Editing
Date A Live (Indonesia):Jilid 1 Bab 3
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===Bagian 2=== Waktu menunjukan pukul 5.20 sore. Mereka bertiga yang telah berpindah ke pesawat udara <Fraxinus> yang melayang di atas kota selagi berada di luar penglihatan murid-murid yang mulai berevakuasi, mengamati berbagai informasi yang ditampilkan di layar. Setelah berganti ke pakaian militer mereka, Kotori dan Reine berulang kali saling bertukar kata dan mengangguk penuh arti, namun Shidou tidak benar-benar mengerti apa maksud dari angka-angka yang ada di layar. Satu-satunya yang dapat ia mengerti adalah—di bagian kanan dari layar, sebuah peta yang terpusat pada gedung SMA Shidou ada di sana. “Begitu ya, mm.” Duduk di kursi kapten, bertukar kata dengan para ''crew'' sambil menjilat Chupa Chups, Kotori menaikkan ujung bibirnya sedikit. “—Shidou.” “Apa?” “Aku akan mengirimmu untuk bekerja sesaat lagi. Bersiap-siaplah.” “...” Kata-kata Kotori membuat tubuh Shidou terpaku. Yah, ia sudah membayangkan kalau ini akan terjadi, dan ia seharusnya sudah meneguhkan diri juga. Tetapi meskipun begitu, ia tidak dapat menyembunyikan kegugupannya sekarang ketika sudah waktunya untuk kejadian yang sebenarnya. “—Apa anda sudah membiarkannya ikut serta dalam pertarungan sebenarnya, komandan?” Berdiri di samping kursi kapten, selagi menatap layar, Kannazuki tiba-tiba bertanya. “Lawan kita adalah seorang ''Spirit''. Kegagalan sama dengan kematian. Apa dia sudah melalui cukup latiha—ghu.” Di tengah-tengah kalimatnya, tinju Kotori tenggelam ke dalam ulu hati Kannazuki. “Berani-beraninya mempertanyakan keputusanku, kau sudah jadi orang hebat ya Kannazuki!?. Sebagai hukuman, sampai kusuruh berhenti kau akan berbicara layaknya seekor babi.” "Pu-Puhii." Entah kenapa, kelihatannya sudah terbiasa akan hal itu, Kannazuki menjawab. Melihat adegan ini, Shidou menyeka peluh yang telah muncul di permukaan wajahnya. “... tapi, Kotori, aku pikir Kannazuki-san ada benarnya...” “Ara, Shidou, kau mengerti bahasa babi? Sudah sepantasnya dari seseorang yang se-''level'' dengan babi.” “Ja-jangan menyepelekan babi! Babi itu tidak seperti anggapanmu, binatang yang luar biasa, tahu!” “Aku tahu itu. Mereka menyukai kebersihan dan mereka kuat. Bahkan dikatakan kalau mereka punya kepandaian lebih dari anjing. Karena itulah untuk rekanku yang mahir Kannazuki, atau untuk kakakku yang terhormat Shidou, dengan seluruh rasa hormat aku memanggil kalian babi. Babi. Dasar kalian babi!” “... Gugu.” Kedengarannya dia tidak menggunakan kata itu sebagai panggilan dengan rasa hormat. Namun, Kotori mungkin yang paling mengerti pertanyaan Kannazuki dan kebimbangan Shidou. Stik permennya teracu lurus ke atas, dan dia mengisyaratkan ke arah layar. “Shidou, kau cukup beruntung kau tahu.” “Eh...?” Mengikuti pandangan Kotori, ia melihat ke arah layar. Seperti yang diduga, angka-angka dengan makna yang tidak diketahuinya menari-nari di seluruh layar, tapi—pada peta di kanan, ia melihat sesuatu yang berbeda dari sebelumnya. Di dalam gedung sekolah Shidou, terdapat sebuah ikon merah tunggal, dan mengelilinginya, banyak ikon kuning kecil diperlihatkan. “Yang merah adalah si ''Spirit'', dan yang kuning adalah AST.” “... dan, apa yang menguntungkan dari ini?” “Lihat pada AST. Lihat bagaimana mereka belum bergerak sama sekali?” “Ahh... kelihatannya begitu.” “Mereka menunggu ''Spirit'' itu keluar.” “Kenapa? Tidakkah mereka akan menyerbu ke dalam?” Shidou memiringkan kepala, dan Kotori mengangkat bahunya tinggi-tinggi. “Setidaknya pikir dulu sedikit sebelum berbicara. Aku benar-benar malu padamu, bahkan jamur saja masih sedikit lebih cerdas dibandingkan denganmu.” “Be-beraninya kau!” “Pada dasarnya, ''CR-Unit'' tidak diciptakan untuk bertarung di ruang kecil. Bahkan kalau kau membentangkan ''territory'', akan ada banyak penghalang dan koridor-koridornya sempit, jadi di dalam gedung mobilitasmu pastinya akan berkurang, belum lagi pandanganmu juga akan terhalangi.” Seraya mengatakan ini, Kotori menjentikkan jarinya. Merespon terhadap hal tersebut, gambar di layar berubah menjadi rekaman ''Real-Time'' sekolah. Sebuah lubang berbentuk mangkok dangkal muncul di halaman sekolah, dan di sekelilingnya jalan-jalan dan bahkan sebagian gedung sekolah terpotong dengan rapi. Benar-benar seperti apa yang Shidou saksikan pada hari itu. “Setelah muncul di halaman, kelihatannya dia telah memasuki gedung sekolah yang setengah hancur itu. Tidak sering kau seberuntung ini, karena sekarang kau dapat membuat kontak dengan ''Spirit'' tersebut tanpa gangguan dari AST.” “... ohhh, begitu.” Ia mengerti logikanya. Namun, kata-kata Kotori membuat Shidou mempertimbangkan sesuatu, lalu dia menyipitkan matanya. “... Seandainya ''Spirit'' itu muncul di luar seperti biasanya, bagaimana seharusnya aku