Editing
Overlord (Indonesia):Volume 6 Chapter 6
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
=Part 1= '''Bulan Api Bawah (Bulan ke 9), Hari ke 3, 17:44''' Pintu ruang resepsi (Ruang Terima Tamu) terbuka pelan-pelan. Meskipun engsel pintu itu baru saja dilumasi dan seharusnya bisa terbuka dengan mulus, pintu tersebut terbuka pelan-pelan seakan ada perbedaan tekanan yang besar antara yang ada di dalam dan di luar. Sama seperti hati Sebas. Jika pintu itu tau bagaimana rasanya, pintu itu tidak akan terbuka, tapi pintu itu masih berayun terbuka dan dia bisa melihat seluruh orang yang menunggu dirinya di dalam. Yang menunggu di dalam ruangan kosong biasa itu adalah empat figur heteromorfik. Satu adalah warrior berwarna biru. Dia telah membatalkan aura dingin miliknya dan berdiri dengan tegas memegang halberd di tangan. Satunya lagi adalah devil. Emosi macam apa yang dia sembunyikan dibalik wajahnya yang menghina? Di lengan devil itu ada seorang Janin yang terlihat seperti malaikat bersayap yang kelihatannya terlihat seperti batang pohon. Dan yang terakhir- "Saya tidak memiliki alasan untuk datang terlambat." [[File:Overlord vol 06 ch 1 01.jpg|300px|thumbnail|right]] Dengan menggunakan seluruh kekuatan semangatnya untuk menekan getara pada suara, Sebas membungkuk dalam-dalam kepada Supreme Being yang satu-satunya sedang duduk. Bagi Sebas, yang memegang posisi pelayan rumah dan kepala pelayan, hanya ada satu yang dia beri penghormatan dan rasa takut yang terdalam. Salah satu dari 41 Supreme Being. -Ainz Ooal Gown. Penguasa Nazarick yang memegang kekuatan yang luar biasa. Di tangannya ada 'staff of Ainz Ooal Gown' yang mengeluarkan aura gelap. Di dalam lubang matanya, api merah redup berkedip terus menerus. Sebas bisa merasakan mata itu pelan-pelan memeriksa figur yang membungkuk. "...Jangan mengkhawatirkan tentang itu Sebas. Itu adalah kesalahanku karena tiba tanpa ada pemberitahuan lebih dahulu. Masuklah, kita tidak bisa melakukan percakapan jika kamu hanya membungkuk di pintu." "Baik." Sebas bereaksi kepada suara berat dan berdiri dengan kepala yang masih menunduk. Ketika dia mengambil satu langkah ke depan, dia merasakan hawa dingin yang mengalir di punggungnya. Dia bisa merasakan rasa permusuhan tersembunyi dan nafsu membunuh. Tatapannya pelan-pelan diarahkan kepada Dua Guardian. Mereka kelihatannya tidak seperti sedang memperhatikan dirinya, tapi hanya orang biasa yang berpikir seperti itu. Sebas bisa tahu. Di dalam suasana yang tegang itu, tidak ada aura yang bersahabat. Itu adalah sebaliknya, dia sedang dianggap sebagai seorang musuh. Sebas bisa menebak mengapa mereka memendam rasa permusuhan kepadanya dan bertanya-tanya jika ada orang lain satupun yang bisa mendengar degup jantungnya. "Adalah yang terbaik bagimu untuk berhenti disana." Suara dingin Demiurge menghentikan langkah Sebas. Jarak itu terlihat jauh dari sang tuan. Namun tidak terlalu jauh untuk bisa melakukan percakapan dan itu adalah jarak yang terhormat setelah mempertimbangkan seberapa besar ruangan ini. Namun, jika itu adalah Ainz, dia akan berkata kepada Sebas untuk datang lebih dekat. Tiadanya kalimat seperti itu memberikan Sebas rasa keterasingan yang sangat besar. Bukan hanya itu, tapi jarak itu berada dalam jangkauan ideal dari serangan Cocytus. Solution yang ikut masuk dengan Sebas juga berdiri di pintu. "Kalau begitu sekarang..." Sebas tidak tahu mengapa, tapi Ainz membuat suara hampa dengan jari tulang belulangnya. "Aku