Editing
Date A Live (Indonesia):Jilid 2 Bab 1
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
=== Bagian 1 === “... haaa...” Shidou menghela nafas panjang dalam-dalam. Melangkah di jalanan perumahan diiringi matahari yang perlahan tenggelam, ia menyeret tungkai dan lututnya seperti orang tua, pelan-pelan berjalan maju. Terbersit keletihan di wajahnya, dan, entah mengapa, poni yang hampir menutupi matanya telah kehilangan kilaunya. Meskipun ia seorang pemuda yang baru berumur 16 tahun......ia terlihat lebih tua dari usianya. Tapi, itu sudah sewajarnya! “... haaa.” Sekali lagi ia mengeluh. Pada akhirnya, Tohka dan Origami mulai bertengkar, terpaksa Shidou menengahi. Tambah lagi, konflik di antara mereka berdua bukan hal baru. Meski Tohka baru bulan lalu masuk ke Raizen High School dimana Shidou bersekolah, mereka berdua sudah bersaing seperti ini setiap hari. ——Bagaimanapun juga, kalau memang yang terjadi cuma adu mulut gadis-gadis sekolahan seperti biasa, kondisi Shidou mungkin tidak akan sekritis ini. “...” Shidou mengingat-ingat wujud Tohka dan Origami sebulan lalu. Di satu sisi, seorang <Spirit> kejam yang dianggap sebagai malapetaka yang akan memporak-porandakan dunia. Di sisi lain adalah seorang ''Wizard Anti-Spirit Team'' dari Angkatan Darat Bela Diri Jepang. Keduanya merupakan gadis dengan kekuatan abnormal melebihi manusia biasa. Untuk saat ini, seorang manusia biasa, Shidou, berperan sebagai mediator di antara kedua gadis itu. “Yang benar saja, mereka berdua tidak bisa akur apa...?” Setelah mengatakan itu, Shidou menundukkan kepala dengan pandangan suram, menyadari kebodohan kata-katanya sendiri. Sampai satu bulan lalu, mereka berdua bermaksud mencabut nyawa masing-masing. Sekarang ini, untuk mencegah kekuatan ''Spirit'' Tohka lepas kendali, Origami dan anggota AST lainnya menghindari mengincar nyawanya berdasarkan [perintah]... Tentu saja, membangun hubungan yang baik tidak akan menjadi hal yang mudah. Akan tetapi, kalau ini berlanjut terus, tubuh Shidou tidak akan bertahan, sebagaimana dapat diperkirakan dari situasi ini. Shidou kemudian menghela nafas terdalamnya namun—— “Hmm...?” Tiba-tiba, ia mengangkat kepalanya. Tanpa diduga, selagi berdiri seorang diri, ia merasakan sesuatu yang menetes dingin di lehernya. “...uwaa” Ia mengatakannya seolah sedang mengerang, kerutan muncul di wajahnya. Sebelum ia menyadarinya, langit sudah mulai ditutupi awan-awan abu-abu gelap. “Hujan ya? Hei, hei, bukannya perkiraan cuaca bilang akan cerah?” Ia mengomel tentang ramalan cuaca yang akhir-akhir ini seringkali meleset. Dan dengan ''timing'' yang sulit dipercaya seakan ini sudah direncanakan dari awal, *crik crik*, tetesan besar air mulai membasahi jalanan beraspal. “Gawat...” Buru-buru ia mengangkat tas yang dipegangnya ke atas kepala. Lalu dengan segera berlari kecil menuju rumahnya. Akan tetapi, seakan sedang menertawakan Shidou, hujan tersebut menjadi lebat dalam sekejap. “Hei, hei, yang benar saja...” Merasakan sensasi dingin menyebar di seluruh seragamnya, Shidou mengernyitkan alis dengan jengkel. Saat ini kedua orang-tuanya sedang berada di luar dalam perjalanan bisnis, maka pekerjaan rumah diserahkan pada Shidou, ia, alih-alih memikirkan hal-hal seperti “bajuku menempel di badanku, tidak