mendekatinya?” “Menunggu sampai AST benar-benar dikalahkan, atau menyerbu di tengah-tengah pertempuran, kira-kira seperti itu.” “...” Shidou mengerti lebih dalam lagi dari sebelumnya betapa harus berterima-kasihnya ia pada situasi sekarang ini. “Nn, kalau begitu ayo cepat bergerak. —Shidou, kau belum melepas ''intercom''-nya kan?” “Ah, ya.” Ia menyentuh telinga kanannya. Seperti yang diduganya ''intercom'' yang ia gunakan sampai beberapa waktu lalu masih terpasang. “Oke kalau begitu. Kamera akan mengikutimu, jadi kalau kau berada dalam masalah, buat sebuah isyarat, dan ketuk ''intercom'' dua kali.” “Mm... aku mengerti. tapi...” Shidou mengernyitkan mata, dan melihat ke arah Kotori dan Reine, yang sedang berada pada posnya sendiri di bagian bawah ''bridge''. Berdasarkan sugesti mereka selama latihan, mereka benar-benar anggota pendukung yang tidak bisa diharapkan. Mungkin menyadari apa yang ia sedang pikirkan dari ekspresinya, Kotori membuat senyum menantang. “Jangan khawatir Shidou. Ada banyak orang-orang yang dapat diandalkan dalam ''crew'' <Fraxinus>.” “Be-benarkah?” Dengan wajah ragu-ragu Shidou menjawab, dan Kotori mengibaskan jasnya dengan suara *zraat* dan bangkit berdiri. “Seperti,” Dan dengan bergairah, ia menunjuk ke salah satu ''crew'' di bagian bawah ''bridge''. “Setelah mengalami pernikahan lima kali, ''Romance Master''●<{{Furigana|Terlalu Cepat Loyo|Bad Marriage}}> Kawagoe!" "Tapi itu artinya dia bercerai empat kali bukan!?” “Dengan kepopulerannya yang membanggakan dengan para Filipin di toko-toko pada malam hari, <PresDir><!--There’s an unreadable furigana on my raw--><!--XXnamisa--> Mikimoto” “Itu pastinya lewat daya tarik uang bukan!? “''Rival'' cintanya menemui kesialan satu persatu. Wanita jam dua pagi●<{{Furigana|Boneka Jerami|Nail Knocker}}> Shiizaki!” “Dia pastinya punya semacam kutukan pada dirinya!” “Lelaki dengan seratus mempelai●<{{Furigana|Dia Yang Melewati Batas Dimensi|Dimension●Breaker}}> Nakatsugawa!" “Mereka mempelai yang punya komponen sumbu-z<ref>Z-dimension adalah dimensi ketiga setelah x dan y, ngomong-ngomong percakapan ini mengacu pada ‘wanita dua dimensi’</ref> kan!? “Karena cintanya yang mendalam, sekarang hukum tidak lagi membiarkannya mendekati kekasihnya kurang dari 500 meter●<{{Furigana|Dalam Masa Percobaan|Deep●Love}}> Minowa!" “Kenapa cuma ada orang-orang semacam ini disini!” “... semuanya, sebagai anggota ''crew'', tentu saja mereka mempunyai kemampuan nyata.” Dari bagian bawah ''bridge'', suara bergumam Kotori dapat terdengar. “Me-meskipun kau bilang begitu...” “Apalah, cepat dan pergi dengan segera. Kalau ''Spirit'' itu keluar maka AST akan mengerumuninya.” Shidou baru mulai komplain, dan Kotori dengan bersemangat menendang bokong Shidou dengan suara *bong*. “... ow, ka-kau...” “Tidak apa-apa tidak perlu cemas. Kalau Shidou orangnya, meskipun mati satu-dua kali, kau bisa segera memulai ''new game''.” “Jangan main-main denganku, memangnya aku apa, tukang ledeng?<ref>[http://en.wikipedia.org/wiki/Mario Mario] dari serial video game Nintendo</ref>” “''Mamma Mia''<ref>Slogan Mario.</ref>. Kakak yang tidak mempercayai adiknya tidak akan hidup bahagia kau tahu.” “Aku tidak mau mendengar itu dari adik yang tidak mau mendengarkan kakaknya.” Bercampur dengan keluhan, Shidou mengatakan itu, dan dengan penurut melangkah menuju pintu ''bridge''. “''Good luck.''” “Yeah.” Kepada Kotori yang mengangkat jempolnya, ia perlahan melambaikan tangan sebagai balasan. Jantungnya masi berdebar-debar, akan tetapi—tidak mungkin ia akan melarikan diri dari kesempatan ini. Untuk mengalahkan mereka, atau untuk membuat mereka jatuh cinta, atau untuk menyelamatkan dunia. Hal-hal besar semacam itu tidak ia pertimbangkan sama sekali. Yang ada hanyalah—ia ingin berbicara sekali lagi dengan gadis itu. <br><br><br> ''Transporter'' yang ditempatkan di bagian bawah <Fraxinus> kelihatannya memakai ''realizer'' untuk memindahkan/mengambil benda-benda selama jalur lurus ke tujuan tidak terblokir apapun. Pada mulanya ada suatu sensasi seperti terserang mabuk laut, namun setelah beberapa kali ia sudah kurang lebih terbiasa dengannya. Setelah memastikan kalau pemandangan sekelilingnya telah berubah dari <Fraxinus> menjadi bagian belakang gedung SMA yang suram, Shidou dengan ringan menggelengkan kepalanya. “Nah sekarang, pertama aku harus—” Saat ia mulai berbicara, kata-katanya terhenti. Itu karena, layaknya lawakan yang buruk, dinding gedung di depan mata Shidou telah dibelah terbuka, dan ia sedang melihat langsung ke isi dalamnya. “Melihat hal seperti ini sungguhan, benar-benar sulit dipercaya...” 「Nah, sempurna, masuki gedung dari sana.」 