku tanpa sadar melihat kesekeliling ku dengan penuh kebingungan.
Hutan yang dipenuhi pohon-pohon tua yang hanya bisa kupikirkan sebagai benda nyata. Rerumputan yang bergoyang. Kupu-kupu yang beterbangan.
"Semua itu... ... sebuah mimpi buatan yang ditulis langsung kedalam Fluctlight milik-ku... ...?"
Pada hari pertama Aku memulai kerja paruh waktu di sebuah perusahaan, «RATH»; si peneliti dan operator, Higa Takeru, dengan bangga menjelaskan struktur dari STL dan sebagaimana nyata nya dunia yang bisa dibuat kepada ku.
Dan Aku menyadarinya setelah Test Dive setelah nya, kalau kata-kata nya sama sekali gak dilebih-lebih kan — namun, yang kulihat pada saat itu hanya satu ruangan. Meskipun meja, kursi dan berbagai benda kecil yang ada disana benar-benar sulit untuk dibedakan dengan yang sebenarnya, ruangan itu sendiri gak bisa disebut sebagai «Dunia».
Namun, ukuran dari hutan yang mengitari ku sekarang, mungkin beberapa kilometer di kenyataan. Enggak, kalau pegunungan yang samar-samar terlihat dibalik pepohonan itu benar-benar ada, kalau begitu ukuran dari tempat ini bakal ada di level puluhan atau bahkan ratusan kilometer.
Mencoba untuk membuat hal ini menggunakan teknologi yang ada, meskipun menggunakan tempat penyimpanan yang tersedia di internet gak akan bisa muat untuk mencangkup seluruh data yang dibutuhkan. Hanya teknologi terbaru... ... seperti «Visual Mnemonic» dari STL, yang bukan hanya bisa membuat pemandangan yang mustahil di kenyataan, tapi dapat membuat objek berukuran besar seperti ini, Aku benar-benar gak membayangkan nya.
Kalau begitu, kalau tebakanku kalau tempat ini adalah Underworld, dunia virtual yang diciptakan dengan STL, itu benar, mustahil untuk memastikan nya gak peduli tindakan apa yang kulakukan didalam nya.
Itu karena semua objek yang ada disini, bukan, semua 'hal' disini ada pada level yang sama dengan kenyataan dalam kesadaran ku. Gak peduli seberapa banyak rumput yang kurobek, informasi yang sama seolah-olah Aku melakukan nya didunia nyata akan terkirim kedalam kesadaran ku — Fluctlight ku, jadi memang mustahil secara teori untuk memastikan kalau dunia ini adalah eksistensi virtual.
Jadi, kalau STL akan digunakan dalam komersial, sebuah tanda untuk mengidentifikasi kalau ini adalah dunia virtual seharusnya sangat dibutuhkan... ... Aku berdiri selagi memikirkan hal itu.
Meskipun Aku masih belum mendapatkan bukti konkrit, lebih baik befikir kalau tempat ini adalah Underworld. Itu berarti sekarang di dunia nyata, Aku sedang berbaring didalam mesin eksperimen STL di kantor pengembangan Roppongi milik RATH, melakukan kerja paruh waktu bergaji 2000 yen per jam.
"Tapi... ... bukan nya ini aneh... ...?"
Setelah beberapa momen lega, Aku memiringkan kepala ku lagi.
Sang operator, Higa dengan jelas mengatakan kalau untuk mencegah kontaminasi dari test data, memori dunia nyata dari Kirigaya Kazuto seluruhnya akan diblokir. Tapi saat ini, yang gak bisa kuingat hanya satu hari, dari mengantar Asuna pulang sampai Aku pergi kedalam STL di RATH besok nya, hal itu jauh dari kata diblokir.
Dan juga — berhubung ujian akhir sudah dekat, bukan nya Aku memutuskan untuk keluar dari kerja paruh waktu ini untuk belajar? Kupikir Aku bukanlah orang yang dengan mudah nya melanggar janji ku dengan Asuna setelah sehari hanya karena gaji perjam yang besar.
Selain itu, dari situasi ini, meskipun ini adalah test Dive STL, gak diragukan lagi kalau terjadi suatu masalah. Aku melihat kearah langit biru diantara cela-celah dari puncak pohon dan berteriak dengan suara yang lantang,
"Higa-san, kalau kau sedang mengamati, hentikan proses Dive untuk sementara! Sepertinya sedang terjadi suatu masalah!"
Aku berteriak seperti itu, menunggu jawaban selama lebih dari 10 detik.
Namun, dedaunan terus melambai dibawah cahaya matahari, kupu-kupu terus mengepakkan sayap nya dengan lemah, gak ada perubahan dari pemandangan sekitar.
"... ...Uu... ...mungkin, ini... ..."
Aku mengerang dengan suara yang pelan menuju suatu kemungkinan yang tiba-tiba kusadari.
Mungkin Aku telah menyetujui eksperimen ini — apakah seperti itu?
