Editing
Date A Live (Indonesia):Jilid 1 Bab 3
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===Bagian 1=== “Bagaimana dengan itu!” Masih menggenggam ''controller'' dengan tangan kirinya, Shidou mengangkat tangan kanannya yang terkepal ke udara. Sudah sepuluh hari, termasuk hari libur, sejak mulainya latihan sepulang sekolah itu bersama Kotori dan Reine. Shidou akhirnya melihat layar ''Happy Ending game'' itu. … tapi yah, ia bahkan tidak ingin menghitung berapa kali luka lamanya digali kembali selama masa-masa itu. “......nn, sudah cukup lama waktu termakan, tapi kita katakan saja kalau tahap pertama sudah ''clear''.” “Dan, kelihatannya dia sudah melihat semua CG-nya , jadi menurutku itu bisa dibilang bukti kelulusannya. … tapi walaupun begitu, pada akhirnya ini baru menghadapi gadis-gadis ''virtual''.” Memandang ''Credits Roll'' dari belakang Shidou, keluhan dapat terdengar dari Reine dan Kotori. “Yah kalau begitu, untuk latihan berikutnya... ayo kita lanjut ke perempuan sebenarnya. Waktu kita sempit bagaimanapun juga.” “......hm, apa dia akan baik-baik saja?” “Tidak apa-apa. Kalaupun ia gagal, satu-satunya yang dikorbankan hanyalah kepercayaan masyarakat terhadap Shidou.” “Apa yang barusan kau katakan dengan santai begitu!” Shidou dari tadi telah mendengar percakapan mereka dalam diam, namun ia tidak dapat mengendalikan diri dan menyela. “Uggh, apa kau menguping? Kau masih punya hobi yang buruk ya. Dasar mesum, ''peeping tom''<ref>Istilah untuk menyebut orang mesum, biasanya yang suka mengintip.</ref>. Kotori memberengut sambil menutupi mulut dengan tangannya dan mengatakan itu. “Itu tidak bisa dibilang menguping atau apapun itu kalau kalian berbicara tepat di depanku!” Shidou menyahut, dan Kotori dengan berkata “Yah apalah” dan mengangkat tangannya membuatnya diam. Entah kenapa, itu membuat Shidou merasa sepertinya ialah yang telah mengatakan sesuatu yang aneh. “Jadi, Shidou. Mengenai latihan berikutnya...” “... sebenarnya aku sangat tidak bersemangat sekarang ini tapi, apa?” “Coba kita lihat... kira-kira siapa yang cocok.” “Ah?” Shidou memiringkan kepala ke samping, sementara Reine mulai mengoperasikan konsol di depannya. Di barisan layar di atas meja, muncul berbagai gambar dari bagian dalam gedung. “......kamu benar, ayo mulai dari yang aman dulu, bagaimana kalau seseorang seperti dia?” Selagi mengatakan ini, Reine menunjuk ke bagian kanan dari sebuah gambar, pada bu guru Tama-chan. Untuk sesaat, Kotori mengangkat alisnya— “—Ahh, aku mengerti. Tidak apa-apa, ayo kita mulai dengan dia.” Segera itu juga, sebuah senyum jahat muncul. “......Shin. Latihan selanjutnya sudah ditetapkan.” “La-latihan seperti apa itu?” Sambil menahan kegelisahannya, Shidou bertanya, dan untuk membalas pertanyaannya, Reine menjawab. “......ahh. Pada kejadian sebenarnya, ketika ''Spirit'' muncul, kamu diharuskan untuk menyembunyikan miniatur ''intercom'' ini di telingamu, dan kamu akan berhadapan dengan masalah-masalah yang ada dengan mengikuti instruksi kami. Kami ingin memperlakukan latihan ini selayaknya kejadian sebenarnya, dan berlatih dengan ini satu kali.” “Jadi, apa yang perlu kulakukan?” “......untuk saat ini, pergilah menggoda bu guru Okamine Tamae.” “Huh?!” Menaikkan alisnya, ia