Dari ''intercom'' yang terpasang di telinga kanannya, suara Kotori dapat terdengar. Shidou bergumam “... dimengerti” sambil menggaruk pipinya, dan masuk ke dalam gedung sekolah. Kalau ia membuang terlalu banyak waktu ''Spirit'' itu bisa keluyuran keluar, dan sebelum itu, kemungkinan kalau Shidou ditemukan oleh para AST dan ditempatkan dalam ‘perlindungan’ juga ada. 「Sekarang, ayo cepat. Nobi<ref>’Nobi suruwa’, mungkin mengacu pada kebiasaan Doraemon dalam mengomeli Nobita.</ref> Respon dari ''Spirit'' itu berasal dari tiga lantai di atas tangga di sampingmu, di kelas ke empat dari depan.」 “Baik...” Shidou mengambil nafas dalam, dan melesati tangga terdekat. Sebelum satu menit berlalu, ia sampai di depan ruang kelas yang dimaksud. Tanpa membuka pintu, ia tidak dapat memastikan sosok di dalamnya, namun hanya dengan berpikir kalau ada ''Spirit'' di dalamnya tentu saja membuat jantungnya berdering bagaikan bunyi alarm. “Eh—ini, kelas 2-4. Bukankah ini kelasku?” 「Ara, begitukah. Nyaman untukmu, bukan? Tidak bisa dibilang kalau lokasi itu menguntungkan, tapi mungkin itu jauh lebih baik ketimbang tempat lain yang benar-benar baru bagimu.」 Kotori mengatakan itu. Tapi sebenarnya, belum lama sejak ia memasuki tahun ajaran ini, jadi bukan berarti ia sudah familiar dengan kelas ini. Bagaimanapun juga, ia harus membuat kontak dengan ''Spirit'' itu sebelum dia bertingkah. Shidou menelan ludah. “... hey, selamat sore, apa yang kau lakukan di tempat seperti ini?” Dengan suara pelan, ia mengulang sapaan itu berkali-kali. Memantapkan pikirannya, Shidou membuka pintu ruangan kelas. Kondisi ruangan kelas itu, diwarnai merah matahari terbenam, terproyeksikan ke dalam retinanya. “——” Satu momen berlalu. Kata-kata santai yang ia sudah ia persiapkan dalam pikirannya tersapu begitu saja. “Ah—” Baris ke empat dari depan, deretan kedua dari jendela—tepat di meja Shidou, gadis berambut hitam dengan gaun aneh yang membungkus tubuhnya sedang duduk dengan satu lutut terangkat. Matanya yang memancarkan cahaya bagai ilusi sedang dalam kondisi sayu setengah terbuka, menatap papan tulis sambil melamun. Setengah tubuhnya diterangi matahari terbenam, gadis itu, sampai pada taraf yang dapat mencuri kemampuan berpikir siapapun yang melihat padanya untuk sesaat, sangat misterius. Namun, pemandangan itu yang tadinya sudah mendekati kesempurnaan, runtuh seketika. “—Nu?” Gadis tersebut menyadari invasi Shidou, kemudian ia membuka matanya sepenuhnya dan melihat ke arahnya. “...! H-hey—” Sambil mencoba menenangkan jantungnya, Shidou mengangkat tangannya... atau bermaksud demikian. —Hyun. Ia pikir gadis itu dengan santai mengayunkan tangannya, dan sebersit cahaya hitam menyentuh dan melewati pipi Shidou. Sesaat setelahnya, pintu ruang kelas pada mana tangan Shidou sedang berpegangan, dan juga jendela-jendela di koridor di belakangnya, pecah dengan suara membahana. “...!?” Tiba-tiba menghadapi ini, ia langsung membeku di tempat. Ia mencoba menyentuh pipinya, dan sedikit darah mengalir. Namun, ia bahkan tidak diperbolehkan untuk diam terpaku. 「Shidou!」 Suara Kotori mengguncang gendang telinganya sampai terasa sakit. Sambil membuat ekspresi muram, gadis itu mengayunkan tangannya ke atas kepala. Di atas telapak tangannya, apa yang terlihat seperti gumpalan cahaya bulat bersinar dengan warna hitam. “Tung...” Lebih cepat dari teriakannya, ia bergegas ke belakang dinding dan menyembunyikan badannya. Sekejap kemudian, berkas cahaya berhamburan melalui dimana Shidou baru saja berdiri, dengan mudahnya meledak keluar dari dinding luar gedung sekolah dan memanjang ke kejauhan. Bahkan setelah itu, berkas-berkas cahaya hitam terus menerus ditembakkan. “Tu-tunggu! Aku bukan musuhmu!” Dari koridor yang sudah mulai sedikit berangin, ia bersuara. Kelihatannya suara Shidou tersampaikan, karena dengan demikian berkas-berkas cahaya tersebut berhenti ditembakkan. “... Haa, boleh aku masuk...?” 「Dari yang dapat kulihat, dia tidak sedang bersiap-siap untuk menyerang. Kalau dia mau, seharusnya mudah baginya untuk meledakkan dinding itu sekaligus dengan Shidou. —Di sisi lain, membuang waktu dan membuatnya jengkel juga tidak baik. Ayo masuk.」 Shidou bergumam, seakan sedang berbicara pada dirinya sendiri, dan Kotori menjawab. Kameranya mungkin sudah memasuki ruang kelas itu. Menelan ludahnya, Shidou berdiri di depan pintu masuk ruang kelas yang sekarang tanpa daun pintu itu. “...” Gadis itu sedang menatapnya dengan seksama. Seakan bertanya-tanya jika serangan akan datang, pandangan tersebut terisi dengan keraguan dan kewaspadaan. “T-tenanglah untuk se—” Mengangkat kedua tangannya untuk menunjukkan kalau ia tidak punya rasa permusuhan, ia melangkah masuk ke ruang kelas. Namun, “—Berhenti.” Pada saat yang sama suara gadis itu berdering— *pshh*, lantai di depan kaki Shidou dihanguskan sebuah berkas cahaya. Shidou buru-buru membekukan gerakannya. “...” Gadis itu dengan hati-hati memperhatikan Shidou dari kepala hingga kaki, dan membuka mulutnya. “Kau siapa.” “...Ahh, aku—” 「Tunggu sebentar.」 