Editing
Oregairu (Indonesia):Jilid 10 Bab 1
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
==1== Ruangan menjadi gelap saat aku membaca bukuku. Salah satu kebiasaan burukku yang tak bisa hilang saat aku sedang bersih-bersih total atau merapikan ruangan adalah seperti “Ups, aku baru saja memulai hobiku membaca buku”. ''Hampir saja...'' Kalau yang kubaca adalah sebuah buku berseri, aku bakal terjebak di sebuah maraton bacaan. Dan setelah aku selesai membaca semua volumenya, aku bakal nyerocos, “Kapan sih volume berikutnya keluar? Cepatlah, dan lakukan tugasmu, penulis!” Aku bangkit dari sofa tempatku berbaring dan mengembalikan buku yang kubaca kembali ke raknya. Dengan ini, bersih-bersih total sudah selesai. Cuma merapikan sana sini sih, tapi ya sudahlah, selesai. Di hidup, selagi kau masih belum bisa menghilangkan noda masa lampau, maka aku harus bilang, dengan keseriusan, merapikan adalah sebuah usaha sia-sia yang pastinya, tak berarti. Kalau kehidupan adalah noda itu sendiri, maka apapun yang kau lakukan, kau tak akan pernah melihat akhir dari usaha membersihkan kehidupanmu. Bagaimanapun, karena aku paling tidak sudah merapikan rak buku di kamarku, akupun kembali ke ruang tamu dengan rasa kemenangan. Cuma tinggal beberapa hari lagi tahun ini akan berakhir. Seharusnya besok adalah hari kerja terakhir orang tuaku di tahun ini. Mereka punya pekerjaan bertumpuk yang harus diselesaikan jadi mereka pasti bekerja larut sekali. Karena itu, ibukupun bersih-bersih sedikit demi sedikit dengan waktu terbatas yang ia punya. Tak lama kemudian, ruang tamu menjadi bersih dan rapi. Hanya saja di ruang tamu yang bersih itu, ada satu sosok yang terbaring lemas di lantai, memancarkan aura yang tak menyenangkan. Sosok itu adalah adikku, Hikigaya Komachi. Tubuh bagian atasnya keluar dari kotatsu dengan muka menghadap kebawah. Kucing yang berlalu-lalang di punggungnya adalah Kamakura, yang sedang menjilati bulu-bulunya. “Ada apa sih...?” aku secara refleks menanyakannya, tapi nggak ada jawaban. Alah, cuma seonggok mayat... ''Aduh, ayolah Komachi, mati di tempat seperti ini, agak menyedihkan tahu...'' Meskipun begitu, ada kucing di punggungnya pasti berat. Ia seperti sedang di rasuki arwah gentayangan melihat ia tak bergerak sama sekali. Aku pasti suka kalau aku bisa menentukan arwah kucing gentayangan itu adalah kucing, arwah, atau malah setan, meow. Aku menuju kotatsu sambil mengangkat Kamakura dari punggung Komachi dan menaruhnya di pangkuanku. Kamakura mengelus-elus pangkuanku untuk mencari kenyamanan, menaruh kepalanya dan tergeletak, tidur kembali. ''Maaf karena tempat tidurnya buruk. Ampuni aku, meow♪!'' Saat aku melepaskan beban dari punggung Komachi, ia mengangkat kepalanya. “Ah, onii-chan...” Adikku yang selalu manis ini sekarang punya mata yang menyipit, seperti mata busuk sebuah ikan. Oh, kau terlihat mirip dengan kakakmu ini! Kita memang benar-benar saudara! Jadi kalau Komachi itu manis dan aku mirip dengannya, itu artinya aku manis! Tapi, tunggu, mata busuk itu sangat tidak manis. Jadi kalau keimutannnya masih belum cukup untuk membuatnya manis, bukannya itu berarti aku sama sekali tidak manis, ya, sama sekali? Bagaimanapun, ini kali pertama aku pernah melihat Komachi terlihat seperti benar-benar tersudut ke tembok. “Komachi, nggak apa-apa kan...?” “Nggak... Aku sudah tamat...” Komachi menggumam dan membenamkan mukanya ke dalam kasur. Kemudian ia mengucapkan sesuatu seperti igauan dengan suara terpecah-pecah. “Harus, bersih-bersih... Harus, buang