nyaman sekali” atau “jangan sampai aku kena flu”, malah lebih mengkhawatirkan apakah pakaiannya akan kering hari berikutnya. Masalah yang biasanya diserahkan pada ibu rumah tangga. Sambil mencoba sebisanya agar pakaiannya tidak basah, ia berlari sepanjang jalan ke rumah meskipun ia sadar itu akan menjadi usaha yang sia-sia. Namun, segera setelah berbelok kanan di sebuah pertigaan... “Ah...?” Di tengah hujan deras, Shidou tiba-tiba berhenti berlari. Ia menahan mati rasa di kakinya. Sebenarnya bukan karena kakinya capai, atau karena ia sudah tidak lagi peduli akan kehujanan. Tapi karena di hadapannya —— Alih-alih butiran air yang jatuh dari langit, ada hal lain yang menarik perhatiannya dari kejauhan. “Anak perempuan...?” Bibir Shidou mengucapkan kata-kata itu. Ya, rupanya itu memang seorang anak perempuan. Sebuah mantel dengan desain yang lucu, menyelubungi tubuhnya, membentuk siluet mungil. Wajahnya tidak terlihat, sebagian besar karena tudungnya yang dipasang hiasan telinga kelinci menutupi seluruh mukanya. Yang paling mencolok adalah tangan kirinya. Boneka kelinci yang terkesan komikal terpasang di sana. Gadis itu, di jalanan kosong tanpa kehadiran orang lain… *pyon* *pyon* ...sedang berjingkrak-jingkrak dengan senangnya. “Apa...?” Shidou menyipitkan mata dan mengamati sang gadis. Dalam kepalanya, terproses berbagai pertanyaan. ‘Kenapa anak itu tidak memegang payung tapi malahan melompat naik turun di bawah terpaan hujan?’— Bukan, bukan pertanyaan itu. Kenapa? Kenapa ia merasa seolah pandangannya tercuri oleh gadis itu? Pertanyaan seperti itulah. Memang dia mengenakan pakaian yang menarik pandangan. Tapi bukan, bukan karena itu. Meskipun ia tidak dapat mengungkapkannya dengan baik dalam kata-kata, sensasi yang tidak nyaman meluap-luap dalam pikiran Shidou. Sensasi yang tidak bisa dipahaminya. Tambah lagi, ia akhir-akhir ini merasakan sensasi yang serupa. “...” Hujan dingin melekat di kulitnya selagi pakaiannya membasah, namun ia tidak lagi memedulikan ketidaknyamanannya. Ia hanya bisa menatap gadis itu, yang sedang menari bebas di tengah-tengah terpaan hujan dingin— <nowiki>*</nowiki>Sraaaat*! “Ha...?” Ia membuka matanya, terkaget dengan apa yang baru saja terjadi. … si gadis kehilangan tumpuannya. Muka dan perutnya membentur keras tanah, menyipratkan genangan air. Secara tidak sengaja, boneka di tangan kirinya terlepas dan melayang ke depan. Kemudian, jatuh tengkurap di tanah, dia berhenti bergerak. “... o-oi!” Shidou dengan panik bergegas, dan membalikkan badannya sambil memapah tubuh kecilnya. “K-kau baik-baik saja? Oi!” Untuk pertama kalinya, ia dapat melihat wajah sang gadis. Usianya mungkin sekitar umur adik Shidou - Kotori. Rambut azur yang mengembang, bibir halus berwarna merah muda, dan dia adalah seorang gadis yang terlihat seperti boneka Prancis jelita. “...!” Lalu, sang gadis membuka matanya, menampakkan bulu-bulu matanya yang panjang dan pupilnya yang bagaikan batu safir. “Ahh...syukurlah. Kau tidak apa-apa?” Usai Shidou mengatakan itu, wajah gadis tersebut pucat pasi dan matanya berputar-putar, lalu dia melonjak seakan mencoba melarikan diri dari Shidou. Sesudah itu, dia membuat jarak; seluruh tubuhnya mulai sedikit gemetar. Dia melihat Shidou dengan tatapan