berteriak. “Apa ada masalah?” Seakan menikmati reaksi Shidou, Kotori berkata sambil menyeringai. “Tentu saja...! Tidak mungkin aku bisa...!” “Kau harus menghadapi lawan yang lebih sulit ketika kejadian nyatanya kau tahu?” “—I-itu, benar, tapi...!” Shidou menjawab, dan Reine menggaruk kepalanya. “......saya pikir dia cocok sebagai lawan pertamamu. Kemungkinan besar, meskipun kamu menembaknya dia tidak akan menerimanya, dan kelihatannya dia tidak akan menyebarkan berita itu juga. ...yah, kalau kamu menentang itu tidak peduli apapun maka tidak apa-apa untuk menggantinya dengan seorang siswi...” “Uuuu...” Adegan yang tidak menyenangkan muncul dalam pikiran Shidou. Siswi yang Shidou panggil kembali ke ruangan kelas dan mengumpulkan teman-teman perempuannya. “Hey hey, Itsuka-kun baru saja, menembakku~” “Ehh~, yang benar~? Biarpun dia menunjukkan muka yang sepertinya tidak tertarik pada gadis-gadis, dia cukup berani ya.” “Tapi tidak mungkin untuknya kan~” “Ya, tidak mungkin. Bagaimanapun, dia terlihat sangat suram~” “Ah~, seperti yang kau bilang~, ahahahaha.” ...sepertinya trauma baru telah terlahir. Mengenai itu, kalau Tamae, kelihatannya tidak ada kemungkinan terjadinya adegan tersebut. Tidak peduli seberapa muda dia terlihat, dia seorang wanita dewasa. Dia mungkin akan mengesampingkannya sebagai candaan seorang murid. “Jadi, apa yang akan kau lakukan? Pada kejadian nyatanya, kegagalan sama dengan kematian, jadi tidak peduli yang manapun yang kau pilih kami berencana untuk memberimu hanya satu kesempatan.” “...sensei saja.” Kotori dengan begitu bertanya, dan selagi keringat dingin membasahi punggungnya, Shidou menjawab. “......bagus.” Dengan anggukan ringan, Reine mengambil sebuah alat kecil dari laci meja, dan mengulurkannya pada Shidou. Dia kemudian mengeluarkan apa yang kelihatannya adalah sebuah ''receiver'' dengan ''mike'' serta ''headphone'' yang terpasang padanya dan menempatkannya di atas meja. “Apa ini?” “......coba pasang di telingamu.” Melakukan seperti yang disuruh, ia memasukkannya ke dalam telinga kanannya. Setelah ia melakukannya, Reine memegang ''mike'', dan seperti sedang berbisik, menggerakan bibirnya. 「......bagaimana segini, apa kamu bisa mendengar saya?」 “Uwoh!?” Tiba-tiba suara Reine bergema di telinganya. Dengan tersentak, bahu Shidou gemetar dan ia terlompat. 「......bagus, tersambung dengan baik. Apa ''volume''-nya sudah oke?」 “A-ah... ya, kurasa...” Shidou menjawab, dan Reine segera memakai ''headphone'' yang diletakan di atas meja. “......nn, oke. Tidak ada masalah di sisi kami juga.” “Eh? Apa itu bisa menangkap apa yang aku baru katakan? Tapi tidak ada yang terlihat seperti ''microphone'' di sisiku ini...” “......benda itu dilengkapi dengan ''microphone'' yang sangat sensitif. ''Noise'' dari latar disaring secara otomatis, sehingga hanya mengirim suara-suara yang penting pada kami.” “Haaah...” Shidou menghela nafas terkagum, selagi Kotori mengeluarkan apa yang terlihat seperti alat mungil lainnya dari meja. Dengan satu jentikan jarinya, begitu saja benda itu melebarkan sayapnya dan menari di udara bagaikan seekor serangga. “A-apa itu?” “......coba lihat.” Selagi mengatakan ini, Reine mengoperasikan komputer di depannya dan memperbesar sebuah gambar. Ditampilkan