harus bertanya kepadamu dahulu, Sebas. Apakah aku harus menjelaskan mengapa aku kemari?" Hanya ada satu alasan. Situasinya sendiri sudah cukup mengatakan. "...Tidak perlu, karena saya sudah mengerti." "Kalau begitu aku ingin mendengar darimu mulutmu sendiri, Sebas. Aku mendengar laporan, kelihatannya kamu mengambil peliharaan yang manis?" -Seperti yang diduga. Sebas merasakan hawa dingin yang mengalir di punggungnya. Lalu dia teringat bahwa dia belum menjawab pertanyaan tuannya dan cepat-cepat mengangkat suara. "-Ya!" "...Kamu telah menjawabnya. Aku akan tanya sekali lagi, Sebas. Apakah kamu merawat peliharaan yang manis?" "Ya, saya merawatnya." "Kalau begitu aku harus mendengarmu dahulu. Mengapa kamu tidak melaporkannya kepadaku?" Sebas melihat ke arah lantai dengan bahu yang gemetar, takut terhadap situasi yang akan menjadi buruk jika dia berkata sesuatu. Melihat bagaimana Sebas belum menjawab, Ainz bersandara ke sisi kursi. Suara berderit bergema dengan keras ke seluruh ruangan. "Ada apa Sebas? Kelihatannya kamu berkeringat. Apakah mau kupinjamkan sapu tangan?" Ainz mengeluarkan sapu tangan putih dengan gerakan berlebihan dan dengan santai melemparkannya ke arah Sebas. Sapu tangan itu terbang melewati meja dan terbuka sebelum jauh ke lantai. "Aku persilahkan kamu menggunakannya." "Ya! Terima kasih." Sebas mengambil satu langkah untuk mengambil sapu tangan, tapi ragu-ragu untuk menggunakannya. "...Tidak ada darah satu tetespun dari darah peliharaanmu disitu. Aku hanya tidak ingin melihatmu berkeringat banyak." "Saya minta maaf karena telah menunjukkan sisi diri saya yang tidak berkenan kepada anda." Sebas membuka sapu tangan itu dan mengusap keringatnya. Sapu tangan itu berubah warna menyerap kelembaban dalam jumlah besar yang tidak terduga. "Sekarang, Sebas. Ketika aku mengirimmu ke ibukota, aku sudah bilang padamu untuk merekam setiap hal apapun dan mengirimkan laporannya kembali. Apakah ini karena sulit bagimu dalam memutuskan mana laporan yang berguna atau tidak. Sebenarnya, ada banyak rumor yang tertulis dalam laporan itu juga, benar kan?" "Benar, memang begitu." "Kalau begitu Demiurge, aku bertanya kepadamu untuk memastikan, karena kamu telah melihat seluruh laporan yang dikirim Sebas juga. Apakah ada yang menyebutkan peliharaan dalam laporan itu?" "Tidak, Ainz-sama. Saya telah memeriksanya berkali-kali, tapi tidak ada satupun yang menyebutkannya." "Kalau begitu, Sebas, katakan padaku mengapa kamu melakukan hal itu. Mengapa kamu tidak melaporkannya?... Aku ingin tahu mengapa kamu mengabaikan perintahku. Apakah ucapan dari Ainz Ooal Gown tidak cukup untuk mendorongmu?" Kalimat itu mengguncang suasana. Sebas buru-buru menjawab. "Tentu saja tidak. Itu adalah kebodohan saya yang berpikir bahwa hal itu tidak cukup penting untuk dilaporkan kepada anda, Ainz-sama." Suara hening memenuhi ruangan. Empat Nafsu membunuh menusuk tubunya: Cocytus, Demiurge, malaikat yang digenggam oleh Demiurge di tangan dan Solution. Dengan sebuah perintah, mereka tidak akan ragu untuk menyerang Sebas. Tidak rasa takut akan kematian. Mati untuk Nazarick adalah kehormatan tertinggi, tapi tercatat mati sebagai pengkhianat membuat tubuh Sebas gemetar. Bagi seorang ciptaan dari 41 Supreme Being, mati sebagai pengkhianat adalah rasa malu yang terbesar yang bisa terjadi. Ketika dahi Sebas penuh dengan keringat sekali lagi, Ainz berbicara. "...Jadi yang kamu bilang, itu adalah keputusan bodohmu sendiri? Apakah itu