ketakutan. “...err...” Yah, meskipun ia cuma bermaksud menolongnya, ia memang menyentuh tubuhnya tiba-tiba tadi, mungkin itu memang tindakan yang sembrono... meski begitu, Shidou tetap merasa sedikit syok. “Me-mengenai itu. Aku cuma——” “...! tolong, jangan... mendekat..." “Eh?” Baru saja Shidou melangkah maju, gadis itu berkata dengan takut-takut: “Jangan, sakiti... saya.” Gadis itu lanjut berkata demikian. Mungkinkah dia memandang Shidou sebagai orang yang akan menyakitinya? Memang begitulah kelihatannya, dia terlihat seperti hewan kecil yang sedang ketakutan. “Errr...” Dan, Shidou, yang tidak tahu harus bereaksi apa, melihat boneka yang jatuh di tanah. Sepertinya itu yang sebelumnya jatuh dari tangan si gadis. Perlahan ia membungkuk, mengambilnya, lalu membawakannya pada gadis itu. “Ini...punyamu?” “...!” Gadis itu terbelalak dan hendak bergegas menuju Shidou, namun tiba-tiba berhenti. Meskipun dia mau mengambil kembali boneka itu, dia memasang wajah yang mengekspresikan ketakutan untuk mendekati Shidou, jadi dengan gelisah dia menanti ''timing'' yang lebih baik. Ketika Shidou melihat kondisi gadis itu, ia menyunggingkan senyum pahit. Lalu ia memajukan tangan yang memegang boneka itu untuk mengurangi jarak. “...!” Bahu gadis itu tersentak ——mungkin karena sadar dengan niat Shidou, dia bergerak maju mendekat perlahan-lahan. Lalu, dia menyambar boneka itu dari tangan Shidou dan memakainya di tangan kiri. Segera setelahnya, gadis itu mulai memainkan mulut boneka agar membuka dan menutup. [Yahaa——, maaf ya kak. Kamu sudah menolongku—] Sepertinya suara perut, pikir Shidou, selagi kelinci itu membuat suara berlaras tinggi. Boneka itu memiringkan kepala ke samping, melihat wajah gadis itu seakan sedang menanyainya... dan seolah ingin menengahi Shidou dan si gadis, boneka kelinci itu lanjut berbicara. [———Hmmm hei—, waktu kamu membangunkanku tadi, sepertinya kamu menyentuh Yoshinon di sana-sini ya. Jadi, bagaimana rasanya hmmm? Ayo jujur dan beritahu kami— bagaimana?] “H-haah...?” Boneka itu membuat kesan seumpama sedang tertawa *kara* *kara*, bergemeretak dan bergerak seirama. [Ya ampun—— Jangan pura-pura, dasar mesum... yah, kali ini, kamu sudah menolongku, jadi anggap saja ini ''special service'' yang kuberikan untuk ka。mu.] “... a, aah, iya." Setelah si boneka mengucapkan kata-kata itu, ia mengembalikan senyuman pahit. [Daaah. Arigatou-san<ref>Arigatou - ‘terima kasih’, akhiran ‘-san’ digunakan untuk sapaan hormat kepada pihak kedua. Boneka itu sedang bermain kata-kata, bila ditranslasi ke Bahasa Inggris kurang lebih menjadi ‘Mr. Thank You’.</ref>.] Setelah si boneka mengucapkan kata-kata tersebut, gadis itu tiba-tiba berbalik dan lari menjauh. “Aah—oi!" Biarpun Shidou memanggilnya, gadis itu tidak merespon. Dia lanjut berlari mengikuti jalanan yang menikung. Sosoknya seketika itu juga menghilang. “Apa-apaan… yang tadi itu?” Beberapa detik telah berlalu setelah ia melihat kepergian gadis aneh itu. Shidou masih tetap berdiri di tempat yang sama; ia berkata demikian seraya menggaruk pipi. “... ah.” Kemudian ia tersadar. Ia tidak sadar tadi karena perhatiannya teralih oleh sang gadis—— sekujur tubuh Shidou sekarang basah kuyub. Tambah lagi, karena tadi lututnya menyentuh tanah, celana panjangnya jadi kotor