di dalamnya adalah gudang laboratorium Fisika yang ditempati Kotori, Reine, dan Shidou. “Jadi ini...” “Kamera ''ultra-small'' dengan sensitifitas tinggi. Kami akan mengikutimu lewat benda ini. Pastikan jangan salah mengiranya nyamuk dan menghancurkannya.” “Huh... semua ini menakjubkan.” <nowiki>*bam*</nowiki>, bokongnya ditendang. “Apalah, cepat pergi kau kura-kura lamban. Target ada di koridor lantai tiga gedung timur sekolah. Tempat itu dekat.” “......baik.” Sadar kalau apapun yang ia katakan tidak akan berguna, Shidou mengangguk lemah. Kalau ia menunda-nundanya lagi, ada kemungkinan mereka akan mengganti target ke orang lain. Shidou entah bagaimana dapat mengendalikan kakinya yang enggan bergerak dan meninggalkan gudang laboratorium Fisika. Lalu, melihat ke kiri-kanan di dasar tangga—ia melihat punggung Tamae di koridor. “Sen—” Di tengah-tengah, suaranya tersumbat. Mereka berada pada jarak dimana jika berbicara keras suaranya akan mencapainya... namun ia ingin menghindari perhatian dari murid-murid yang masih ada di sekolah dan guru-guru lainnya. “... sepertinya aku tidak punya pilihan lain.” Dengan berlari pelan-pelan, Shidou mengejar dibalik punggung Tamae. Setelah beberapa meter, sepertinya dia menyadari langkah kaki Shidou, karena Tamae berhenti dan berbalik. “Oh, Itsuka-kun? Ada apa? “... u-um—” Meskipun wajah itu ia lihat hampir setiap hari, kalau ia memperlakukannya sebagai target untuk digoda maka instan saja meningkatkan kegugupannya. Shidou berbicara terbata-bata tanpa sengaja. 「—Tenangkan dirimu. Jangan lupa, ini latihan. Kalaupun kau gagal, kau tidak akan mati.」 Di telinga kanannya, suara Kotori berlalu. “Biarpun kau mengatakan itu...” “Eh? Kenapa?” Bereaksi pada gerutuan Shidou, Tamae menelengkan lehernya. “Ah, bukan apa-apa...” Mungkin kesal karena Shidou tidak dapat memajukan laju percakapan sama sekali, sekali lagi sebuah suara masuk melewati ''intercom''-nya. 「Dasar tidak berguna. —Untuk sekarang ini cari aman saja, coba beri dia pujian.」 Mendengar kata-kata Kotori, ia mengamati Tamae dari kepala hingga kaki, mencari sesuatu yang dapat dipuji. Tapi, tunggu dulu.... Shidou berhenti sejenak untuk berpikir. Di buku petunjuk yang ia baca beberapa hari yang lalu, memuji penampilan luar seorang wanita secara langsung akan membuat perasaannya risih. Pada kasus ini, memuji baju atau aksesoris merupakan bentuk pujian tidak langsung terhadap penampilan wanita tersebut. Memantapkan pikirannya, ia membuka mulut. “N-ngomong-ngomong, pakaian sensei... terlihat manis.” “Eh...? Be-begitukah? Ahaha, kamu membuat saya malu.” Wajah Tamae terbanjiri kesenangan selagi dia tersenyum sambil menggaruk belakang kepalanya. —Ohh? Bukankah ini respon yang cukup bagus? Shidou sedikit mengepalkan tangannya. “Ya, cocok sekali dengan sensei!” “Fufu, terima kasih. Sebenarnya ini salah satu favorit saya.” “Gaya rambut sensei juga sangat bagus!” “Eh, benarkah?” “Ya, dan lagi, kacamata sensei juga!” “Ah, ahahahaha...” “Dan buku daftar kehadiran itu juga sangat luar biasa keren!” “Uhm... Itsuka-kun...?” Di saat sensei semakin dan semakin salah tingkah, wajahnya berangsur-angsur membentuk senyuman pahit. 「Si botak ini terlalu banyak bicara, dasar botak kinclong!」 