Editing
Hakomari (Indonesia):Jilid 3 Putaran Kedua
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===▶Hari Ketujuh <C> [Pertemuan Rahasia] dengan [Yanagi Yuuri], Kamar [Yanagi Yuuri]=== Yanagi Yuuri yang kukenal sudah tidak ada lagi. Semua kecantikkan menghilang dari wajah putihnya dan hanya menyisakan keletihan. Dan di matanya hanya berisi kekosongan. Itulah kedua mata yang dia tunjukkan sebelum memelukku. Aku fikir itu berasal dari luka emosional yang dia derita. Tapi itu salah. Kekosongan itu berasal darinya yang menahan perasaannya dalam waktu lama untuk berakting di hadapan kami. Dan―aku tidak bisa lagi menganggapnya «Yanagi Nana» saat dia seperti itu. ...Bukan, bukan hanya ekspresinya. Mungkin, aku telah menyadarinya saatku mencium pipinya. Mungkin, aku telah menyadarinya saat kufikir air matanya berbeda dari milik «Yanagi Nana», karena air matanya tidak memadamkan rasa hausku. Aku hanya menatap gadis yang ada di hadapanku. Aku hanya terus menatapnya, tanpa sedikitpun mencoba mengalihkan pandanganku, tapi juga tanpa memasukkan emosi ke dalamnya. Gadis pucat itu menekan kedua tangannya pada dadanya. Dia bernafas dengan resah. Meskipun aku telah berusaha menahan emosi dari pandanganku, dia telah menyadari maksudku. Dan dia mulai menderita. ―dari kesadaran akan dosa. Dia sedikit bergoncang dan langsung menutup mulutnya. Tapi perlawanannya sia-sia; muntah keluar dari celah diantara jari jemarinya. "Uh, ghe..." Aku tidak bisa mengalihkan pandanganku dan terus menontonnya. Bencilah dia. Bencilah dia. Aku harus membencinya, yang menipu kami, yang memojokkan kami, yang membawa kami ke dalam situasi ini. Akan lebih mudah kalau aku membencinya. Juga, kalau kuanggap dia sebagai musuhku, masih akan ada kesempatan. Aku hanya harus membencinya. Akan tetapi, dia berkeluh-kesah padaku, terlihat sangat memalukan. ―ini menyakitkan. Dia berkeluh-kesah. ―Ini menyakitkan, ini menyakitkan, ini menyakitkan, ini menyakitkan ini menyakitkan ini menyakitkan ini menyakitkan ini menyakitkan ini menyakitkan menyakitkan menyakitkan menyakitkan menyakitkan menyakitkan menyakitkan menyakitkan menyakitkan. "――" Memangnya kenapa? Yuuri-san memojokkan dan menyiksa orang lain juga. Dia pantas menderita seperti ini. Terlihat kesakitkan seperti itu mungkin hanyalah tipuan lainnya. Bukankah bodoh kalau harus bersimpati padanya? Tapi tetap saja― "......kamu baik-baik saja?" Aku mengatakan kata-kata itu dan mengelus punggungnya. "...aku minta maaf." Omong-omong, dia terlalu sering minta maaf. "Aku minta maaf." Setelah permintaan maafnya, dia melanjutkan, "<u>Tapi aku masih akan membunuhmu, Kazuki-san</u>." Aku tau itu! Tentu kamu tidak mau membiarkan nyawamu setelah menyakiti dirimu sendiri untuk mempertahankannya. "......Yuuri-san, lebih baik kamu terlentang." Saatku menyarankannya, bahkan merasa kasihan padanya, dia mengikuti arahanku langsung dan terlentang di kasur. Tapi dia tidak menghadapkan kepalanya padaku. Dia bertanya padaku, "......kamu tidak melakukan perlawanan?" "Tidak." Aku terkejut akan kata-kataku. Meski aku memang ragu harus menentangnya atau tidak, aku bisa memberikan jawaban yang tepat. Tapi mungkin akan lebih baik seperti itu. Kata-kata itu cocok dengan jawaban akhirku. "...lalu kenapa kamu ingin melakukan [Pertemuan Rahasia] denganku?" "Karena aku punya satu permintaan." Lalu kukatakan alasan kenapa tidak memilih Maria tapi dia, untuk jadi rekan dalam [Pertemuan Rahasia], "<u>Jangan bunuh Maria</u>." Aku melihat Yuuri-san yang menarik nafas, karena terkejut. "...kenapa kamu fikir aku akan membunuh Otonashi-san? Maksudku, aku