sekali. “Uwaa——yang benar saja...” Sambil bertanya-tanya apakah masih ada penghilang noda di rumah, ia mengacak-acak dan menggaruk rambutnya. Tetesan-tetesan air terlempar dari rambutnya ke segala arah. Tidak ada yang bisa ia lakukan karena sudah sebasah ini. Maka, Shidou mengesampingkan ''mood''-nya, mencoba menghibur diri, dan kembali berjalan pulang. “Ahhh...aku basah kuyub.” Beberapa menit telah berlalu sejak ia mulai menggerutu sambil berjalan. “...hm?” Setelah tiba akhirnya di depan rumah, selagi ia memasukan kunci ke pintu masuk, Shidou sedikit mengerutkan dahi. Sesudah memutar pegangan pintu, ia menariknya. Seperti yang diduganya, pintu yang tadinya terkunci setelah ia pergi terbuka tanpa perlawanan. “——Kotori… anak itu, akhirnya dia pulang juga.” Mengambil nafas dalam-dalam, raut muka Shidou menjadi sedikit kaku. Adik Shidou, Itsuka Kotori, yang bersekolah di SMP di lingkungan tempat tinggalnya, sebagai seorang murid SMP berusia tiga belas tahun. Dan pada saat yang sama, dia juga adalah pemimpin organisasi yang menangani ''Spirit'' lewat cara damai. <Ratatoskr>. Karena adiknya harus memproses berbagai macam hal mengenai perlindungan ''Spirit'' Tohka, dia tidak pernah pulang ke rumah dari bulan lalu. Shidou menghela nafas saat bayangan wajah Kotori muncul di dalam pikirannya. “Dasar.” Walaupun ia mengerti kalau Kotori sedang sibuk dengan kasus Tohka, ia tetap tidak bisa memaafkannya karena tidur di luar rumah tanpa persetujuannya. Meskipun dia tetap menghadiri sekolah seperti biasa...sebagai seorang kakak, ia harus menceramahinya sebentar. “Lagipula——” Shidou menelan ludah. Ada banyak pertanyaan yang harus Shidou tanyakan pada Kotori, tidak peduli bagaimanapun juga. Shidou sudah mengalami berbagai peristiwa yang sulit dipercaya baru sebulan yang lalu. Kotori berperan penting dalam peristiwa-peristiwa itu. “...” Padahal hanya bertemu dengan adiknya, namun membuat jantungnya berdebar-debar. Shidou meneguhkan hatinya dan “eei!” menepuk pipinya sendiri. Kemudian, ia melangkahkan kaki ke dalam rumah. “——Tadaima.”<ref>TL note; ‘Tadaima’ bisa diartikan ‘Aku pulang’.</ref> Ia melepas sepatu serta kaus kaki yang basah karena hujan, menggulung ujung celana panjangnya agar tidak meninggalkan bekas kaki basah di lantai kayu sambil berjalan. Dari koridor, ia dapat mendengar suara datang dari televisi; tidak diragukan lagi Kotori sedang berada di ruang keluarga. Shidou berbalik arah ke kamar mandi dan berjinjit menujunya. Bagaimanapun juga, tidak mungkin ia melakukan pembicaraan selagi basah kuyub. Lebih baik ia memasuki ruang keluarga setelah mengeringkan tubuh dan mengganti pakaian. Sambil memegang tas dan kaus kaki dengan satu tangan, Shidou membuka pintu kamar mandi seperti yang biasa ia lakukan. Dan— “——!?” Sekejap itu juga, tubuh Shidou membeku. —Di dalam kamar mandi ada sosok seorang gadis. Di balik rambut gelap malam itu adalah mata yang bercahaya bagaikan kristal. Kalaupun ia menambahkan sepuluh kata pujian yang paling berlebihan sekalipun yang dapat ia pikirkan, itu masih belum cukup untuk menggambarkan bahkan 10% dari kecantikan gadis rupawan yang memancarkan keberadaan yang luar biasa ini. Gadis itu, satu-satunya di dalam memori Shidou. Sebagai seorang ''Spirit'' yang seharusnya membawa kehancuran