Di telinga kanannya, ia dapat mendengar Kotori yang takjub. Tapi meskipun ia diberitahu begitu, ia tidak punya ide lain apa yang harus dikatakan selanjutnya. Untuk sementara waktu, mereka berdiri terdiam. “Uhmm... apa itu saja yang kamu mau bicarakan dengan saya?” Tamae memiringkan kepalanya. Mereka mungkin berpikir kalau tidak ada banyak waktu yang tersisa, maka kali ini suara mengantuk terdengar di telinga kanannya. 「......ya sudah. Kalau begitu, tolong ulangi saja kata-kata yang saya ucapkan padamu.」 Ia sangat berterima kasih padanya. Shidou menelengkan kepalanya ke depan sedikit, menandakan kalau ia mengerti. Maka, tanpa berpikir sama sekali, ia mengucapkan ulang informasi yang ia dengar sebagaimana terdengar. “Um, sensei.” “Ada apa?” “Aku, akhir-akhir ini menganggap kalau datang ke sekolah itu sangat menyenangkan.” “Begitukah? Bagus sekali bukan?” “Ya. …itu terjadi semenjak sensei menjadi guru ''homeroom'' kami.” “Eh...?” Terkejut, mata Tamae terbuka lebar. “Ap-apa yang kamu bicarakan, uhm. Kenapa tiba-tiba bicara seperti ini.” Sambil mengatakan itu, Tamae memasang wajah tidak nyaman. Shidou melanjutkan, mengulang kata-kata Reine. “Sebenarnya, sejak lama, aku—” “Ahaha... tidak boleh. Saya menghargai perasaanmu, tapi kamu tahu, saya seorang guru.” Sambil menepuk buku absensi, Tamae memberikan senyuman pahit. Seperti yang dapat diperkirakan dari seorang guru, seorang dewasa. Kelihatannya dia sudah berencana untuk menolaknya tanpa ragu. 「......hm. Bagaimana kita harus menyerangnya.」 Reine, yang dari tadi terus menerus menguntai kalimat-kalimat, menghela nafas pelan. 「......kalau saya ingat-ingat, dia 29 tahun ini ya. —Kalau begitu Shin, coba katakan ini.」 Reine memberikan instruksi untuk kalimat berikutnya. Tanpa berpikir panjang sama sekali, Shidou menggerakan mulutnya. “Aku serius. Aku benar-benar mau—” “Uhmm... ini membuat saya tidak nyaman.” “Aku benar-benar mau, menikahi sensei!” —*tuing Di saat kata ‘menikah’ keluar dari mulut Shidou, raut wajah Tamae terlihat sedikit berubah. Dan kemudian setelah keheningan sejenak, suara kecil terdengar. “... benarkah?” “Eh..., ah, haa... yah.” Terbata-bata karena perubahan suasana yang begitu mendadak, Shidou menjawabnya, dan Tamae tiba-tiba mengambil satu langkah kedepan dan menggenggam lengan baju Shidou. [[Image:DAL_v01_145.jpg|thumb]] “Benarkah? Ketika Itsuka-kun berada pada usia yang layak untuk menikah, saya sudah melebihi 30 tahun kamu tahu? Tetapi, apa tidak apa-apa? Perlu kita menemui orang tua kita sekarang juga? Setelah kamu lulus sekolah tinggi, apa kamu akan tinggal bersama dengan saya? Seperti orang yang berbeda saja, matanya bersinar dan berbinar-binar, dan dengan nafas tidak teratur Tamae semakin mendekat pada Shidou. “Uh...uhm, sensei...?” 「......hm, kelihatannya yang tadi itu terlalu efektif.」 Di saat Shidou tersandung-sandung mundur ke belakang, Reine berkata sambil mengeluh. “Ap-apa yang terjadi?” Dengan suara yang tidak akan mencapai Tamae, ia bertanya pada Reine. 「......yah, wanita●''single''●29 tahun, untuk orang seperti itu kata-kata ajaib ‘pernikahan’ adalah seperti mantera yang mematikan saja. Selagi teman-teman sekelasnya dulu mulai membentuk keluarga mereka satu persatu, orang tuanya mulai menekannya, dan dinding usia 30 tahun semakin dekat dengannya, dia sedang berada di posisi yang tidak aman. ...tapi meskipun begitu, dia terlihat sedikit terlalu nekat.」 