itu [Raja] dan Otonashi-san adalah [Si Kembar]. Dalam konteks permainan ini, dia punya [kelas] yang tidak perlu kubunuh untuk selamat." "Kamu ingin aku membunuh Kamiuchi Koudai, 'kan?" "......Ya." "Meski aku membunuhnya, permainannya tidak akan berakhir. Tetapi, kamu tidak bisa membuatnya membunuhku. Karena itu, tidak peduli siapa yang kamu gunakan untuk membunuh, pada akhirnya kamu harus membunuh satu orang lagi dengan tanganmu. Jadi, aku penasaran: kenapa kamu ingin membuatku membunuhnya?" Yuuri-san tetap diam, tapi aku sendiri sudah tau jawabannya, "<u>Karena membunuh orang sepertiku itu mudah, 'kan</u>?" Kepalanya bergerak sedikit. "Terlalu beresiko untuk membunuhnya terakhir, karena kamu harus membunuh sisa satu itu dengan pisau. Tapi kalau aku, sama sekali tidak berbahaya untukmu. Karena itu, kamu ingin menyelamatkanku. Benar, 'kan?" Yuuri-san terdiam untuk sesaat, tapi akhirnya dia menjawab dengan jelas, "......kamu benar." Aku terkejut dia menerimanya. Tapi aku menyembunyikan perasaan itu dan melanjutkan, "Tapi sekarang kamu harus membunuh Kamiuchi Koudai sendiri. Juga melakukannya langsung dengan pisau, dan kamu tidak mungkin bisa langsung menang kalau menghadapinya langsung. Jadi apa yang akan kamu lakukan? Bagaimana caramu meningkatkan kemungkinan untuk bertahan hidup?" "......" "...Kamu mengerti apa yang akan ku katakan, 'kan? Untuk meningkatkan kesempatanmu untuk bertahan hidup―<u>kamu akan menggunakan Otonashi Maria</u>." Yuuri-san merangkul tubuhnya. "Aku memang tidak tau caramu menggunakannya! Tapi, sangat tidak beralasan kalau kamu akan terus tenang setelah melakukan semua itu. Yuuri-san, pada kemungkinan terburuknya, kamu akan menggunakan Maria untuk bertahan hidup." Aku mendekati wajahnya dan melihat ke dalam matanya. "Jadi, tolong." Kuulangi kata-kataku. "<u>Jangan bunuh Maria</u>." Tidak akan kubiarkan dia memalingkan matanya. Dia harus menjanjikan. Ini. Si gadis yang pandangannya kosong menjawab, terlihat sedikit ketakutan, "...Mudah untuk kujanjikan. Aku hanya perlu mengatakannya, meski itu hanya kebohongan." "......hm?" "Maksudku, kamu tidak perlu tau aku mematuhinya atau tidak, karena kamu pasti mati saatku gunakan Otonashi-san. Jadi percuma saja, 'kan, menjanjikan hal seperti itu sekarang? Kamu seharusnya sadar kalau aku akan berbohong kalau aku harus." Padahal dia hanya perlu menjanjikan, tadi dia malah memberiku petunjuk. "...kamu berbeda dari Kamiuchi Koudai." "Eh?" "Kamu punya kesadaran akan dosa. Jadi, kamu akan menyerah pada ancamanku." Ancaman. Matanya terbelalak karena kugunakan kata seperti itu. "Kalau kau membunuh Maria―<u>'kan kuhancurkan hidupmu</u>." Aku tidak akan hidup lagi saat Yuuri-san menghancurkan janji kami. Tapi tidak berarti aku tidak bisa mengancamnya. Aku hanya perlu mengatakan sesuatu yang akan dia ingat saat dia tidak menepatinya. "Kalau kamu membunuh Maria, aku akan mengutukmu dan menyiksamu sampai akhir hidupmu. Aku akan jadi ruh yang terus mengutukmu setiap hari. Tidak akan kubiarkan kamu lupa kalau kamu adalah pembunuh meski hanya untuk sesaat. Dengan begitu aku akan menghapus arti hidupmu dan juga dirimu." Karena mendengar keyakinan dalam suaraku, Yuuri-san mengubah wajahnya sampai itu entah tersenyum atau menangis...aku tidak tau. "Dia penting bagimu, ya." Bisiknya. "Otonashi-san sangat penting bagimu, ya?" Aku jadi lega<!--?