sampahnya... Harus, buang onii-sampah...” “Tenang Komachi. Bersih-bersihnya kurang-lebih selesai. Dan juga, nggak semudah itu membersihkan onii-chanmu ini. Kau harus siap-siap menghadapi masa yang panjang.” “Uuugh, Komachi jadi gelisah, aku cuma mau kau menikah secepatnya...” Dia memberiku tatapan tidak puas, tapi tidak ada yang bisa kulakukan tentang itu. Itu ibaratnya seperti mencoba menikahkan Hiratsuka-sensei, mungkin saja. ''Kayak kau bisa menikahkan laki-laki semenyusahkan aku ini...'' Tapi ini bukan saatnya mengeluarkan tameng pelindung. Komachi inilah masalahnya. Dalam banyak hal, aku tahu alasan kenapa Komachi menjadi seperti ini. Itu pasti karena tes-tesnya. “Belajar itu terlalu sulit”, “Tes uji cobanya jadi kacau”, kurang lebih seperti itu. Bahkan setelah Natal berakhir, Komachi telah berjuang dengan belajar siang dan malam sepenuhnya, tapi dengan Tahun Baru yang semakin dekat, sekarang dia kehabisan bahan bakar. Mengoceh dan merana, Komachi berkata, “Sial, sial sial...” Kemudian dia memandangku. Saat aku menjadi terdiam, Komachi mengubur kepalanya kedalam bantal kembali. Dia berbicara dengan suara tersedot-sedot. “Sniff, uugh, Aku lelah sekaliiiiiii...” Kemudian dia memandangku. ''Aww kawan, dia menyebalkan sekali...'' Meskipun begitu, aku adalah seorang veteran senior onii-chan yang membanggakan lima belas tahun pengabdiannya. Pada saat inilah aku pastinya tahu apa saja kata-kata yang tepat ditujukan padanya. “Yah, tahulah. Belajar terus-terusan emang sangat menekan. Tahun Baru sebentar lagi sampai, jadi kenapa kita nggak istirahat sejenak dan jalan-jalan yang jauh dari sini, buat kunjungan kuil pertama kita tahun baru ini?” “Ayo!” Komachi secepat kilat menjawabnya dan mendadak bangkit dari posisi tidurnya itu. Kelihatannya tepat sasaran. Pasti lah, karena aku adalah onii-chan profesional, itu cuma salah satu dari tugasku. Faktanya, aku rasa kota ini harus bergerak untuk menyiapkan lowongan menjadi onii-chan. Apaan sih lowongan menjadi onii-chan? Bukannya, yah, seperti di urus-urus oleh adik perempuannya? Pekerjaan itulah yang kau bisa bilang kebal dari pemecatan. Sebenarnya sih, masih bisa dibilang menjadi pengangguran. Tapi, sebagai seorang onii-chan yang profesional, aku tidak akan memanjakan dia terlalu banyak. Aku harus mengingatkannya. “Nggak apa-apa sih, tapi sebelum itu kau harus belajar sampai mati ya.” “Iya, iya. Aku bisa belajar lebih semangat kalau aku punya hal yang bisa bikin senang nantinya, tahulah.” Aku sudah mengingatkannya, tapi sepertinya dia sama-sekali tidak mendengarkanku. Iapun duduk dan mengambil sebuah jeruk mandarin. ''Mmhm, maksudku nggak papa sih kalau sekarang kau semangat...'' “Ada kuil yang pengen di kunjungi? Kayak, kuil yang bisa kasih berkah atau apalah.” “Mmm...” Saat aku tanyakan dia, dia mulai berpikir. Kelihatannya, untuk orang yang akan mengambil tes menjadi seorang siswa, mengunjungi kuil untuk pertama kalinya di Tahun Baru adalah sebuah kejadian penting. Ada juga yang bilang, “Kapanpun kau dalam masalah, berdoalah kepada dewa-dewi”. Kalau kau benar-benar dalam situasi yang buruk, hanya dewa-dewilah yang bisa kau andalkan. Kebanyakan orang memang tidak terlalu bisa diandalkan sih. Jadi, fakta kalau misalnya kau tidak mengandalkan orang-orang disekitarmu bisa berarti kalau kau hanya mengandalkan dewa-dewi saja di kehidupan sehari-harimu. Comot-comotan tetaplah nyopet bagaimanapun. Saat seperti inilah aku harap bakal muncul Ultra-apalah. “Kalau dekat sini, coba aja tempat ayah kita pernah kunjungi. Tahulah, tempat