Dengan suara sedikit kebingungan yang jarang baginya, Reine berkata. “O-oke kalau begitu, tapi apa yang harus kulakukan untuk yang ini...!” “Hey Itsuka-kun, apa kamu punya sedikit waktu sekarang? Kamu masih belum cukup umur untuk menandatangani formulir pernikahan, jadi untuk sekarang ini ayo kita buat perjanjian darah. Kita mungkin bisa meminjam pisau ukir dari ruangan seni. Jangan khawatir, saya akan memastikan agar tidak sakit.” Sambil memojokkan Shidou, kata-kata berhamburan keluar dari mulut Tamae, Shidou mengeluarkan suara seperti pekikan. 「Ah, kalau sampai terjebak lebih dalam lagi bisa jadi menyebalkan untuk kita tangani. Kau sudah menyelesaikan misimu, jadi minta maaf dengan alasan yang cocok lalu kaburlah.」 Shidou menelan ludah, dan setelah memantapkan pikirannya, membuka mulutnya. “Ma-maaf! Aku pikir aku belum siap untuk sejauh itu...! Tolong anggap saja ini tidak pernah terjadi...!” Sambil menyahut Shidou melarikan diri. “Ah, I-Itsuka-kun!?” Mendengar suara Tamae memanggilnya dari belakang, ia tetap berlari. 「Fiuh~, sensei punya karakter seperti itu rupanya.」 Tawa santai Kotori dapat terdengar. Selagi kakinya masih bergerak, Shidou mengeraskan suaranya. “Jangan main-main denganku...! Kenapa kau tertawa begitu—” Tepat saat ia mulai berbicara. “sant...!?” “...!” Karena ia sedang terfokus pada ''intercom''-nya, Shidou bertubrukan dengan seorang murid yang baru saja muncul dari pojokan, dan terjatuh. “......ma-maaf, kau baik-baik saja?” Seraya berkata, ia bangkit berdiri. Dan... “Eh...?!” Shidou merasa seakan jantungnya diperas. Bagaimanapun juga, di sana adalah nona Tobiichi Origami itu. Dan lagi, tidak hanya itu saja. Ketika dia terjatuh, kelihatannya ia mendarat dengan punggungnya, dan terjadi begitu saja dia menghadap Shidou dengan kakinya terbuka membentuk huruf M. ...warna putih. Ia tanpa sadar memalingkan pandangannya. Namun, Origami tidak terlihat panik sama sekali, “Tidak apa-apa.” Dia berkata, dan bangkit berdiri. “Ada apa?” Kemudian, Origami bertanya pada Shidou. Tapi kelihatannya dia tidak bertanya mengapa Shidou lari di lorong. Mungkin saja—benar, mungkin mengenai kenapa Shidou menundukkan kepala kebawah dengan tangan di dahi. “... tidak, jangan khawatirkan itu. Aku hanya terkejut karena menemui situasi yang kupikir sangat tidak mungkin terjadi...” Benteng pertahanan terakhirnya tumbang. Kemampuan simulasi <Ratatoskr> benar-benar menakutkan. Entah kenapa, hampir-hampir kelihatannya ''game'' tersebut dibuat dengan cukup baik. “Oh.” Sambil mengatakan itu saja, Origami mulai melangkah melewati koridor. Pada saat itu, suara Kotori berdering di telinga kanannya. 「—Ini kesempatan yang sempurna, Shidou. Ayo lanjutkan latihan kita dengannya.」 “H-Huh!?” 「Mungkin lebih baik kalau kita bisa mendapatkan data dari seseorang yang sebaya, dibanding seorang guru. Dan lagi, meskipun dia bukan ''Spirit'', dia anggota AST yang penting. Tidakkah kau pikir dia akan menjadi referensi yang cukup bagus? Sejauh yang kukira, dia tidak kelihatan seperti tipe yang akan menyebarkan rumor-rumor ke sekitar juga.」 “Kau..., kau main-main denganku?” 