maksudmu?" "Ya, Ainz-sama. Maafkan tindakan saya yang tidak bijaksana tersebut." "...Hmm, begitukah... aku mengerti." Setelah mendengar permintan maaf Sebas yang tulus, suara netral Ainz kembali sekali lagi. Seakan tidak ada lagi perintah untuk menghabisi Sebas, suasana di dalam sana kembali normal sekali lagi. Namun, Sebas belum bisa tenang karena perintah Ainz selanjutnya membuat jantung Sebas tenggelam. "Solution. Bawa peliharaan Sebas kemari." "Saya mengerti." Setelah Solution pergi, pintu itu tertutup dengan lirih. Indera Sebas yang tajam mencari langkah kaki Solution dari balik pintu, berjalan semakin menjauh dan menjauh. Di tempat ini, ada empat makhluk heteromorfik: Ainz, Demiurge, Cocytus dan malaikan yang berbentuk aneh. Apakah alasan mengapa mereka tidak repot-repot menyembunyikan penampilan mereka karena tidak perlu? Jika seseorang dari Nazarick ingin membuat seseorang tidak bisa berbicara lagi, membunuhnya adalah metode yang terbaik, tapi sudah terlalu terlambat untuk berpikir demikian. Dia bisa merasakan dua orang yang mendekati pintu. -Apa yang harus kulakukan? Sebas melihat ke arah atap yang kosong. Jika dia kemari, maka dia harus memutuskan. Hanya ada satu pilihan. Dia melihat ke arah Demiurge dan Ainz yang masih mengamatinya, dan tatapannya jatuh ke lantai sekali lagi. Ada sebuah suara ketukan di pintu lalu pintu itu terbuka. Ada dua orang wanita yang berdiri disana, seperti yang diduga. "Saya telah membawanya." Meskipun Sebas membelakanginya, dia bisa mendengar suara megap-megap dari Tsuare di pintu. Mungkin dia sedang panik setelah melihat seorang devil, Demiurge. Mungkin dia ketakutan setelah melihat serangga raksasa, Cocytus. Mungkin dia terperangah setelah melihat Jelmaan kematian, Ainz. Atau mungkin semuanya. Rasa tidak senang dari para guardian hanya semakin menguat dengan keberadaan Tsuare di depan mereka. Dalam sisi lain, dia adalah perwujudan dari kesalahan dan kegagalan Sebas. Tsuare tak bisa berhenti gemetar dengan seluruh rasa permusuhan yang diarahkan kepadanya. Di dunia ini, para guardian adalah makhluk yang ultimate, dan seluruh makhluk lemah akan gemetar ketakutan hanya dengan penampakan dari mereka. Fakta bahwa Tsuare tidak menangis adalah sikap yang sudah luar biasa. Sebas tidak melihat ke belakang. tapi dia bisa merasakan tatapan Tsuare yang terpaku padanya. Keberaniannya datang dari kenyataan bahwa Sebas ada di dalam ruangan yang sama. "Cocytus, Demiurge, hentikan, belajarlah dari contoh Victim." Dengan suara lembut Ainz, suasana berubah. Tidak, seharusnya bisa dikatakan bahwa seluruh rasa permusuhan kepada Tsuare telah hilang. Ainz mengulurkan lengan kirinya ke arah Tsuare dan mengisyaratkan kepadanya untuk masuk. "Masuklah, peliharaan baru Sebas, Tsuare." Seakan terkena mantra, dia masuk ke dalam ruangan dengan langkah yang goyah. "Kamu tidak mencoba lari, sangat pemberani sekali dirimu. Atau apakah kamu mendengar sesuatu dari Solution? Tergantung dari sikapmu, nasib Sebas akan diputuskan?" Tsuare yang gemetar terus menerus, tidak bisa menjawab. Sebas merasa tatapan Tsuare terarah ke punggungnya dengan kuat. Itu saja sudah membuatnya tahu bagaimana perasaannya. Tanpa ragu. Tsuare berdiri di belakang Sebas saat dia masuk ke dalam ruangan. Cocytus pelan-pelan bergerak dan berdiri di belakang Tsuare seakan sedang menunggu sesuatu. Tsuare menggenggam sudut lengan baju Sebas. Sebas bisa teringat ketika pertama kali dia menggenggam sudut lengan bajunya di lorong. Mungkin jika dia