Editing
Hakomari (Indonesia):Jilid 3 Putaran Kedua
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===▶Hari Pertama <B> Ruangan utama=== Pemandangannya langsung berubah. Pertama, semua yang kulihat menjadi putih. Putih yang tidak biasa yang membuatku merasa berada di dalam rumah sakit kosong yang baru dibuat tanpa adanya dokter, suster, maupun pasiennya. Aku melihat orang yang berdiri dekat denganku. "...<u>Daiya</u>" "Lama tidak bertemu, Kazu." Daiya, yang telah menghilang, menyapaku dengan biasa seperti kami baru saja bertemu di sekolah setelah liburan musim panas. Ia terus berkata tanpa mempedulikan aku yang sedang kebingungan. "Santai, Kazu! Kau baru saja kuselamatkan." "Selamatkan?" Daiya menunjukkan dengan jempolnya seorang gadis dengan rambut yang agak panjang. "Gadis itu baru saja akan mendorongmu dan mengancammu dengan pisau!" "Eh...!" Aku melebarkan mataku dan menatapnya. Si beruang hijau mungkin telah berkata kalau kami akan mengikuti pertarungan sampai mati, tapi ini sudah dimulai...? "Hei, Oomine-kun. Kalau kamu menyebutnya begitu, akan terjadi kesalah pahaman!" Keluhnya. Itu suara yang pernah kudengar di suatu tempat. "Kesalahpahaman? Tapi aku tidak mengatakan sesuatu yang salah, 'kan?" "Berisik. Jelas-jelas kamu berniat buruk. Aku baru saja yakin kalau ini hal yang penting untuk dilakukan." Aku ingat kalau aku sering mendengar suara ini dari mic sekolah. Mungkin dia ketua OSIS. "Oh, hal penting? Yah peduli amat, tapi kalau begitu, kau hanya membuat orang lain mencurigaimu dan membuatmu dalam bahaya, kau tau? Kalau kau ketakutan, seharusnya kau jangan menutupinya dan gemetaran!" Kaichou terlihat sedikit terkejut terhadap kata-katanya Daiya. "...oh yah. Bertingkah kuat itu kebiasaan burukku." Dia ketakutan meski terlihat begitu serius...? Um, ini hanya candaan, 'kan? "Kalau kau butuh contoh soal cara menunjukkan ketakutan, lihatlah, gadis yang menggantung di sampingmu itu cocok!" Mendengarnya, si gadis berambut hitam di samping Kaichou jadi ketakutan. Kaichou dengan lembut mengusap kepalanya dengan berkata "Jangan khawatir." ...Dia benar-benar pucat. Tapi dia ini terlalu ketakutan, padahal belum ada yang terjadi, 'kan? Tapi—itu cukup imut.<!--DT--> Aku sadar kalau berfikir seperti itu berbahaya dan aku bisa tidak merasakan bahaya, tapi insting kebaikanku bergejolak seperti aku sedang melihat hewan kecil. Itu adalah daya tarik yang Maria tidak punya... "Kazuki." "—ugh!" B-Benar. Aku seharusnya tau Maria ada di sana; aku ceroboh. "Apa maksud dari tatapan aneh itu?" "B-Bukan apa-apa, Maria." Aku mengalihkan pandanganku untuk menghindari tatapan kecurigaan Maria. "Mh, terserah...apa kamu sadar akan situasimu? Aku terkejut kamu bisa begitu tenang..." "M-Maaf." "Bukan saatnya tertarik dengan gadis." "......" Jadi dia sadar kalau aku tertarik oleh si gadis berambut hitam. Saatku tetap diam dan mengalihkan pandanganku, Maria melepas salah satu sepatunya dan menekan tapak sepatunya pada wajahku. Uh, itu menyakitkan dan terasa menyebalkan. Dengan tapak sepatu yang ditekan ke wajahku, Maria berbisik, "Kamu sadar kalau ini karena 'kotak', 'kan...?" <!--harus ingat. Kazuki gak cinta sama Maria seperti cintanya ke Kasumi. Mereka hanya rekan kerja yang sangat dekat.