「Tidakkah kau mau bicara dengan ''Spirit'' itu?」 “...” Shidou menahan nafasnya, dan menggigit bibir bawahnya. Setelah mempersiapkan diri, ia melepas suaranya terhadap punggung Origami. “To-Tobiichi.” “Apa?” Origami berbalik dengan ''timing'' yang terlihat seakan sedang menunggu Shidou memanggilnya. Shidou sedikit terkejut, namun ia menenangkan pernafasannya dan membuka bibirnya. Sepertinya dikarenakan pengalaman tadi dengan kasus Tamae, ia jauh lebih tenang dari sebelumnya. Benar, kalau ia tidak berlebihan, maka akan baik-baik saja, yang penting ia tidak berlebihan. “Pakaianmu, terlihat manis.” “Seragam sekolah.” “... benar.” 「Kenapa kau memilih pakaiannya dasar kau undur-undur!」 Meskipun itu cuma nama serangga ia merasa seakan ia sedang menderita ledekan yang luar biasa menyakitkan. Misterius! —Karena yang tadi itu berhasil pada sensei...! Dengan maksud seperti itu, ia menggelengkan kepalanya sedikit. 「......perlukah kami membantu?」 Mereka mungkin merasa tidak sabar, karena sekali lagi Reine menawarkan pertolongan. Meskipun ia masih merasa gelisah, ia tidak punya kepercayaan diri untuk bisa melanjutkan percakapan seorang diri. Shidou mengangguk kecil. Mengikuti kata-kata yang ia dengar di telinga kanannya, ia melepaskan suara. “Hey, Tobiichi.” “Apa?” “Aku, sebenarnya... aku sudah tahu tentang Tobiichi sejak beberapa waktu yang lalu.” “Oh.” Masih dengan kalimat-kalimat pendek, Tobiichi melanjutkan dengan kata-kata yang tidak dapat dipercaya. “Saya juga, tahu tentangmu.” “—!” Meskipun ia merasa sangat terkejut di dalam dirinya, ia tidak dapat bersuara. Kelihatannya jika ia mengatakan apapun selain instruksi Reine, maka kemajuan ini akan hancur seketika. “—Begitukah. Aku senang. …juga, dapat berada di kelas yang sama pada tahun kedua membuatku sangat senang. Sepanjang minggu ini, aku selalu memandangimu saat pelajaran.” Uwaah, bahkan Shidou berpikir kalau tadi itu memalukan. Kalau dibayangkan, rasanya kalimat tersebut adalah apa yang akan seorang penguntit katakan. “Oh.” Namun, Origami, “Saya juga memandangimu terus.” Menatap lurus pada Shidou, dia berkata. “...” Ia menelan ludah. Shidou merasa canggung karena sebenarnya tidak pernah melihat ke arah Origami selama sama sekali selama pelajaran. Untuk menenangkan debaran cepat jantungnya, ia mengulangi kata-kata yang memasuki telinganya. “Benarkah? Ah, tapi sebenarnya, bukan itu saja. Sepulang sekolah aku biasanya tinggal di kelas dan mencium bau pakaian olahraga Tobiichi.” “Oh.” Sudah kuduga apa yang dijawabnya setelah ini adalah *dong*, itu yang ia pikirkan, namun ekspresi Origami tidak berubah sama sekali. Melainkan, “Saya juga melakukannya.” “......!?” —Melakukannya juga, dengan punya siapa!? Dengan punyanya sendiri bukan!? Kalau memang seperti itu bilanglah! Wajah Shidou dibanjiri keringat. Dan juga, bukankah kalimat-kalimat dari Kotori dan Reine sedikit aneh? Namun dengan isi kepalanya yang berputar-putar, sudah tidak mungkin bagi Shidou untuk melanjutkan percakapan dengan kata-katanya sendiri. “—Begitukah? Kelihatannya, kita cocok satu sama lain.” “Ya.” “Jadi, kalau tidak apa-apa, maukah kau nge-''date'' denganku—tapi bukannya ini berkembang terlalu cepat tidak peduli bagaimana kau melihatnya!” Ia tidak lagi peduli dengan latihan atau apapun itu. Tidak tahan lagi, ia berbalik dan berteriak. Dari sudut pandang Origami, ia adalah orang aneh yang baru saja menembak lalu tanpa alasan men-tsukkomi<ref>Bagian dalam Komedi Jepang yang intinya berperan untuk mengkritik orang lain. [http://en.wikipedia.org/wiki/Tsukkomi#tsukkomi]</ref> dirinya sendiri. 