bersikap lebih hati-hati dulu, ini tidak akan terjadi. Demiurge melihat ke arah Tsuare dengan sikap dingin dan tiba-tiba-t "Berlutut..." - Suara jentikan jari terdengar. Demiurge, yang akan bicara mengerti maksud tuannya, dan menelan ucapan yang ingin dia katakan. "-Tidak apa, Demiurge. Karena telah menunjukkan keberanian tidak lari, Aku, penguasa Nazarick akan memaafkan sikapnya yang kurang sopan santun." "Maafkan saya sedalam-dalamnya." Ainz mengangguk pelan kepada permintaan maaf Demiurge. "Kalau begitu..." Kursi itu berderit ketika titik beratnya berpindah. "Pertama adalah perkenalan. Aku adalah Ainz Ooal Gown, tuan dari Sebas." Begitulah. 41 Supreme Being, mereka mengendalikan segalanya; bahkan hidup dan mati Sebas. Deklarasi tuannya jika dia adalah pelayan membawanya dalam kegembiraan yang besar. Sayangnya, kegembiraan itu hanya cukup kuat untuk membuat punggungnya sedikit gemetar. Itu bukan karena Tsuare ada disini, karena untuk sesaat dia bahkan lupa jika Tsuare ada disana. Tidak, tapi hal lain. Meskipun ketika Sebas memikirkannya, percakapan berlanjut. "Ah... Saya..." "Tidak apa, Tsuare. Aku hanya ingin tahu jika kamu ada. Aku tidak tertarik dengan hal lainnya. Kamu hanya perlu berdiri disana. Kamu akan segera tahu mengapa aku memanggilmu." "Kalau begitu..." Cahaya merah di lubang mata Ainz bergerak. "...Sebas, aku ingin mendengarnya darimu. Aku memerintahkanmu untuk bertindak serahasia mungkin." "Ya." "Karena wanita yang tidak berguna ini, kamu membuat masalah lain yang mengjengkelkan semakin berkembang, apakah aku benar?" "Anda benar." Tsuare sedikit terkejut ketika penyebutan 'tidak berguna', tapi Sebas tetap tidak bergeming. "...Apakah kamu tidak berpikir bahwa tindakan itu melanggar perintahku dengan sengaja?" "Saya minta maaf sedalam-dalamnya karena pemikiran saya yang dangkal telah membuat anda tidak senang. Saya akan berhati-hati agar kejadian seperti ini tidak terjadi lagi-" "-Tidak apa." "Tuanku?" "Aku bilang tidak apa." Ainz membetulkan posturnya sekali lagi dan kursi itu berderit. "Semua orang membuat kesalahan. Sebas, aku memaafkan dosamu." "-Saya berterima kasih kepada Ainz-sama atas kebaikannya." "Tapi setiap kesalahan ada harganya... Bunuh dia." Suasana ruangan itu tertekan lagi dan rasanya seakan suhu di ruangan itu turun beberapa derajat. Tidak, bukan begitu. Satu-satunya orang yang merasakan itu adalah Sebas. Semua orang yang lain dari Nazarick tidak bergeming. Sebas menelan ludah. Apa yang dia perintahkan untuk dibunuh? Tidak, tak perlu ditanya lagi. Kenyataan bahwa harus begini membuat jantung dan mulut Sebas sama-sama berat. "...Maafkan saya...!" "Hmm.. Maksudku adalah kamu singkirkan akar dari kesalahanmu, dengan begitu kamu bisa menebus diri. Jika ada satupun jejak kesalahan yang tersisa, itu akan membuat contoh yang tidak baik untuk yang lain. Kamu adalah kepala pelayan dari Nazarick. Seseorang yang berdiri di atas banyak orang lainnya. Jika seseorang dengan posisi sepenting itu tidak melakukan apapun untuk menebus kesalahannya..." Sebas mengeluarkan nafas dalam-dalam dan menarik nafas sekali lagi. Dia yang tidak mengelak di depan musuh terkuat apapun merasa seperti mangsa kecil yang disudutkan oleh seekor predator. "Sebas, apakah kamu adalah orang yang mengikuti keputusan dari 41 Supreme Being, ataukah kamu adalah seseorang yang mengikuti keputusanmu sendiri?" "Itu adalah-" "Tidak perlu menunjukkan kalimat apapun lagi. Tunjukkan padaku tindakanmu." Ainz menutup matanya