--> ...aah, benar. Situasinya hanya mungkin terjadi karena 'kotak'. Yang artinya ini dikarenakan perbuatan Daiya. Akan tetapi ia bertingkah seperti tidak tau 'kotak' ini. "Pagi. ...Oh, ada tiga cewek cantik! Asik!" Orang keenam datang, membuat angka orang dan kursinya sejumlah. Dengan begitu, para pemain yang akan «membunuh satu sama lain», seperti yang Noitan katakan, telah berkumpul. Aku masih sulit mengikuti percakapannya, tapi seperti yang diminta lelaki berambut coklat, yang datang terakhir, kami memutuskan untuk memperkenalkan diri dulu. Lelaki berambut coklat bernama Kamiuchi Koudai. Gadis yang akan menodongkan pisaunya ke leherku adalah ketua OSIS, Shindou Iroha. Dan terakhir, si gadis berambut hitam itu— "—Aku <u>Yanagi Yuuri</u>." Hanya mendengar nama itu saja, fikiranku langsung berhenti. "......Eh? Umm, a-apa aku mengatakan hal yang aneh?" "T-Tidak! Hanya saja aku kenal dengan seseorang yang nama keluarganya sama." Dia melihat padaku dengan keheranan saatku menggelengkan kepalaku. "Siapa orang ini kalau boleh kutanya?" "U, umm..." Aku mencoba mengingat orang itu— "——Ah" Tiba-tiba, kata-kata Daiya di kafeteria sekolah muncul di fikiranku. «Karena kau ingin terus menginginkan sesuatu. Hmph, aku terima pernyataan itu, tapi itu menyisakan pertanyaan lain. <u>Kenapa kau jadi seperti itu?</u>?» Jadi itu. Orang yang diselimuti kabut itu— "......teman sekelas waktu SMP." «Yanagi Nana» Setelah mengingatnya, aku menggelengkan kepalaku. Aku tidak ingin mengingatnya. Dia seharusnya tetap dilupakan. <u>«Yanagi-san», cinta pertamaku.</u> <!--Wow, wow... Plot twist lain: Mogi Kasumi bukan cinta pertamanya, tapi Yanagi Nana? Wow.--> "Oh, teman sekelas? Kalau begitu, bisa kamu sedikit anggap kita sama?" Yuuri-san—menggunakan Yanagi-san akan terlalu memusingkan—memiringkan kepalanya saat menanyakan itu. "Eh? Ah, uh, ya...kuharap kita bisa akrab." "Aku juga berharap begitu." Yuuri-san tersenyum dengan hangat. Sekali lagi aku menyadari keimutannya. "Ada apa dengan wajah yang terhibur itu, Kazuki?" Dengan cepat aku membelokkan pandanganku; Maria menatapku dengan mata yang setengah tertutup. "A-Aku tidak memasang wajah yang terhibur-" "Ya, kamu pasang. Wajahmu mengatakan kalau kamu senang bicara dengan gadis cantik. Bodoh sekali..." "T-Tapi. Kamu juga cantik, 'kan?" "......apa-apaan dengan rayuan itu? Jangan harap aku akan terkena yang seperti itu!" Di saat itu juga Yuuri-san masuk ke dalam percakapan kami. "U-Umm...a-aku tidak cantik, sungguh..." "Jangan begitu. Aku fikir kamu sangat cantik." "A-Aku..." Yuuri-san memerah seperti mawar. Saatku melihat wajahnya dengan diam karena aku tidak mengerti maksud reaksi itu, tiba-tiba kurasakan serangan dari belakang kepalaku. "A,Aw! Saatku berbalik, Kamiuchi-kun melihat kepalannya. "???" "Maaf, aku tidak sengaja, tapi untuk suatu alasan aku sangat kesal tadi. Maaf!" Saatku memegangi kepalaku, sambil kebingungan, Maria mengeluarkan desahan. "Serius, si perayu bodoh ini membuat ketegangannya menghilang."<!--Ini hal bagus, seharusnya--> "...jahat." "Yah, terserah. Itu membuat kemudahan. Akan kusebutkan masalah utamanya." Sambil mengatakan itu, Maria menatap Daiya. "<u>Apa maksud semua ini, Oomine Daiya</u>?" Dengan kata-kata itu, udara tenangnya dikacaukan. Tatapan semua orang langsung mengarah pada Daiya. Ia tidak menunjukkan kebingungan; tidak, malah ia menunjukkan seringaian yang lebar. "......eh?" Yuuri-san, yang kelihatannya sulit mengerti maksudnya, berbisik tanpa sadar. "Oomine-san... Penyebab semua ini...?" "Apa yang akan kukatakan mungkin akan terdengar absurd, tapi maukah kalian percaya padaku?" Kali ini Yuuri-san hanya berkedip. Terkejut terhadap kata-katanya Matia. Tetapi Kaichou membuka mulutnya: "Aah... Otonashi-san, maaf, tapi teserah kami soal percaya atau tidaknya! Kamu tidak bisa memaksa kami hanya dengan bilang «percaya padaku!»