--> karena dia mengerti maksudku. "Ya... Jadi tidak akan kumaafkan kalau kamu membunuhnya." Ancaman ini hanya akan bekerja karena Yuuri-san sadar akan dosanya sendiri. Jadi dia akan merasakan dosanya di saat dia membunuh Maria. Jadi dia tidak akan membunuh Maria lagi. Aku melangkah mundur dari kasur dan duduk di meja. "...Terus, kenapa kamu ingin melakukan [Pertemuan Rahasia] denganku, Yuuri-san?" "......" "Kamu memilihku jadi rekan untuk [Pertemuan Rahasia], 'kan?" Aku menatapinya dari meja. "Ya. ...memang." Dia memindahkan pandangannya ke langit-langit. "Ada satu hal lagi yang ingin kukatakan. Ini mungkin sulit dipahami, tapi bisa kuberitau padamu kelakuan burukku? ...tapi, mungkin kamu sudah hampir tau semua itu, sih." "...Ungkapan perasaanmu?" "Bukan. Soalnya jauh lebih mudah kalau aku tidak katakan." "Terus kenapa?" "<u>Karena ini akan membantumu</u>." Aku mengerutkan dahiku. "Membantuku? Apanya?" "Rincian dari kenapa bisa aku membuat situasi ini akan membantumu." Aku tidak mengerti. Bukankah aku akan mati tidak lama lagi? Apa yang akan membantuku atau tidak sudah tidak penting lagi. Tapi Yuuri-san tidak panjang lebar lagi dan mulai bicara, "Aku memikirkan cara untuk bertahan hidup sejak aku sampai di [Perebutan Kerajaan]." Suaranya gemetaran. Mungkin, dia memang tidak ingin membicarakannya. "Meski sangat ketakutan, aku memikirkan cara agar aku bisa meningkatkan kesempatan untuk bertahan hidup. Dengan kata lain, aku berencana memenangkan permainan kematian ini sejak awal. Keputusan yang kuambil pertama adalah untuk membuat kalian semua jadi rekanku untuk sementara itu. Terutama si [Revolusioner] dan si [Penyihir]. Karena itu, aku ingin tau siapa yang yang memiliki [kelas] itu. Untuk itu, aku ingin mengusulkan untuk mengungkapkan [kelas]-nya. Tapi ternyata, justru Oomine-san yang memintanya." "Kamu ingin [Revolusioner] dan si [Penyihir] di sisimu―" "―untuk membunuh." Dia mengatakannya dengan tanpa ragu. ...mungkin dia jadi terlalu terbuka soal perbuatannya. "Tapi si [Penyihir] itu Oomine-kun dan ia tidak mau jadi rekanku. Aku rasa ia tau aktingku yang bisa mengeluarkan air mata seperti keran. Dan si [Revolusioner] adalah kamu, Kazuki-san. Tapi kamu tidak bisa membunuh siapapun meski aku memintamu." "Jadi, kamu membuat Kamiuchi-kun, si [Ksatria], rekanmu...? Tapi pilihanmu cepat, ya? Ia bilang padaku kalau ia telah mendapat beberapa instruksi sejak hari pertama." "Itu...memang, jelas sekali ia suka padaku. Aku sangat sensitif pada hal seperti itu. Jadi, dengan cepat aku menjadikannya rekanku dan membuatnya menyalakan api untuk meningkatkan ketegangannya." "Kenapa perlu melakukannya?" "Supaya kalian mau bertindak dengan cepat. Kalau diancam, orang-orang ingin membuat rencana melawannya. Untuk itu aku membuat kalian mau mengungkapkan [kelas] kalian." Aku mengerti...memang, kalau semuanya yakin kalau permainan saling membunuh itu tidak akan terjadi, tidak perlu lagi melakukan hal lain. "Aku menganggap cerita tentang 'kotak' itu nyata. Jadi, aku harus menghabisi Oomine-san." "Itu kenapa Kamiuchi Koudai membunuhnya?" "Ya. Tapi [Perebutan Kerajaan] belum berhenti setelah Oomine-san mati. Jadi, aku mengubah tujuanku dari membunuh si 'pemilik' untuk memenangkan permainannya, ke ―kamu sendiri tau, 'kan?" Aku mengangguk. Aku yakin aku mengerti secara garis besar. ...tapi masih ada satu pertanyaan. "Lalu bagaimana soal Iroha-san...? Aku menganggap caranya mati merupakan pesan, tapi apa yang sebenarnya terjadi?" Aku jelas-jelas melihat wajah Yuuri-san menegang. Aku mengerti dari ekspresinya kalau kematian Iroha-san itu sesuatu yang spesial baginya. Padalah dia telah mengatakan kelakuannya dengan biasa, masalah ini kelihatannya membuatnya sedikit kesulitan. Yuuri-san mengigit bibirnya untuk sesaat, tapi kemudian dia melanjutkan, "...aku