dan membukanya lagi. Ragu-ragu dalam sejenak, tidak, bahkan sedetikpun adalah waktu ragu-ragu yang lama. Itu adalah waktu yang cukup bagi seorang pelayan yang setia seperti Cocytus, Demiurge dan Solution untuk menunjukkan rasa permusuhan sekali lagi, Dalam waktu itu, Sebas membuat kesimpulan. Sebas adalah kepala pelayan Nazarick. Dia tidak lebih dari itu. Keragu-raguannya yang bodoh menyebabkan situasi ini. Jika dia meminta izin sebelumnya, ini pasti tidak akan terjadi. Itu semau adalah kesalahannya. Mata Sebas terlihat teguh. Dia berputar ke arah Tsuare dan tangan Tsuare melepaskan pegangannya. Tangan itu melayang di udara untuk sesaat karena ragu-ragu sebelum jatuh terkulai. Tsuare bisa mengerti keputusan mana yang dibuat oleh Sebas setelah melihat wajahnya. Dia tersenyum dan menutup matanya. Tidak ada tanda ketakutan atau keputusasaan darinya. Dia memiliki wajah seorang martyr yang sudah siap menerima takdirnya. Gerakan Sebas tidak ada keraguan sama sekali pula. Sebas sangat tenang. Tindakannya menunjukkan bagaimana tindakan seharusnya dari seorang pelayan setia dari Nazarick. Tidak ada alasan untuk tidak patuh terhadap perintah sang Tuan. Tidak ada penyesalan. Hanya ada loyalitas. Sebas menggenggam tinjunya dengan erat untuk memberinya satu sikap ampunan yang bisa dia berikan. Sebuah kematian yang cepat. Tinjunya melayang ke arah kepala Tsuare. Lalu- -Sesuatu yang keras mencegat gerakan Sebas. "-Mengapa kamu menghalangi?" Tinju Sebas, yang seharusnya bisa menghancurkan kepala Tsuare telah ditahan. Salah satu lengan Cocytus menangkap tinjunya dahulu. Mencegah Sebas melakukan perintahnya, bukankah Cocytus tidak mematuhi perintah Tuannya? Tapi rasa heran Sebas langsung hilang. "Hentikan Sebas." Saat dia akan menyerang untuk kedua kalinya, Sebas mematuhi ucapan Ainz. Tidak ada teguran untuk Cocytus, tapi hanya perintah kepada Sebas untuk berhenti. Dengan kata lain, alasan Cocytus menghentikan Sebas karena itu sudah direncanakan demikian. Semuanya adalah sebuah akting, diatur untuk menguji loyalitas dan kemauan Sebas. Tsuare membuka sedikit matanya dan memastikan bahwa kematiannya tidak akan segera terjadi. Saat ancaman kematian telah hilang, begitu juga dengan seluruh tekanan pada dirinya dan Tsuare terisak saat tubuhnya mulai gemetar. Kakinya terlihat seakan mau roboh, tapi Sebas tidak menggenggamnya. Tidak, dia tidak bisa menggenggamnya. Apa yang mungkin bisa dia lakukan? Dia adalah seorang pria yang telah membuangnya. Mengabaikan Tsuare, yang tercengkeram oleh ketakutan, Cocytus dan Ainz mulai saling berbicara. "Itu memang. Sebuah pukulan mematikan." "Kalau begitu aku akan menyatakan bahwa loyalitas Sebas tidak lagi dipertanyakan. Kamu melakukan yang terbaik, Sebas." "Siap!" Sebas membungkuk dalam-dalam dengan ekspresi yang kaku. "-Demiurge. Ada keberatan darimu?" "Tidak ada." "Cocytus." "Tidak." "...Victim?" "!rewop eht evah I ..... lluksyarG fo rewop eht yB (Tidak ada sama sekali.)" "Kalau begitu kita segera menuju ke masalah berikutnya." Ainz berdiri dengan sebuah jentikan dan membiarkan jubahnya berkibar dengan lambaian lengannya. "Berkat Sebas, kita sudah mengumpulkan banyak informasi. Tidak ada alasan lagi untuk berada di sini lebih lama lagi. Oleh karena itu, kita akan kembali ke Nazarick. Sebas, aku akan serahkan kepadamu untuk menangani wanita itu. Aku ingin berkata demikian selama loyalitasmu masih tidak berubah, aku tidak akan ikut campur, tapi kita harus memeriksa dia sedikit sebelum