." "Kamu benar. Tapi aku harus memintanya. Karena ini adalah pembicaraan yang harus membuatku memberimu paksaan untuk terus percaya padaku." Kaichou mengerutkan bibirnya dan mengangguk. "Oh." "Baiklah, begini, kumulai dari penjelasan soal apa 'kotak' itu. Jadi, 'kotak' ini adalah—" Dengan kata-kata itu, Maria menjelaskan tentang 'kotak'. Itu adalah 'kotak' yang mengabulkan 'keinginan'. Mereka berada dalam situasi ini karena hal itu. Dan tentang kami bertiga yang telah tau tentang 'kotak'. Dan terakhir, kalai si 'pemilik' dari 'Permainan Kebosanan' ini adalah Oomine Daiya. Mereka mendengarkan kami dengan seksama. "...itu memang terdengar absurd." Kaichou mengerutkan dahinya, setelah dia selesai mendengarkan Maria. "Yah, hal semacam 'kotak' ini memang absurd, tapi situasi kita ini memang sedang absurd juga. Sampai akupun berfikir kalau hal semacam itu memang ada." "Jadi kamu percaya pada kami?" Saatku tanyakan itu pada Kaichou, karena kebiasaannya, dia mengerutkan bibirnya lagi dan berkata, "...belum, baru 'mungkin ada'. Maksudku, kalau dalam situasi yang absurd, alasan absurd apapun bisa diterima, 'kan?" "Begitu ya..." Aku melemaskan leherku, di saat Kaichou menggarukkan kepalanya dan melanjutkan, "...yah, tapi kalau kalian memang mencoba menipu kami, kalian seharusnya menggunakan tipuan yang lebih realistis. Terlebih, kalian menjawab semua pertanyaannya tanpa ragu dan kamu bahkan menyebutkan beberapa keraguannya sendiri. Jadi, yah... Hmmm, setengah-setengah. ...bagaimana menurutmu, Kamiuchi-kun?" "Aku sulit percaya mereka.." Kamiuchi-kun langsung menolaknya. "Lebih dari itu, mereka terlihat mencurigakan dari cara mereka bekerja sama. Maksudku, bukankah mereka ini saling kenal dari awal?" "T-Tapi kami tidak punya waktu untuk itu sebelumnya, 'kan...?" Aku langsung memberikan alasan. "Bisa jadi. Tapi bukankah mungkin kalau kau bersama Maricchi karena kalian sudah saling kenal? Juga, kemungkinan buruknya bisa saja kalian pembuat masalahnya, 'kan?" "Tidak mungkin!" "Hoshino-senpai, tolong jangan marah. Aku hanya ingin bilang kalau kami tidak bisa mempercayai ceritamu langsung karena kalian kelihatan seperti bekerja sama dari awal." Kaichou menyetujuinya, dan berkata "Kamu benar." "Bagaimana denganmu, Yuuri?" "......umm, maaf, tapi...aku juga tidak bisa percaya hal seperti 'kotak' itu ada. Maaf." Kurasa keraguannya bukan datang dari pendapatnya, tapi karena dia tidak bisa memberikan penolakkan. "Oh, Yuuri-chan, kamu ingin sama denganku karena kamu ingin menarik perhatianku, 'kan?!" "Eh...? T-Tidak..." "Uhihi, jadi lampu merah karena candaan begitu, manisnya!" Kaichou mendekat seperti mencoba melindungi Yuuri-san yang telah memerah. "Oke, oke, jangan goda Yuuri." "Kaichou, apa kau cemburu karena kau tidak bisa populer?" "Aku tidak menganggapnya 'populer' kalau itu dikatakan orang semacam kau." "Uwa! Kejam! Sebenarnya, aku punya banyak fans!" Kaichou mendesah, menandakan dia tidak ingin membicarakannya lagi, dan kembali ke permasalahan. "Sekarang, kita simpan dulu permasalahan soal 'kotak' ini, oke? Yuuri dan Kamiuchi-kun, tolong simpan cerita itu dalam fikiran kalian, dan jangan membuangnya karena itu absurd. Dengan begini, kita bisa memilih untuk percaya atau tidak di waktu nanti." Mereka berdua mengangguk dengan pelan. Maria berkata, "Yah, keputusan yang baik," tapi dengan wajah masam yang tidak selaras dengan kata-katanya. ...Aku pun begitu, sih. Di sisi lain aku merasa tidak senang karena mereka tidak percaya, tapi di sisi lain aku mengerti kenapa mereka ragu. "...Kaichou, apa