Di saat Shidou baru mau menjawab, entah mengapa Kotori menghentikannya. <br><br><br> Layar di ''bridge'' <Fraxinus> sekarang ini sedang menampilkan potret wajah Spirit tersebut, gadis yang terbalut gaun yang terbuat dari cahaya itu. Wajahnya yang menawan, dihiasi pandangan menusuk, sedang menatap tajam pada sisi kanan kamera—terhadap Shidou. Di sekitarnya, sekumpulan ''parameter'' mulai dari kata-kata [Affection Level] terdapat di sana. Reine sedang menggunakan ''Realizer'' untuk menganalisis secara numerik dan menampilkan status mental sang gadis. Oleh AI yang dibangun dalam <Fraxinus>, percakapan diantara mereka berdua ditampilkan tanpa jeda waktu di bawah layar dengan bentuk teks. Jika dilihat sekilas, tampilan itu terlihat sangat serupa dengan ''game'' yang Shidou gunakan untuk berlatih. [[Image:DAL_v01_171.jpg|thumb]] Anggota ''Crew'' pilihan sedang melihat layar ''galge'' yang ditampilkan di monitor raksasa tersebut dengan keseriusan absolut. Benar-benar pemandangan yang surealis. Lalu—Kotori tiba-tiba mengangkat alis. 「Kau siapa.」 Di saat ''Spirit'' tersebut mengatakan kata-kata ini pada Shidou, layar itu berkedip-kedip, dan suara sirene membahana di seluruh ''bridge''. “I-ini—” Di tengah suara bingung seseorang dari ''crew'', sebuah jendela tampilan terbuka di tengah layar. <br><br> <b>① ”Aku Itsuka Shidou. Aku datang untuk menyelamatkanmu!”</b> <b>② ”Aku cuma orang lemah yang kebetulan lewat saja, tolong jangan bunuh aku.”</b> <b>③ ”Sebelum menanyakan nama seseorang, sebutkan namamu dulu.”</b> <br><br> “Pilihan—” Batang permen Kotori naik tegak lurus. ''Realizer'' analisis yang dioperasikan Reine, setelah terhubung dengan AI <Fraxinus>, mendeteksi perubahan-perubahan seperti detak jantung sang ''Spirit'' atau gelombang otak lemah, dan langsung menampilkan pola respon yang semungkinnya di layar. Waktu-waktu pilihan ini ditampilkan hanya terbatas pada saat status mental sang ''Spirit'' sedang tidak stabil. Dengan kata lain, dengan pilihan yang tepat, seseorang dapat membangun hubungan baik dengan sang ''Spirit''. Namun, jika seseorang membuat kesalahan— Kotori segera mendekatkan mulutnya ke ''mike'', menghentikan Shidou sebelum mengutarakan jawabannya. “Tunggu sebentar.” 「—?」 Suara seperti nafas tertahan dapat terdengar dari balik ''speaker''. Ia pastinya bertanya-tanya mengapa Kotori menyuruhnya berhenti. Mereka tidak dapat membiarkan ''Spirit'' itu menunggu selamanya. Kotori berbalik pada para anggota ''crew'' dan memerintahkan. “Pilihlah opsi yang kau pikir benar! Dalam lima detik!” Semuanya secara bersamaan, para anggota ''crew'' mengoperasikan konsol di depan mereka. Hasil dari semua itu dengan segera tampil di layar di hadapan Kotori. Jawaban paling umum adalah—nomor ③. “—Sepertinya kita semua memiliki pendapat yang sama.” Kotori berkata, dan para ''crew'' mengangguk bersamaan. “① terlihat sebagai pilihan yang pasti jika dilihat sekilas, namun ketika lawan memiliki keraguan jika kita adalah musuh, mengatakan hal seperti itu akan terlihat mencurigakan. Dan sepertinya juga sedikit menjijikan.” Sambil berdiri tegak, Kannazuki berbicara. “......② tentu di luar pertanyaan. Sesaat terbukanya kesempatan kecil untuknya meloloskan diri, itulah akhir dari semua ini.” Selanjutnya, dari bagian ''bridge'' yang lebih rendah, Reine berbicara. “Itu benar. Sampai situ, pilihan ③ masuk akal secara logis, dan kalau semua berjalan lancar kita bahkan mungkin dapat mengendalikan alur pembicaraan. Kotori menunduk pelan, dan sekali lagi menarik ''mike'' mendekat. <br><br><br> “... H-hey, apa yang kau barusan bilang...” Setelah menghentikan kalimatnya selagi tertusuk tatapan tajam gadis tersebut, Shidou sedang berdiri di tengah-tengah atmosfer yang tidak menyenangkan. “... aku akan bertanya sekali lagi. Kau siapa.” Gadis itu berkata, seakan kesal, pandangan matanya semakin menajam. Lalu, pada waktu itu, akhirnya suara Kotori sampai pada telinga kanannya. 「Shidou. Kau bisa mendengarku? Jawab sesuai dengan yang kuberitahukan.」 “O-oke.” 「—Sebelum menanyakan nama seseorang, sebutkan namamu dulu.」 “—Sebelum menanyakan nama seseorang, sebutkan namamu dulu. ...wagh” Segera setelah ia mengatakannya, wajah Shidou menjadi pucat. “Ap-apa yang kau suruh aku katakan...” Namun, sudah terlalu terlambat. Di saat dia mendengar suara Shidou, air muka gadis itu berubah, kali ini mengangkat kedua tangannya dan membuat bola-bola cahaya. “...” Ia buru-buru menyentak lantai, terjatuh ke samping kanan. Semasa kemudian, sebuah bola cahaya hitam terlempar ke tempat di mana Shidou tadinya berdiri. Sebuah lubang besar menganga di lantai yang kelihatannya telah menembus habis sampai lantai dua atau tiga. “... Uwaa...” 「Ehh? aneh.」 “Bukan itu yang seharusnya kau katakan..., apa kau mencoba membunuhku...?” Membalas Kotori yang sepertinya memang sedang bingung, Shidou membangkitkan tubuhnya sambil memegang kepalanya. Kemudian— “Ini yang terakhir. Kalau kau tidak punya keinginan untuk menjawab, aku akan menganggapmu sebagai musuh.” Dari atas meja Shidou, gadis tersebut berkata. Dengan panik, Shidou segera membuka mulut. “A-aku Itsuka Shidou! Aku murid di sini! Aku tidak punya maksud jahat!” “...” Shidou berbicara selagi mengangkat kedua tangan, dan dengan mata yang curiga gadis tersebut turun dari meja Shidou. “—Jangan bergerak. Sekarang ini, kau ada dalam jangkauan seranganku.” “...” Menandakan kalau ia mengerti, Shidou mengangguk selagi mempertahankan postur tersebut. Dengan langkah-langkah pelan, gadis itu mendekati Shidou. “... nn?” Lalu, sedikit membungkukkan pinggangnya, dia menatap wajah Shidou untuk sejenak, dan “Nu?”, dia menaikkan alis. “Hey, bukankah kita pernah bertemu satu kali sebelumnya...?” “Ah... ahh, bulan ini—kukira, tanggal sepuluh. Di kota.” “Ohh.” Sepertinya dia mengingatnya, gadis itu pelan-pelan menepuk tangannya, lalu kembali ke postur sebelumnya. “Aku ingat sekarang. Kau yang mengucapkan hal aneh itu.” Melihat sedikit perlawanan menghilang dari mata sang gadis, untuk sesaat ketegangan Shidou berkurang. Namun, “Gi...!?” Sesaat kemudian, poni Shidou dijambak dan mukanya dipaksa menghadap ke atas. Gadis itu memiringkan wajah seolah melihat ke dalam mata Shidou, selagi ia melepas pandangannya. “...kalau kuingat, kau bilang kau tidak punya maksud untuk membunuhku? Hmmf— Aku sudah tahu maksudmu. Beritahu aku, apa yang kau inginkan. Apa kau berencana menyerangku dari belakang setelah aku lengah?” “...” Shidou mengangkat alisnya sedikit, menggigit keras-keras gigi belakangnya. Bukan karena ia takut terhadap gadis tersebut. Kata-kata Shidou—Aku tidak datang untuk membunuhmu; kata-kata seperti itu, gadis tersebut tidak dapat mempercayainya sama sekali. Hal itu dikarenakan dia telah dihadapkan pada lingkungan di mana dia tidak dapat mempercayainya. Ia merasa kesal, dan tidak tahan. “—Manusia itu...” Tanpa sadar, Shidou menyuarakan. “... tidak semuanya mencoba membunuhmu.” “...” Mata gadis itu terbelalak, selagi dia melepas tangannya dari rambut Shidou. Dan untuk sejenak, dengan tatapan bertanya-tanya dia menatap wajah Shidou, lalu membuka bibirnya secelah kecil. “... begitukah?” “Ah, begitulah.” “Orang-orang yang aku temui, mereka semua bilang kalau aku harus mati.” “Tidak mungkin... hal seperti itu.” “...” Tanpa mengatakan apapun, gadis itu menggerakan tangannya ke belakang. Dia setengah menutup matanya dan mengatupkan bibirnya—memasang wajah yang menandakan kalau dia masih belum bisa mempercayai apa yang Shidou katakan. “... kalau begitu aku akan bertanya. Kalau kau tidak punya keinginan untuk membunuhku, lalu untuk alasan apa kau ada di sini sekarang?” “Uh, itu—err.” 「Shidou」 Tepat saat Shidou mulai terbata, suara Kotori menggema di telinga kanannya. <br><br><br> “—Pilihan lagi ya.” Kotori menjilat bibirnya, selagi melihat pilihan yang ditampilkan di tengah layar. '''① ”Tentu saja, aku datang untuk menemuimu.”''' '''② ”Apapun itu, tidak masalah kan.”''' '''③ ”Cuma kebetulan.”''' Tampilan di hadapannya segera mengumpulkan pendapat-pendapat dari para anggota ''crew''. ① yang paling umum. “Yah, untuk pilihan ②, setelah melihat reaksinya terakhir kali sepertinya mustahil. —Shidou, untuk sekarang ini katakan saja kalau kau datang untuk bertemu dengannya.” Kotori berbicara ke arah ''mike'', dan terlihat di layar, Shidou membuka mulutnya selagi berdiri. 「A-agar dapat menemuimu.」 Gadis itu membuat ekspresi kosong. 「Menemuiku? Kenapa?」 Di saat gadis tersebut menelengkan kepala dan mengatakan ini, sekali lagi pilihan-pilihan terpampang di layar. '''① ”Aku penasaran denganmu.”''' '''② ”Agar kita dapat saling mencintai satu sama lain.”''' '''③ ”Aku punya sesuatu yang ingin kutanyakan padamu.”''' “Nn... apa yang harus kita lakukan.” Kotori meraba dagunya, dan tampilan di hadapannya menunjukkan ② sebagai jawaban. “Lebih baik untuk melancarkan serangan langsung di sini, komandan. Tunjukkan pada gadis itu kejantanannya!” “Kalau kau tidak mengucapkannya dengan jelas ''lady'' ini tidak akan mengerti!” Dari bagian bawah ''bridge'', suara-suara para ''crew'' berkumandang. Kotori berbumam “hmm” lalu menyilangkan kakinya. “Yah, sepertinya tidak mengapa. ① atau ③ mungkin akan menimbulkan pertanyaan lain sebagai responnya. —Shidou. Coba ②, agar kita dapat saling mencintai satu sama lain.” Ia mengucapkan perintahnya ke arah ''mike''. Pada saat itu, bahu Shidou mulai gemetaran. <br><br><br> “Ah... itu, begini lho.” Setelah menerima perintah itu dari Kotori, Shidou ragu-ragu dalam berkata dan pandangannya melayang kemana-mana. “Apa, kau tidak bisa mengatakannya? Atau kau muncul di hadapanku tanpa alasan? Atau mungkin—” Mata