Dengan kata lain, agar mereka dapat memperoleh data tentang tindakan yang akan kulakukan kalau Aku berada ditempat yang Aku gak bisa yakin apakah tempat itu adalah dunia virtual atau kenyataan, mereka memblokir memori ku tepat sebelum melakukan Dive dan melemparku ke dunia super nyata yang berbeda yang diciptakan dengan STL.
Kalau seperti itu, Aku merasa ingin menampar wajah ku yang dengan mudah nya setuju terhadap eksperimen kejam tersebut. gak salah untuk mengatakan kalau sangat dangkal kalau berfikir kalau Aku dengan mudah nya menemukan cara yang akurat dan cepat untuk lari dari situasi ini.
Aku menghitung persentase dari kemungkinan yang dengan cukup dapat menjelaskan situasi sekarang sambil melipat jari-jari tangan kanan ku.
"Hmm... ... kemungkinan kalau ini adalah kenyataan adalah... 3 persen. Dunia VR saat ini... 7 persen. Kesetujuan ku dalam melakukan test Dive kedalam STL... 20 persen. Kecelakaan mendadak saat melakukan Dive... 69.0000 persen... ..."
Difikiran ku, Aku menambah kemungkinan 0.0001 persen terakhir kalau Aku hilang kedalam dunia yang benar-benar berbeda. Dan itu adalah batas dari hal yang bisa kupikirkan. Untuk mendapatkan informasi lebih, Aku harus dengan berani menantang bahaya dan mencoba untuk mengontak manusia lain atau pemain atau test Diver.
Jadi sekarang waktu nya untuk bertindak.
Pertama-tama, Aku ingin melegakan tenggorokan ku yang kering sampai sekarang. Aku membalikkan tubuh ku di tengah-tengah rumput yang menyelimuti tanah dimana Aku berdiri. Menuju kearah dimana samar-samar suara arus datang, dilihat dari lokasi matahari, mungkin kearah timur.
Sebelum Aku mulai bergerak, tangan kanan ku meraba-raba punggung ku lagi, tentu saja gak ada sebuah stik disana, apalagi pedang. Aku menendang perasaan putus asa jauh-jauh saat Aku melangkahkan kaki kanan ku, hanya 10 langkah yang dibutuhkan untuk mencapai ujung tanah yang dilapisi rumput. Aku melewati dua pohon tua yang tumbuh seolah-olah adalah gerbang alami, dan melangkah kedalam hutan yang dalam.
Lantai hutan ini ditutupi dengan lumut tebal yang seperti beludru, ruang nya terasa asing dan mencurigakan. Daun-daun dari pepohonan yang tumbuh tinggi hampir seluruhnya menghalangi cahaya matahari, hanya lintasan cahaya emas yang sempit yang dapat sampai ke tanah. Kupu-kupu yang menari-nari di sekitar rumput tergantikan oleh kumbang aneh yang terlihat seperti capung atau ngengat, mereka meluncur tanpa suara di udara. Kadang-kadang, suara dari sesuatu datang dari suatu tempat masuk ketelinga ku. Itu adalah hal yang kupikir gak ada di bumi di dunia nyata.
Aku berjalan selama sekitar 15 menit sambil berdoa agar binatang ganas yang besar atau monster gak akan muncul. Aku merasa sangat lega saat jalan yang dibanjiri oleh cahaya matahari dapat terlihat oleh ku. Suara dari air menjadi jelas, Aku yakin kalau didepan sana adalah sungai. Aku secara alami mempercepat langkah ku sambil menahan rasa haus di tenggorokan ku.
Saat Aku buru-buru pergi keluar hutan, dipisahkan oleh area tiga meter yang dipenuhi rumput, adalah permukaan air, yang dimana cahaya silver dari matahari memantul dan memasuki mata ku.
"A-Air—”
Dengan gerangan sedih, Aku berjalan terhuyung-huyung pada jarak terakhir, sebelum menjatuhkan tubuh ku ke semak halus di sisi sungai.
“Uo……”
Aku tanpa sengaja mengangkat suara ku saat Aku meletakkan nya di perut ku.
Benar-benar arus yang indah. Sungai ini gak lebar, selagi Aku merayap, Aku dapat melihat aliran air yang transparan. Seperti tetesan cat biru yang ada di warna yang kurang, Aku dapat dengan jelas melihat pasir di permukaan sungai melalui arus yang benar-benar jernih.
Sampai beberapa detik yang lalu, dengan sedikit kemungkinan yang tersisa kalau tempat ini adalah dunia nyata, Aku masih memikirkan bahaya akan meminum air mentah. Namun, melihat arus yang terlihat seolah-olah seperti kristal yang cair, tak bisa menahan godaan, tangan kanan ku terjun kedalam permukaan sungai. Dengan suara yang tinggi seolah-olah memotong air yang dingin, tangan kanan ku menuang air itu kedalam mulut ku.