yakin itu seperti anggapanmu. Kami memilih Iroha sebagai target untuk [Permbunuhan]. Dan saat Iroha tau, dia mati seperti itu untuk meninggalkan pesan padamu dan Otonashi-san tentang pergerakkan rahasiaku." Dia berusaha menahan perasaannya dan bicara dengan suara yang datar. Tiba-tiba, aku menyadari sesuatu. Jam tangan yang dia kenakan di pergelangan tangan kanannya. Jam tangannya seharusnya warna krem. Tapi―sekarang berwarna oranye. "Bahkan dalam permainan ini...aku masih belum bisa menang...melawan Iroha..." Lalu dia jadi diam. Aku yakin dia tidak mau menjawab pertanyaan tentang Iroha-san lagi. Jadi, aku berhenti menekannya dengan masalah itu lagi. "Oke, aku mengerti apa yang kamu lakukan...tapi aku masih belum mengerti kenapa ini bisa membantuku?" Karena pertanyaan ini, Yuuri-san bangun dari kasurnya dan menatapku dengan mata yang kosong itu. "...kamu fikir kenapa aku percaya cerita tentang 'kotak' itu?" "Eh?" "Bisa tolong percaya dengan apa yang akan kukatakan sekarang? ...tidak, maaf. Setelah aku mengkhianatimu seperti itu, bodoh kalau yakin kamu masih bisa percaya padaku, ya?" Dia melanjutkannya dengan ragu. "Tapi karena kamu bertanya, kuberitau. <u>Tidak seperti yang lain, aku bisa mengingat apa yang terjadi sebelum sampai di sini.</u>" "――!!" Aku membelalakkan mataku karena perkaatannya. "Di sana, aku mendapatkan penjelasan dari si 'pemilik'. Ia berkata padaku kalau aku akan memainkan permainan saling membunuh yang disebut dengan [Perebutan Kerajaan]." Si 'pemilik'...? Jadi dia tau si 'pemilik', si penyebab terjadinya [Perebutan Kerajaan], dari awal? "...siapa si 'pemilik' itu...?" Yuuri-san menjawabku, "Oomine-san." Daiya si 'pemilik'...? Aku menahan nafasku. Jujur, itu sangat tidak kukira. Memang, wajar kalau itu ia. Dia mungkin percaya Maria karena dia tau kalau Daiya adalah si 'pemilik'. Tapi― "Tapi―'kotak'-nya tidak hancur karena kematian Daiya." Ya, kalau Daiya adalah si 'pemilik', 'Permainan Kebosanan' ini pasti langsung berakhir. "Seperti yang kubilang sebelumnya, aku juga berfikir kalau akan berakhir seperti itu. Tapi seperti yang kamu lihat, tidak begitu. Dengan begitu aku langsung dapat jawabannya." Dia berkata, "Oomine-san yang ada di sini ― bukan «Oomine Daiya»." "......Apa? Jadi apa Daiya yang di sana?" "Itu―" Tapi Yuuri-san berhenti. "...maaf, tapi lebih baik tidak kukatakan. Kalau kuberitau sekarang, kamu mungkin tidak akan percaya. Tapi coba fikir; ini tidak bisa disebut bukti, tapi Oomine-san di sini tidak sadar kalau ialah 'pemilik' dari 'kotak' ini, 'kan?" "Ya, mungkin..." Kalau ia sadar, ia pasti tidak akan terbunuh semudah itu. Tapi meski itu benar, tidak berarti Yuuri-san berkata yang sebenarnya. Aku tidak tau sejauh mana omongannya yang benar itu. "Yuuri-san, sebentar lagi aku mati, 'kan?" "Ya." "Kalau aku tidak bisa percaya kamu sekarang, kapan lagi aku bisa?" Pertanyaan ini mungkin sedikit kasar, karena tidak mungkin bisa dijawab. Tetapi dia langsung menjawabnya. "<u>Di saat giliranmu</u>." "Giliranku...? Giliran apa...?" Tapi dia tidak menjawabku lagi. Itu mungkin masalah yang «tidak bisa kupercaya sekarang». Mungkin―[Perebutan Kerajaan] tidak akan berakhr meski dia menang dan aku mati? Akankah ini terulang lagi? Tapi sampai kapan? Jangan bilang sampai si 'pemilik' puas...? "Kita harus bertarung seperti ini lagi...?" Yuuri-san memalingkan matanya saatku katakan ini. Bukannya menjawab, dia malah berkata, "...Kazuki-san, aku punya satu keinginan. Maukah kamu dengarkan?" Dengan wajah yang di ambang tangisan. "Ya, 'kan kudengar." Dengan senyuman yang lemah dia