sang gadis sekali lagi mulai terlihat berbahaya. Shidou terburu-buru menyelamatkan diri dan menyuarakan. “A-agar... kita dapat... saling mencintai satu sama lain?” “...” Di saat Shidou mengatakan ini, gadis itu menyilangkan kedua tangan dan membuat gerakan membelah horizontal. Dalam sekejap, tepat di atas kepala Shidou sebuah pedang angin melewatinya—membelah dinding ruangan kelas tembus ke luar. Beberapa helai rambut Shidou terpotong dan menari-nari di udara. “Uwaa...!?” “... aku tidak mau mendengar leluconmu.” Sambil membuat ekspresi yang sangat melankolis, gadis itu berkata. “...” Shidou menelan ludah. Di saat itulah, ketakutan yang ia rasakan sampai sekarang ini menghilang, dan jantungnya berdegup kencang. —Ahh, itu dia, ekspresi itu. Ekspresi ini, yang benar-benar Shidou benci. Seakan menganggap dirinya tidak dicintai sama sekali, ekspresi yang menunjukkan hilangnya kepercayaan pada dunia. Tanpa sadar, rahang Shidou gemetar. “Aku datang ke sini..., untuk... berbicara denganmu.” Shidou berkata—dan seolah tidak mengerti yang ia maksud, gadis itu mengangkat alis. “... apa maksudmu?” “Itu saja. Aku, mau, berbicara denganmu. Aku tidak peduli apa topiknya. Bahkan kalau kau tidak menyukainya dan mengacuhkanku, tidak apa-apa. Tapi, aku ingin agar kau tahu satu hal. Aku—” 「Shidou, tenanglah.」 Mencoba memperingatinya, Kotori berkata. Namun, Shidou tidak dapat dihentikan. Bagaimanapun juga, sampai sekarang, gadis ini tidak punya seorang-pun yang akan mengulurkan tangan untuknya. Bagaimanapun juga, dengan satu kalimat saja dia bisa berada dalam situasi yang benar-benar berbeda, namun tidak seorangpun akan mengucapkan kalimat tersebut padanya. Bagi Shidou, ia punya ayahnya, ibunya, dan ia juga punya Kotori. Tapi, gadis ini tidak punya siapa-siapa. Karena itulah—Shidou harus mengatakannya. “Aku tidak akan—menolak keberadaanmu.” Shidou mengambil langkah berat ke depan, dan sambil melafalkan dengan jelas per kata, ia berkata demikian. “...” Gadis itu mengangkat alis, dan memalingkan pandangannya dari Shidou. Lalu, setelah hening sejenak, dia membuka mulutnya dengan gugup. “... Shido. Kau bilang kau Shido?”<ref>Saat sang Spirit menyebut nama Shidou, namanya ditulis dengan huruf Katakana, cara pelafalannya pun mendekati ‘Shido-’, dengan demikian untuk penerjemahan kedepannya ‘Shido’ dipakai apabila sang Spirit yang memanggilnya.</ref> “—Ya.” “Kau benar-benar tidak akan menolak keberadaanku?” “Yeah.” “Benar-benarkah?” “Benar-benar.” “Benar-benar-benarkah? “Benar-benar-benar.” Shidou menjawab tanpa jeda, maka gadis itu mengelus rambutnya, dan berdiri sambil menyuarakan apa yang kedengarannya sebuah isakan, memalingkan wajahnya ke belakang. “—Hmpf.” Mengangkat alisnya dan tersenyum mengejek, dia menyilangkan tangannya. “Siapa yang sedang kau coba tipu dengan kata-kata itu baaka baaka<ref>Baka, berarti ‘bodoh’</ref>” “Seperti yang kubilang, aku—” “... tapi kau tahu, tadi itu.” Selagi membuat ekspresi yang rumit, gadis tersebut melanjutkan. “Aku tidak tahu apa isi kepalamu, tapi kau manusia pertama yang dapat kuajak bicara baik-baik. … untuk mendapat informasi mengenai dunia ini kau mungkin ada gunanya.” Setelah mengatakan ini, dia mendengus sekali lagi. “... h-huh?” “Aku bilang aku tidak keberatan kalau hanya berbicara denganmu. Tapi itu untuk mendapat informasi saja. Mm, itu penting sekali. Informasi itu benar-benar sangat penting.” Selagi berbicara—memang hanya sedikit, namun ekspresi gadis tersebut terlihat sedikit lebih halus. “Be-begitukah...” Sambil menggaruk wajahnya, Shidou menjawab demikian. Dengan begini... yah untuk saat ini kontak pertama dapat dikatakan sukses. Selagi Shidou berdiri sambil bertanya-tanya, di telinga kanannya suara Kotori terdengar. 「—Kerja yang bagus. Lanjutkan saja seperti itu.」 “A-Aahh...” Lalu, gadis itu mulai perlahan-lahan mengitari ruang kelas dengan langkah-langkah panjang. “Tapi, coba saja bertindak mencurigakan. Akan kubuat sebuah lubang angin di badanmu.” “... oke, aku mengerti.” Mendengar jawaban Shidou, gadis itu perlahan membunyikan langkah kakinya di ruang kelas. “Shido.” “A-Apa?” “—Kalau begitu aku tanya. Apa sebetulnya tempat ini? Ini pertama kalinya aku melihat tempat seperti ini.” Dengan mengatakan ini, dia berjalan mengelilingi sambil menyodok-nyodok meja yang roboh. “Ehh... ahh, ini sebuah sekolah—ruangan kelas, yah, tempat di mana murid-murid sebaya denganku datang untuk belajar dan mengkaji. Kami duduk di meja-meja itu, seperti ini.” “Apa?!” Mata gadis tersebut membesar karena terkejut. “Semua ini diisi manusia? Jangan bercanda. Pastinya hampir ada 40 orang.” “Tidak, itu kenyataannya.” Selagi mengatakan ini, Shidou menggaruk pipinya. Ketika sang gadis muncul, peringatan evakuasi biasanya sudah berbunyi di jalan-jalan. Manusia-manusia yang gadis ini lihat mungkin hanya