pada dunia. Namun juga murid kelas 2-4, nomor absen 35 dari sekolah umum Raizen High School. Yatogami Tohka ada di sana. —Tidak ada sepotong pakaian pun yang menyelimuti tubuhnya. “To-Tohka...?” Shidou bergumam, terngaga. Kaki-tangannya dapat menyatakan keindahan artistik. Seketika itu juga, retina Shidou, saraf optiknya, sel otaknya, bergetar, memanas dan meledak. Dia memiliki buah dada yang dapat muat sepenuhnya di dalam tangan Shidou, pinggang yang langsing, dan bokong yang terlihat mulus. Seluruh gadis di dunia ini akan menyimpan perasaan takjub yang dapat menembus batas kecemburuan maupun keirian pada tubuh telanjang yang menawan nan misterius ini. “...?!” Dan akhirnya, bahunya tersentak dan Tohka berbalik wajah ke arah Shidou. “Ap...Shi-Shido!?” “—! Ah, err, bukan, ini salah paham...! Ini karena—” Sekalipun ia tidak tahu apa yang salah, kata-kata tersebut dengan sendirinya keluar dari mulut Shidou. “Cu-cukup, cepat keluar...!” “Guefugh...!?” Shidou menerima tinju lurus yang mantap di perutnya, membuatnya melayang ke belakang, menabrak dinding, dan jatuh keras di lantai, bokongnya duluan. Dalam sekejap, *brak!*, pintu kamar mandi tertutup rapat. “*kuh*, *kuh* ...haa, anak itu, dia serius meninjuku.” Dia berkata sambil terbatuk keras, namun pikirannya membetulkan sedikit. Kalau Tohka benar-benar serius meninjunya, tubuh Shidou mungkin sudah menjadi lemari penyimpanan yang bisa dilepas atas-bawah. Berangsur-angsur, rasa nyeri di ulu hatinya, serta rasa pusing dan bayangan krem kulit yang mengaburkan pandangannya mulai menghilang.—— sepertinya ia juga berhasil menenangkan detak jantungnya. Lalu, pintu kamar mandi terbuka sedikit. Wajah Tohka mengintip lewat celah itu dengan muka yang menyala merah terang. “... apa kau melihatnya, Shido?” “—!” Shidou menggelengkan kepala mati-matian pada Tohka, yang menatapnya dengan gencar. ...sebenarnya dia melihat sedikit, tapi kalau ia dengan naifnya jujur memberitahu Tohka, kali ini bisa-bisa seluruh tubuhnya muat dimasukkan ke dalam tas koper. Untuk sekarang ini Tohka mengerti dan sepakat dengannya, setelah Tohka bergumam “muu...”, dia membuka pintu lebar-lebar. Tentu saja, Tohka sudah memakai pakaian. Tapi itu bukan seragam sekolahnya seperti biasa. Sepertinya Kotori meminjamkannya; jubah mandi favorit Shidou. Karena ukuran tubuh Tohka sedikit lebih besar, kulit yang tampak dari leher sampai tulang selangka, membuatnya entah kenapa jadi terlihat agak erotik. Hal ini membuat Shidou agak bingung di mana harus menempatkan pandangannya. Akan tetapi, sekarang bukanlah waktunya untuk memikirkan hal itu. Ia mengangkat jari pada Tohka, seraya berteriak. “Ap-Apa yang kau lakukan di sini, Tohka...!” Namun Tohka memiringkan kepala ke samping, bingung dengan apa yang dibicarakan Shidou. “Apa? Kau belum dengar dari adikmu? Kurasa, hmm— sesuatu semacam latihan. Aku diberitahu kalau aku akan tinggal di sini untuk sementara waktu.” Dia berkata dengan santai. “L-latihan...!?” Setelah Shidou mengernyitkan alis, ia membalikkan pandangan ke arah koridor. Lalu berdiri, berjalan dengan terburu-buru, dan membanting pintu terbuka sambil kebingungan. “Kotori! Apa maksudnya ini!?” “Oh—” Saat ia melakukan itu, anak berambut ''twin-tail'' yang sedang duduk di sofa, menonton televisi, berbalik, mengarahkan mata bundar bagaikan biji ek itu pada Shidou. “Ooh, onii-chan. Okaeri<ref>TL note; ‘Okaeri’ - bisa diartikan ‘selamat datang kembali’, biasa diucapkan dengan hangat dan memiliki perasaan kekeluargaan.