Apakah ini bisa dibilang manis? Aku gak bisa merasakan sedikitpun kotoran, rasa air yang manis dan melegakan membuat ku gak ingin lagi membeli air mineral di toko lagi. Setelah menggunakan kedua tangan untuk mengambil air dengan cepat, Aku akhirnya memasukkan mulut ku ke permukaan air.
Selagi befikir kalau ini benar-benar rasa dari air kehidupan, di sudut fikiran ku, kemungkinan kalau tempat ini adalah dunia virtual yang diciptakan dengan mesin FullDive sekarang telah sepenuh nya tereliminasi.
Itu karena, untuk mesin yang paling umum sekarang — yang bernama AmuSphere, mustahil untuk menciptakan ulang cairan sesempurna ini. Polygon adalah angka koordinat tak terhingga yang membentuk permukaan berlevel sebelum terhubung satu sama lain untuk membuat sebuah objek, dan gak cocok untuk menciptakan bentuk keserampangan dan rumit dari air. Namun, keadaan air yang bergoyang di tangan ku, tumpah, dan mengalir kebawah sama sekali gak memiliki tanda-tanda kalau itu adalah buatan.
Aku juga ingin menghilangkan kemungkinan kalau tempat ini adalah dunia nyata — selagi berfikir seperti itu, Aku mengangkat tubuh ku dan melihat kesekitar lagi. Sungai yang amat jernih, hutan luar biasa yang terus membentang sepanjang pinggir sungai, dan warna binatang kecil yang sangat jelas, Aku gak yakin hal itu ada dimanapun di bumi. Umumnya, bukan nya yang namanya alam kalau disentuh oleh tangan manusia akan menjadi lingkungan yang buruk? Dan juga, apakah ada suatu alasan Aku gak digigit serangga sampai sekarang, meskipun Aku mondar-mandir sementara dengan pakaian yang enteng seperti ini?
—Memikikan hal ini, Aku punya perasaan kalau STL dapat memanggil gerombolan besar serangga beracun, Aku berdiri sambil menyingkirkan pemikiran itu. Setelah Aku mengatur ulang kemungkinan kalau tempat ini adalah dunia nyata menjadi satu persen, sekarang, Aku melihat ke arah kanan dan kiri.
Aliran sungai membentuk kurva secara bertahap dari utara ke selatan. Ujung dari kedua arah tertutupi oleh kumpulan pohon besar. Namun, dari kebersihan nya, kedinginan nya, dan lebarnya, kupikir sumber dari sungai ini seharusnya agak dekat. Kalau begitu, akan tinggi kemungkinannya ada rumah atau kota di hilir sungai ini.
Akan mudah kalau Aku punya perahu... Fikir ku sembari mulai berjalan menuju hilir — pada saat itu,
Angin sepoi-sepoi yang sedikit berubah arah sedikit mengeluarkan suara yang ganjil memasuki telinga ku.
Sesuatu yang keras, entah itu pohon yang besar atau sesuatu yang mirip tertancap sesuatu, suara seperti itu. Bukan hanya sekali. Aku mendengarkan suara dengan laju yang tetap dengan interval sekitar 4 detik.
Suara itu bukan beasal dari binatang atau sumber alam. Suara itu jelas adalah suara yang dibuat orang. Suara itu jelas adalah suara seseorang yang sedang memotong pohon di hutan ini. Tapi mencoba untuk mendekatinya mungkin akan berbaaya, Aku membuat senyum pahit setelah berfikir sementara waktu. Toh ini bukanlah dunia MMORPG dimana bertarung dan membunuh dianjurkan. Membuat kontak dengan orang lain dan mendapatkan informasi adalah pilihan berprioritas utama saat ini.
Aku berbalik setengah putaran menuju hulu sungai, dimana suara gema itu berasal.
Tiba-tiba, Aku mempunyai perasaan kalau Aku melihat pemandangan yang aneh.
Di sisi kanan adalah permukaan sungai yang beriak. Hutan yang lebat dan dalam di sisi kiri. Di depan adalah jalan hijau yang membentang menuju suatu tempat.
Disana, tiga anak berjalan saling berdampingan. Diantara anak laki-laki berambut hitam dan anak laki-laki berambut coklat muda, adalah anak perempuan yang memakai topi jerami yang rambut panjang emas nya berayun dan berkilau. Dibawah sinar matahari musim panas, cahaya emas tersebar dengan bebas.
Ini — memori... ...?
Jauh, hari-hari yang tak bisa kembali. Kepercayaan abadi yang mereka bersumpah untuk melakukan segala nya untuk melindungi, tapi seperti bongkahan es dibawah cahaya matahari, perlahan menghilang—
Hari-hari nostalgia itu...
Bagian 2
Bagian 3
Bagian 4
Bagian 5
Bagian 6
Referensi
- ↑ equipment standar yang biasanya diperoleh di awal game fantasy-RPG. atau bisa saja 'wooden sword'