AST. Mereka mungkin juga tidak berjumlah banyak. “Hey—” Ia bermaksud memanggil nama gadis tersebut—tetapi kata-kata Shidou tertahan di tenggorokannya. “Nu?” Mungkin menyadari kondisi Shidou, gadis itu mengernyitkan alis. Dan kemudian, setelah menempatkan tangannya di dagu untuk sementara, sementara berpikir, “... begitu ya, agar dapat berbincang dengan seseorang, aku perlu itu ya.” Dengan demikian, dia mengangguk, “Shido. —Kau mau panggil aku apa?” Sambil duduk di salah kursi di dekatnya, dia berkata. “... huh?” Tidak mengerti apa yang dia maksud, Shidou bertanya. Setelah menyilangkan tangannya sembari menyuarakan “hmpf”, dia melanjutkan dengan nada arogan. “Beri aku nama.” “...” Setelah hening sejenak. —Serius bangeeeeeeeeeet!! Shidou menjerit dalam hati. “A-aku!?” “Yeah. Lagipula aku tidak berencana untuk bicara dengan orang lain. Tidak masalah.” <br><br><br> “Uwahh, lagi-lagi masalah yang berat muncul.” Duduk di kursi kapten, Kotori menggaruk wajahnya. “......hmm, apa yang harus kita lakukan.” Dari bagian bawah ''bridge'', Reine mengangguk sebagai respon untuk hal itu. Di dalam ''bridge'', sirene tidak berbunyi, dan pilihan-pilihan-pun tidak muncul di layar. Kalau AI menampilkan nama-nama acak begitu saja, akan ada terlalu banyak yang ditampilkan. “Tenang Shidou. Jangan terburu-buru dan mengucapkan nama yang aneh.” Mengatakan ini, Kotori berdiri, dan mengeraskan suaranya terhadap para ''crew'' “Semuanya! Segera pikirkan nama untuknya dan kirimkan ke terminal-ku!” Setelah mengatakan ini ia menjatuhkan pandangannya pada layar. Beberapa anggota ''crew'' telah mengirimkan beberapa nama. “Ahem... Kawagoe! Bukankah Misako nama salah satu bekas istrimu!” “Ma-maaf, saya tidak bisa memikirkan nama lain...” Dari bagian bawah ruang kendali, suara penyesalan seorang lelaki dapat terdengar. “... benar-benar, coba lihat... Urarakane? Kimimoto, bagaimana kau melafalkannya?” “Clarabelle!” “Dengan ini aku melarangmu mempunyai anak untuk seumur hidupmu.” Ia menunjuk pada lelaki anggota ''crew'' yang menyahut tersebut. “Maaf! Anak tertua saya sudah di sekolah dasar!” “Anak tertua?” “Ya! Saya punya tiga!” “Dan ngomong-ngomong nama mereka adalah?” “Dari yang tertua, Pureful, Fullmonty, Seraphim!” “Cepat ganti nama mereka dalam waktu satu minggu, lalu pindahlah dari distrik sekolah mereka.” “Perlukah melakukan sampai sejauh itu!?” “Coba pikirkan perasaan anak-anak yang diberikan nama-nama aneh itu dasar ikan gobi.” “Tidak apa-apa kan! Akhir-akhir ini semuanya juga melakukan hal yang sama!” <nowiki>*Gong Gong*</nowiki>, suara redam terdengar di seluruh ''bridge''. Shidou sepertinya sedang mengetuk ''intercom''. Terlihat pada layar, gadis itu menyilangkan tangannya, dan sedang menepuk-nepuk sikunya dengan tak sabaran. Kotori segera mengamati layar. Tidak ada nama yang membantu. *Haaa*, ia menghela nafas kuat-kuat. Rekan-rekannya benar-benar tidak punya selera rupanya. Dengan kecewa, Kotori menggelengkan kepala. Ia melihat penampilan sang gadis yang menawan. Sebutan yang cocok dengannya pastinya sesuatu yang elegan dan berwibawa dalam ''style'' zaman dahulu. Ya, seperti— “Tome.” 「Tome! Namamu adalah Tome!」 Segera setelah Shidou mengatakan hal itu, cahaya berwarna merah murni menyala di dalam ruang kendali, dan bunyi kencang *pii pii* mulai berdering. “''Pattern blue'', target tidak senang!” Salah satu ''crew'' menyuarakan sembari terlihat panik. Pada saat itu, meteran ''Affection Point'' yang terlihat di layar besar telah turun drastis. Mengikutinya, di depan kaki Shidou di layar, *zugagagagagagagan!*, bola-bola kecil dengan berentetan menghujani bagaikan ''machine gun''. 「Uwahhhhhhh!?」 “......Kotori?” Suara bertanya Reine. “Huh? Aneh. Kupikir itu nama bergaya kuno yang bagus.” <br><br><br> “... aku tidak tahu kenapa, tapi kelihatannya kau sedang mempermainkanku ya.” Selagi urat nadi bermunculan di dahinya gadis tersebut berkata. “...! Ma-maaf... tunggu sebentar.” Kalau dipikir baik-baik, Tome jelas-jelas di luar perhitungan. Selagi berjongkok dan menatap asap yang membumbung dari lantai, Shidou memaki kesembronoannya. Maaf untuk semua wanita berumur di seluruh negeri, namun itu bukan nama yang cocok untuk gadis masa kini. Lagipula pertama-tama, ia tidak pernah berpikir kalau ia akan menjadi seorang bapak wali lewat pertemuan mendadak ini. Tidak peduli seberapa kuat ia mencoba menahan debar jantungnya, ketika ia berpikir pandangannya mulai berputar-putar. Bagaimanapun juga, tidak mungkin ia tiba-tiba mendapat ide mengenai nama gadis. Nama, nama, nama... ia mengingat-ingat nama-nama perempuan yang ia tahu. Tapi ia tidak punya banyak waktu. Selagi ia melakukannya wajah sang gadis menunjukkan ketidak-senangan. “——To-Tohka.” Dari mulut Shidou yang kebingungan keluar nama itu. “Nu?” “Ba-bagai... mana?” “...” Setelah hening