「......yah, saya tidak habis pikir kamu benar-benar akan mengucapkannya.」 “Bukannya kalian yang bilang padaku untuk mengucapkannya begitu saja!” Setelah meneriakkan kekesalannya, ia mengeluh dan berbalik ke arah Origami. Origami tanpa ekspresi seperti biasanya... tapi mungkin bayangannya saja, dibandingkan dengan beberapa waktu lalu, hanya sedikit, matanya terlihat sedikit lebih terbuka lebar. “Ah, uhm, yang tadi... maaf, tadi itu—” “Boleh saja.” “...............hah?” Shidou bersuara dungu. Ia benar-benar terpaku. Mulutnya terngangap dengan lemah, dan kakinya melemas. Intinya, seluruh tubuhnya terkejut. —Sebentar, apaan ini. Apa yang gadis ini katakan baru saja? “Ap-apa?” “Saya bilang, boleh saja.” “Ap, ap-ap-ap-ap-ap-ap-apa?” “Saya mau saja nge-''date'' denganmu.” “...?!” Keringat merembes keluar di wajah Shidou. Ia perlahan menempatkan tangan di samping kepala, tenang, tenang, ia memberitahu dirinya sendiri. Tidak mungkin. Kalau kau berpikir mengenai ini secara normal tidak mungkin. Tidak ada gadis yang OK untuk memacari seorang lelaki dimana jumlah percakapan yang mereka lakukan dapat dihitung dengan jari. … yah, mungkin tidak mustahil, tapi ia sama sekali tidak mengira jawaban semacam ini dari Origami. —Tunggu. Alis Shidou berkedut. Mungkin, Origami salah mengerti sesuatu. “Ah, aah... itu tadi maksudnya berjalan-jalan denganku ke suatu tempat kan?” “...?” Origami memiringkan kepalanya sedikit. “Apa itu yang kamu maksud?” “Eh, ah, tidak... uhm, Tobiichi, kau pikir apa yang kumaksud...?” “Saya kira maksudmu hubungan intim.” “...!” Tubuh Shidou gemetaran seakan kepalanya baru saja disambar petir. Entah karena alasan apa, mendengar kata ‘hubungan intim’ datang dari mulut Origami terasa sangat imoral. “Saya salah?” “T-tidak... kau tidak salah... tapi.” “Oh.” Origami merespon seakan tidak terjadi apa-apa. Pada momen selanjutnya, Shidou menyesali keputusannya. —Kenapa, kenapa tadi aku bilang hal semacam “kau tidak salah”! Tidak, aku masih bisa melakukannya, aku masih bisa mengubahnya menjadi sebuah kesalahpahaman! Akan tetapi. <br><br><br> UUUUUUUuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu————— <br><br><br> “!?” Pada saat itu, tanpa pemberitahuan dahulu, bunyi sirene bergaung di sekitar mereka. Hampir pada saat bersamaan, Origami mengangkat wajahnya sedikit. “—Kondisi darurat. Sampai jumpa." Seraya mengatakan itu, dia berbalik dan lari sepanjang lorong. “H-hey—” Kali ini ketika Shidou memanggil, dia tidak berhenti. “Ap-apa yang harus kulakukan, mengenai ini...” Tidak lama, ia mendengar suara melalui ''intercom''. 「Shidou, ini ''spacequake''. Untuk sekarang ini kami akan mengembalikanmu ke <Fraxinus>. Cepat kembali dengan segera.」 “J-jadi, ''Spirit'' ya...?” Shidou bertanya, dan satu momen kemudian, Kotori melanjutkan. 「Ya. Prediksi lokasi di mana ia akan muncul adalah—{{Furigana|Raizen High School|di sini}}.」
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information