berkata, "Terimakasih banyak. Jadi, tolong janji. Nanti, di saat setelah selanjutnya atau bahkan di saat-saat terakhir, suatu saat giliranmu pasti datang. Pada saat itu, kita pasti akan berhadapan lagi. Dan waktu itu juga―" Dia berdiri dan terhuyung-huyung menghampiriku. "Tolong―" Air mata keluar dari matanya. "―<u>tolong bunuh aku</u>." Lalu dia berpegangan padaku. Tetapi, ketimbang memelukku, dia lebih ke hanya bersandar padaku. "Tolong, tolong sekali bunuh aku. Karena kalau tidak, aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri. Bukan...aku memang sudah tidak bisa memaafkan diriku sendiri, tapi, akan lebih buruk kalau tidak kamu lakukan itu. Jadi tolong bunuh aku. Dan biarkan aku bertemu lagi denganmu setelahnya. Tolong. Tolong, tolong, tolong―" "―<u>Jangan khianati aku</u>." Lalu, aku tersadar. Mungkin aku bisa memulainya lagi. Mungkin masih ada kesempatan untuk bertahan hidup. Tetapi―aku tidak bisa menyelamatkan «Yanagi-san». Karena melihatnya, aku mengingat «Yanagi Nana» lagi. Aku telah mencampur «Yanagi Nana» dan «Yanagi Yuuri». Aku berfikir kalau aku bisa mengubah masa laluku dengan mendekati dan menyelamatkan Yuuri-san. Padahal itu sangat tidak masuk akal. Mereka orang yang berbeda, jadi menyelamatkan salah satunya tidak berarti menyelamatkan yang lainnya. Aku belum menyadarinya karena aku tidak mau tau. Karena aku mencari kesenangan. Tapi sekarang aku tau. Aku tidak bisa mendapat kesenangan dalam 'kotak' yang digunakan seseorang untuk menghabiskan waktu. "<u>Maaf, tapi aku akan mengkhianatimu</u>." Kataku padanya dengan gamblang. Itu karena aku pasti―melupakan «Yanagi-san» lagi. "Meski di giliranku, aku tidak akan membunuhmu." Mungkin Yuuri-san akan terus menderita meski [Perebutan Kerajaan] telah berakhir karenanya. Tapi aku telah memutuskan. Tanpa menyerah pada 'kotak' ini dan tanpa menyerah pada masa laluku bersama «Yanagi Nana», akan kulindungi. Akan kulindungi diriku sendiri, Maria, Dan―keseharianku. ...Hah, selalu kesimpulan yang sama. "Aku mengerti......" Setelah membisikkannya, dia kembali ke kasurnya dengan wajah yang menengadah ke bawah. Di sana, dia membalikkan punggungnya padaku untuk menyembunyikan wajahnya. Aku menanyakan pertanyaan padanya. "...bisa aku tanya satu pertanyaan lagi?" "...apa?" "Kamu yakin bisa mengalahkan Kamiuchi Koudai?" Dia akan bertarung dengan musuh terakhirnya, Kamiuchi Koudai, setelah ini. Dia harus membunuhnya langsung dengan pisau, padahal dia tidak mungkin bisa menang dalam pertarungan langsung. "...Tentu!" Dia berbalik padaku setelah mengatakannya. "......Ah." Aku terkejut. Matanya tidak kosong lagi. Senyuman yang mempesona telah kembali pada wajahnya. Tentu itu bukan ekspresi yang tulus. Tapi itulah yang mengejutkanku. Aku heran kenapa dia bisa menyembunyikan penderitaan buruknya dengan sempurna. "Kalau soal Iroha atau Otonashi-san, aku bisa mengerti soal keraguanmu, tapi tidak mungkin aku kalah melawan ikan kecil itu, 'kan?" Dia, yang selalu menggunakanku tanpa bergantung padaku, tidak seperti «Yanagi Nana», berkata dengan yakin. "<u>Ia akan kutipu dan kubunuh</u>." "...oh." Toh aku telah tertipu, aku tidak bisa menahan tawaku. Saat kulakukan itu, aku ingat: «Aku takut...aku takutI...!» «Aku tidak mau mati. Jadi, jadi, aku―» «Selamatkan aku.» Dia memang telah menipuku. Tapi hanya sedikit kebohongannya. Itu karena, dia memang ketakutan, menderita dan mencari pertolongan. Dan― "Kazuki-san." Yanagi Yuuri tersenyum seperti di saatku mencium pipinya dan berkata, "Aku memang menyukaimu, Kazuki-san."
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information