yang dia bilang pernah jadi tempatnya begadang cuma buat ngantri. Kuil Kameido Tenjin atau apalah?” Tempat itu hanya sejauh satu stasiun dari Sobu Line di daerah sini, jadi memang tidak jauh-jauh amat. Jelaslah, karena kita akan berdoa pada DewaBelajar, bisa dipastikan akan penuh sesak karena memang musimnya. Setiap kali terpikir kerumunan orang dan aku di dalamnya, aku tak bisa tak mengeluarkan ekpresi “bleh” dari mukaku, eh maksudku, aku benar-benar benci kerumunan tahu ☆! Dan entah kenapa, Komachi juga mengeluarkan ekspresi “bleh” di mukanya. “Tukang begadang... Satu lagi hal menjijikkan dari ayah...” ''Dia itu ayah yang baik, jangan dikeluhin terus...'' Tahulah, kalau mama tidak membuatnya berhenti, ayah sudah pergi ke Dazaifu, tahu... Aku juga punya firasat kalau mama juga yang melarangnya begadang. “Yah, lupakan aja ayah, ada juga satu Dewa Belajar di Yushima Tenjin...” Kuil ini juga punya satu Dewa Belajar, jadi pasti sangat popular saat masa-masanya tes-tes. Artinya, bisa dipastikan akan sangat sesak karena memang musimnya---dll, dll. Saat aku sedang menimbang-nimbang pilihan-pilihan yang ada, Komachi mengeluh. “Mmm, tempat yang terkenal emang bagus, tapi... Rasanya tempat yang dekat dengan SMA bisa jadi bikin aku hoki!” “Masa? Kalau gitu... Rasanya Kuil Sengen bisa.” “Ah, itu kan kuil yang selalu ngadain festival.” “Nggak, nggak selalu.” Kuil apa sih yang selalu mengadakan festival? Seperti tak punya rasa menghargai begitu. Apa itu sepertitoko depan stasiun Akihabara yang selalu mengadakan penjualan sebelum tutup? Sebanyak apa sih setiap hari dalam setiap harinya? Tapi aku rasa itu memang biasa buat Komachi, yang tidak akrab dengan Kuil Sengen, yang akhirnya hanya tahu tentang festival di sana. Memang itu adalah salah satu tujuan turis, tapi sebenarnya mengunjungi kuil tetangga hanya akan terjadi saat kunjungan pertama tahun baru atau kalau ada festival. ''Tapi Kuil Sengen, ya...?'' Aku punya firasat kalau akan ada orang yang kukenal di sana, jadi aku tidak terlalu semangat untuk itu, tapi itu tempat itu cukup disukai ternyata. Aku juga tak mau ketemu alumni SMPku dulu. Sebenarnya sih, aku tidak sedang mau pergi ke manapun, tahu? Selagi keraguanku muncul, Komachi menatapku dengan prihatin. “Apa?” kutanyakan ia. Komachi membenarkan posisi duduknya untuk persiapan sesuatu. “Oh, tahulah, onii-chan. Aku nggak merasa kita perlu sama-sama atau gimana. Aku nggak papa kalau sama mama.” Mmmm, kau biasanya mengacuhkan ayah, kan? Itulah ayah bagimu, yep. Bagaimanapun, aku punya sedikit firasat kenapa dia menjadi prihatin begitu. Dia bisa saja bersikap seperti biasa, tapi dia punya kepekaan terhadapku sebagai kakaknya. Nggak, nggak, onii-chan juga peka tentang dirinya sendiri, tahu? Aku hanya bermasalah di bagian memahami kepekaan itu karena aku masih bingung bagaimana menyikapinya. Itulah mengapa di liburan musim dingin yang kurang dari dua minggu ini menjadi sesuatu yang patut aku syukuri. Pastinya, setelah sekolah mulai masuk lagi, aku harus menghadapi hal seperti itu lagi. Tapi sekarang aku sedang liburan. Dan karena ini sedang libur, memang gayaku untuk mengistirahatkan seluruhjiwa ragaku. Sebagai seseorang yang menargetkan menjadi bapak rumah tangga, menggunakan otak saat liburan tidak patut dipertimbangkan. Tundalah pengajuan proposalmu, bawalah kerumah dan pikirkan lagi. Itulah yang bisa dibilang ilmu menjadi budak perusahaan! Tunggu dulu, jadi semua ini tentang menjadi budak perusahaan atau menjadi bapak rumah tangga? Untuk tujuan beristirahat