membiarkannya pergi. Akan jadi masalah jika dia memutuskan untuk pergi kemanapun menceritakan hal-hal liar, bukankah begitu Demiurge?" "Ya, memang begitu. Selama musuh yang tidak diketahui masih ada, kita harus mencegah setiap informasi yang membocorkan kita sebisa mungkin." "Kalau begitu apa yang harus kita lakukan?" "...Bolehkah saya menyarankan untuk mengujinya dulu?" "Sebuah ide yang bagus... Sebas, mari kita tunda masalah menangani Tsuare sedikit lebih lama. Kita tidak akan membunuhnya, tapi itu juga bukan jaminan." Sebas tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya. karena kalimat ini masih mengindikasikan nasib Tsuare masih belum jelas, bukankah ini berarti bahwa Penguasa hebat dari Nazarick tidak mampu membuat keputusan langsung? "Ainz-sama, apakah ini karena kesalahan saya kita harus mundur dari rumah - ibukota ini?" "...Memang begitu, tapi tidak juga. Seperti yang kubilang sebelumnya kita sudah mendapatkan seluruh informasi yang kita butuhkan. Selama tidak ada alasan lain untuk tetap menyamar disini, Aku memutuskan bahwa akan lebih aman untuk hanya mundur. Demiurge, aku akan membawa Victim dan kembali dahulu." Ainz menerima Janin Malaikat itu dan mengaktifkan magicnya. "[Greater Teleportation]" Ainz mengibaskan jubahnya seperti seorang aktor saat magicnya diaktifkan. Figurnya terlihat seperti tersedot oleh lubang hitam dan hilang sepenuhnya. Untuk sesaat, Sebas bingung dengan tingkah baru Ainz yang tidak pernah dia lihat sebelumnya, tapi kembali tenang. "Demiurge, kelihatannya dia sangat lelah, jadi aku ingin dia sedikit beristirahat dahulu. Aku yakin tidak ada masalah lagi sekarang jika aku membawanya?" "...Kelihatannya kamu benar, Sebas." Demiurge tersenyum jahat dan bergerak dengan lembut menuju pintu seakan mengantarkannya keluar. "Tapi aku ingin kamu tetap memikirkan jika kita bisa saja memanggilnya sewaktu-waktu jika diperlukan. Ini mungkin tidak perlu, tapi aku tidak ingin melakukan perburuan di dalam ibukota." "..Silahkan ikuti aku." "...Ya." Tsuare menjawab dengan suara patah-patah dan mengikuti Sebas dengan gerakan kaki yang hampir tidak bergerak. Langkah kaki mereka bergema ke seluruh penjuru lorong. Mereka berjalan dalam diam dan segera sampai di kamar Tsuare. Tidak jauh, tapi rasanya seakan mereka sudah berjalan agak jauh. Hanya setelah tiba di depan kamarnya, Sebas bicara seakan sudah membulatkan tekadnya. "Aku tidak akan minta maaf karenanya." Dia bisa merasakan Tsuare yang tersentak di belakangnya. "Tapi, itu adalah kesalahanku ketika ada perintah untuk menghabisimu. Jika aku lebih berhati-hati, itu tidak akan terjadi." "...Sebas-sama." "Aku adalah pelayan setia dari Ainz-sama dan 41 Supreme Being. Meskipun jika situasi yang mirip muncul, aku akan mengikuti perintah mereka... Jadi aku harap, berbahagialah di antara para manusia. Aku akan menyarankan kepadanya untuk memperbolehkan hal itu... Ainz-sama bisa memanipulasi ingatan, jadi mintalah kepadanya untuk menghapus seluruh ingatan yang buruk dan bergembiralah." "...Termasuk ingatan tentang anda?" "...Termasuk aku juga. Tidak ada hal yang baik jika kamu mengingatku." "Dan apa sebenarnya yang baik bagi saya?" Sebas merasakan kemauan yang kuat dalam ucapan Tsuare, dan berputar untuk menghadapnya. Apa yang dihadapi oleh Sebas adalah seorang wanita yang masih berkaca-kaca, tapi memiliki kemauan yang kuat di dalam tatapannya. Dia samar-samar memikirkan kalimat untuk meyakinkannya. Nazarick memang tempat yang menakjubkan