yang bisa kami lakukan agarkamu percaya pada kami...?" Kaichou langsung menjawab saatku tanya ini dengan gugup. "Tunjukkan dengan tindakanmu kalau kalian memang bisa dipercaya. Kami mungkin masih belum percaya soal 'kotak', tapi dengan begitu, kami mungkin akan mendengarkan arahanmu tentang bagaimana kita seharusnya menyelesaikan situasi ini." Tapi itu hanya gampang dimulut. "Um, jadi, bagaimana kita bisa—" Omonganku diganggu. «Yaa yaa yaa - keLihatannya - kAlIan meMBicarakan - tenTang suATu - maSaLah - tAPI aku AKan cEriTAkan - keNYataan paHIt - yang AKAn - meMBawamu pergi!» «BaIKlah - kuHArAp - PertArungan kALIan - mENYenaNGKAn! JaNGAn akHIRI - pErMainannya - deNGan melAkuKan - hAl mEMBOsanKAn - sepERTi - meMBuAT seMUa orAnG jaDI mUMI - OKE?» Noitan menghilang setelah menjelaskan peraturan [Perebutan Kerajaan]. "Hei, Otonashi-san," Sikap Kaichou berubah sedikit karena cerita tadi. "Kalau kamu mengatakan kebenarannya, kita pasti bisa bertahan hidup dari [Perebutan Kerajaan] melalui cara lain selain menyelesaikannya, 'kan?" "Ya." Kaichou mengambil pernyataan Maria dengan serius. —Mungkin dia akan percaya pada kami lebih cepat dari yang kami bayangkan. Maksudku, Kaichou —bukan, yang lainnya juga— tidak ingin mengikuti permainan saling membunuh ini. Kalau mereka tetap diam, batas waktunya akan memepet dan membuat seseorang kehilangan akalnya. Yang akan menjadi awal permainannya. Mereka ingin bersiap sebelum itu terjadi. Jadi, kalau ditunjukkan sebuah cara lain, mereka akan menggunakannya. "Apa perlu kujelaskan?" Dan Maria bisa menunjukkan mereka cara lain itu. "...oke, aku akan mencoba mendengarkannya. Apa yang harus kita lakukan?" "Kalau kita bisa keluar dari 'kotak' milik Oomine, kita bisa terbebaskan." Dengan begitu, tatapan semua orang terfokuskan pada Daiya saja. Daiya membunyikan lidahnya dengan keras pada sikap kami. "Hei, Oomine-kun, apa kamu tidak akan menolak pernyataan Otoonashi-san?" Seperti menolaknya, Daiya memalingkan wajahnya dan tetap diam. "...Tapi, ya, aku setuju kalau Oomine-senpai mencurigakan." Kata Kamiuchi-kun dengan suara yang agak dingin; kelihatannya ia mulai gelisah. Lalu, ia mengalihkan pandangannya dan tersenyum pada Yuuri-san. "Tentu kamu juga setuju, 'kan, Yuuri-chan?" "Eh?!" Karena disebutkan seperti itu, Yuuri-san melebarkan matanya. "U-Umm... Yah..." Dia menggumam dengan pelan, tapi dilihat dari intipannya pada Daiya, dia mungkin memiliki pendapat yang sama seperti Kamiuchi-kun. Atmosfir ruangannya berubah melawan Daiya. "Hah..." Daiya mendesah dengan keras di sitasi ini. "Hanya orang bodoh yang dengan mudahnya dikendalikan seperti itu..." Bahkan ejekkan seperti itu tidak mengubah apapun. "Kenapa tidak coba mengatakan kesalahannya sebelum menyebut orang lain bodoh?" Kaichou menjawab dengan tenang. Daiya terlihat terkesan dan mengeluarkan tawaan yang menghina. "...apa? Kenapa kau tertawa?" "Aku baru saja fikir kalau menghabisi kalian semua ini mudah karena kau langsung mempercayai orang. Apa kalian ini benar-benar murid unggulan? Itu cuma omong kosong, 'kan?" "Sebutkan kesalahannya dan jangan hanya buat teka-teki!" "Maaf, tapi aku tidak akan mengatakannya sampai [Pertemuan Rahasia] berakhir." "Hah? Apa maksudmu? Jadi kau minta kami waktu agar kau bisa membuat pertahanan dulu, 'gitu?" "Aku belum tau harus berpihak pada siapa! Aku punya seseorang yang ingin kuajak bicara untuk hal itu." "Aku tidak peduli, tapi kalau begini kau hanya membuat kecurigaan." Daiya tidak menjawab.
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information