selama mungkin dan juga menunda segalanya lebih lama lagi, akupun memutuskan untuk mengganti persoalannya. “Aku nggak perlu kepedulian yang menjengkelkan itu, ehh.” “Ah kamu, kalau bisa sih, aku maunya nggak ngelakuin itu.” Komachi mengeluarkan desahan sok pamer. ''Sori, dekku, karena jadi onii-chan yang begini.'' “Yah, kalau kalau nggak pergi Komachi, aku tinggal pergi sendiri kayak tahun kemarin. Nggak banyak yang dipikirin dan lebih gampang buatku.” “Lagi-lagi, kau bilang sesuatu kayak gitu.” “Leluhur bilang, Malam Tahun Baru adalah hari persiapan tahun yang akan datang. Begini, kalau aku bikin kenangan pahit pas kunjungan pertamaku, tahun itu dipastikan jadi tahun yang penuh kenangan pahit. Melakukan sesuatu di tahun baru dan kau mau buat aku bikin kenangan pahit dengan berada di tengah kerumunan? Ide yang buruk kan, setuju, Komachi-kun?” Dengan lancar sekali aku menceramahi Komachi yang sedang bermuka bosan. Dia terlihat tidak terperangah pertamanya, tapi sekarang ia mengangguk-anggukkan kepalanya dan kemudian menatapku dengan serius. “Masuk akal. Malam Tahun Baru itu hari persiapan tahun yang akan datang... Oke, mungkin aku akan ikut denganmu, onii-chan.” “O-oke... Kenapa berubah pikiranmu?” Dia menatapku seperti menatap sampah sedetik yang lalu, tapi sekarang dia bermuka sungguh-sungguh, 180 derajat berbeda dari sebelumnya. Kemudian dia mengeluarkan senyum cemerlang. “Maksudnya sih, kalau aku ikut dengan onii-chan pas Malam Tahun Baru, itu artinya aku akan bareng onii-chan sepanjang tahun. Tadi itu baru aja mencetak banyak poin Komachi.” “Y-yah. Aku, rasa...” Kata-katanya membuat pikiranku membeku. ....... ''...Oh kawan, ada apa dengan adik manisku ini!? Lupakan kata klise yang selalu muncul di akhir kalimatnya, adikku benar-benar manis!'' “Ko-Komachi...” Selagi aku tersedu-sedu, tersibak air mata karena perkataannya, Komachi mengembungkan pipinya yang merah dan mengalihkan pandangannya. Kemudian dia menatapku menyamping. “J-Jangan geer, oke! Maksudnya bareng onii-chan itu karena kita akan satu sekolah tahun depan, kayak berdoa supaya lulus tes, oke! Tadi itu baru aja mencetak banyak poin Komachi, oke!” ''Ughh, tsundere rendahan...'' Bukannya tadi itu malahan kriminal Portopia rendahan? Kriminalnya Yasu sih. Sial, sekarang aku jadi depresi. Aksi terpaksa tadi itu memang bukanlah hal termanis dirinya, tapi kalau aku bersikap seolah-olah kalau dia hanya menyembunyikan rasa malunya, malah sebenarnya, mungkin tak apa-apa kalau kupanggil dia manis. “Kalau begitu, berangkatnya sama-sama deh.” “Oke. Baik, baik, aku akan coba belajar lagi di kamarku.” Komachi keluar dari kotatsu dan berdiri selagi ia bicara tadi. “Lanjutkan, selamat bersenang-senang.” Saat Kamakura masih tidur di pangkuanku, aku memegang kaki depannya, mengayun-ayunkan ke arah Komachi, dan dia pun tertawa. “Ngerti-ngerti, aku bakal berusaha keras!” kata Komachi. Ia mengambil hapenya dan mengelus-elus Kamakura pelan-pelan selagi bersenandung dan akhirnya kembali ke kamarnya. Yang tertinggal sekarang di ruang tamu hanya Kamakura dan aku. Saat kamakura melakukan ''funsu'' dengan hidungnya, aku menggoyang-goyangkan ekornya. Ia terbangun sebal dan merenggangkan badannya. Kemudian ia merangkak kedalam kotatsu. Aku mengikuti panutannya dan merangkak kedalam kotatsu hingga bahuku, dan menjadi siput kotatsu. Hanya sebentar waktu tersisa di tahun ini. Seperti tahun-tahun yang lain, ini adalah hari sebelum Tahun Baru yang tenang.
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information