</ref>” “I-iya, tadaima...bukaaaan!” Ia membalas begitu saja tanpa berpikir, lalu menggelengkan kepala habis-habisan. “Kau membawa Tohka kesini, bukan...? Oh, dan latihan, apa maksud dari semua ini...!?” “Nah, nah... tenang, tenang.” “Bagaimana mungkin aku bisa tenang!? Ke-kenapa kau bawa Tohka ke sini...? Seharusnya dia pulang dengan Reine-san seperti biasa bukan!” “Eh? Err—mengenai itu—” Kotori mengulurkan jari pada arah dapur. “Oh...?” Shidou mengarahkan pandangan menuju arah yang ditunjuk Kotori—dan sekali lagi, ia membatu. “......ahh, maaf mengganggu.” Begitu katanya. Di sana adalah seorang wanita dengan muka yang sangat mengantuk, tiba di meja makan yang memisahkan ruang keluarga dengan dapur. Dia sedang banyak menambahkan gula batu ke dalam cangkir yang mengepulkan uap panas. —Dia adalah Murasame Reine, Petugas Analisis <Ratatoskr> sekaligus asisten guru ''homeroom'' yang bertanggung jawab atas kelas Shidou. Kebetulan, dia sedang tidak memakai seragam militer seperti biasanya, yakni sebuah jubah putih, melainkan baju tidur ibu Shidou dengan handuk mengantung di lehernya. Rambutnya sepertinya sedikit basah. “Re-Reine-san? Apa yang kau lakukan...?” “......hmmm?” Setelah sejenak merenungkan pertanyaan Shidou, dia menggaruk kepala dan berkata: “......ahh, maaf, saya terlalu banyak pakai gula ya?” “Bukan, bukan itu masalahnya!” Mau tak mau Shidou menyahuti. Reine memang memasukkan gula batu cukup banyak untuk khawatir akan kena ''hyperglycemia''<ref>Hyperglycemia: Kondisi tingginya jumlah gula di dalam plasma darah, biasanya disebabkan oleh Diabetes Melitus(Kencing Manis).</ref>, tapi itu tidak penting untuk sekarang ini. Untuk menenangkan detak jantungnya sendiri, Shidou menepuk pelan dadanya dan melanjutkan, berkata: “Apa maksud dari semua ini? Harusnya Tohka sekarang ini tinggal di <Fraxinus> bukan?” Tohka, yang sekarang ini ada dalam proteksi <Ratatoskr>, sekarang ini seharusnya tinggal di area terisolir, yang juga merupakan bagian dari interior pesawat udara organisasi tersebut yang bernama <Fraxinus>. Dengar-dengar Tohka juga pergi ke sekolah lewat sana. Meskipun kekuatannya disegel, dia tadinya dikenal sebagai ''Spirit'' yang membawa kehancuran atas dunia. Semua diatur sedemikian rupa agar, jika sewaktu-waktu, terjadi sesuatu, dapat diambil tindakan langsung. Bukan hanya untuk hal itu, agar dapat mengadakan pemeriksaan berkala secara efisien, sepertinya ditempatkan sebuah segel yang kuat di area terisolir tersebut, di mana juga terdapat beberapa ruangan yang telah disiapkan. Karena itu, setelah Tohka pulang sekolah, seharusnya dia kembali dengan Reine ke <Fraxinus>... “......ahh, benar juga. Saya seharusnya menjelaskan dulu padamu.” Reine berkata sambil mengusap mata, di mana terdapat lingkaran-lingkaran hitam di sekitarnya. “......tapi, sebelum itu.” “Sebelum itu...?” “......lebih baik kamu ganti baju dulu, bukan? Nanti lantainya basah.” Setelah diingatkan seperti itu, “Ah”, demikian Shidou bergumam.
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information