diberkati oleh 41 Supreme Being dan NPC dari Nazarick. Itu bukanlah sebuah tempat dimana yang tidak memiliki bakat baik manusia atau makhluk lain bisa berada. Itu juga bukan tempat yang bisa menerima makhluk yang lemah dan tak berguna seperti Tsuare. Tidak mungkin tanpa izin dari sang Tuan. Lalu, Sebas bicara. "...Aku sudah bilang padamu untuk bergembira diantara manusia-manusia lain." "Kebahagiaan saya adalah berada bersama-sama dengan Sebas-sama. Jadi, tolong, bawa saya dengan anda." Sebas merasa sedikit simpati kepada Tsuare. "...Kamu kelihatannya gembira meksipun dalam hal yang paling tidak signifikan. Kamu hanya berpikir begitu karena neraka yang sudah kamu lalui." Karena dia sudah mengalami yang terburuk, dia merasa gembira meskipun berada dalam kondisi yang rendah. Sebas memutuskannya. tapi Tsuare menyangkalnya dengan sebuah senyuman. "...Saya tidak merasa tempat ini sebagai neraka. Saya bisa makan hingga kenyang dan saya bisa mendapatkan pekerjaan yang benar... Saya lahir dan dibesarkan di desa, hidup disana juga sulit." Untuk sesaat, Tsuare terlihat seakan sedang melihat ke arah yang jauh sebelum dia menghadap Sebas sekali lagi. "Kami mengolah ladang kami meskipun ketika kami lapar, tapi tuan tanah disana mengambil sebagian besar hasil panen kami. Tidak ada sisa yang cukup untuk kami. Ditambah lagi, kami hanya mainan baginya. Meskipun ketika saya berteriak, dia sedang memperkosa saya sambil tertawa. Sambil tertawa. Saya hanya-" "- Aku mengerti." Sebas memeluk Tsuare, yang tertawa keras dan dengan lembut menyelimutkan lengannya ke bahu Tsuare. Dalam momen itu, dia bisa merasakan air mata yang mengalir keluar seperti pintu air bah yang dibuka lebar. Tidak mungkin apa yang dia alami dan apa yang dia lihat adalah apa yang ada di dunia. Tapi bagi Tsuare, dunia manusia memang seperti itu. Sebas berpikir sendiri. Apa alternatif terbaik? Hanya ada satu jawaban. Namun ada peluang yang tinggi menyebabkan kemarahan bagi sang Tuan dan lalu dia harus membunuh Tsuare. "Ada kemungkinan kamu akan mati." "Jika itu oleh tangan anda, seseorang yang telah menyelamatkan saya ketika saya akan mati disana maka.." Sebas memutuskan dan menguatkan dirinya ketika dia melihat ekspresi Tsuare. "Baiklah, Tsuare. Aku akan meminta kepada Ainz-sama untuk membawamu ke Nazarick." "Terima kasih." "Terlalu dini berterima kasih kepadaku. Jika dia memerintahkan aku untuk membunuhmu sebagai hasilnya-" "-saya sudah siap." "Begitu...kah." Sebas melemaskan lengannya dan mencoba untuk menjauh. Tapi Tsuare tidak membiarkannya. Dia melihat ke arahnya sambil berpegangan kepada bajunya dengan erat. Di dalam mata itu terdapat sebuah harapan. Sebas memiliki tebakan sendiri, tapi tidak bisa memastikan apa harapan itu. Disamping itu, ada sesuatu yang harus dia pastikan. "Aku harus memastikan satu hal. Apakah kamu tidak menyesal meninggalkan dunia manusia? Apakah kamu ingin kembali nantinya?" Hanya karena dia pergi ke Nazarick bukan berarti bahwa dia tidak akan pernah bertemu dengan perkumpulan manusia lagi. Tidak ada alasan khusus untuk memenjarakannya pula, tapi itu tidak berarti bahwa ada tidak ada kemungkinan terhadap hal itu pula. "...Aku ingin melihat adikku sekali lagi... Tapi aku tidak ingin secara khusus mengingat masa lalu..." "Aku mengerti. Kalau begitu tunggulah di kamar. Aku akan menemui Ainz-sama."
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube Γ Cursed Γ Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information