sejenak— “Oh, baiklah. Itu lebih baik daripada Tome.” Melihatnya Shidou membuat senyuman pahit dan menggaruk belakang kepalanya. Namun... rasa bersalah yang lebih lagi terbentuk di balik pikirannya. Bagaimanapun juga, itu karena pertemuan pertama mereka adalah pada '''tanggal 10'''<ref>Tanggal sepuluh dilafalkan sebagai ‘Tohka’ (十日), sama dengan pelafalan nama Tohka(十香) yang diberikan Shidou</ref> April, benar-benar nama yang sederhana. “... apa yang baru saja kulakukan...” “Kau mengatakan sesuatu?” “Ah, ti, tidak...” Terburu-buru ia mengayunkan tangannya. Gadis itu terlihat sedikit penasaran, namun tidak bertanya lebih lanjut. Dengan segera, ia menderap menuju Shidou. “Kalau begitu—Tohka, bagaimana cara menulisnya?” “Ahh, itu—” Shidou melangkah mendekati papan tulis, memegang sebatang kapur, dan menulis “十香” “Hmm.” Dengan anggukan kecil, gadis itu meniru Shidou dan menyusuri papan tulis dengan jarinya. “Ah, kalau kau tidak menggunakan kapur nanti kata-katanya...” Ia baru saja mulai berbicara, namun menghentikan kata-katanya. Tempat di mana tersentuh oleh jari sang gadis telah tersayat rapi, dan dua huruf 十香 tertulis dengan kasar. “Ada apa?” “... tidak, tidak ada.” “Begitu ya.” Dengan mengatakan itu, gadis itu menatap kata-kata yang ia tulis untuk sejenak, dan memberi anggukan kecil. “Shido.” “A-apa?” “Tohka.” “Eh?” “Tohka. Namaku. Bagus sekali bukan?” “Ah, ahh... Entah kenapa tadi itu agak... membuatnya malu. Dalam satu dan lain sebab. Sedikit memalingkan matanya, Shidou menggaruk pipinya. Namun, gadis itu—Tohka, sekali lagi menggerakkan bibirnya. “Shido.” … bahkan Shidou sekalipun mengerti maksud Tohka. “To-Tohka...” Shidou memanggil nama itu, dan dengan terlihat puas ujung-ujung bibir Tohka tersungging naik. “...” Hatinya melonjak. Kalau ia pikir-pikir lagi, ini pertama kalinya, ia melihat senyum Tohka. Lalu, pada saat itulah, “—...?” Tiba-tiba, gedung sekolah mengalami sebuah ledakan yang luar biasa dan bergetar. Ia segera menyokong tubuhnya dengan tangan pada papan tulis. “Ap-apa yang...!?” 「Shidou, menunduk!」 Di telinga kanannya suara Kotori bergema. “Eh...?” 「Cepatlah!」 Tidak tahu ini dan itu, Shidou melakukan seperti yang diperintahkan dan tiarap di lantai. Momen berikutnya, *gagagagagagagaga—*, terdengar suara keras, menghancurkan jendela ruang kelas semuanya sekaligus, dan membuka lubang peluru yang tak terhitung banyaknya pada dinding di belakangnya. Bagaikan adegan dalam pertarungan mafia saja. “Ap-apa-apaan ini...!” 「Sepertinya serangan dari luar. Mungkin untuk memancing ''Spirit'' keluar. —Ahh, atau mungkin itu untuk meruntuhkan gedung sekolah, dan dengan demikian menghancurkan tempat di mana sang gadis dapat bersembunyi.」 “Ha..., konyol sekali...!” 「<!--There is a line here that I can't read due to being faded.--jonathanasdf--><!--the line is faded here too, wait, that means... the same raw!?> <!-- The missing line: 现在有巫师的灾害复兴部队。因为立刻就能修好,所以破坏个一回什么的根本就没关系。--> —Tapi tetap saja, ini diluar dugaanku. Mereka memikirkan taktik agresif macam begini.」 Lalu, Shidou mengangkat wajahnya. Tohka memiliki ekspresi yang terlihat sama persis dengan ketika dia berhadapan dengan Shidou sebelumnya, menatap keluar jendela yang pecah. Tanpa perlu dikatakan lagi, peluru tidak berguna melawan Tohka, bahkan pecahan kaca tidak dapat menyentuhnya. Namun, wajah tersebut terlihat terlihat begitu menderita. “—Tohka!” Tanpa sadar, Shidou meneriakkan nama itu. “...” Sembari tersentak, pandangan Tohka pindah dari luar ke Shidou. Bahkan sekarang, suara tembakan yang melanda terus berbunyi, namun serangan pada ruang kelas 2-4 untuk sementara telah berhenti. Sembari menyiapkan diri menghadapi serangan, ia membangkitkan tubuhnya. Lalu, Tohka dengan murung menurunkan pandangannya. “Cepatlah lari, Shido. Kalau kau ada bersamaku, kau akan terserang oleh sesamamu manusia.” “...” Shidou terdiam, dan menelan ludah.. Tentu saja, ia harus melarikan diri. Namun— 「Ada dua pilihan. Lari, atau tinggal.」 Ia mendengar suara Kotori. Setelah ragu-ragu sejenak, “... bagaimana bisa aku melarikan diri, di saat-saat seperti ini...” 「Kau benar-benar idiot.」 “... katakan sesukamu.” 「Itu pujian. —Aku akan memberimu saran bagus. Kalau kau tidak mau mati, tetap berada sedekat mungkin dengan ''Spirit'' itu.」 “...oke.” Membentuk garis lurus dengan bibirnya, Shidou duduk di hadapan kaki Tohka. “Huh—?” Mata Tohka terbelalak. “Apa yang kau lakukan? Cepatlah—” “Aku tahu...! Tapi sekarang ini waktunya untuk percakapan kita. Hal semacam itu, jangan khawatirkan. —Kau mau informasi mengenai dunia ini kan? Kalau itu sesuatu yang bisa kujawab, tidak peduli berapa banyakpun pertanyaan yang kau punya akan kujawab semuanya.” “...!” Tohka memasang wajah terkejut untuk sejenak, dan kemudian duduk, menghadap Shidou.
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information